Anda di halaman 1dari 10

RESUME BUKU ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

Karya: Wahyudi Kumorotomo

Judul : ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

Penulis : Wahyudi Kumorotomo

Penerbit : PT Raja Grafindo Persada

Tahun Terbit : 2011

Cetakan : Ke-10

Halaman :438

BAB I
Etika dan Sejumlah Pengandaian Normatif

Menurut Soegarda poerbakawatja etika adalah filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-
nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya,
terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan
sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan. Berikutnya dalam Encyclopedia Britanica, etika
dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-
konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainyaSelanjutnya Frankena, sebagaimana
yang dikutip oleh Ahmad Charris Zubair mengatakan bahwa etika adalah sebagai cabang filsafat,
yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan
moral.
Dari beberapa definisi etika tersebut di atas dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi obyek pembahasannya,
etika berusaha membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, dilihat dari segi
sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika
tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki
kekurangan, kelebihan, dan sebagainya. Selain itu etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang
membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu
ekonomi dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan, karena berbagai ilmu yang disebutkan itu sama-
sama memiliki obyek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan manusia. Ketiga,
dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik,
buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.
Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang
dilaksanakan oleh manusia. Peranan etika dalam hal ini tampak sebagai wasit atau hakim, dan
bukan sebagai pemain. Ia merupakan konsep atau pemikiran mengenai nilai-nilai untuk
digunakan dalam menentukan posisi atau status perbuatan yang dilakukan manusia. Etika lebih
mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika
bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.Dengan ciri-cirinya yang
demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya
menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai
pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat
dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian
etika sifatnya humanistis dan anthropocentris, yakni berdasar pada pemikiran manusia dan
diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.
Garis besar landasan etika antara lain, naturalisme berpendapat bahwa sistem-sistem etika
dalam kesusilaan mempunyai dasar alami yaitu pembenaran-pembenaran yang hanya dapat
dilakukan melalui pengkajian atas fakta. Individualisme, ajaran didalam hubungan sosilal yang
paling pokok adalah individunya, segala interaksi harus dilakukan demi kepentingan individu.
Hedoisme, kodrat manusia selalu mengusahakan kenikmatan (bahasa yunani, hedone=
kenikmatan) yaitu bila kebutuhan kodrat terpenuhi, orang akan memperoleh kenikmatan sepuas-
puasnya. Eudaemonisme, berasal dari kata yunani demonberarti roh pengawal yang baik,
kemujuran atau keuntungan. Eudaemonisme mencita-citakan suasana batiniah bahagia, bahwa
kebahagiaan merupakan kebaikan tertinggi. Utilitarianisme, ciri pengenal kesusilaan adalah
manfaat dari perbuatan, perbuatan dikatakan baik jika membawa manfaat, kegunaan, artinya
memberikan kita sesuatu yang baik dan tidak menghasilkan sesuatu yang buruk. Idealisme
timbul dari kesadaran adanya lingkungan normativitas bahwa terdapat kenyataan yang bersifat
normatif yang memberi dorongan kepada manusia untuk berbuat, komponen idealisme ada
idealisme rasionalistik, idealisme estetik, dan idealisme etik. Landasan etika sebagai pedoman
hidup bermasyarakat yaitu keindahan (beauty), persamaan (equality), kebaikan (goodness),
keadilan (justice), kebebasan (liberty) dan kebenaran (truth).
Tahap pertimbangan moral perilaku manusia, penilaian sunderesis menyatakan kebenaran
insani lebih sering merupakan hasil kesepakatan antarmanusia. Jadi terkadang dibatasi ruang dan
waktu. Kebenaran mutlak ada ditangan Tuhan tetapi hati nurani manusia punya tendensi untuk
menuju kebaikan dan kebenaran “yang baik mesti dilaksanakan” jiwa dan benak manusia
merupakan pengerak awal bagi segala pertimbangan moral. Penilaian tentang ilmu moral, dari
proses belajar dan proses interaksi dengan individu yang lain, seseorang mendapatkan kaidah
moral yang berlaku dalam masyarakat secara umum. Penilaian khusus nir-pribadi, melakukan
penalaran tentang nilai kebenaran secara objektif. Penilaian khusus pribadi, merujuk kepada
pribadi baik menyangkut diri sendiri maupun orang lain, yang berperan adalah kesadaran tentang
berbagai macam perilaku dengan melibatkan penelaran-penalaran etis. Penilaian atas pilihan
tindakan, melakukan pemilihan atas tindakan-tindakan yang harus diambil, pilihan yang diambil
menentukan corak perilaku seseorang.
BAB II
Beberapa Konsepsi tentang Legitimasi Kekuasaan, Birokrasi, dan Administrasi Negara

