Anda di halaman 1dari 25

Nama : Rizka Nur Amalia

Nim: 140201131402019

ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

Wahyudi Kumorotomo

BAB 1 ETIKA DAN SEJUMLAH PENGANDAIAN NORMATIF

Pentingnya hukum-hukum moral

Pentingnya kedudukan moralitas atau hukum moral bagi manusia sehingga dalam
banyak hal hal kemajuan peradaban suatu bangsa dapat diukur dari sejauh mana
individu-individu salam bangsa tersebut dapat menjunjung tinggi nilai-nilai
moralitas. Mengenai pentingnya hukum-hukum moral bagi kehidupan manusia,
beberapa uaraian berikut barangkali akan memperjelas kedudukannya :

1. Hukum moral sangat vital bagi manusia


2. Hukum moral bersifat rasional dan objektif
3. Moralitas terdiri dari hukum-hukum universal

Etika dan moralitas

.Etika merupakan pokok permasalahan di dalam disiplin ilmu itu sendiri yaitu
nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusisa. Moral
merujuk kepada tingkah laku yang bersifat spontan seperti rasa kasih, kemurahan
hati, kebesaran jiwa yang tidak terdapat dalam peraturan-peraturan hukum.
Sedangkan moralitas berfokus kepada hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang
abstrak dan bebas.

Permasalahan etika sosial

Berbeda dengan etika individu, etika sosial memiliki keterkaitan antar aspek-
aspek yang sangat luas. Etika sosial memerlukan lebih banyak konseptualisasi
maupun aplikasi yang bersifat multi-facet. Etika sosial lebih banyak mengundang
perdebatan karena masalah-masalah yang ada didalamnya lebih mudah
menimbulkan beragam pandangan dibandingkan dengan etika individual.
Persoalan etika sosial menyeruak karena semakin kompleksnnya kehidupan
masyarakat modern berbarengan dengan globalisasi masalah-masalah sosial,
politik, ekonomi, dan budaya.

Garis-garis besar landasan etika

Beberapa macam aliran yang menjadi landasan etika yaitu antara lain naturalisme,
individualisme, hedonisme,eudaemonisme, utilitarianisme, dan idealisme. Setiap
macam aliran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada enam ide
agung yang terdapat dalam tulisan Adler yaitu keindahan, persamaan, kebaikan,
keadilan, kebebasan, dan kebenaran.

Pertimbangan moral

Tahap-tahap pertimbangan moral dalam mewujudkan perilaku seseorang masih


bisa diketahui, mulai dari yang mendasar yaitu penilaian sunderesis, penilaian
tentang ilmu moral, penilaian khusus nir-pribadi, penilaian khusus pribadi, dan
penilaian atas pilihan tindakan. Dalam berbagai aspek masalah sosial dan masalah
kesejahteraan umum, hampir semua keputusan akan mempunyai akibat-akibat etis
yang dalam jangka panjang akan terasa begitu penting. Oleh karena itu, kesedian
seluruh komponen masyarakat untuk senantiasa memperkokoh kemampuan dalam
melakukan pertimbangan-pertimbangan moral pada gilirannya merupakan
landasan yang paling kuat bagi setiap dimensi pembangunan. Diskusi dan kritik
etis adalah unsur penting dalam mencari orientaasi normatif di tengah perubahan
sosial yang sangat cepat.
BAB 2 BEBERAPA KONSEPSI TENTANG LEGITIMASI KEKUASAAN,
BIROKRASI DAN ADMINISTRASI NEGARA

a. Antara legitimasi sosiologis dan legitimasi etis

Legitimasi berasal dari bahasa Latin yaitu Lex, yang berarti hukum. Padanan kata
yang tepat untuk legitimasi adalah kewenangan dan keabsahan. Kekuasaan
merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk memengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sehingga tingkah laku menjadi sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan tersebut.

Legitimasi sosiologis mempertanyakan mekanisme motivatif mana yang nyata-


nyata membuat masyarakat mau menerima wewenang penguasa. Sedangkan, ciri
legitimasi etis adalah sebagai berikut. Pertama, kerangka legitimasi etis
mengandaikan bahwa setiap persoalan yang menyangkut manusia hendaknya
diselesaikan secara etis termasuk persoalan kekuasaan. Kedua, legitimasi etis
berada dibelakang setiap tatanan normative dalam perilaku manusia.

b. Legitimasi kekuasaan Negara menurut beberapa pemikir

Negara adalah suatu bentukan permanen yang terdiri dari orang-orang yang hidup
bersama dalam suatu teritori dan organisasi dibawah suatu pemerintahan yang
bebas dari control luar serta membentuk hukum di dalam batas-batas Negara
tersebut. Unsur pokok suatu Negara adalah penduduk atau sekelompok orang
jumlah realtif besar, wilayah atau teritori yang pasti, organisasi politik atau sistem
pemerintahan yang ada, dan kedaulatan.

Beberapa pandangan filsuf mengenai Negara antara lain sebaga berikut;

1. Plato
Dalam model distribusi kekuasaana antara penguasa dan yang dikuasai, Plat
mengandaikan bahwa para penguasa memperoleh hak memakai kekuasaan untuk
mencapai kebaikan public dari kecerdasan mereka yang luar biasa. Plato
merumuskan bahwa pemerintahan akan adil jika raja yang berkuasa adalah
seorang yang bijaksana. Kebijaksanaa atau wisdom dimiliki oleh seorang filsuf.
Maka konsepsi tentang filsuf raja atau raja filsuf banyak disebut sebagai inti teori
Plato mengenai kekuasaan Negara. Selain itu Plato mengatakan bahwa kebaikan
public akan tercapai jika setiap individu terpenuhi. Oligarki musti dicegah untuk
menghindari supaya kelas penguasa tidak justru melayani diri mereka sendiri.
Model ini menawarkan suatu bentuk Negara-kota yang ideal dengan penduduk
sekitar 50.000 orang. Betapapun abstrak dan utopisnya, pemikiran Plato sudah
mampu menjadi peletak dasar sistem kenegaraan modern. Legitimasi Negara tidak
harus selalu dikaitkan dengan hal-hal supernatural dan masalah-masalah sacral
yang ada di luar jangkauan pemikiran manusia.

2. Nicolo Machiavelli

Kaidah etika politik yang dianut Machiavelli ialah bahwa apa yang baik adalah
segala sesuatu yang mampu menunjang kekuasaan Negara. Apapun harus dibayar
untuk sampai kea rah itu. Alasan pembenar dari pernyataan ini adalah desakan
keadaan untuk segera mengatasi situasi chaotic yang bisa menggoyahkan
kestabilan kekuasaan Negara.

3. Thomas Hobbes

Dasar dari ajaran Hobbes adalah tinjauan psikologis terhadap motivasi tindakan
manusia. Hobbes mengatakan bahwa untuk menerbitkan tindakan manusia,
mencegah kekacauan dan mengatasi anarki, mungkin perlu mengandalkan kepada
imbauan-imbauan moral. Pemikiran Hobbes mengenai kekuasaan Negara melihat
adany upaya untuk mengatasi konflik-konflik kepentingan dari sudut pandang
utilitarian. Negara mesti berkuasa secara absolut jika tidak ingin Negara tersebut
keropos oleh banyaknya anarki. Selain itu, Hobbes adalah orang pertama kali
yang mengatakan dengan pasti paham positivism hukum, bagi Hobbes hukum
diatas segala-galanya. Sesuatu dianggap adil jika sesuai dengan undang-undang
betapa pun buruknya.

c. Gagasan tentang Demokrasi

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana kekuasaan terletak pada


mayoritas rakyat dan pelaksanaannya dilakukan melalui wakil-wakil yang terpilih.
Demokrasi didasarkan pada asumsi tentang pentingnya control kerakyatan atas
isu-isu kebijakan yang mendasar. Pemerintah harus memiliki kekuatan dan
otoritas. Didalam masyarakat yang sempurna dan ideal, setiap orang akan
memahami dan mendukungg setiap setiap aturan hukum.

Demokrasi mengajarkan kepada setiap warga Negara untuk senantiasa terlibat


dalam pemerintahan dengan penalaran dan antusiasme mereka. Kendati demikian,
demokrasi masih memiliki beberapa cacat, pengalaman menunjukan bahwa dalam
jangka panjang cacat tersebut tidak berbahaya jika dibandingkan dengan cacat
yang terdapat pada bentuk pemerintahan otokratis.

Dalam Negara demokratis, birokrasi diharapkan dapat menjadi alat untuk


menjembatani kebijakan-kebijakan administrative yang diambil oleh penguasa
dengan aspirasi rakyat yang dalam hal ini hendaknya dipandang sebagai pihak
yang mendelegasikan wewenang kepada penguasa itu sendiri.

d. Birokrasi; konsep, tujuan dan model

Birokrasi berasal dari bahasa Yunani, bureau yang artinya meja tulis atau tempat
bekerjanya para pejabat. Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi yang
dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administrative yang besar dengan cara
mengoordinasikan secara sistematis pekerjaan dari banyak orang. Konsep awal
yang mendasari gagasan modern tentang birokrasi berasal dari tulisan-tulisan Max
Weber. Ciri-ciri pokok struktur birokrasi sebagai berikut; 1) birokrasi
melaksanakan kegiatan-kegiatan regular yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi, didistribusikan melalui cara tertentu dan dianggap sebagai
tugas-tugas resmi, 2) pengorganisasian kantor mengikuti prinsip hierarkis, yaitu
bahwa unit yang lebih rendah dalam sebuah kantor berada di bawah pengawasan
dan pembinaan unit yang lebih tinggi, 3) pelaksanaan tugas diatur oleh suatu
sistem peraturan peraturan abstrak yang konsisten, 4) pejabat yang ideal
malaksanakan tugas-tugasnya dengan semangat sine ira et studio tanpa perasaan
dendam dan nafsu dan tanpa perasaan suka atau tidak suka. 5) pekerjaan dalam
organisasi birokratis didasarkan pada kualifikasi teknis dan dilindungi dari
pemecatan oleh sepihak. 6) pengalaman menunjukan bahwa tipe organisasi
administrative murni berciri birokrasi dilihat dari sudut teknis akan mampu
mencapai tingkat efisiensi yang tertinggi.

Berikut beberapa pemahaman lazim tentang birokrasi, yaitu:

1. Inefisiensi organisasi

Pengertian ini muncul karena banyaknya peraturan formal yang harus diikuti jika
berhubungan dengan birokrasi. Gejala yang diamati dalam birokrasi itu meliputi
kepercayaan, kurangnya inisiatif, kelambanan dalam b erbagai urusan, banyak nya
formalitas dan formulir serta duplikasi pekerjaan.

2. Kekuasaan atau pemerintahan yang dijalankan pejabat

Birokrasi disini diartikan sebagai gejala sosiologis yang menunjukan


meningkatnya pengaruh para pejabat pemerintah. Konsep birokrasi sebagai
kekuasaan atau pemrintahan yang dijalankan oleh para pejabat. Singkatnya,
konsep ini berpendapat bahwa semua pejabat Negara adalah politisi bukan
administrator.

3. Administrasi dalam organisasi Negara

Aparat birokrasi merupakan salah satu lembaga yang melaluinya kegiatan untuk
mencapai tujuan dijalankan. Kegiatan itu disebut admnistrasi dilaksanakan dalam
sebuah organisasi raksasa yang disebut Negara. Ciri kegiatan administrasi adalah
spesialisasi tugas, hierarki orotiras, badan keterampilan serta peran-peran khusus.
Dapat disimpulkan bahwa konsep ini didasarkan atas pengangkatan aparat
berdasarkan kapasitas kerja seseorang.

4. Masyarakat modern

Konsep ini berpendapat bahwa organisasi organisasi merupakan miniature


masyarajat dan masyarakat yang maju adalah yang memiliki organisasi-organisasi
yang tangguh. Oleh sebab itu, diperlukan melaksanakan birokratisasi secara besar-
besaran dalam pembangunan secara modern. Akan tetapi, kenyataan pada setiap
Negara, birokratisasi yang berlebihan justru banyak mendatangkan ekses-ekses
yang merugikan.

5. Organisasional rasional

Gagasan rasionalitas merupakan landasan dari tipe ideal birokrasi. Konsep ideal
yang diidealkan oleh Weber ternyata sulit diwujudkan. Salah satu penyebabnya
adalah bahwa betapapun orang yang bekerja di dalam birokrasi tetap akan
membawa kepentingan-kepentingan individualnya. Setiap model birokrasi
memiliki nilai-nilai tersendiri yang harus ditaati. Baik nilai model tradisional
maupun model birokrasi pengaruh sistem colonial ataupun model birokrasi
rasional. Yang diharapkan adalah bahwa setiap birokrat akan senantiasa mawas
diri serta melihat tindakan-tindakan dari sudut etis yang universal.

e. Wibawa birokrat

Untuk melihat wibawa dari kebijakan-kebijakan birokrat serta kepercayaan para


warga masyarakat kepadanya, ada banyak pertanyaan yang harus dijawab
misalnya sebagai berikut,

1. Apakah lembaga-lembaga public mampu menanggapi pendangan para wakil


kelompok rakyat yang punya suatu kebijakan dalam kebijakan mereka serta
memberikan pertimbangan yang seksama dan adil dalam arah pengembangan
kebijakan atau program tersebut?
2. Apakah para pejabat suatu lembaga mengadakan hubungan akrab dengan
kelompok warga Negara tertentu sehingga mereka melayani kelompok tersebut
dengan lebih baik ketimbang kelompok warga Negara lain untuk keputusan yang
sama?

3. Apakah lembaga public menciptakan mekanisme yang memungkinkan sebagian


besar kelompok warga negra dapat menyumbangkan pertimbangan bagian mereka
dalam pelaksanaan program sehingga perubahan dapat dilaksanakan tepat pada
waktunya?

4. Apakah para pejabat public menyadari bahwa kerahasiaan merupakan hal yang
bertolak belakang dengan pertanggungjawaban dan bahwa partisipasi serta
kepercayaan warga Negara dalam pemerintahan lebih ditunjang oleh keterbukaan,
sehingga kerahasiaan tentang sesuatu itu dipandang sebagai perkecualian?

f. Filsafat normative bagi administrator

Mereka berfungsi sebagai administrator dan seorang administrator harus


mengabdi kapada kepentingan umum bukan sebaliknya. Nilai-nilai normative
yang wajib dianut oleh para administrator berkenaan dengan konsep keadilan.
Dalam suatu kehidupan bernegara, nilai keadilan merupakan nilai intrinsic yang
sangat penting bahkan bagi Negara keadilan merupakan citacita tertinggi yang
mesti dicapai dengan segala daya upaya. Administrator hendaknya merupakan
orang adil dengan kebijakan-kebijakan yang adil.

g. Etka pembangunan

Dalam tugas pembangunan, aparat administrasi diharapkan memiliki komitmen


terhadap tujuan tujuan pembangunan baik dalam perumusan kebijakan maupun
dalam pelaksanaanya secara efektif dan efisien. Asas pembangunan manusia
mungkin terlalu abstrak untuk dikaitkan dengan tugas yang bersifat teknis tetapi
melalui penilaian yang bijaksana dari para administrator semua kebijakan akan
selalu mengandung konsekuensi yang terkait dengan ide ide pembangunan yang
paling mendasar tersebut.
1. Kebebasan

Kemerdekaan pribadi atau kebebasan merupakan bagian penting dari hak hak
asasi manusia. Hak untuk bebas merupakan hak yang melekat pada setiap individu
karena martabatnya sebagai manusia bukan karena pemberian oleh masyarakat
dan Negara.

2. Persamaan

Nilai nilai moral yang terkandung dalam gerak pembangunan juga ditentukan oleh
seberapa jauh proses itu dapat menciptakan persamaan derajat bagi warga Negara.
Hal yang harus ditegakan pemrintah adalah persamaan di depan hukum. Aspek
persamaan membutuhkan perhatian adalah persamaan kesempatan bagi seluruh
lapisan masyarakat. Persamaan di Negara berkembang dapat diwujudkan jika
peran Negara aktif untuk menciptakan peluang terutama bagi kaum miskin dan
kurang berpendidikan. Persamaan harus diciptakan disegala bidang. Tantangan
yang dihadapi guna memecahkan persoalan ini semakin nyata apabila benar benar
mengharapkan tumbuhnya demokrasi.

3. Demokrasi dan partisipasi

Konsep demokrasi mengandaikan bahwa masyarakat disegala tingkatan dilibatkan


dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut mereka. Banyaknya kasus
menunjukan bahwa para wakil rakyat sudah dikooptasi oleh kepentingan
eksekutif. Tampak bahwa persoalan partisipasi sudah menjadi lingkaran setan
sehingga sulit untuk memecahkan masalah ini. Tetapi, satu hal yang jelas dapat
dilakukan adalah upaya penyadaran secara terus menerus mengenai pentingnya
partisipasi masyarakat dalam masalah pembangunan.

4. Keadilan sosial dan pemetaan

Keadilan mempersoalkan struktur politik masyarakat secara keseluruhan. Oleh


karena itu, untuk mencapai keadilan sosial harus memabngun atau mengubah
struktur proses politik ekonomi sosial dan budaya. Aparat pemerintahan harus
tetap menaruh perhatian terhadap masalah-masalah pembagian rezeki
pembangunan ini sebab dialah yang akan paling banyak berurusan dengan
masalah-masalah kebijakan pembangunan. Pemerataan hendaknya menjadi salah
satu nilai yang wajib dianut bagi setiap aparat yang memprakarsai, merencanakan
dan melaksanakan proyek sampai ke hal yang bersifat teknis.

h. Redefinisi etika administrasi Negara

Etika administrasi Negara berada di antara cabang etika profesi dan etika politik.
Asumsi yang dipakai ialah bahwa seorang administrator adalah orang yang harus
menerapkan ilmu-ilmu manajemen dan organisasi secara professional. Harus
mampu memecahkan masalah taktis dengan baik serta mampu mengelola
organisasi secara efisien. Etika administrasi Negara berusaha menempatkan
kaidah-kaidah moral dalam menghadapi berbagai dilemma dan juga masalah yang
menyangkut kedudukan pribadi seorang administrator dalam proses interaksi
dengan Negara dan masyarakat.
BAB 3 KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG
MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL

a. Keadilan Sosial
Tolok ukur keberhasilan pranata public yang harus diperhatikan ialah keadilan
sosial. Keadilan sosial merujuk kepada masyarakat (society) atau Negara yang
dapat berfungsi sebagai subjek maupun obyek. Konsepsi keadilan sosial di satu
pihak mewajibkan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan umum serta membagi
beban dan manfaatnya kepada warga untuk membantu masyarakat atau Negara
guna mencapai tujuannya.

Keadilan sosial mengandaikan adanya distribusi barang dan sumber


sumber dyaan secara adil. Kebijakan public harus menjamin pemerataan sumber
sumber daya yang terdapat di suatu Negara.

b. Partisipasi dan aspirasi warga Negara

Terdapat empat corak partisipasi warga Negara yang dapat dibedakan antara lain
sebagai berikut;

1. Partisipasi dalam pemilihan

Merupakan corak partisipasi yang paling mudah dilihat karena biasanya bersifat
rasional.

2. Partisipasi kelompok

Warga Negara tergabung dalam kelompok-kelompok tertentu untuk menyuarakan


aspirasi mereka.

3. Kontrak antara warga Negara dan pemerintah

Proses komunikasi dapat terjalin antara warga Negara dengan pemerintahnya


dengan cara menulis surat, menelpon, atau pertemuan secara pribadi.
4. Partisipasi warga Negara secara langsung di lingkungan pemerintahan

Partisipasi ini mensyaratkan keterlibatan langsung seorang warga Negara di dalam


pembuatan kebijakan pemerintah.

Partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari


pembangunan itu sendiri sehingga nantinya seluruh lapisan masyarakat akan
memperoleh hak dan kekuatan yang sama untuk menuntut atau mendapatkan
bagian yang adil dari manfaat pembangunan.

c. Masalah-masalah lingkungan

Meningkatnya taraf hidup manusia membawa tuntutan yang makin tinggi atas
berbagai macam kebutuhan sementara daya dukung alam di bumi tak bertambah.
Terdapat lima aspek yang mendapat perhatian. Pertama, dari sudut kependudukan
pemerintah harus menyediakan wilayah-wilayah permukiman yang sehat,
pembukaan lahan transmigrasi tanpa mengganggu potensi sumber daya alami atau
memperbaiki kualitas hidup di lingkungan kumuh perkotaan. Kedua, masalah
lingkungan dapat dilihar dati aspek pembangunan sektoral. Ketiga, pendekatan
masalah lingkungan dari aspek media lingkungan seperti tanah, air, atau ruang.
Keempat, masalah lingkungan tidak lepas dari unsur-unsru penunjang seperti
pendidikan, teknologi, dan pengaturan aparatur. Kelima, dari sudut legalitas harus
menerapkan peraturan perundangan mengenai lingkungan secara tegas.

d. Pelayanan umum

Sadar atau tidak, setiap warga Negara selalu berhubungan dengan aktivitas
birokrasi pemerintahan. Tidak henti-hentinya orang harus berurusan dengan
birokrasi sejak berada dalam kandungan sampai meninggal dunia. Kelambanan
pelayanan umum tidak hnya disebabkan oleh kurang baiknya cara pelayanan di
tingkat bawah. Ternyata masih banyak faktor yang memengaruhi begitu buruknya
birokrasi.

Gaya manajemen yang terlalu berorientasi kepada tugas juga membawa pengaruh
tidak terpacunya pegawai kepada hasil dan kualitas pelayanan umum.
Kecenderungan lain adalah kurang perhatiannya asas keterjangkauan dan
pemerataan dalam pelayanan. Oleh sebab itu, perlu adanya debirokratisasi
merupakan hal yang tidak dapat ditunda lagi dan pelaksanaannya pada jajaran
aparat pemerintaham hendaknya dijaga konsistensinya. Bentuk organisasi
diharapakan memiliki daya tanggap yang baik terhadap kepentingan-kepentingan
umum adalah bentuk organis adaptif. Ciri pokok yang terdapat dalam struktur
yang organis adaptif antara lain; berorientasi pada kebutuhan para pemakai jasa,
bersifat kreatif dan inovatif, menganggap sumber daya manusia sebagai modal
tetap jangka panjang, kepemimpinan yang memiliki kemampuan mempersatukan
berbagai kepentingan dalam organisasi sehingga menumbuhkan sinergisme.

e. Moral individu atau moral kelompok

Moral individu mensyaratkan bahwa dalam hubungannya dengan orang lain


seseorang harus mengikuti norma norma etis dan melaksanakan kewajiban
kewajiban sebagi pertanggungjawaban antarmanusia. Moralitas yang dituntut
memiliki aspek individu maupun kelompok. Pengambilan keputusan sering
diambil oleh seorang individu, individu merupakan sasaran pembinaan moral
yang paling strategis. Kemampuan untuk mengambil inisiatif, ketegasan,
keberanian, bertindak, kejujuran dan kepekaan terhadap masalah public
merupakan ciri kualitas individu yang terbentuk dari proses yang panjang.

f. Pertanggungjawaban administrasi

Pertanggungjawaban bisa diartikan sebagai proses antarpribadi yang menyangkut


tindakan, perbuatan atau keputusan seseorang dalam hubungannya dengan orang
lain sehingga ia dapat menerima hak dan weweang tertentu berikut sanksi yang
menjadi konsekuensinya. Terdapat tiga konotasi dalam pertanggungjawaban
administrasi public, yaitu;

1. Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas


Akuntabilitas berperan jika suatu lembaga harus bertanggungjawab atas
kebijakan-kebijakan tertentu. Terdapat dua bentuk akuntabilitas yaitu
akuntabilitas eksplisit dan akuntabilitas implisit.

2. Pertanggungjawaban sebagai sebab akibat

Jenis pertanggungjawaban ini muncul bila orang mengatakan bahwa suatu


lemabga diharuskan untuk mempeertanggungjawabkan jalannya suatu urusan.

3. Pertanggungjawaban sebagai kewajiban

Apabila seseorang bertanggungjawab dalam artian kewajiban melakukan sesuatu


itu berarti bahwa dia harus menggunakan kapasitas untuk melakukan
pertanggungjawaban kausal kepada orang yang memberinya delegasi dan dia
harus melaksanakan setiap tahapan dari kontribusi kausalnya secara eksplisit.

Terdapat empat sistem alternative pertanggungjawaban public. Pertama,


pertanggungjawaban birokratis adalah mekanisme yang secara luas dipakai untuk
mengelola kehendak-kehendak lembaga Negara. Kedua, pertanggungjawaban
legal berlandaskan pada keterkaitan antara pengawasan pihak-pihak di luar
lembaga dengan anggota-anggota organisasi. Ketiga, pertanggungjawaban
professional semakin diperlukan dengan semakin banyak dan kompleksnya
persoalan-persoalan teknis dalam pemerintahan. Keempat, pertanggungjawaban
politis merupakan sistem pertanggungjawaban yang sangat dibutuhkan bagi para
administrator di Negara-negara demokratis.

Untuk organisasi dan aparatur public, masalah yang sesungguhnya dihadapi oleh
mereka bukan sekadar ada atau tidaknya sistem-sistem pertanggungjawaban
administrasi tetapi bagaimana pertimbangan antarmasing-masing
pertanggungjawaban itu. Agar tercipta suatu proses administrasi Negara yang adil
dan kondisi kerja yang dinamis, pemakaian seluruh aspek sistem
pertanggungjawaban secara proporsional menjadi prasyarat yang sangat penting.

g. Analisis etis
Konsep moralisme legal dapat dirumuskan dari dua sisi tuntutan yang
menyangkut tindakan manusia yaitu; sisi moralis, bahwa tindakan tindakan
tertentu memang secra intrinsic dapat disebut salah; sisi legal, bahwa tindakan
tindakan yang salah adalah tindakan tindakan yang illegal atau melawan hukum.
Maka salah satu kekuatan pokok dari aturan aturan yang terdapat dalam etika dan
moral adalah kemampuannya untuk menemukan kaidah-kaidah penting di luar
aturan aturan atau hukum yang berlaku.

BAB 4 KORUPSI DAN PITA MERAH

Masalah yang erat kaitannya dengan kedudukan dan kewenangan pejabat public
adalah korupsi dengan beranekaragam bentuknya dan masalah ruwetnya prosedur
layanan masyarakat atau bureaucratism. Berkenaan dengan lambatnya pelayanan
umum diungkapkan dengan istilah pita merah atau red-tipe.

a. Pengertian sekitar korupsi

Korupsi berasal dari kata Latin corrumpere, corruption atau corrutus. Yang
berarti penyimpangan dari kesucian. Sedikit modifikasi : inggris : corrupt,
corruption, Prancis : corruption, Belanda: korruptie

Istilah korupsi di indonesia pada mulanya hanya terkandung dalam khazanah


perbincangan umu untuk menunjukan penyelewengan-penyelewengan yang
dilakukan pejabat-pejabat negara.namum, karena pemerintah sendiri memandang
bahwa masalah ini bisa merongrong kelancaran tugas-tugas pemerintah dan
merugikan ekonomi negara,maka dirumuskan peraturan khusus tentang
korupsisehingga pengertian korpusi kemudian tidak saja menjadi istilah dalam
perbincangan-perbincangan ringan tetapi juga dalam perbincangan masalah-
masalah kenegaraan.

Unsur yang melekat pada tindakan korupsi yaitu; 1) setiap korupsi bersumber
pada kekuasaan yang didelegasikan, 2) korupsi melibatkanfungsi ganda yang
kontradiktif dari pejabat-pejabat yang melakukannya, 3) korupsi dilakukan
dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, klik atau kelompok, 4) orang-orang
yang mempraktikkan korupsi biasanya berusaha merahasiakan perbuatannya, 5)
korupsi dilakukan secara sadar dan disengaja oleh para pelakunya.

Oleh karena itu, korupsi mempunyai karakteristik sebagai kejahatan yang tidak
mengandung kekerasan dengan melibatkan unsur tipu muslihat, ketidakjujuran
dan penyembunyian suatu kenyataan.

b. Sebuah fenomena seribu wajah

Fenomena korupsi yang pertama-tama dapat disebutkan yang berskala kecil tetapi
sering terjadi di dalam manajemen public tingkat operasional ialah berkaitan
dengan pengertian pungli. Di samping penyelewengan jabatan dengan imbalan-
imbalan material, banyak koruptor yang ternyata lebih mementingkan imbalan-
imbalan politis. Korupsi politis biasanya dilakukan oleh kalangan atas, dank arena
itu cakupan wilayahnya bisa meiputi distrik, daerah atau bahkan tingkat nasional.

Pada tahap awal, basis korupsi adalah konsepsi bahwa segala usaha memrlukan
pengesahan dari pemerintah, bahwa usaha masyarakat bisa menjadi sumber dana
bagi pejabat-pejabat pemerintah. Maka korupsi mengambil bentuk komersialisasi
jabatan atau manipulasi uang Negara. Teknik pembagian jabatan juga bisa
dilakukan oleh pemimpin-pemimpin partai dengan maksud untuk memelihara
keutuhan kerjasama antara kepentingan yang bermacam-macam.

Korupsi sebagai fenomena sosial, ekonomis dan politis memiliki penampakan


yang beraneka macam. Korupsi bisa dilakukan oleh aparat administrative yang
paling bawah hingga aparat yang paling tinggi. Ada tujuh jenis korupsiyakni
korupsi transaktif, korupsi yang memeras, korupsi investif, koupsi perkerabatan
atau nepotisme, korupsi defensive, korupsi otogenik dan korupsi dukungan.

c. Pengaruh dan akibat korupsi

Pengaruh dari korupsi antara lain dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Pemerintah dalam berbagai hal bisa mengahambat investasi pihak swasta


2. Korupsi berfungsi sebagai sumber pembentukan modal, mempersingkat birokrasi,
memberikan rangsanagan tersendiri kepada para entrepreneur, menyalurkan
modal kepada para wirausaha yang berjuang untuk hidup.

3. Sebagaian hasilnya, korpusi dapat mendorong pemerintah untuk menunjang


kegiatan – kegiatan yang dapat melancarkan pembangunan ekonomi.

4. Korupsi mendorong perkembangan politik dalam memperkuat partai partai


politik, meningkatkan integritas nasional, memberikab alternatif yang dapat
diterima terhadap kekerasan , serta meningkatkan keukutsertaan publik dalan
urusan – urusan negara.

5. Korupsi membawa serta unsur persaingan dan tekanan untuk bekerja lebih efisien
ke dalam kehidupan ekonomi yang kurng berkembang.

6. Korupsi berfungsi sebagai perisai atau pelindung terhadap kerugian-kerugian yang


lebih besar.

Dari berbagai kemungkinan diatas, korupsi dapat menjadi sarana untuk keluar dari
sistem kemandegan akibat sistem ekonomi dan administrasi. Akibat yang paling
nytaa dari merajalelanya korupsi di tingkat teknis operasional adalah
berkembangnya suasana yang penuh tipu-muslihat dalam setiap urusan
administrasi. Kesulitan lain yang akan dihadapi oleh masyarakat karena korupsi
ialah menyangkut relativitas layanan.

Bagi roda pembangunan di Negara berkembang, korupsi menjadi penghambat


yang serius. Berbagai sector pembangunan menjadi lumpuh karena alat control
untuk mengawasinya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kelesuan juga
menyelimuti dunia swasta karena mereka tidak lagi melihat pembagian sumber
daya masyarakat secara adil. Gunnar Myrdal mengemukakan persoalan ini
sebagai berikut;

1. Korupsi memantapkan dan memperbesar masalah-masalah yang menyangkut


kurangnya hasrat untuk terjun di bidang usaha dan kurang tumbuhnya pasaran
nasional.
2. Permasalahan masyarakat yang majemuk semakin dipertajam oleh korupsi dan
bersamaan dengan kesatuan Negara juga melemah.

3. Karena adanya kesenjangan diantara para pejabat untuk memancing suap dengan
menyalahgunakan kekuasaanya, disiplin sosal menjadi kendur, efisiensi merosot.

Korupsi dapat memasuki gelanggang politik dengan membawa akibat-akibat


buruk yang berbahaya. Korupsi menghancurkan keberanian orang untuk
berpegang teguh pada nilai nilai moral yang tinggi. Korupsi mempunyai otonomi
sendiri. Struktur ekonomi, politik, maupun sosial dapat dijangkiti oleh korupsi.

d. Buruknya struktur, hukum, dan manusia

Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas juga menjadi penyebab banyaknya


penyelewengan. Seorang pimpinan instasni tidak berani menindak bawahannya
sebelum ada perintah atau izin dari pejabat yang lebih tinggi. Pada saat lampu
hijau diberikan oleh pejabat tinggi tersebut, tindakan disiplin biasanya sudah
terlambat karena penyelewengan itu sendiri sudah menular dan berganti rupa.
Orientasi birokrasi yang ke atas ini juga tampak dari kebiasaan sebagian besar
pejabat untuk melapor kepada atasan dengan bertandang ke kediamannya. Yang
menjadia maslaah dalam hal ini, jika semua pejabat hanya bertugas melapor
kepada eksekutif puncak siapa yang akan mengawasi eksekutif puncak itu sendiri.

Salah satu hal yang menjadi penyebab merajalelanya korupsi ialah tidak adanya
komponen-komponen yang berfungsi sebagai pengawas atau pengontrol sehingga
tidak ada proses check and balances. Efek birokratisasi juga merupakan salah satu
sumber penyebab korupsi di kebanyakan Negara berkembang.

Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti halnya


delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia
masih begitu rentan terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk membelokkan
hukum menurut kepentingannya. Akan tetapi, mengingat bahwa hukum memang
senantiasa terlambat jika dibandingkan dengan perkembangan cara-cara korupsi
yang diciptakan oleh orang orang yang bermoral rendah, memang tidak dapat
selalu memusatkan analisis penyebab korupsi dari segi hukum.

Sebagian sosiologis berpendapat bahwa penyebab korupsi di Indonesia ialah


adanya mobilitas vertical yang mempengaruhi kondisi psikologis para pejabat
Negara. Asumsi seperti ini mungkin ada benarnya kalau sebagian besar aparat
pada jajaran pemerintahan berasal dari angkatan tua saja. Unsur manusia dalam
hal ini menyangkut faktor nilai nilai moral yang dimilikinya merupakan unsur
penting dalam mendorong atau mencegah korupsi. Gelombang peradaban modern
senantiasa menciptakan desakan-desakan kuat terhadap kesakralan nilai-nilai
kemanusiaan yang bersumber dari keluhuran budi manusia.

e. Upaya-upaya menangkal korupsi

Korupsi menjadi fenomena yang tak terelakkan dalam setiap sistem pemerintahan.
Tidak adanya satu sistem sosial yang benar benar steril dari korupsi. Oleh sebab
itu diperlukan kewaspadaan yng terus menerus akan bahaya korupsi serta sikap
sikap tanpa kompromi terhadap bibit-bibit korupsi. Dalam melawan korupsi, perlu
adanya sikap konsistensi. Sikap ini nantinya akan menunjukan seberapa kuatkah
individu berusaha untuk melawan tidak melakukan korupsi. Terdapat beberapa
landasan untuk menangkalnya yaitu;

a. Cara sistemik structural, bersumber dari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada


sistem politik dan sistem administrasi Negara dengan birokrasi sebagi perangkat
pokoknya. Harus mendayagunakan segenap suprastruktur politik maupun
infrastruktur politik dan pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga
lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan-tindakan korup dapat ditutup.

b. Cara abolisionistik, berasumsi dari korupsi merupakan suatu kejahatan yang harus
diberantas dengan terlebih dahulu menggali sebab-sebabnya dan kemudian
penanggulangan diarahkan pada usaha-usaha menghilangkan sebab-sebab
tersebut.
c. Cara moralistic, dapat dilakukan melalui pembinaan mental dan moral manusia,
khotbah-khotbah, ceramah, atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan
hukum.

Upaya-upaya untuk menangkal korupsi akan kurang berhasil bial ancangan yang
dilakukan hanya sepotong-potong. Oleh karena itu, upaya tersebut hendaknya
dimulai secara sistematis melibatkan semua unsur masyarakat. Kegiatan kegiatan
pers mesti digalakkan tanpa sikap curiga yang berlebihan dari pihak pemerintah.
Selain itu, sistem administrasi Negara perlu dibenahi terus menerus sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan administrasi modern. Pemupukan semangat kekompakan
korps merupakan hal yang penting dalam menghentikan penularan korupsi.

f. Mengapa harus berbelit-belit

g. Wilayah-wilayah rawan penyakit administrative

h. Pengendalian diri dan pelaksanaan amanah

BAB 5 ETIKA ADMINISTRASI DALAM PRAKTEK

Konsep konsep tentang nilai moral dan etika dalam administrasi pemerintahan
dirumuskan untuk diterapkan dalam kehidupan kenegaraan dan lingkup
administrasi yang sesungguhnya. Kemanfaatan konsepsi etika tersebut hanya akan
terasa apabila ia benar-benar dapat menjadi bagian dari dinamika administrasi
modern. Perlu diingat bahwa unsur-unsur administrasi negara bukan hanya
pejabat-pejabat yang memiliki otoritas tinggi untuk membuat keputusan strategis
tetapi juga parat-aparat teknis yang langsung berhadapan dengan tugas-tugas yang
sangat teknis. Karena itu etika atau kode-kode etik administrasi juga berlaku bagi
pejabat-pejabat yang membidangi pekerjaan-pekerjaan operasional, ketatausahaan
atau administrasi dalam arti sempit.

I. ASAS-ASAS UMUM BIROKRASI PEMERINTAHAN YANG BAIK


Merumuskan asas umum pemerintahan yang baik ke dalam satu kata adalah upaya
yang sangat sulit, dan upaya tersebut hampir mustahil apabila asas yang dimaksud
adalah asas universal di setiap negara di bumi ini. Alasannya sederhana karena
setiap negara memiliki konteks budaya yang berbeda-beda, kebutuhan rakyat pada
suatu waktu yang selalu berubah dan masalah-masalah yang dihadapi setiap
negara berlain-lainan.
Tampaklah bahwa perkembangan situasi politik, sosial dan budaya serta dinamika
masyarakat turut memepengaruhi opini masyarakat tentang sistem administrasi
pemerintahan yang ideal. Akan tetapi diatas semua itu masih dapat ditemukan
dasar-dasar bagi sitem pemerintahan yang ideal.
a. Prinsip demokrasi
Pilar utama prinsip birokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Asas kedaulatan
rakyat mensyaratkan bahwa rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam
pemerintahan negara. Maka di dalam pemerintahan yang memakai asas
kedaulatan rakyat, kepentingan rakyat menempati kedudukan yang paling tinggi.
Pada tataran makro, sistem pemerintahan demokratis suatu negara dapat
digolongkan ke dalam tiga macam bentuk, yakni
1. Sistem parlementer
2. Sistem pemisahan kekuasaan
3. Sistem referendum
b. Keadilan sosial dan pemerataan
Di antara ketiga sasaran dalam trilogi pembangunan masalah pemerataan
pembangunan dan hasil-hasil pembangunan agaknya merupakan masalah yang
masih belum terpecahkan.dalam lingkup negara setidak-tidaknya ada dua dimensi
ketimpangan yang harus diperhatikan. Pertama ketimpangandi antara kelompok-
kelompok sosial yang berbeda dalam suatu negara. Kedua ketimpangan antara
wilayah-wilayan geografis dalam suatu negara atau disebut juga ketimpangan
regional. Maka yang diperlukan sekarang adalah kebijakan-kebijakan pemerintah
yang lebih menyentuh kelas masyarakat yang kurang beruntungatau kelompok
yang tidak memiliki sumber daya untuk mengembangkan dirinya.
c. Mengusahakan kesejahteraan umum.
Salah satu prasayarat legitimasi negara adalah apabila negara melalui aktifitas-
aktifitas pemerintahan dapat mengusahakan kesejahteraan namun bagi seluruh
rakyat kewenangan aparatur negara untuk membebankan kewajiban-kewajiban
tertentu kepada rakyat akan absah hanya abila rakyat dapat merasakan
kesejahteraan yang merata. Persoalan lain yang harus dipecahkan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan umum adalah menyangkut ketenagakerjaan dan
kependudukan.

II ADMINISTRASI NILAI-NILAI JUDISIAL DAN NORMA PENGAWASAN

Pembuatan keputusan merupakan penopang utama kegiatan administrasi sebagian


besar proses administrasi berupa serangkaian pemilihan alternatif tindakan atau
pengambilan kebijakan. Untuk mebuat keputusan seorang pejabat memiliki
keleluasaan tetati juga sekaligus menghadapi kendala tau batasan. Jika ditinjau
dari posisi lembaga birokrasi terdapat pula pnegrtian kontrol internal dan kontrol
eksternal.

Selain itu seorang pembuat keputusan publik harus senantiasa memperhatikan


nilai-nilai judisial yang antara lain dapat dilihat dari penyataan-peryataan berikut

 Penguasaan urusan publik mewajibkan bahwa para politisi dan pejabat publik
bekerja sesuai dengan keinginan publik ( masyarakat) dan bukan berdasarkan
persepso mereka tentang keinginan masyarakat tersebut
 Urusan-urusan publik membutuhkan intuisi yang tersentralisasi. Tentu sentralisasi
kekuasaan disini mengandung konsekuensi tanggung jawab moral.
 Peraturan intuisi-intuisi pemerintah terhadap masyarakat mayoritas warga negara
bukanlah peraturan absolut.yang berlaku dalam hal ini adalah kontrak sosial atau
pendelegasian otoritas antara kelompok mayotitas (masyarakat) kepada kelompok
minoritas (aparatur negara).
 Pelaksanaan urusan-urusan publik harus berakar pada hukum. Hukum dapat
ditegakkan kalau tindakan-tindakan pejabat publik sesuai dengan kehendak
rakyat.
 Pejabat publik harus menyadari bahwa tidak semua kasus konkret termuat dalam
pasal-pasal hukum. Nemun kebebasan bertindak harus dilakukan untuk
menghasilkan juridiksi-jurisdiksi yang memperkuat hukum itu sendiri.
 Pejabat-pejabat publik bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang
berdasarkan preferensi dan wawasannya. Dalam hal ini tanggung jawab
menyangkut preferensi untuk melakukan sesuatu action atau tidak sesuatu.

Untuk menciptakan sistem administrasi yang pemerintahan yang tertib, mencegah


kebocoran uang negara, serta menjamin efektifitas dan efisensi, lembaga-lembaga
pmerintah harus memiliki pemeriksa yang berpotensi dan berkualitas tinggi.

III. KEPENTINGAN UMUM ANTARA KONSEP DAN PRAKTEK


Ketidakpatian konsep dan ketidakjelasan acuan itu acapkali mengakibatkan
kekeliruan interpretasi, perbedaan persepsi atau kesalahpahaman di antara para
akademisi maupun para [raktisi. Untuk membahas kepentingan umum dalam
konteks etika kebijakan publik, kita harus membahas etika individual maupun
etika sosietal. Etika individual menyangkut standar perilaku profesional bagi
birokrat atau administrator. Sefangkan etika sosietal merujuk kepada tujuan-
tujuan yang dicita-citakan oleh masyarakat yang merupakan pedoman bagi arah
kebijakan publik.
IV. KEARIFAN DAN KEBIJAKAN
Landasan etis bagi kebijakan-kebijakan yang diambil seorang pejabat pemerintah
yang pertama-tama dibicarakan adalah legitimasi kekuatan pemaksa untuk
mengatur sebagian dari hak-hak warga negara.makin tinggi kedudukan seorang
pejabat, makin dituntut syarat kearifan ituu karena ia akan semakin banyak terlibat
dalam bidang manajerial ketimbang bidang teknis.
Untuk menerapkan kekuasaan yang benar, mengelola sumber daya negara dengan
tanggung jawab, menentukan alternatif keputusan secaea objektif, dan
menerapkan prosedur dengan baik, seorang pejabat harus memiliki kualitas
pribadi yang prima. Bailey menguraikan tiga kualitas yang diperlukan bagi
seorang pembuat kebijakan, yaitu:
1. Optimisme
2. Keberanian (courage)
3. Keadilan yang berwatak kemurahan hati ( fairness tempered with charity)
V. ETOS KERJA
V. KODE ETIK SEBAGAI PEDOMAN

BAB 6 RETROSPEKSI: TENTANG RELEVANSI PENDIDIKAN MORAL


DI INDONESIA

Salah satu kelemahan dalam pendidikan moral yang selama ini ditempuh ialah
bahwa ancangan-ancangan yang dipergunakan dalam menguraikan gagasan-
gagasan etis terkadang lebih merupakan indoktrinasi daripada pendidikan. Jaran-
ajaran tentang moral masih belum merangsang pemikiran kritis dan pelaksanaan
secara konsuken.
Pendidikan moral hendak menanamkan dan mempertahankan nilai dan
norma. Oleh karena itu pendidikan moral harus menekankan pada kondisi yang
akan menimbulkan penyimpangan ketimbang penyimpangan itu sendiri. Apabila
hukuman atas penyimpangan itu menyangkut nilai, maka penerapannya harus
tepat pada waktu dan proporsinya sehingga kerigian atau biaya yang dibebankan
sesuai dnegan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Jika para administrator dan
birokrat telah membenci kejahatan, membenci korupsi, atau membenci
penyimpangan-penyimoangann administratif, maka kontrol terhadap aktivitas
administrasi negara akan dapat berjalan dengan sendirinya.
Dengan demikian untuk pengembangan pribadi-pribadi yang tangguh dan
menciptakan aparatur yang bersih, berwibawa, dan sekaligus profesional, ada
beberapa aspek pengembangan kualitas manusia yang diperlukan, yakni:
1. Pengembangan sosial ( social development) yaitu untuk meningkatkan berbagai
keahlian dan keterampilan dalam membina berbagai keahlian dan keterampilan
dalam membina hubungan antar-pribadi. Proses administratif membutuhkan
keterampilan dalam membina hubungan baik dengan atasan, reka sekerja, maupun
bawahan, sehingga interaksi sosial dalam organisasi dapat berjalan dengan baik
2. Pengembangan emosional ( emotional development), untuk membina kesadaran
diri yang lebih besar dan ketangguhan emosi. Syarat bagi seorang pejabat yang
baik adalah yang dapat mengontrol emosinya sehingga setiap persoalan dalam
organisasi dapat dipecahkan dengan cara rasional.
3. Pengembangan intelektual ( intelectual development), untuk memajukan,
pengetahuan, kearifan dan berbagai keterampilan praktis. Pra administrator
organisasi publik dituntut memiliki pengetahuan yang menunjang pemahamannya
mengenai persoalan-persoalan publik serta membuat keputusan-keputusan yang
tepat.
4. Pengembangan watak ( character development), merupakan upaya untuk
menyempurnakan perilaku manusia sehingga senantiasa sejalan dengan moral dan
nilai-nilai etika. Kesadaran mengenai norma-norma etis juga merupakan bagian
dari pengembangan watak.
5. Pengembangan spriritual ( spiritual development), yaitu usaha memupuk
kesadaran yang lebih besar terhadap makna kemanusiaan. Pengembangan spritual
juga merupakan sarana utama untuk membentuk kepribadian manusia yang
tangguh.

Anda mungkin juga menyukai