Anda di halaman 1dari 12

Jurusan/Prodi : Sosiologi Hari/Tanggal : Senin / 04 Juni 2018

Mata Kuliah : Teori Sosiologi Klasik Waktu : 08.00 – 11.20 Wib.


Kode Mata Kuliah : Jenis Ujian : Take Home Exame
Bobot SKS : 2 Sks Tahun Akademik : 2017/2018
Semester/Kelas : II / A Dosen 1 : Dr. H. Encup Supriatna,
Drs.,M.Si.
Gedung/Ruang : F13-F14 Dosen 2 : Rini Sulastri, S.Sos., M.Si.

Nama :Aulia Zavira


NIM :1178030033
Kelas :Sosiologi A 2017
Semester :2

 Kasus tentang :Masyarakat adat suku Baduy Dalam


(https://www.kompasiana.com/slsblzata/5ad6efccab12ae691e3b4d92/ada-
apa-dengan-suku-baduy)

 Pemaparan kasus :
Suku Baduy ini adalah salah satu suku yang sampai sekarang masih
mempertahankan keasliannya. Mereka tidak terbawa perkembangan jaman.
Mereka memegang teguh peraturan dari leluhurnya. Suku baduy memiliki
keyakinan bahwa mereka adalah manusia pertama yang tinggal di bumi.
Seluruh aktivitas masyarakat baduy harus berlandaskan pada buyut karuhun
(ketentuan adat ) masyarakat baduy tidak boleh mengubah dan tidak boleh
melanggar segala yang ada dalam kehidupan ini yang sudah di
tentukan .Mereka menganut ketentuan adat yang biasa mereka sebut dengan
"pikukuh" yang berisikan tentang konsep tanpa perubahan apapun atau
perubahan sedikitpun.isi larangan masyarakat adat tersebut yaitu
a. Dilarang mengubah jalan air atau membuat drainase
b. Dilarang mengubah bentuk tanah seperti sumur atau meretakan tanah
c. Dilarang masuk hutan titipan utuk menebang pohon
d. Dilarang menggunakan teknologi kimia
e. Dilarang menanam budidaya perkebunan
f. Dilarang berladang sembarangan
g. Dilarang berpakaian sembarangan

 Pemaparan teori :
Fakta sosial ini diartikan sebagai gejala sosial yang abstrak, misalnya
hukum, struktur sosial, adat kebiasan,nilai, norma, bahasa, agama, dan
tatanan kehidupan lainnya yang memiliki kekuasaan tertentu untuk
memaksa bahwa kekuasaan itu terwujud dalam kehidupan masyarakat di
luar kemampuan individu sehingga individu menjadi tidak tampak.
Selain itu, menurut Emile Durkheim metode sosiologis yang
dipraktikkan harus bersandar sepenuhnya pada prinsip dasar bahwa fakta
sosial harus dipelajari sebagai materi, yakni sebagai realitas eksternal
dari seorang individu. Jika tidak ada realitas di luar kesadaran seorang
individu, sosiologi sepenuhnya kekurangan materi.
Dalam buku Rules of Sociological Method, Durkheim menulis: "Fakta
sosial adalah setiap cara bertindak, baik tetap maupun tidak, yang bisa
menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu." Dan
dapat diartikan bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berfikir, dan
merasa yang ada diluar individu dan sifatnya memaksa serta terbentuk
karena adanya pola di dalam masyarakat. Artinya, sejak manusia
dilahirkan secara tidak langsung ia diharuskan untuk bertindak sesuai
dengan lingkungan sosial dimana ia dididik dan sangat sukar baginya
untuk melepaskan diri dari aturan tersebut. Sehingga ketika seseorang
berbuat lain dari apa yang diharapkan oleh masyarakat maka ia akan
mendapatkan tindakan koreksi, ejekan, celaan, bahkan mendapat sebuah
hukuman
Fakta sosial memiliki 3 sifat yaitu
 Eksternal
Artinya fakta tersebut berada diluar pertimbangan pertimbangan
seseorang dan telah ada begitu jauh sebelum manusia ada di dunia
 Koersif (Memaksa)
Fakta ini memelihara kekuatan menekan dan memaksa individu
menerima dan melaksanakannya.dalam fakta sosial nyata sekali bahwa
individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong dengan cara tertentu
dan dipengaruhi oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan
sosialnya
 General
Bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat.
Dengan kata lain fakta sosial ini merupakan milik bersama, bukan
individu atau perseorangan

(http://www.pelajaran.co.id/2017/02/pengertian-fakta-sosial-sifat-
macam-dan-contoh-fakta-sosial.html)
(Ritzer,George,TEORI SOSIOLOGI dari Teori Sosiologi klasik sampai
perkembangan mutakhir teori sosial postmoder.kreasi wacana,
yogyakarta, 2009.)

 Analisis kasus : Bila dikaji menggunakan fakta sosial durkheim, masyarakat


baduy merupakan salah satu suku yang mempertahankan nilai kebudayaan adat
dari peninggalan leluhurnya .salah satunya baduy dalam ini yang teguh
terhadap norma yang sudah ada ,dalam kondisi sosial disana yakni mereka
tidak mengikuti perkembangan jaman seperti tidak adanya listrik, dan barang
barang elektronik lainnya, tidak berinteraksi dengan dunia luar bahkan mereka
tidak menggunakan teknologi sekalipun Dalam fakta sosial memiliki sifat
koersif yakni individu dipaksa untuk mengikuti aturan yang ada pada
masyarakat adat suku baduy dalam, bila individu melanggar norma yang ada
dalam masyarakat baduy dalam maka akan ada sanksi yang diberikan.
Hakikatnya fakta sosial sangat mempengaruhi perilaku, pola pikir dan
keaadaan sosial masyarakat baduy dalam, jadi masyarakat baduy dalam
dipaksa oleh norma norma yang ditetapkan oleh leluhurnya sehingga mereka
harus patuh pada sistem sosial yang ada.

 kasus tentang : Kasus Buruh Nike di indonesia


https://utariromauli.wordpress.com/2012/05/30/analisis-kasus-buruh-nike-di-
indonesia-dengan-teori-marxist-dan-protap-dengan-teori-post-marxist-2/

 Pemaparan kasus :
Puluhan ribu buruh perusahaan sepatu Nike di Indonesia hanya mendapat
2,46 dollar AS per hari (sebelum krisis moneter) dari sekitar 90-100
dollar harga sepasang sepatu Nike. Padahal dalam sehari, mereka bisa
menghasilkan sekitar 100 sepatu. Sementara itu, Michael Jordan meraup
20 juta dollar AS per tahun dari iklan Nike. Sementara bos Nike, Philip
H. Knight, memperoleh gaji 864.583 dollar dan bonus 787.500 dollar.
Tetapi, di belakang mereka ratusan ribu buruh Nike di seluruh dunia
tetap kelaparan.
Sepatu Nike telah menjadi gaya hidup bagi kebanyakan orang di dunia.
Tidak hanya di Indonesia sebagai produsen terbesar, tidak juga di
Amerika Serikat (AS) sebagai pemilik asli perusahaan Nike Inc.
Sepasang sepatu Nike bisa berharga lebih dari 100 dollar AS. Dengan
posisi ini, Nike jelas mampu mengeruk uang dalam jumlah yang sangat
besar. Bahkan Nike mampu membayar Michael Jordan sebesar 20 juta
dollar per tahun untuk membantu menciptakan citra Nike. Demikian pula
Andre Agassi yang bisa memperoleh 100 juta dollar untuk kontrak iklan
selama 10 tahun. Sementara itu bos dan dedengkot Nike Inc, Philip H.
Knight, mengantongi gaji dan bonus sebesar 864.583 dollar dan 787.500
dollar pada tahun 1995. Jumlah ini belum termasuk stok Nike sebesar 4,5
biliun dollar.
Namun ternyata nasib bagus mereka tidak diikuti oleh sebagian besar
mereka yang bekerja untuk Nike. Seperti digambarkan oleh Bob Herbert
di The New York Times. Orang-orang semacam mereka menempati
papan teratas dalam bagan yang berbentuk piramida. Sebagian kecil
orang-orang Nike menempati posisi empuk dan menjadi kaya raya. Ini
merupakan kebalikan dari orang-orang di bawah, yang harus bekerja
membanting tulang untuk memproduksi Nike dan terus menghidupi
orang semacam Knight, Agassi ataupun Michael Jordan. Kekayaan yang
mereka peroleh ternyata didapat dengan menindas sekian banyak buruh
di berbagai negara tempat operasi produk Nike, termasuk Indonesia.
Merekalah yang menempati posisi mayoritas di papan paling bawah.
Dari harga sepatu sekitar 100 dollar AS tersebut, hanya sekitar 2,46
dollar per hari yang disisihkan untuk buruh di Indonesia. Itupun dihitung
sebelum ada krisis moneter. Sementara buruh di Vietnam hanya
menerima 1 dollar. Kondisi inilah yang membuat masyarakat AS tidak
bangga, bahkan tidak simpati terhadap Nike. Masyarakat AS pun
berduyun-duyun menggelar aksi protes. Bahkan sekarang telah muncul
gerakan anti-Nike. Aksi protes dan gerakan anti-Nike ini tersebar di
beberapa negara bagian AS, bahkan di beberapa bagian di belahan dunia.
Di Oregon, tempat kantor pusat Nike Inc, masyarakat tampak tak jenuh-
jenuhnya menyatroni Nike Town di jantung kota Portland dan kantor
pusat Nike di Beaverton, tak jauh dari Portland. Kota Portland yang
selalu tampak adem ayem ini bisa hiruk-pikuk dengan aksi mereka.
Portland adalah kota terbesar di negara bagian Oregon, meskipun bukan
ibukotanya.
Bagi sebagian besar warga Portland, mereka sudah biasa mendengar
berbagai tuduhan terhadap kontraktor Nike di luar negeri ( di luar AS).
Mereka dianggap tidak membayar upah buruh dengan layak. Mereka
juga dituduh memaksa buruh untuk kerja lembur, mempekerjakan anak-
anak, dan sering dengan seenaknya menjatuhkan hukuman ke buruh,
meski hanya karena kesalahan kecil. Tetapi tuduhan-tuduhan yang sering
dilontarkan lewat surat ke Nike ataupun saat demonstrasi telah
berkembang tidak hanya berhenti sampai di aksi protes. Namun telah
berkembang menjadi sebuah gerakan anti-Nike dengan seruan boikot
terhadap produk Nike.
https://utariromauli.wordpress.com/2012/05/30/analisis-kasus-buruh-
nike-di-indonesia-dengan-teori-marxist-dan-protap-dengan-teori-post-/

 Pemaparan teori :
Pasca revolusi industri, kondisi ekonomi Eropa diguncang oleh kapitalisme.
Dimana buruh tidak lebih hanya sebagai benda-benda yang dapat diperjual-
belikan tenaganya. Dari kondisi kultural yang seperti inilah Karl Marx
melahirkan suatu teori konsep alienasi (keterasingan). Teori alienasi Marx
didasarkan pada pengamatanya dalam produksi industri yang muncul dalam
kapitalisme. Seolah tidak dapat dihindari lagi, bahwa para buruh kehilangan
kontrol atas diri mereka sendiri. Mereka kehilangan hak otonom atas kehidupan
mereka sendiri, yakni kebebasan untuk mengembangkan potensi kehidupan
mereka sendiri menjadi terkotakan oleh kaum borjuis.
Karl Marx memopulerkan intilah elienasi dalam karyanya “Economic and
Philosophical Manuscript” tahun 1844 sebagai penjelasan atas keterasingan
seseorang dari sifat sejati kemanusiaan mereka. Pada dasarnya manusia adalah
mahluk kreatif yang menciptakan bentuk dari material yang mana mereka dapat
mewujudkan jati diri mereka ke dalam apa yang mereka buat. Dalam
masyarakat pra-kapitalis manusia adalah utuh, memiliki otoritas penuh atas diri
mereka sendiri. Mereka menciptakan barang-barang untuk mereka gunakan
sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka atau mereka perjual-belikan secara
adil.

Namun, di dalam masyarakat kapitalis, menurut Marx, mereka tidak memiliki


keinginan sendiri dan tdak bisa terhindar untuk menjual tenaga mereka. Atas
kondisi inilah Marx mengatakan bahwa mereka telah teralienasi dalam empat
hal yang mendasar dari sifat sejati manusia, yaitu :

1. Kaum buruh teralienasi dari aktifitas produktif mereka. Para buruh tidak
bekerja sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka sebagai manusia untuk
bekerja dan memperoleh suatu produksi yang berguna bagi mereka, akan tetapi
aktifitas produktif yang mereka lakukan hanya berguna bagi kaum kapitalis
(borjuis). Kaum borjuislah yang menentukan apa yang harus dikerjakan oleh
kaum buruh, apa yang harus mereka produksi dan keuntungan hasil produksi
menjadi milik para pemegang kapital.

2. Kaum buruh teralienasi dari produk. Kepentingan pemegang kapitalis


benar-benar memisahkan hak Buruh atas produk yang diproduksinya. Jika
buruh bekerja kepada majikanya, ia tetap harus membayar atas produk yang
dibuatnya. Karna hasil produksi merupakan hak milik kapitalis.

3. Buruh teralienasi dari sesama buruh. Dalam sistem kapitalisme, para


pekerja tidk diperbolehkan untuk saling bekerja sama dengan pekerja lainya,
sehingga mereka tidak dapat saling berinteraksi satu sama lain meskipun berada
di tempat yang sama dan berdekatan. Kapitalis membuat para buruh saling
berlomba sejauh mana mereka berproduksi. Situasi demikian menyebabkan
timbulnya permusuhan diatara para pekerja yang akan menguntungkan para
kapitalis. Karena bagaimanapun juga pekerja akan kembali kepada majikanya
dan keuntungan pun kembali kepada kaum kapitalis.

4. Keterasingan para buruh dari poteni kemanusiaan mereka sendiri. Ineraksi


para pekerja dengan sesamanya dan alamnya terkontrol secara ketat oleh
kapitalis, sehingga potensi diri mereka menjadi terkungkung oleh sistem
kapitalisme. Mereka dicetak sebagai mesin produksi yang hanya
menguntungkan kapitalis tanpa memikirkan bagaimana kondisi jiwa mereka dan
kualitas pekerja sebagai manusia.

Adanya alienasi pada sistem kapitalisme menimbulkan perbedaan dan sekat


yang sangat kentara antara majikan dan buruh. Keterasingan ekonomi ini
berkaitan dengan bentuk-bentuk keterasingan lainya. Pekerja harus tunduk
kepada majikan, yang miskin harus tunduk kepada yang kaya, dan yang kaya
pun harus tunduk kepada kekuasaan negara yang sebenarnya telah
terorganisir sedemikan rupa. Dngan demikian, yang terjadi sebenarnya adalah
terdapat kepentingan-kepentingan ekonomi pada tubuh pemerintahan
kapitalisme. Keterasingan hanya dapat dihilangkan dengan menghapuskan
konsep kepemilikan pribadi.
http://jannastudi.blogspot.com/2013/10/konsep-alienasi-keterasingan-
karl-marx.html?m=1

 Analisis kasus :
Menurut saya, dalam hal ini, teori Marx tentang adanya kelas adalah
sangat tepat. Posisi perusahaan Nike di indonesia dimana Amerika
sebagai pemilik modal yaitu kelas borjuis, sedangkan buruh indonesia
mencerminkan kaum ploretar. Ketika buruh di indonesia mendemonstrasi
di perusahaan Nike tersebut, Nike tetap tanpa merasa bersalah mengaku
bahwa penghasilan yang didapatkan oleh para buruh adalah penghasilan
yang sudah layak. Nike memang tidak akan merasa cemas dengan
kehilangan buruhnya ataupun pengunduran diri dari buruhnya. Mengapa?
Hal ini tentunya karena Nike mengetahui bagaimana ptensi Nike itu
sendiri untuk negara- negara yang sedang berkembang. Tentu ada
ketergantungan antara Indonesia dengan Nike. Buruh di Indonesia tentu
membutuhkan pekerjaan, sehingga akan berpikir panjang untuk
melepaskan pekerjaan mereka di perusahaan Nike.

Teori marx memandang bahwa memang buruh yang tidak memiliki


modal mengalami alienansi dengan kaum borjuis. Maka benarlah teori
marx ini, bahwa orang- orang yang memiliki saran- sarana produksi akan
berada di atas dan dengan sangat mudah menguasai orang yang tidak
memilki sarana-sarana produksi tersebut. demonstrasi dengan
ketidakadilan yang dirasakan oleh kaum buruh nike di Indonesia seakan
membuktikan dari teori marx yang mengatakan bahwa para buruh akan
mengalami keterasingan dari pembagian kerja ataupun dari hasil
karyanya di suatu perusahaan. Buruh akan merasa terasing dari orang-
orang disekitarnya ketika dia menyadari bahwa dia sedang berada dalam
keterasingan. Terlebih lagi, demostrasi yang dilakukan oleh para buruh
adalah perwujudan dari perjuangan kelas proletar terhadap kelas borjuis.
Kelemahan dari teori marx adalah dengan mengatakan bahwa syarat
pembebasan kelas buruh adalah lenyapnya setiap kelas, sebgaimana
syarat pembebasan ‘negara ketiga’, yakni tegaknya tata masyarakat
borjuis adala lenyapnya semua kelompok- kelompok politik yang lama.
Kelas buruh akan terus- menerus menggantikan masyarakat borjuis yang
lama dengan suatu perserikatan yang meniadakan kelas dan pertentangan
kelas, dan takkan ada lagi suatu kekuasaan politik sebenarnya karena
perserikatan itu adalah kekuasaan politik teristimewa yang mengurus
pertentangan kelas di dalam masyarakat borjuis. Di dalam tata ciptaan
manusia yang tak ada lagi kelas- kelaslah yang evolusi sosial berhenti
menjadi revolusi politik
Menurut saya, masyarakat tanpa kelas tidaklah mungkin. Masing- masing
individu pastilah memiliki kepentingan. Siapapun yang memiliki
kepentingan akan berusaha untuk mewujudkan kepentingannya. Harapan
Marx terhadap negara sebagai lembaga resmi dari masyarakat sebagai
sarana untuk meleyapkan kelas- kelas tersebut adalah terlalu idealis.
Setiap negara di dunia ini pun memiliki kepentingan di dalamnya. Dan
untuk itu, negara tidak akan mungkin secara damai mau masuk untuk
tidak saling merugikan. Saya berpikir, selama manusia di dunia ini masih
mementingkan kepentingannya dan berada dalam taraf keegoisan, maka
pemikiran Marx dengan terciptanya masyarakat yang sosialis tentu sulit

 Kasus tentang Gerakan mahasiswa indonesia tahun 1998 :


Sebuah gerakan perubahan sosial

 Pemaparan kasus
Sebenarnya gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa pada tahun
1998 ini merupakan akumulasi dari kekesalan rakyat sejak awal orde
baru, sehingga terlihat kekesalan rakyat yang sudah sangat complicated
atau kompleksitu akhirnya berujung pada kemarahan publik terhadap
pemerintah yang berlangsung di akhir dekade 90’an. Ada berbagai faktor
yang mendorong mahasiswa melakukan pergerakan menuntut reformasi,
antara lain: Penyalahgunaan wewenang Soeharto sebagai presiden
a. KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang merajalela
Banyak kasus-kasus KKN yang melibatkan para pejabat yang tidak
diusut sama sekali. Tentu saja hal ini membuat jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin menjadi semakin lebar.
b. Pencurian kekayaan Negara
Dalam buku panduan yang dikeluarkan PBB, dalam peluncuran prakarsa
penemuan kembali kekayaan yang dicuri (Stolen Asset Recovery (StAR)
Initiative di Markas Besar PBB, New York, disebutkan bahwa Soeharto
(1967-1998) berada dalam daftar urutan pertama pencurian aset Negara,
dengan total diperkirakan 15 miliar dolar hingga 35 miliar dolar AS.
Selain itu, enam anak Soeharto pun dimanjakan dengan pemilikan saham
dalam jumlah signifikan sekurang-kurangnya di 564 perusahaan, dan
kekayaan luar negeri mereka mencakup ratusan perusahaan-perusahaan
lainnya.

c. Sistem pemerintahan yang berubah menjadi otoriter

Untuk melanggengkan kekuasaannya, Soeharto lancarkan beberapa


strategi selama memimpin, antara lain:

Melakukan penyederhanaan/fusi partai-partai saingan Golkar untuk


mempersempit ruang gerak lawan politiknya.
Membredel media massa yang mengkritik pemerintah, contohnya Harian
Sinar Harapan (1986), Tempo, Editor dan Detik (1994).
Membungkam mahasiswa melalui pemberlakuanNormalisasi Kehidupan
Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK)

2. Pembangunan yang semu

Pembangunan di Indonesia dinilai semu belaka, karena untuk


melaksanakan pembangunan Soeharto hanya memanfaatkan pinjaman
hutang luar negeri dan penanaman modal asing. Pembangunan keropos
tersebut akhirnya menjerumuskan Indonesia ke titik ekonomi terburuk
saat terjadi krisis moneter yang melanda Asia pada akhir dekade 90’an.

3. Krisis moneter

Krisis moneter yang melanda Indonesia dan Negara-negara Asia lainnya


membuat nilai rupiah anjlok hingga sempat menyentuh level Rp 20.000
per US$, harga-harga kebutuhan pun melambung tinggi, sehingga daya
beli masyarakat berkurang.

4. Kondisi sosial masyarakat

Kondisi masyarakat menjadi tidak menentu seiring krisis moneter yang


melanda kawasan Asia. Kerusuhan pun banyak terjadi di berbagai
daerah, tidak sedikit kerusuhan yang berbau SARA, seperti di Sambas,
Poso dan Ambon.

5. Adanya kesamaan rasa tertindas oleh pemerintah

Seperti yang telah dijelaskan diatas (poin 1c), pemerintahan yang


dijalankan presiden Soeharto berlangsung secara otoriter. Sebagian besar
rakyat merasa tertindas karena hak-haknya tidak diperhatikan, begitu
pula dengan mahasiswa yang selalu dibuat bungkam oleh pemerintah.
Oleh karena itulah tekanan yang dialami para mahasiswa untuk bangkit
melawan ketertindasan semakin kuat.

6. Tragedi Trisakti

Faktor inilah yang paling menyulut kemarahan para mahasiswa.


Gugurnya empat mahasiswa Universitas Trisakti ini membakar semangat
para mahasiswa untuk terus maju dan melakukan aksi, yang kemudian
berlanjut pada peristiwa lainnya.

