Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-
unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika
terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial
seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti
proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi
sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah Sosial
Malasalah sosial adalah istilah dalam sosiologi yang lahir menjadi bagian gejala sosial. Masalah
Sosial ini terbentuk dari dua kata, yakni masalah dan sosial. Masalah artinya adalah
ketidaksetaraan yang terjadi antara keinginan dan kenyataan, sedangkan sosial berarti
masyarakat. Jadi, secara umum masalah sosial ialah persenjangan yang terjadi dalam masyarakat.
Pengertian masalah sosial adalah bentuk problama yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
yang disebabkan karena adanya interkasi sosial yang kurang seimbang antara satu dengan yang
lainnya, Masalah sosial ini bisa dalam bentuk masalah agama, budaya, etnis, hukum, dan lain
sebaginya.
Definisi masalah sosial menurut pandangan para ahli, antara lain adalah sebagai berikut;
Kartini Kartono
Pengertian masalah sosial merupakan semua bentuk tingkah laku individu atau kelompok yang
melanggar adat istiadat dalam kehidupan masyarakat. Sebagian besar masyarakat menganggap
masalah sosial mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan juga merugikan banyak orang,
termasuk mengacaukan keteraturan sosial yang sudah berjalan.
Soejono Soekamto
Ahli sosiologi ini memberikan definisi masalah sosial sebagai keadaan yang terjadi karena
ketidaksesuaian diantara kebudayaan dan hubungan dalam masyarakat. Kondisi ini dapat
membahayakan keberlangsungan hiudp dalam suatu kelompok sosial.
Martin S.Weinberg
Masalah sosial menurut martin adalah suatu perbuatan yang dinilai bertentangan dengan
kebudayaan dalam masyarakat. Terutama dengan kondisi yang seharusnya terjadi dan diapatuhi,
dampak yang ditembulkan bisa berpengaruh signifikan bisa juga berpengaruh kecil.
Dari 3 pengertian masalah sosial menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah
sosial adalah keadaan yang terjadi karena ketidaksesuaian yang dialami oleh masyarakat akibat
adanya perbuatan yang dilakukan individu menyimpang.
Masalah sosial yang ada di dalam kehidupan masyarakat, dapat dibedakan menjadi dua macam,
macam-macam masalah sosial tersebut antara lain adalah sebagai berikut;
Manifest social problem merupakan jenis masalah sosial yang dampaknya langsung dirasakan
oleh masyarakat, contoh daripada manifest social problem ini misalnya adalah konflik yang
melanda wilayah desa atau kampung. Seperti halnya konflik sosial yang pernah di alami di
Provinsi Lampung.
Latent social problem adalah suatu masalah sosial yang tidak tampak (tersembunyi) sehingga
dampaknya tidak langsung dirasakan oleh masyarakat.
Contoh masalah sosial dalam latent social problem misalnya saja adalah kesenjangan
pembangunan yang dilakukan Pemerintah RI di Indonesia Bagian Timur Dan Indonesia Bagian
Barat. Kesenjangan ini memang selama ini tidak memunculkan masalah berarti, akan tetapi jika
dibiarkan begitusaja bukan tidak mungkin menimbulkan kecemburuan sosial yang akhirnya
membuat Indonesia Bagian Timur, termasuk Papua ingin memisahakan diri dari Indonesia.
Faktor-faktor yang menyebabkan atau mendoroang segala bentuk masalah sosial dalam
masyarakat, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang diantarnya fakror-faktor tersebut
adalah sebagai berikut;
1. Faktor biologis merupakan penyebab masalah sosial yang berkaitan dengan gangguan
fisik seperti penyakit dan gangguan kesehatan.
2. Faktor psikologis merupakan penyebab masalah sosial yang berkaitan dengan gangguan
kejiwaan seseorang.
3. Faktor ekonomi merupakan penyebab masalah sosial yang berkaitan dengan pendapatan,
kekayaan, dan upaya pemenuhan kebutuhan hidup.
4. Faktor budaya menunjukkan latar belakang terjadinya masalah sosial berkaitan unsur-
unsur nilai dan norma sosial seperti adat istiadat dan kebiasaan.
Dampak akan terjadinya masalah sosial dalam masyarakat, antara lain adalah sebagai
berikut;
Kasus kriminalitas seperti begal, jambret, dan pencurian yang tidak segera ditangani dapat
meningkatkan angka kriminalitas. Meningkatnya angka kriminalitas ini juga banyak
menimbulkan keresahan dan menjadi ancaman bagi masyarakat.
Konflik Sosial
Masalah sosial dapat menimbulkan konflik sosial apabila tidak segera diatasi secara optimal.
Masalah yang menimbulkan konflik sosial antara lain tawuran pelajar, demo buruh menuntut
kenaikan UMR, dan tuntutan warga terhadap pemerintah mengenai kenaikan BBM.
Pada dasarnya, permasalahan sosial merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan masalah sosial terwujud sebagai hasil dari kebudayaan
manusia itu sendiri dan akibat dari hubungan dengan manusia lainnya. Suatu gejala dapat disebut
sebagai permasalahan sosial dapat diukur melalui:
1. Tidak adanya kesesuaian antara nilai sosial dengan tindakan sosial.
2. Sumber dari permasalahan sosial merupakan akibat dari suatu gejala sosial di masyarakat.
3. Adanya pihak yang menetapkan suatu gejala sosial tergantung dari karakteristik
masyarakatnya.
4. Perasalahan sosial yang nyata (manifest social problem) dan masalah sosial tersembunyi
(latent social problem).
5. Perhatian masyarakat dan masalah sosial.
6. Sistem nilai dan perbaikan suatu permasalahan sosial.
Adanya berbagai fenomena di lingkungan masyarakat dapat menimbulkan permasalahan
sosial. Namun, tidak semua fenomena di masyarakat dapat disebut sebagai permasalahan sosial.
Berikut beberapa contoh masalah sosial yang ada di masyarakat, antara lain:
Masalah sosial dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : keharusan makan, kependudukan, mempertahankan diri, dll.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
Tanggal 20 Desember 1948 ditetapkan sebagai salah satu hari bersejarah Indonesia, yakni
Hari Sosial. Hari Sosial ditetapkan untuk mengenang keberhasilan seluruh lapisan masyarakat
dalam mempertahankan Indonesia dimana pada saat itu Belanda ingin kembali menjajah
Indonesia dengan menduduki ibukota Yogyakarta, karena pada saat itu juga peristiwa bersejarah
bersatunya seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi permasalahan dalam mempertahankan
kedaulatan negara.
Maka Menteri Sosial pertama Republik Indonesia pada saat itu Iwa Koesoema Soemantri
menetapkan 20 Desember 1948 “Hari Sosial”, lalu diubah kembali 20 Desember 1976 oleh
Menteri Sosial HMS mintardja SH “Hari Kebhaktian Sosial Nasional”, dan Peringatan ke-XXVI
20 Desember 1983 Menteri Sosial yang menjabat pada saat itu Nani Soedarsono, SH. Merubah
“Hari Kebhaktian Sosial Nasional” menjadi “Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional” atau HKSN.
Warga Negara Indonesia selalu dikaitkan sebagai bangsa yang tingkat toleransi saling
membantu tinggi. Akan tetapi sejak tahun 2017 hingga ini banyak isu-isu yang ingin memecah
belah kesatuan NKRI, mulai dari isu SARA dan Politik. Peran dari setiap anggota masyarakat
dan peran lembaga pemerintahan sangat diperlukan guna menjaga persatuan, adanya aksi damai,
toleransi umat beragama, dan sosialisasi merupakan kegiatan positif menjaga Bhineka Tunggal
Ika.
Masalah sosial yang terjadi pada saat penjajahan dibandingkan masalah sosial yang terjadi
pada saat ini sangat jauh berbeda. Kepekaan terhadap negara sangat berkurang drastis
dibandingkan pada saat penjajahan. Padahal kita tidak lagi angkat senjata, tidak lagi bidik musuh
dengan senapan, tidak lagi menggunakan bambu runcing untuk ikut serta membela negara. Tali
persaudaraan merupakan suatu citra bangsa untuk menjadikan bangsa yang kuat. Masalah-
masalah yang dihadapi negara memang beragam namun yang menjadi utama dalam penanganan
adalah masalah sosial.
Masalah-masalah Sosial
Implementasi HKSN sangat perlu sebagai mata rantai persaudaraan bangsa Indonesia.
Aksi sosial yang dibangun Indonesia diperlukan untuk tetap menjaga keeratan berwarga negara.
Namun sangat disayangkan di zaman milenial sekarang masih banyak yang salah menggunakan
kekuasaan akibat adanya oknum wakil rakyat yang korupsi. Sebagai contoh kurang sadarnya dan
betapa hina perbuatan berikut, terlebih yang dikorupsikan pun adalah bantuan sosial, dimana
kita tahu sendiri bantuan sosial diperuntukan untuk warga yang kurang mampu dalam
perekonomian, kesehatan, pendidikan dan yang lainnya, hibah sosial juga digunakan untuk yang
terkena bencana seperti meletusnya gunung agung, erupsi gunung sinabung yang sudah
bertahun-tahun, bencana banjir bandang di Pacitan dan bencana alam yang terjadi di 2017.
Sunguh keji rasanya setiap oknum pemerintahan berperilaku sebagai tikus-tikus berdasi
yang mencuri uang rakyat, sehingga banyak masyarakat yang mengeluhkan korupsi ini akibatnya
pelayanan berkurang dan pertumbuhan infrastruktur terhambat dan perekonomian terhambat.
Pada tahun 2017 masalah sosial yang terjadi di Indonesia adalah masalah Suku, Agama,
Ras, dan Antar Golongan (SARA). Tahun ini (2018) bisa dikatakan masalah isu SARA menjadi
masalah darurat karena menyangkut kesatuan dan persatuan Indonesia. Banyaknya orang-orang
yang tidak bertanggung jawab yang menyinggung SARA mengakibatkan masyarakat yang
geram dan mudah terprovokasi. Karena ingin memecah bela dan ingin menjatuhkan
pemerintahan demi kekuasaan, isu SARA diperalat untuk kebutuhan politik maka dampaknya
banyak yang terintimidasi untuk menyampaikan pendapat. Mengapa kita masih mudah
terprovokasi dengan hal kotor tersebut padahal motto atau semboyan bangsa “Bhineka Tunggal
Ika” melekat kuat dalam diri Negara kita Indonesia.
