Anda di halaman 1dari 2

LANDASAN TEORI

Dalam kehidupan masyarakat harus mempunyai suatu nilai salah satunya


yaitu nilai persatuan. Nilai persatuan itu juga mempunyai pengertian diantaranya
menurut Jalaluddin dan Abdullah (2011:134), nilai itu merupakan hasil dari
kreaktivitas manusia dalam rangka melakukan kegiatan sosial, baik itu berupa
cinta, simpati, dan lain-lain. Selanjunya menurut Suhadi (1982:11) mengatakan,
perkataan persatuan berarti bersatunya berbagai corak ragam menjadi satu
kebulatan tunggal. Istilah Indonesia dalam konteks ini berarti bangsa yang
hidup di wilayah Indonesia. Menurut Jusuf (2010), bentuk nilai persatuan dalam
gotong royong di masyarakat desa yaitu:
Peristiwa gotong royong sebagai tradisi tidak hampir dilakukan dalam
segala hal yang membutuhkan bantuan banyak orang. seperti membangun
rumah, mencangkul di sawah, saat hajatan perkawinan dan kematian.
Hampir semua dilakukan tanpa imbalan jasa. Imbalannya adalah gantian.
Pada saatnya setiap keluarga akan memerlukan bantuan dari tetangga
lainya.

Makna Gotong Royong


Gotong royong sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk karena adanya bantuan dari pihak
lain, untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok, sehingga di dalamnya terdapat
sikap loyal dari setia warga sebagai satu kesatuan (Gurniwan Kamil Pasha, sosiologi.upi.edu).
Kata gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong berarti memikul, sedangkan royong
artinya bersama. Jadi gotong royong mempunyai arti bekerja sama. Menurut M.Nasroen,
gotong royong merupakan dasar Filsafat Indonesia. Gotong royong sebagai filsafat berarti
dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Gotong
royong adalah nilai budaya yang diwariskan para leluhur pada generasi penerus bangsa. Sebuah
bangsa harus memiliki jati diri, agar tetap kokoh sebagai bangsa yang memiliki ciri khas
tersendiri.

Bentuk-bentuk Kegiatan Gotong Royong


Gotong royong terimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan. Sejak zaman dahulu kala
gotong royong senantiasa mencampuri kegiatan keagamaan, kemanusiaan, persatuan,
kemusyaratan, dan sosial, sehingga terciptalah masyarakat yang solid dan loyal. Sistem gotong
royong ini sudah melembaga dalam masyarakat di Indonesia sejak jaman kejayaaan kerajaan
Hindu di Jawa seperti kerajaan Mataram Kuno dan juga Kerajaan Majapahit. Sistem kerja yang
disebut gotong royong lebih melembaga di dalam masyaraat pedesaan di Jawa dan di Indonesia
pada umumnya. Akan tetapi masuknya pengaruh dari luar yang membawa unsur-unsur
kebudayaan asing melalui akulturasi, sistem gotong royong yang sudah lama melembaga itu
sedikit banyak telah meninggalkan unsur-unsur keasliannya, bahkan di beberapa tempat di
Indonesia, seperti di daerah perkotaan pengertian yang terkandung dalam gotong-royong itu
mulai ditinggalkan orang. Disini orang tidak lagi menghayati arti dan makna gotong royong yang
sebenarnya (1982:1).
Realitas Nilai Budaya Masyarakat Masa Kini Era globalisasi ialah sebuah era dimana tak ada lagi
batas-batas negara maupun budaya di dunia, sehingga nilai budaya dapat saling memasuki
ruang sebuah bangsa, bahkan mempengaruhinya hingga kehilangan jati diri. Indonesia adalah
sebuah bangsa yang memiliki kepribadian yang luhur, salah satu nilai luhur yang terwariskan
adalah nilai gotong royong. Namun, dalam implementasinya dalam kehidupan sehari-hari saat
ini, nilai tersebut mulai diselingkuhi oleh pemegang warisan itu sendiri dengan nilai budaya baru
yang datang dari luar sebagai dampak era globalisasi.

Revitalisasi Nilai Gotong Royong untuk Pembangunan Bangsa Pembangunan Nasional memiliki
arti yang luas yaitu membangun masyarakat Indonesia seutuhnya (Sandro M.,
hankam.kompasiana.com). Pembangunan yang sedang digalakkan perlu sebuah paradigma,
yaitu sebuah kerangka berpikir atau sebuah model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat
esensial dilakukan (Dwi Siswoyo, 2013: 112). Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Nasional bidang sosial, budaya, pertahanan dan keamanan harus dikaitkan dengan nilai-nilai
Pancasila. Dalam upaya membangun bangsa Indonesia secara seutuhnya itulah diperlukan
penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai