SKRIPSI
OLEH:
C1B1 15 130
JURUSAN SOSIOLOGI
KENDARI
2019
ii
iii
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis Skripsi dengan judul
“Srategi Adaptasi Masyarakat Nelayan Dalam Menghadapi Kemiskinan di
Desa Mekar Sama Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna”. Salawat dan
salam tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW sebagai telada bagi
seluruh umta manusia.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Halu Oleo. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya agar menjadi bahan pertimbangan dalam masalah
kemiskinan dan tekhusus bagi mahasiswa semoga skripsi ini dapat menjadi
referensi dalam penyusunan karya ilmiah.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya banyak tantangan dan hambatan
yang penulis temukan dilapangan namun atas berkat Rahmat Allah SWT, skripsi
ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
kedua orang tua tercinta yakni kepada Ayahanda La Ode Sabara serta kepada
Ibunda Wa Heni, yang sangat berjasa dan memberikan dukungan, bimbingan,
motivasi, nasehat, do’a, dan pengorbanan yang tak dapat di bandingkan dengan
apapun di dunia ini. Dan tak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada Saudara
tercinta saya Wa Ode Cimiming Cia, S.Pi, Siska Sabara, La Ode Muhammad
Risky Sya’Ban Sabara, Adzmi Fadhil Mubaraq Sabara, yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan Skripsi. Semoga Allah SWT
memberikan Rahmat serta selalu menjaga Orang tua tercinta dan saudara
tersayang. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada Abang Rudiyanto Darwin
yang telah memberikan pula motivasi, arahan dan dukungannya.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat
Dr. Bahtiar, M.Si selaku pembimbing I dan yang terhormat kepada Bapak Dr.
Ambo Upe, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah bersediah meluangkan
banyak waktunya untuk membimbing serta mengarahkan penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan ucapan
terimakasih kepada
1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun F, S.Si.,M.Si.,M,Sc selaku Rektor
Universitas Halu Oleo
2. Dr. La Tarifu, S.Pd.,M.Siselaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Halu Oleo
3. Dr.H.Jamaluddin Hos, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
vii
4. Dra. Hj. Suharty Roslan, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo
5. Seluruh Dosen Program Studi Sosiologi yang telah banyak memberikan
pendidikan, bimbingan, motivasi dan sebagainya yang tak ternilai, serta
jajaran Staf Prigram Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Halu Oleo atas kerja kerasnya sehingga
penyelesaian Skripsi ini dapat terlaksana sesuai harapan.
6. Kepada kakanda saya Ferdianto S.Sos dan Fahri yang telah banyak
membantu dalam proses penelitian.
7. Saudara tak sedarahTIM EKSPEDISI CINTA ANAK DESA JILID
II: Aisha Wunasari Sungkusara S.Pd, Siti Suryani BG, Rendra Azrul
Azir, Rasmita Kamal S.Si, Arif Saliman, Ari, terimakasih telah banyak
memberikan motivasi dan dukungan serta bantuan dalam penyelesaian
skripsi ini
8. Sepupu sepupuku atas nama: Alfian Nuari, Muhiddin, Putra Utomo,
Asriyanti Basri, Syahlam Nur Haq, Wulandari, Melisa, yang telah
banyak memberikan dukungan kepada penulis.
9. Kepada teman-teman Asrama Dekan Fisip Wa Ode Reni Astuti, Nini
Salnia, Indi Astria, Surismayanti, Samsia, Nur Ainu, Rinas, Nursia,
Nisrayanti, Neriyati, Mahisa, Vesti Kardila, Herliani, Jarianti
10. Kepada teman-teman asrama Brilian: Wa Sani, Nurnina, Endang
Suharni, Anissa Novianti, Nofita Fatmawati yang telah banyak
memberikan suport kepada penulis.
11. Kepada SaudaraRelawan Volunteer Sultra Island Care: Kak Mawan,
Kak Alam, Kak Jaya, Kak Azizah, Kak Amma, Kak Bayu, Kak Andri,
Kak feby, Kak Herry, Kak Alim, Kak Dayat, Kak Wiwi, dan kakak
yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya
terimakasih telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
sumbangsih pemikiran dan dukunga sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
12. Kawan-kawan seperjuangan Gerakan Persatuan Mahasiswa
Indonesia Kakanda Alfin Pola, La Ode Usman, Asmarita, Vesti
Kardila, Bung Galang, Bung Sahur, Bung Hijrah dan kawan-kawan
seperjuangan yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
13. Teman-teman GEOSECOUNT : Megaria, Sarfin A.Md.Stat, Sorfin,
Imran, Ira Zulfiah, Suci, Ahmad Harman, Firman, Rozelly, Indrawati,
Fitriani A,Md. Kep, dan kawa-kawan yang lain yang tidak bisa
disebutkna satu-satu.
14. Teman-temanSosiologi khusus angkatan 2015: Epi Andriani S.Sos,
Surismayanti, Mahisa, Nisrayanti, Nurlini, Patunduk, Andri Sastan, Wa
viii
Dian, Elfin, Suriyanti S.Sos, Elma S.Sos, sitiani, Wa Ode Nisma, Wa
Ode Umi, Satriani, Susi Sulanti, Samsia dan teman-teman yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih pula kepada teman-
temanKKN REGULER DESA WADONGGO KECAMATAN
TINANGGEA Salfin Hartani Minsi, Citra Ayustiani, Indah Ratna
Amalia Silondae, Irman Arnadin, La Juju, Jamaluddin, Sarwan, yang
selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan
Skripsi.
15. Untuk teman-teman BALALA SQUAD “Nuur Faridah Maimunah
Samida, Randi Fasmahadi Rantu, Acune, Ifaldi dan Epi Andriani,
S.Sos, yang telah memberikan motivasi dan saran kepeda penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu
yang telah banyak memberikan sumbangsih bagi kelancaran penulisan skripsi ini
semoga Amal dan Jasa mereka di terima dan di gantikan oleh Allah SWT.
Akhirnya Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi para pembaca yang Budiman. Aamiin.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.......................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3.Tujuan Penelitian...................................................................................5
1.4.Manfaat Penelitian.................................................................................5
2.1.Konsep Adaptasi..................................................................................7
2.2.Konsep KemiskinanNelayan.............................................................13
2.3.Konsep Masyarakat Nelayan...............................................................32
2.4.Kerangka Pikir.....................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian.................................................................................42
3.2. Informan Penelitian.............................................................................42
3.3.Pendekatan Penelitian...........................................................................42
3.4. Jenis Data dan Sumber Data................................................................43
3.5.Teknik Pengumpulan Data...................................................................44
3.6. Teknik Analisis Data...........................................................................44
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan..........................................................................................64
5.2. Saran....................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
perairan laut dengan panjang pantai mencapai 81.000 Km2 dan Zona
perikanan nasional hingga tahun 2007 berkisar 6,4 juta ton, 70% di
kelautan ini adalah bermata pencaharian sebagai nelayan, petani tambak petani
garam maupun tempat wisata. Tampaknya aktivitas ini sudah merupakan ciri
tersendiri yang bagi masyarakat yang berada dikawasan pantai. Potensi laut
memang merupakan sumber daya yang sangat besar. Kurang lebih 7.000 spesies
ikan yang hidup dilaut dengan potensi lestari ikan sebesar 6,26 juta ton/ tahun.