Masalah sosial selanjutnya adalah masalah kemiskinan. Karena merupakan negara yang
berkembang, tingkat kemiskinan Indonesia cukup memprihatinkan dari tahun ke tahun, Badan
Pusat Statistika (BPS) mencatat maret 2017 jumlah penduduk miskin, yakni penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 27,77 juta
orang (10,64 %) dari jumlah total penduduk.
Akibat dari kemiskinan sejalan dengan tingkat pengangguran yang tinggi sehingga angka
kriminalitas yang terjadi memprihatinkan dari mulai perampokan, begal, pencurian motor, dan
lainnya. Dan lebih mirisnya lagi sebagian dari warga Negara Indonesia harus mencari pekerjaan
di luar negeri, tamat SLTA sudah harus ke negeri seberang mencari pundi-pundi uang, terpisah
dengan keluarga dan terikat kontrak kerja.
Indonesia adalah salah satu negeri yang tingkat korupsinya sangat tinggi. Sebab, banyak
pejabat yang menyelewengkan uang negara dan memanipulasi keuangan baik untuk kepentingan
pribadi maupun golongan. Korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun. Tindak pidana korupsi sudah meluas dalam masyarakat, baik dari jumlah kasus yang
terjadi dan jumlah kerugian negara maupun dari segi kualitas tindakk pidana yang dilakukan
semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Bahkan yang lebih miris lagi adanya pejabat pemerintahan mengkorupsi dana Bantuan
Sosial (Bansos) yang kita ketahui dana tersebut dikucurkan untuk rakyat yang kurang mampu,
terkena bencana alam, biaya pendidikan dan biaya kesehatan. Sungguh menjadi ironi dan
memprihatinkan. Semua itgu akibat ulah dari para koruptor yang akhirnya menghambat
pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Masalah sosial Indonesia bukan saja menjadi tugas dan tanggung jawab lembaga
pemerintahan tetapi tugas bersama. Sebagai mahluk sosial dan warga negara Indonesia, kita
harus saling menolong, menopang, bergotong royong. Kita tahu persatuan dan kesatuan
Indonesia harus kita pertahankan. Jangan mudah terprovokasi oleh orang yang tidak bertanggung
jawab, bijak terhadap berita hoax, menjaga sikap untuk tidak saling fitnah namun saling
menghormati pendapat orang lain.
Indonesia adalah negara yang kuat dan besar. Hal itu dibuktikan betapa hebatnya pahlawan kita
menyatukan Indonesia. Atas dasar Bhineka Tunggal Ika mari kita jaga kerukunan warga negara,
kita pecahkan bersama masalah-masalah sosial yang ada dan kita harus sadar perbedaan itu
adalah indah.
Teori Fungsionalis
Berdasarkan teori fungsional ini, ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua
pandangan tersebut adalah patologi sosial dan disorganisasi sosial. Dalam patologi sosial,
permasalahan sosial diibaratkan sebagai penyakit dalam diri manusia. Penyakit yang timbul
tersebut, penyebabnya ialah salah satu bagian tubuh tidak mampu bekerja dengan baik sesuai
dengan fungsinya.
Penyakit sosial seperti kriminalitas, kekerasan, dan kenakalan remaja tumbuh dalam
masyarakat karena peran-peran sosial seperti institusi keluarga, agama, ekonomi dan politik
sudah tidak berfungsi maksimal dalam mensosialisasikan nilai dan norma yang baik. Sedangkan
menurut pandangan disorganisasi sosial, masalah sosial bersumber dari perubahan sosial yang
cepat, yang kemudian mempengaruhi norma sosial.
Teori Konflik
Menurut teori ini, masalah sosial muncul dari berbagai macam konflik sosial, yaitu
konflik kelas, konflik etnis dan konflik gender. Ada dua perspektif dalam teori konflik,
yaitu teori Marxis dan teori Non-Marxis. Teori Marxis terjadi karena adanya ketidaksetaraan
dalam kelas sosial. Oleh karena itu, Teori Marxis muncul untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul akibat ketidaksetaraan tersebut. Berbeda dengan Teori Marxis, teori Non-Marxis
berfokus pada konflik antarkelompok sosial di masyarakat. Konflik tersebut disebabkan oleh
kepentingan yang berbeda antara satu kelompok dengan yang lain.
Teori ini mengemukakan bahwa setiap orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang
muncul dalam sebuah situasi tertentu. Ada dua paham dalam teori ini yang mengkaji tentang
masalah sosial. Teori pertama adalah teori pelabelan (labelling theory). Menurut teori
pelabelan, sebuah kondisi sosial di dalam masyarakat dikatakan bermasalah karena kondisi
tersebut sudah dianggap sebagai suatu masalah.