Atas dasar faktor-faktor diatas, kekesalan rakyat dan mahasiswa yang


terakumulasi itu akhirnya tak dapat terbendung lagi. Akibatnya
meletuslah berbagai demonstrasi dan kerusuhan dimana-mana.Dalam
melihat fenomena ini, Ricardi(http://syaldi.web.id) melakukan
pembagian lima kelompok mahasiwa dalam merespon kondisi sosial,
ekonomi, politik dan budaya yang ada di masyarakat, antara lain:

Kelompok idealis konfrontatif, yaitu


Kelompok idealis realistis,yaitu mahasia yang memilih k
Kelompok oportunis, yaitu
Kelompok profesional, yang lebih berorientasi pada belajar atau kuliah.
Kelompok rekreatif, yang berorientasi pada gaya hidup yang glamou
Dalam kondisi semacam ini, mahasiswa Indonesiakebanyakan memilih
berada dalam kelompok idealis konfrontatif. Mereka bergabung untuk
satu tujuan, yakni menuntut pelaksanaan reformasi total di berbagai
aspek kehidupan bangsa dengan cara melengserkan Soeharto dari
jabatannya terlebih dahulu. Semangat para mahasiswa pun semakin
menggelora ketika gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi ini
mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.
Secara garis besar, pergerakan mahasiswa 1998 dapat dibagi menjadi dua
tahapan, yakni sebelum Soeharto mengundurkan diri dan setelah
Soeharto mengundurkan diri.
http://jasmerah.pbworks.com/w/page/30878731/Gerakan%20Mahasiswa
%20Indonesia%20Tahun%201998%3A%20Sebuah%20Gerakan%20Per
ubahan%20Sosial

 pemaparan teori

 Paguyuban (Gemeinschaft)
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat
oleh hubungan batin yang murni serta bersifat nyata dan organis. Kelompok
paguyuban sering dikaitkan dengan masyarakat desa atau komunal dengan ciri-ciri
adanya ikatan kebersamaan (kolektif) yang sangat kuat.

Ciri-ciri masyarakat gemeinschaft menurut F. Tonnies adalah sebagai berikut:


o Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra sekali.
o Private, artinya hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang
saja.
o Exclusive, artinya hubungan tersebut hanyalah untuk kita dan tidak untuk
orang-orang di luar kita.
Menurut F. Tonnies, di masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga tipe paguyuban,
yaitu:
o Gemeinschaft by blood, merupakan gemeinschaft yang berupa ikatan yang
didasarkan pada ikatan darah atau keturunan.
o Gemeinschaft of place, merupakan gemeinschaft yang terdiri atas orang-orang
yang berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling menolong, misalnya
RT dan RW.
o Gemeinschaft of mind, merupakan gemeinschaft yang terdiri atas orang-orang
yang walaupun tidak memiliki hubungan darah ataupun tempat tinggalnya
tidak berdekatan, tetapi mereka memiliki jiwa dan pikiran yang sama karena
ideologi yang dianut sama. Misalnya: kelompok pengajian, partai politik, dan
pergerakan mahasiswa.
Dalam suatu masyarakat, tipe paguyuban bergantung dari bentuk masyarakat itu
sendiri. Misalnya, di Jakarta, terutama di daerah elite, paguyuban karena tempat
tinggal, seperti RTdan RW, tidak begitu banyak kegunaannya, tetapi Iebih besar
manfaatnya paguyuban karena ikatan darah. Orang mempunyai kecenderungan untuk
tolong-menolong dengan keluarganya.
 Patembayan (Gesellschaft)
Gesellschaft adalah ikatan Untuk jangka waktu yang pendek, bersifat formal dan
mekanis. Keanggotaan kelompok patembayan didasari oleh perhitungan yang bersifat
rasional. Misalnya, untung rugi, peningkatan karier, prestasi, dan status sosial. Ikatan
dalam kelompok relatif Ionggar, tetapi serba kompeti-tif atau bersaing dan sewaktu-
waktu bias berhenti sebagai anggota kelompok.
Sebagai contoh bentuk patembayan adalah interaksi melalui internet. Hal ini
disebabkan patembayan bersifat sebagai suatu bentuk yang ada dalam pikiran belaka.
Selain itu, bentuk pengelompokan gesellschaf lebih dihubungkan pada masyarakat
industrial yang sering diidentikkan dengan masyarakat kota.
Menurut Tonnies, penyesuaian kedua bentuk kehidupan bersama yang pokok tersebut
di atas dengan dua bentuk kemauan asasi manusia dinamakan wesenwille dan
kurwille.
Wesenwille adalah bentuk kemauan yang dikodratkan dan timbul dari keseluruhan
kehidupan alami. Adapun kurwille adalah bentuk kemauan yang dipengaruhi oleh cara
berpikir yang didasarkan pada akal. Wesenwille selalu menimbulkan paguyuban,
sedangkan kurwille selalu menimbulkan patembayan. Orang menjadi anggota suatu
patembayan karena dia mempunyai kepentingan-kepentingan rasional. Dengan
demikian, maka kepentingan-kepentingan individu berada di atas kepentingan hidup
bersama.
Pandangan seorang sosiolog Prancis, Emile Durkheim, menjelaskan bahwa pada
masyarakat desa, perbedaan kepandaian pada umumnya kurang menonjol, sehingga
kedudukan para anggota secara individual tidak begitu penting. Dari sudut pembagian
kerja, jika ada seorang anggota yang dikeluarkan, maka hal itu tidak akan begitu
terasakan. Secara keseluruhan, masyarakat mempunyai kedudukan yang lebih penting
daripada individu. Keadaan atau struktur demikian, oleh Durkheim, disebut struktur
yang mekanis. Sebaliknya, keadaan dalam masyarakat-masyarakat yang kompleks, di
mana telah diadakan spesialisasi bagi anggotanya masing-masing, maka timbullah
keahlian sehingga setiap golongan tidak akan dapat hidup secara sendiri.
Keadaan demikian dapat disamakan dengan bagian-bagian suatu organisme yang
merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan, karena apabila salah satu
bagian rusak maka organisme tersebut akan macet. Struktur tadi oleh Durkheim
disebut struktur yang organis.
Di dalam gemeinschaft atau paguyuban terdapat suatu kemauan bersama (common
will), ada suatu pengertian (understanding), serta kaidah-kaidah yang timbul dengan
sendirinya dari kelompok tersebut. Jika terjadi pertentangan antar anggota suatu
paguyuban, maka pertentangan tersebut tidak akan dapat diatasi dalam suatu hal saja.
Hal itu disebabkan oleh adanya hubungan yang menyeluruh antaranggota-anggotanya.
Keadaan yang agak berbeda akan dijumpai pada patembayan atau gesellscahft, di
mana terdapat public life, yang artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua
orang. Pertentangan-pertentangan yang terjadi antaranggota dapat dibatasi pada
bidang-bidang tertentu sehingga suatu persoalan dapat dilokalisasi
http://hisham.id/2015/12/ciri-ciri-masyarakat-paguyuban-gemeinschaft-dan-
patembayan-gesellschaft.html

 Analisis kasus

 Kasus tentang...... (sumber....)


Pemaparan kasus...............
Pemaparan teori................ (sumber....)
Analisis kasus...................

 Kasus tentang...... (sumber....)


Pemaparan kasus...............
Pemaparan teori................ (sumber....)
Analisis kasus...................

 Kasus tentang...... (sumber....)


Pemaparan kasus...............
Pemaparan teori................ (sumber....)
Analisis kasus...................

Anda mungkin juga menyukai