Mestinya potensi alam laut yang besar dan berbagai jenis ikan tersebut dapat
tidak sedikit nelayan yang belum dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya
miskin. Melimpahnya potensi hayati yang dikandung oleh laut di sekitar tempat
nelayan bermukim, seharusnya dapat menjadi suatu asset besar bagi nelayan
1
setempat dalam upaya memperbaiki taraf hidup mereka secara ekonomi (Kompas,
2008).
penelitian ini diantaranya skripsi yang ditulis Andi Rahman (2018) mahasiswa
ilmu sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel dengan judul “Suku Bajo dan Kemiskinan. Dalam penelitianini,
Desa Saur Saibus merupakan sebuah bentuk kemiskinan yang sangat mengakar,
hal ini bisa di lihat bagaimana struktur sosial pada nelayan Suku Bajo di Desa
Penelitian yang sama juga diteliti oleh Ribut Suprapto (2016) mahasiswa
nelayan pesisir dari segi ketidakmampuan kepemilikan modal dan proses alat
nelayan kemiskinan yang akan di teliti oleh peneliti berbeda fokus dimana peneliti
Kemiskinan yang dialami oleh nelayan, sesungguhnya juga tak lepas dari
pengaruh yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.Terlepas dari sadar atau pun
2
tidak sadar, budaya atau kebiasaan hidup seperti sikap malas dan pasrah terhadap
nasib telah menjadi bagian dari mentalitas, sehingga secara psikologis, individu
dari komunitas nelayan akhirnya merasa kurang bahkan tidak memiliki motivasi
dan etos kerja yang tinggi sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya.
pendapatan dari seorang nelayan tidak menentu bahkan terkadang nihil, sehingga
ada saat tingkat pendapatan dari nelayan rendah, maka sangat logis bila
harus berhenti sebelum lulus sekolah dasar atau tidak melanjutkan pendidikannya
ke tingkat yang lebih tinggi. Umumnya mereka disuruh bekerja untuk membantu
orang tua dalam mencari nafkah agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
Begitupun yang terjadi pada masyarakat nelayan Desa Mekar Sama yang
Suku Bajo merupakan suku orang laut yang keseharianya berada di laut
bahkan rumah dan tempat tinggal mereka berada di laut, nelayan Suku Bajo
lakukan masih cenderung tradisional. Mulai dari alat tanggap seperti lelepe,
3
di sematkan dengan gelar pelaut ulung. Desa Mekar Sama adalah salah satu desa
yang berada lingkungan Kecamatan Napabalano. Desa ini berada di pesisir pantai
sisanya ada yang PNS, pedagang,petani,tukang ojek, buruh, dan honorer. Jumlah
penduduk Desa Mekar Sama sebanyak 1300 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga
sebanyak 323 KK (Sumber: Kantor Desa Mekar Sama) jumlah nelayan sebanyak
150 nelayan.
yang sudah lama menjadi problem laten yang belum mampu terpecahkan sampai
saat ini, kemiskinan yang terjadi pada nelayan khususnya di Desa Mekar Sama
pada alam, pasrah dengan keadaan akibat kurangnya ilmu pengetahuan dan
berada dalam ruang lingkup yang ada, mulai akses politik, pendidikan sampai
sumberdaya manusia. Dari pejelasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
4
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1.3.Tujuan Penelitian
menghadapi kemiskinan.
1. Maanfaat akademis
5
b. Dapat dijadikan sebagai acuan bagi penulis apabila ingin melakukan
2. Manfaat praktis
dilapangan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Strategi adaptasi menurut Smith dan Seymour (1990) adalah suatu rencana
tindakan selama rentan waktu tertentu oleh sekelompok atau sekumpulan orang
tertentu untuk menyesuaikan diri dalam mengatasi tekanan yang bersifat internal
atau ekstrnal. Barlett dalam Kusnadi (1998) dalam Nurlaili (2014) menyebutkan
bahwa strategi adaptasi merupakan pilihan tindakan yang bersifat rasional dan
efektif sesuai konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi dimana
penduduk itu hidup. Adaptasi menurut Parsudi dalam Suprapti (1989) yaitu proses
mengatasi keadaan biologi alam dan lingkungan sosial tertentu untuk memenuhi
Pengertian adaptasi menurut Sahlins yang dikutip oleh Mering yang dikutip
oleh Cahyadi yang dikutip oleh Nurlaili (2014) yaitu mencerminkan pemanfaatan
7
mengandung pengertian kompromi yaitu suatu faktor atau hubungan antara
diperkenalkan oleh Peggy F. Barlett yang dikutip oleh Cahyadi yang dikutip oleh
Nurlaili (2014). Melalui pendekatan ini akan dilihat bagaimana masyarakat lokal
menerapkan strategi adaptasi dan bagaimana pola adaptasi yang mereka bentuk.
akan dilihat sebagai pilihan-pilihan tepat guna yang sesuai dengan lingkungan
merujuk konsep strategi dari berbagai tokoh diatas maka dapat dibuat intisari
bahwa strategi adaptasi yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh satu kelompok
sebagai bentuk respon dari berbagai bentuk tekanan pada aspek ekonomi, sosial,
8
Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan,
penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan
Menurut Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti yakni adaptasi yang pertama
disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya
bentuk), sedangkan pengertian yang kedua penyesuaian diri yang alloplastis (allo
artinya yang lain, plastis artinya bentuk). Jadi adapatsi autoplastis ini bersifat pasif
yang mana kegiatan pribadi ditentukan oleh lingkungan. Dan adaptasi alloplastis
subsistem yang harus di penuhi agar keluarga tersebut tetap dalam keadaan stabil
atau bertahan. Salah satu subsistem tersebut adalah kebutuhan keluarga atau
ekonomi keluarga. Agar subsistem tersebut tetap stabil atau bertahan, menurut
Talcot Parsons harus ada empat prasyarat mutlak di dalam keluarga tersebut,
1. Adaptation (adaptasi)
disini adaptasi diartikan sebagai tujuan -tujuan yang melembaga dan sah
seperti ekonomi. sistem (keluarga) juga harus dapat menanggulangi jika terjadi
ekonomi keluarga atau kebutuhan keluarga agar keluarga tersebut tetap bertahan
hidup.
9
3. Integration (integrasi)
kepercayaan tersebut.
Sistem AGIL ini harus ada supaya masyarakat bisa tetap seimbang.
satunya adalah ekonomi keluarga atau pemenuhan kebutuhan keluarga yang harus
ada, supaya keluarga tersebut tetap dalam keadaan stabil atau bertahan dalam hal
dan sistem
10
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses
Alfarisy (2014) dalam Marwani (2017) bentuk strategi adaptasi yaitu sebagai
berikut:
alam yang hanya tdk menjadi sumber devisa negara yang sangat pentinng tetapi
Sumber daya alam seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput
laut dan produk-produk bioteknologi. Banyak sumber daya alam yang bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh warga sekitar terutama masyarakat nelayan. dalam
hal ini diharapkan masyarakat pun memanfaatkan dengan sebaik mungkin dan
kebutuhan masyarakat,. Modal fisisk ini berupa, perahu, pukat, pancing dan lain
11
Modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial norma dan kepercayaan
yang mendorong partisipasi dan tindakan secara lebih efektif untuk mencapai
tujuan bersama. Modal sosial merupakan suatu aset yang dapat digunakan untuk
sosial.
oleh Carlk (1986) bahwa salah satu strategi yang dilakukan orang miskin
lainnya.
Adapun dari sudut pandang teori jaringan social Barry Wellman, melihat
masyarakat, yang memiliki potensi nilai sosial budaya yang dapat menolong
menghadapi kemiskinan.
12
2.2. Konsep Kemiskinan Nelayan
alat pemenuh kebutuhan dasar, atau pun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya
dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah yang telah mapan kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Kemiskinan
pendidikan.
hingga kini masih menjadi isusentral dibelahan bumi manpun. Selain bersifat
laten dan aktual, kemiskinan dipandang sebagai penyakit sosial ekonomi yang
13
memprihatinkan. Pada saat yang bersamaan terjadi pula peningkatan dalam
secara mikro.
pandangan pakar dan aktivis LSM serta pandangan pejabat. Bagi pakar dan aktivis
bagi pejabat orang miskin diklaim etos kerjanya lemah dan tidak memiliki jiwa
wiraswasta.
cenderung terputar-putar bagaikan lingkaran setan (vicious circle). Sering kali kita
salah satu jawabannya karena “karena tidak sekolah, sehingga tidak bisa kerja”,
“karena miskin”. Kondisi yang demikian ini oleh Chambers (1983) disebutnya
14
Masalah kemiskinan disebabkan oleh hubungan-hubungan korelatif antara
masyarakat pesisir harus bersifat integralistik. Kalaupun harus ada memilih satu
jangkau yang lain. jumlah masyarakat pesisir yang hidup dibawah garis
kemiskinan cukup besar dan hal ini harus diatasi dengan program-program
Departemen Kelautan dan Perikanan. Masalah aktual lain yang perlu diperhatikan
pesisir cukup terbuka, hal ini disebabkan oleh dua hal penting yakni
bahan bakar bakar minyak dan solar sehingga nelayan megurangi penangkapan
bahan bakar minyak tanah dicampur dengan oli bekas/solar. Bahan bakar oplosan
ini untuk menggantikan bahan bakar bensin dan solar hal ini berdampak negatif
(Kusnadi, 2009) .
15
Chambers (1983) menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan
mencukupi kebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku bukan hanya
pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seorang
sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau kemampuan untuk
kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin
16
persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan sumber
pendapatan.
orang menjadi miskin. Pada umumnya masyarakat yang disebut miskin ini
sosial mereka
17
b. Kelemahan fisik
c. Keterasingan
d. Kerentanan, dan
e. Ketidakberdayaan
Tampaknya, Chambers menekankan pada upaya perlunya kita terfokus pada dua
keterbelakangan dengan beberapa aspek ekonomi dan aspek non ekonomi. Tiga
faktor tersebut adalah rendahnya taraf hidup, rendahnya rasa percaya diri, dan
1. Bentuk Kemiskinan
18
kualitas kesehatan dan pendidikan, rendahnya perlakuan umum, kerentanan
terhadap tindak kejahatan, resiko mendapatkan tindakan negatif secara politik dan
adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal
dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf
rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu
tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya
pembebasan kemiskinan.
masyarakat nelayan mendapat penghasilan yang tinggi (Nunan, 2005 dalam Risal
2003) dimana struktur sosial tersebut tidak dapat mendirikan kerjasama yang baik
kebudayaan yang dianut seperti malas dan mudah menyerah pada nasib dan tidak
memiliki etos kerja (Wandoka 2012 dalam Risal 2016). Masyarakat enggan
19
mengintegrasikan dirinya kedalam lembaga-lembaga utama, bersikap apatis dan
karena sikap nelayan yang disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau
berakibat pada rusaknya tatanan sosial yang ada dan mengancam pola kehidupan
Penyebab kemiskinan tidak bisa dipandang sama atau dipukul rata pada
a. Keterbatasan pengetahuan
utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud
yaitu penyebab kemiskinan yang berasal dari rumah tangga miskin yang meliputi
20
faktor eksternal yang dimaksud yaitu faktor atau penyebab kemiskinan bukan
berasal dari dalam diri rumah tangga miskin melainkan dari luar yang tidak
tangga miskin yang meliputi dua faktor yakni kurangnya perhatian pemerintah
1. Keterbatasan pengetahuan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap daerah, dimana
2. Keterbatasan modal
Salah satu ciri dari kemiskinan yang sudah dikenali para ahli adalah kehausan
berbunga lunak. Tetapi, ini bukan berarti setiap pemberian bantuan modal
usaha berbunga lunak kepada rumah tangga miskin selalu berfungsi efektif.
21
efektivitas kredit. Selai itu, kendala lainnya disebabkan oleh kurangnya akses
warga miskin atas lembaga keuangan yang ada disekitarnya dan yang tidak
kalah penting adalah tidak ada barang jaminan yang dimiliki warga miskin
yang dapat dijadikan sebagai agunan pada suatu lembaga keungan. Bagi
Kredit yang tepat, mudah dan murah yang dikelola berdasarkan adat dan
budaya setempat merupakan salah satu sarana penting yang amat membantu
sumber daya alam alam dan perubahan lingkungan. Rumah tangga miskin yang
tinggal di kawasan daerah pesisir sangat tergantung pada sumber daya alam
ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya. Mereka umumnya hidup dikawasan
pesisir pantai dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam terutama angin,
gelombang dan arus laut laut, sehingga aktivitas penangkapan ikan tidak
berlangsung sepanjang tahun. Pada periode waktu tertentu nelayan tidak melaut
karena angin kencang, gelombang besar, dan arus laut yang kuat. Kondisi alam
22
ini kerap kali disebut musim penceklik yaitu musim dimana nelayan tidak
Nelayan adalah suatu pekerjaan yang bergantung pada kemurahan alam, ketika
laut sangatlah besar. Dimana setiap hari merekadatang ke laut dengan harapan
mendapat hasil tangkapanyang melimpah. Kondisi alam ini kerap kali disebut
musim penceklik yaitu musim dimana nelayan tidak beraktivitas sama sekali.Dan
Pada saat hasiltangkapan sedang tidak baik atau pada saat musim paceklik,untuk
kepada saudara atau kerabat dekat yang mampu. Jika nelayan tidak ada hasil
tangkapan dan juga tidakmemiliki uang simpanan maka sangat disesalkan sekali
kebutuhan yang memerlukan biaya besar, tidak jarang paranelayan tradisional ini
meminjam uang kepada para keluargadekat dan terkadang mereka juga meminjam
23
kepada rentenir.Pinjaman kepada para rentenir ini biasanya dialokasikanoleh
para nelayan untuk biaya tak terduga seperti kebutuhanuntuk biaya kesehatan
yang datang tiba-tiba atau bahkankecelakaan. Dan ada juga kebutuhan lain
kurang taat beribadah.Kebiasaan buruk ini sangat terlihat jelas pada saatacara
pesta laut (petik laut), dan pada saat acara pernikahanatau ketika mereka sedang
hasil tangkapan yang melimpah atau lebih makapada saat itu pula mereka
24
4. Kurangnya perhatian dari pemerintah
pelayanan dasar.
perahu dan modernisasi peralatan tangkap pada awal tahun 70-an. Kebijakan ini
keluarga
sekitar
25
d. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang
adalah:
terganggu. Hal ini disebabkan oleh kondisi sumber daya perikanan telah
26
d. Adalah rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan, sehingga
kualitas mereka.
modal yang dimiliki dan pendidikan nelayan yang rata-rata masih rendah dan
bahkan ada yang tidak menamatkan SD, sehingga kemampuan atau skillnya pun
terbatas, kehidupan nelayan yang penuh dengan tekanan dari pemilik modal
dengan nelayan yang terus dilanggengkan (Patron Klien), kebijakan dan program
yang kurang tepat sasaran dan sektoral, serta juga diakibatkan oleh budaya atau
kebiasaan hidup nelayan yang suka boros, ketika masa panen ikan dimana
Karena mereka (nelayan) miskin maka dalam kehidupan sosial politik pun
mereka lemah. Hak politik Nelayan yang meliputi hak pilih dan dipilih tidak
Kemiskinan yang dialami oleh nelayan rentan untuk menjadi sasaran atau objek
atau Wakil Rakyat. Meskipun secara hukum bahwa setiap orang mempunyai hak
memilih maupun dipilih, namun karena secara ekonomi mereka (nelayan) miskin
dan pendidikan formal yang minim, maka seolah tidak ada peluang baginya untuk
dapat menggunakan hak dipilihnya. Mereka hanya menjadi objek eksploitasi oleh
27
pihak-pihak tertentu yang ingin berhasil atau mendapatkan suara terbanyak pada
saat pemilihan, setelah berhasil lupa dan tidak ada upaya untuk memperhatikan
kehidupan nelayan.
mereka memang miskin secara budaya (sumberdaya, mindset, mental dan semua
aspek internal mereka) dan mereka miskin karena faktor eksternal (kebijakan,
sepertisepasang sebab dan akibat. Yang satu bisa menjadi sebab bagi yang lain.
sehingga sulit meretas kemiskinannya, dan karena mereka miskin sehingga sulit
utama kebuntuan jalan bagi nelayan. Dari sisi ekonomi mereka tidak mampu
terbatas pada penggunaan teknologi alat tangkap atau budidaya yang sederhana,
sehingga akses mereka hanya pada jarak yang dekat yang tentu signifikan dengan
hasil yang juga tidak terlalu banyak. Pada sisi lain, keterbelakangan penguasaan
28
Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan merupakan tempat
pencarian yang bersifat milik umum (common property) yang dibarengi dengan
rezim pengelolaan yang bersifat akses terbuka (open access). Kondisi ini
yang sama dengan nelayan lain yang memiliki armada tangkap yang lebih besar.
Di laut nelayan bersaing dengan nelayan yang lebih kuat daya tangkapnya, di
darat nelayan harus berurusan dengan retribusi yang kadang kurang berpihak pada
kesejahteraan nelayan kecil. Sehingga tidak heran jika nelayan kadang tidak mau
buruk, di sebagian wilayah pesisir telah terjadi destructiv fishing dan over fishing
sehingga hasil yang diperoleh nelayan kecil semakin sedikit. Untuk memperoleh
hasil yang lebih banyak mereka harus menempuh jarak yang lebih jauh yang
berefek pada BBM dan biaya yang lebih besar. Maka semua hal-hal ini kemudian
menjadi seperti lingkaran setan bagi nelayan yang semakin menyulitkan mereka
tersebut disebabkan oleh musim, dan ketersediaan sumberdaya ikan pada daerah
paceklik tiba. Pada sebagian besar nelayan juga terdapat sifat boros dan malas
29
menabung. Hasil laut yang kadang melimpah dan harganya tinggi menjadikan
nelayan berpikir bahwa akan selalu ada hasil yang melimpah disediakan oleh laut,
sehingga menghabiskan apa yang ada saat ini bukanlah suatu hal yang keliru.
Mereka juga berpikir tidak perlu menabung selagi masih mampu bekerja, karena
akan selalu ada hasil laut yang lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
mendapatkan sumberdaya yang terbatas. Hal ini tentu saja lambat laun akan
penggunaan alat tangkap. Ada nelayan yang menggunakan alat tangkap sederhana
seperti pancing, disisi lain ada nelayan yang menggunakan pukat, hal ini
menimbulkan konflik karena hasil tangkapan jauh berbeda. Selain jumlah hasil
bahwa nelayan itu miskin. Bahkan termiskin diantara orang miskin (the poorest of
the poor). ada pula yang mengatakan nelayan tidaklah miskin. Buktinya ketika
terjadi krisis, nelayan tenang-tenang saja. Bahkan nelayan pula yang menikmati
30
pendapatan lainnya. Misalnya, suatu kelompok nelayan penghasilan satu juta
rupiah per bulan. Bisa jadi mereka tidak tergolong miskin berdasarkan ukuran
garis kemiskinan. Namun bisa jadi ukuran kemiskinan tersebut dapat dikatakan
miskin bila dibandingkan dengan para pengusaha cold storage. Kemiskinan reatif
kemiskinan nelayan terjadi sebagai akibat dari faktor budaya atau kemalasan,
daya alam umumnya kemiskinan tipe ini disebut dengan kemiskinan kultural
dan alamiah. Karena ini aliran ini selalu sarat dengan proposal modernisasi
31
eksternal yang mengahambat proses mobilitas vertikal nelayan. faktor
eksternal tersebut berjenjang, baik pada tingkat mikro desa maupun pada
yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti
umpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup
lama mendiami suatu wilayah tertentu memiliki kebudayaan sama dan melakukan
32
Menurut Ralp Linton dalam Sitorus (1998) yang mengartikan masyarakat
sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan secara jelas.
sebagai:
yang mendiami territorial tertentu dan adanya sifat-sifat yang saling tergantung,
ikan. Pengertian mata pencaharian adalah sumber nafkah utama dalam memenuhi
33
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan adalah orang yang mata
nelayan dan nelayan kecil mempunyai definisi berbeda yaitu nelayan kecil adalah
berdasarkan besar kecil skala penangkapan tetapi dalam penegakan hukum hanya
mengenal istilah nelayan, tidak membedakan nelayan kecil atau besar. Ditjen
melakukan pekerjaan dalam operasi penagkapan ikan (binatang air lainnya dan
secara aktif melakukan kegiatan penangkapan ikan, baik secara langsung (seperti
penebar dan pemakai jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi
perahu layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal
Menurut Satria (Deden, 2011: 120) mengatakan bahwa nelayan dapat kita
bagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan
adalah orang yang memiliki sarana penangkapan seperti kapal/perahu, jaring, dan
alat tangkap lainnya.Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat
tangkap milik orang lain, sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang alatnya
dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang
orang lain. Sementara nelayan buruh adalah orang yang menjual jasa tenaga kerja
34
sebagai pembagian masyarakat ke dalam golongan-golongan menurut kriteria-
1. Dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap yang dimiliki
nelayan.
Dalam sudut pandang ini, nelayan bisa dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu golongan nelayan yang mempunyai alat-alat produksi sendiri (pemilik alat
produksi), dan golongan nelayan yang tidak mempunyai alat-alat produksi sendiri
(nelayan buruh), dalam hal ini nelayan buruh hanya dapat menyumbang jasa
tenaganya dalam kegiatan menangkap ikan serta mendapatkan upah yang lebih
menjadi dua tipe, yaitu nelayan besar yang memberikan modal investasi dengan
jumlah yang banyak untuk kegiatan menangkap ikan dan nelayan kecil yang
lebih jauh.
35
Nelayan bukanlah merupakan suatu etnis tunggal, mereka terdiri dari
beberapa kelompok:
1. Dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi
a. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik
orang lain.
b. Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap milik orang
lain.
2015)
yaitu:
c. Nelayan/petani ikan sambilan tambahan yaitu nelayan atau petani ikan yang
36
3. Berdasarkan kepemilikan sarana penagkapan ikan, nelayan diklasifikasin
sebagai berikut:
b. Juragan/pemilik adalah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun
utama.
ikan yang lebih maju seperti motor tempel atau kapal motor. Penguasaan
sarana perahu motor tersebut semakin membuka peluang bagi nelayan untuk
besar. Umunya, nelayan jenis ini masih beroperasi di wilayah pesisir. Pada
37
jenis ini, nelayan sudah berorientasi pasar. Sementara itu, tenaga kerja yang
digunakan sudah mel uas dan ti dak bergantung pada anggota keluarga saja.
jumlah tenaga kerja dengan status yang berbeda dari buruh hingga manajer.
d. Industrial fisher, ciri nelayan jenis ini adalah diorganisasi dengan cara cara
relatif lebih padat modal, memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari
pada perikanan sederhana, baik untuk pemilik maupun awak perahu, dan
menghasilkan untuk ikan kaleng dan ikan beku yang berorientasi ekspor.
dibedakan menjadi:
a. Nelayan perahu tak bermotor terdiri dari nelayan jukung nelayan perahu
c. Nelayan berkapal motor, menurut GT (Gross Ton) terdiri dari: kurang dari 5
GT, 5-10 GT, 10-20- GT, 20-30 GT, 30-50 GT, 50-100 GT, 100-200 GT,
berkembang dikawasan pesisir yakni suatu kawasan transisi antara wilayah dan
laut. Masyarakatnelayan memiliki integrasi sosial yang baik, sikap gotong royong
38
mereka sangat besar sebagai konsekuensi dari sifat pekerjaan mereka yangharus
satu individu atau satu keluarga nelayan. Dengan kata lain masyarakat nelayan
dibentuk oleh sejumlah rumah tangga nelayan dan tiap rumah tangga merupakan
nelayan adalah keadaan nyata yang dapat diungkapkan melalui usaha mereka
yang dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan, kondisi alam tidak menunjang,
berkembang di kawasan pesisir yakni suatu kawasan transisi antara wilayah laut
memanfaatkan sumber daya alam yang ada dilaut.Oleh karena itu, dengan adanya
pemanfaatan sumber daya laut secara intensif, optimal dan terkendali dapat
Namun pada kenyataannya, sampai sekarang wilayah pesisir dan laut belum
menjadi prioritas utama bagi pertumbuhan ekonomi secara nasional dan belum
saat ini dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat nelayan masih berada
39
dibawah garis kemiskinan. Kemiskinan pada masyarakat nelayan ini ada dua
beberapa faktor yaitu keterbatasan modal, kebiasaan bergantung pada alam serta
Maka dari itu dibutuhkan strategi untuk mengatasi masalah kemiskinan pada
40
Kemiskinan Masyarakat Nelayan
di Desa Mekar Sama
41
BAB III
METODE PENELITIAN
kemiskinan.
Penelitian ini adalah para masyarakat nelayan miskin yang berada di Desa
konteks penelitian ini informan adalah mereka yang mengetahui fokus penelitian
ini.
42
3.4. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan
penentuan teknik analisis dan formula statistik yang akan digunakan. Data
yang perlu dipersiapkan untuk memudahkan misalkan kamera dan alat tulis
2. Sumber Data
menjadi dua berdasarkan sumbernya yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara lansung dari objek
b. Data sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh tidak langsung dari
objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah jurnal serta situs di internet yang berkenan dengan penelitian yang
dilakukan.
43
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Wawancara
dengan dua pihak, pihak pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
b. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis yang dengan
c. Dokumentasi
Yaitu suatu bentuk data yang diperoleh dari arsip arsip yang telah ada sebelumnya
data dan merakitnya kedalam satu kesatuan yang logis sehingga jelas
44
a. Data collection (tahap pengumpulan data) yaitu pada saat proses memasuki
b. Data reduction (tahap reduksi data) yaitu pada saat proses pemilihan data
tindakan.
d. Tahap penarikan kesimpulan, pada tahap ini penarikan kesimpulan dari data
menggambarkan kenyataan.
45
BAB IV
Desa Mekar Sama adalah salah satu desa yang berada di pesisir laut di
Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna. Desa ini berdiri pada tahun 2014 yang
sebelumnya desa Mekar Sama ini masuk dalam Lingkungan VI kelurahan Tampo.
2. Keadaan Geografis
dengan luas wilayah 1.530 Km2. Desa Mekar Sama memiliki batas-batas wilayah:
3. Keadaan Demografis
a. Jumlah Penduduk
Sama berjumlah 1.300 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 323 KK.
46
b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk Desa Meka Sama pada tahun 2016 berjumlah 1.300 jiwa dengan
perincian jenis kelamin laki-laki sebanyak 657 jiwa dan jumlah perempuan
sebanyak 643 jiwa. Secara umum sebagian besar penduduk Desa Mekar Sama
berusia produktif. Adapun komposisi menurut umur dan jenis kelamin dapat
Mekar Sama yang memiliki presentase terbanyak adalah pada jenis kelamin laki-
laki sebanyak 657 jiwa (50,6%), sedangkan jumlah perempuan sebanyak 643
Penduduk Desa Mekar Sama memiliki jumlah jiwa sebanyak 1.300 jiwa,
hal ini dapat dilihat dari jumlah jiwa menurut umur tahun2016. Adapun komposisi
47
2 5-9 164 12.6
4 15-19 169 13
9 40-44 74 5.6
10 45-49 30 2.3
11 50-54 30 2..3
12 55-59 20 1.5
13 60-64 25 1.9
14 65 ke atas 12 0.9
Desa Mekar Sama menurut usia dari usia 0-65 tahun keatas yang memiliki
presentase tertinggi adalah pada usia 15-19 tahun yakni sebesar (13%).
yang berada di pinggir laut yang sangat potensial dengan sumber mata
48
yang dijalani selama ini. Untuk mengetahui lebih jelas mata pencaharian yang
digeluti oleh penduduk di Desa Mekar Sama dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
2 Petani 30 13,04
4 Pedagang 20 8,69
5 Buruh 15 6,52
6 Honorer 10 4,24
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa penduduk Desa Mekar
Sama yang bermata pencaharian terbanyak adalah sebagai nelayan yaitu sebanyak
150 jiwa atau sebanyak (65,21%), sedangkan mata pencaharian terendah adalah
pegawai negeri sipil sebanyak 5 jiwa 2,17%) kemudian petani sebanyak 30 jiwa
(26,52%), dan honorer sebanyak 10 jiwa (4,24%). Dari tabel tersebut, jelas bahwa
penduduk Desa Mekar Sama sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai
ikan.
49
e. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
kesesuaian pekerjaan yang akan dikerjakan. Pendidikan yang relatif ini akan lebih
pendidikan formal yang diperoleh dan ditamatkan oleh penduduk Desa Mekar
Sama. Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan tersebut disajikan dalam pada tabel
berikut:
1 SD 530 66
4 Akademi 20 2,34
5 Universitas 15 1,75
kebanyakan adalah tamatan SD yakni sebanyak 530 jiwa atau (66 %), dan yang
50
10 jiwa (1.75%). Tingkat SMP sebanyak 189 jiwa (22,13%), tingkat SMA
sebanyak 100 jiwa (11,70%) dan pada tingkat akademi sebanyak 20 jiwa (2,34%)
Dari tabel diatas telah menunjukan di Desa Mekar Sama memiliki masalah
pendidikan yang merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan oleh
pendidikan yang sangat rendah yang mereka miliki maka sangatlah berpengaruh
ikan. Pengertian mata pencaharian adalah sumber nafkah utama dalam memenuhi
kebutuhan hidup dengan menangkap ikan. Masyarakat nelayan Desa Mekar Sama
mendunia dan hingga kini masih menjadi isusentral dibelahan bumi manpun.
Selain bersifat laten dan aktual, kemiskinan dipandang sebagai penyakit sosial
ekonomi yang paling banyak dialami oleh negara berkembang. Adapun bentuk
kemiskinan yang ada di desa Mekar Sama adalah yang pertama Kemiskinan
khususnya untuk sarana dan prasarana belum dirasakan oleh nelayan seperti
belum adanya tempat pelelangan ikan (TPI) untk masyarakat desa Mekar Sama,
dan tidak adanya bantuan alat tangkap bagi nelayan. , seperti yang diungkapakan
Disini kalau sudah tiba dari melaut itu, hasil tangkapannya kalau bukan
diambil sama orang diluar desa ah kita bawa dipasar mana jauh sekali.
51
Kita harapnnnya itu pemerintah bisa membuatkan kita tempat pelelangan
ikan, supaya kita tidak kesusahan untuk pergi jual hasil tangkapan. Kalau
kita kasih sama orang luar yag sudah jadi langganan juga kadang mereka
juga ambil dengan harga murah. Jadi kami itu berharap sama pemerintah
bisa dibuatkan tempat lelang. Supaya masyarakat nelayan disini tidak
kesusahan lagi. Kita sudah susah tambah susah. (wawancara, 15 November
2018)
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) agar masyarakat nelayan tidak kesusahan untuk
menjual hasil tangkapannya ke tempat lain yang jaraknya tidak begitu dekat.
pelelangan ikan (TPI) di Desa Mekar Sama, masyarakat juga menyayangkan tidak
adanya bantuan alat tangkap untuk para nelayan, seperti yang di ungkapkan oleh
sama sekali dari pemerintah untuk masyarakat nelayan di desa Mekar Sama
52
(Sumber: Dokumentasi Penelitian 2018)
gambar diatas bisa kita lihat bahwasanya alat yang digunakan nelayan diatas
merupakan alat yang sangat sederhana yaitu berupa pukat, jaring dan perahu.
Alat-alat tersebutlah yang digunakan oleh para nelayan yang berada di Desa
hari.
53
(Sumber: dokumentasi penelitian 2018)
Gambar diatas adalah gambar rumah nelayan. ini berada di laut hanya saja
akibat turunnya air laut sehinngga kelihatan seperti perumahan yang ada di darat.
berdindingkan kayu yang sebagian tembus pandang dari luar rumah dan beratap
seng.
adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal
dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf
hidupnya dengan tata cara yang modern. Kebiasaan seperti ini biasa berupa sikap
54
malas, pemboros, kurang kreatif, dan relati pula bergantung pada pihak lain.
seperti yang diugkapkan oleh ibu Uti berumur 37 tahun yaitu sebagai berikut:
Bagaimana caranya mau berkembang kalau tidak ada yang kita tau.
Tidak ada keterampilan yang kita tau. Yang kita tau hanya bantu-bantu
suami saja, baru kita mau buka usaha lain juga tidak ada modal utuk buka
usaha, jadi kita mau bikin apa kalau sudah begutu. Terpaksa hanya cari
ikan saja yang bisa dikerja, dan kalau soal boros kita tidak boros,
bagaimana mau boros pendapatan saja pas-pasan. Mau lewat dimana kita
mau boros. Hanya itumi tidak ada keterampilan yang kita tau dan tidak
ada modal, seandainya ada keterampilannya kita mungkin bisa juga kita
bikin untuk dijual supaya ada tambahannya pendapatan. (wawancara 15
November 2018).
.
Dari hasil wawancara diatas menggambarkan bahwa tidak berkembangnya
adanya moal yang ada sehingga tidak adanya kesempatan untuk membuka usaha
adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal
dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf
hidupnya dengan tata cara yang modern. Sedangkan kemiskinan struktural adalah
sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya
55
a. Keterbatasan Modal
Salah satu ciri dari kemiskinan yang sudah dikenali para ahli adalah
kehausan rumah tangga miskin khususnya di pedesaan dan pesisir terhadap kredit
berbunga lunak. Tetapi, ini bukan berarti setiap pemberian bantuan modal usaha
berbunga lunak kepada rumah tangga miskin selalu berfungsi efektif. Seperti yang
desa Mekar Sama mempunyai kendala permodalan. Ada sebagian nelayan yang
kurang memiliki modal. Hasil tangkapan yang di dapat hanya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari,
satunya yaitu keterbatasan modal. Kesulitan pada modal merupakan salah satu
Kalau modal kita kurang juga, biasanya kalau saya pinjam sama keluarga
yang didarat yang berada, kalau sudah tidak adami uang sama keluarga
didaratmi kita pinjam uang untuk modalnya kita. Kita mau pinjam di
bank takut juga jangan sampai kita tidak bisa bayarkarena hasil
tangkaapn tidak menentu. Karena masalahnya kita ini juga di modal, jadi
pokonya kalau saya tidak ada modalku saya pergi sama keluargaku,
alhamdlulillah keluarga yang didarat mengerti juga dan sudah percaya
jugga sama kita. (wawancara 17 November 2018).
56
Dari hasil wawancara diatas menggambarkan bahwa karena kurangnya
resikonya sangat besar yaitu penyitaan alat tangkap dan perahu jika beberapa kali
desa sama yang bernana Bapak Ido 53 tahun yaitu sebagai berikut:
bantuan dari pemerintah untuk masyarakat nelayan Desa Mekar Sama untuk
pada desa Mekar Sama bukan karena faktor kemalasan masyarakat itu sendiri,
kemiskinan itu muncul. Seperti yang diungkapkan bapak agus yang berumur 46
Kendala nelayan masyarakat disini selain kena musim ombak besar, ada
juga itu bahan bakar yang tinggi sekali harganya. Kita tidak melaut kalau
57
tidak ada bahan bakar, kita mau pake apa, mau isi air tidak mungkin.
Kalau mahal bahan bakar baru penghasilan melaut juga tdk banyak itu
kita rugi sekali. Seandainya pemerintah tidak menaikan harga bahan
bakar kita tdk mungkin kesusahan di bahan bakar. Ini belum beli bensin,
belum biaya perbaiki pukat belum yang lain-lain. (wawancara 17
November 2018).
kebijakan pemerintah yang menaikan harga bahan bakar membuat nelayan merasa
terbebani edengan kebijakan tersebut. Dengan alasan bahwa jika bahan bakar naik
dengan hasil melaut yang sedikit maka nelayan merasa rugi. Dengan harapan agar
sumber daya alam alam dan perubahan lingkungan. Rumah tangga miskin yang
tinggal di kawasan daerah pesisir sangat tergantung pada sumber daya alam
mata pencaharianya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan
“Pekerjaannya kita sehari-hari sudah inimi, kita mencari ikan dilaut. Kita
pergi subuh pulannya kadang besok paginya lagi atau kita pergi malam
pulang pagi.karena untuk kaih hidup keluarga dirumah sudah dengan
cara begini. Jadi kita bergantuk sekli sama hasil laut, sudah itumi
pekerjaannya kita. Kadang kalau musim ikan kurang, kita pergi melaut
kadang sampai 3 hari, dengan harapan kita mau dapat banyak tangkapan.
Karna tidak ada yang bisa harapkan selain bergantung sama hasil laut .
yang kasih hidup kita selama ini sudah dari hasil lautmi itu. (wawancara
17 November 2018).
58
Dari hasil wawancara diatas menggambarkan bahwasanya nelayan desa
meskipun terkadang memiliki kendala disaat musim penceklik tiba tetapi para
nelayan tetap mengandalkan hasil dari alam yaitu hasil dari laut dengan cara
melaut dengan jangka waktu sampai 3 hari dengan peralatan yang sederhana.
oleh kondisi alam terutama angin, gelombang dan arus laut laut, sehingga
waktu tertentu nelayan tidak melaut karena angin kencang, gelombang besar, dan
arus laut yang kuat. Kondisi alam ini kerap kali disebut musim penceklik yaitu
musim dimana nelayan tidak beraktivitas sama sekali. Seperti yang diungkapakan
oleh seorang ibu rumah tangga yang suaminya bekerja di sektor nelayan atas
Disini kita tingalnya di laut, dan pekerjaan juga kerjanya dilaut. Suamiku
itu kerjanya cari ikan. tapi kalau sudah keras ombak, kencang angin
biasanya tidak turun melaut karna nanti terjadi hal yang kita tidak
inginkan. Tapi itumi kalau sudah tidak melaut, kendalanya dikuragnya
pendapatan keuangan. Jadi saya biasanya pintar-pintar atur uang. Karna
kalau nda turun melaut nda ada kerja yang bisa kita kerja, karna yang kita
harapkan hanya apa yang ada dilaut.(wawancara 17 November 2018).
bergantung pada alam. Pada saat musik penceklik tiba atau musim keras ombak,
kencang angin maka nekayan tidak turun melaut dnegan alasan bukan karna malas
melainkan resiko sangat besar yang akan dihadapi. Maka dari itu nelayan memilih
59
libur dulu. Namun dampak jika nelayan tidak turun melaut yakni tidak ada
menyebabkan tidak adanya kegiatan atau usaha lainnya yang bisa di lakukan
karena tidak adanya pengetahuan dan keterampulan yang dimiliki selain bekerja
di sektor maritim sebagai nelayan. selain itu juga karena kurangnya modal yang
keterbatasan modal maka tiak bisa membuka usaha baru untuk menunjang
kehidupan yang kebih baik lagi. Karena para nelayan tidak memiliki ilmu
Selain keterbatasan modal dan kurangnya ilmu pengetahuan faktor lain yang
pemerintah yaitu tidak ada bantuan sama sekali dari pemerintah untuk masyarakat
nelayan dalam memperbaki kehidupan untuk lebih layak lagi, karna banyaknya
faktor terakhir adalah karena ketergantungan pada alam sangat tingi. Masyarakat
nelayan Desa Mekar Sama sangat bergantung pada alam yaitu apa yang ada dilaut.
dialam untuk hidup, sehingga tidak ada cara lain yang bisa di lakukan, ini
60
yang bisa dilakukan dalah dengan memanaatkan apa yang ada di alam sebaik
mungkin. Dari uaraian diatas bahwa bisa dikaitkan dengan konsep mengenai
penyebab kemiskinan (Upe, 2012) yaitu faktor peneybab kemiskinan ada dua
yakni faktor internal meliputi keterbatasan modal dan faktor eksternal yakni
a. Melakukan pinjaman
Salah satu cara nelayan untuk mengatasi keterbataan modal yang dialami
maka cara yang digunakan yaitu dengan cara melakukan pinjaman modal pada
nelayan yang memiliki strata yang lebuh tinggi. Seperti yang di ungkapkan oleh
“nelayan disini kalau punya modal sedikit biasanya pinjam sama nelayan yang
mampu, atau kadang sama kerabat yang kehidupannya bisa dibilang orang
berada. Ada juga yang pinjam di Bank tapi dengan resiko yang tinnggi. Tapi
demi untuk tercukupinya modal untuk melaut atau unytuk memenuhi
kebutuhan sehai-hari sudah itumi yang dibkin. Pinjam sama kerbata atau sama
nelayan yang lebih mampu” .(wawancara 17 November 2018).
berikut:
“kami nelayan disini yah kalau tidak punya modal untuk melaut lagi jalan satu-
satunya kita pergi pinjam sama kerabat yang lebih mampu. Nanti kalau cara
mengembalikannya kita dikasih jugaa keringanan nanti tiap bulan itu harus diganti
meskipun tidak banyak asal ada yang bisa kami kembalikan.”(wawancara 17
November 2018).
Dari hasil wawancara diatas maka dapat digambarkan bahwa salah satu strategi
mereka alami maka dengan menggunakan modal pinjam pada kerabat atau
61
nelayan yang lebih mampu da nada sebagian juga nelayan yang meminjam pada
. Pada periode waktu tertentu nelayan tidak melaut karena angin kencang,
gelombang besar, dan arus laut yang kuat. Kondisi alam ini kerap kali disebut
musim penceklik yaitu musim dimana nelayan tidak beraktivitas sama sekali.
Maka untuk mengatasi hal tersebut nelayan menggunakan cara menambah jenis
usaha untuk tetap mendapatkan penghasilan. Seperti yang di jelaskan oleh kepala
“kalau nekayan disini tiba musimnya tidak melaut itu mereka mencari
pekerjaan sampingan. Awalanya mereka pasrah dengan keadaan tapi mereka
berpikir kembali kalau mau pasrah begitu saja maka tidak aka nada penghasilan.
Mereka sebagian kerja sebagai buruh ikut-ikut yang muat kayu di hutan, ada yang
pergi mengojek bagi yang punya motor. Meskipun hanya sedikit penghasilan nya
setidaknya mereka punya penghasian tambahan untuk menuntupi kekuragan dulu”
.(wawancara 17 November 2018).
Hal yangs sama juga diuangkapkan oleh ibu Uci umur 42 tahun yaitu
sebagai berikut:
“kalau sudah musim tidak turun melaut kan penghasilan itu kurang bahkan
tidak ada, mau melaut juga keras ombak takut juga melaut. Makanya untuk
menambah penghasilan kadang saya bantu-bantu juga suami. Kalau suami saya
dipanggil ikut angkut kayu di hutan untuk tambah penghasilan maka saya juga
ikut bantu suami untuk tambah penghasilan. Kalau ada yang butuh tenaga untuk
memncuci orang yang berada di bagian darat sana saya biasanya saya di panggil
di saan untuk memcuci. Saya bersyukur juga bisa membantu suami walaupun
pengasilan yang tidak begitu banyak” .(wawancara 17 November 2018).
nelayan disaat musim penceklik tiba maka nelayan mencari atau menambah jenis
62
menjadi buruh dihutan dan istri mencari pekerjan sampingan yaitu dengan cara
adalah tidak adanyaa TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Tidak adanya bantuan dari
“disini kan tidak ada Tepat Pelelangan Ikan. jadi nelayan disini
kerjasamanya sama bos kalau kita panggil. Bos itu bukan orang sini, dia orang
dari desa atas tapi diami yang beli hasil tangkapannya kita, nanti dianya jual di
kota. “.(wawancara 17 November 2018).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak Muhammad 50 tahun sebagai
beriku:
“hasil tangkapan yang kita dapat itu langsung diambil sama bos yang dari
desa atas. Meskipun dengan harga yang tidak terlalu mahal yang pentng hasil
tangkapaannya kita laku dan kalau kita tidak kerjasaam begitu hasil tangkapannya
kita kalau tidak laku lama kelamaan membusuk. Dari pada begitu mendingan
diambil sama bos meskipun dia ambilnya dengan harga yang tidak terlalu mahal”
.(wawancara 17 November 2018).
63
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
64
5.2. Saran
mengubah pola pikir dari pasrah dengan keadaan menjadi memiliki inisiatif
65
DAFTAR PUSTAKA
Surabaya
1987. Jakarta
Fatmasari, Dewi. 2014. Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir.
Media. Yogyakarta
Sunan Kalijaga
April 2005.
Rahman, Andi. 2018. Suku Bajo dan Kemiskinan. Surabaya: Universitas Negeri
Sunan Ampel
0
Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta PT Pustaka:
Cidesindo.
Persada
Alfabeta
1
L
2
DAFTAR INFORMAN
2. Nama : Nclio
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Nelayan
3. Nama : Uti
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : IbuRumahTangga
4. Nama : Muhammad
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Nelayan
5. Nama : Andi
Umur : 36 Tahun
Pekerjaan : Nelayan
6. Nama ; Ido
Umur : 53 Tahun
Pekerjaan : Nelayan
7. Nama : Uci
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : IbuRumahTangga
8. Nama : Agus
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Nelayan
3
4
5
6
7
8