Legimitasi kekuasaan negara menurut plato, mereka yang mempunyai kekuatan nalar
terbesar hendaknya diberi kekuasaan terbesar untuk memerintah. Menurut Thomas Aquinas
keadilan ada dua bentuk yaitu pertama, keadilan yang timbul dari transaksi pembelian penjualan
yang sesuai dengan asas distribusi pasar, kedua, keadilan yang wajar terjadi bila seorang
penguasa memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi hak nya berdasar pangkatnya. Jenis
hukum Menurut Thomas Aquinas menjadi hukum abadi ( Lex Eterna), hukum kodrat (Lex
Naturalis), dan hukum buatan manusia ( Lex humanan). Kekuasaan negara menurut Niccolo
Machiavelli menyatakan bahwa sebelum penguasa dapat berbuat bagi kesejahteraan rakyatnya,
pertama-tama yang ia lakukan adalah menyelamatkan kekuasaan itu sendiri. Thomas hobbes
menyatakan untuk menertibkan tindakan manusia, mencegah kekacauan, dan mengatasi anarkis
tidak hanya mengandalkan imbauan-imbauan moral tetapi juga membuat tatanan hukum yang
membuat manusia itu takut. Jean-Jaques Rousseau berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya
manusia itu baik, sehingga ketertiban dihasilkan sebagai akibat dari hak-hak yang sama, negara
dibentuk karena adanya niat-niat baik untuk melestarikan kebebasan dan kesejahteraan individu.
Demokrasi merupakan sistem permerintahan dimana kekuasaan terletak pada mayoritas
masyarakat pelaksananya dilakukan melalui wakil-wakil yang terpilih dengan menjamin hak
minoritas. Demokrasi berlandaskan pada keyakinan nilai dan martabat manusia, mengandung
implikasi adanya konsep kebebasan manusia serta memiliki aturan hukum. Untuk menghasilkan
demokrasi yang memuaskan para pemilih dalam sistem ini terdidik, perasaan bernegara diantara
warga negara, kesempatan yang luas untuk membicarakan isu-isu kenegaraan, keharusan untuk
memilih orang yang berwatak baik dan terlatih dalam menangani urusan-urusan publik,
kebebasan untuk melaksanakan reformasi perangkat dan pranata pemerintahan, serta distribusi
kemakmuran yang lebih merata. Dalam negara demokratis, birokrasi merupakan alat untuk
menjembatani kebijakan-kebijakan adminstratif yang diambil penguasa dengan aspirasi rakyat
yang mendelegasikan wewenang kepada penguasa sendiri.
Birokrasi awalnya dibentuk supaya keputusan pemerintah dapat dilaksanakan dengan
sistematis melalui aparat-aparat negara. Keputusan politisi yang telah ditetapkan akan
bermanfaat ketika dilaksanakan oleh birokrasi yang tanggap, sistematis dan efesien. Tujuan
dibentuknya birokrasi supaya kepentingan-kepentingan umum dapat dipenuhi melalui
serangkaian yang sama bagi semua pihak. Model birokrasi, birokrasi tradisional, yang
diutamakan terwujudnya keharmonisan hierarkis, bahwa masyarakat sudah terkondisi di dalam
suatu sistem yang sudah berjenjang untuk memeliharanya dibutuhkan loyalitas dan keselarasan
sosial. Birokrasi faksi-faksi kolonimenekankan pada struktur apolitis dan terpisah dari aspirasi
rakyat, birokrasi tidak menjadi pelayan masyarakat tetapi masyarakat yang menjadi pelayan
birokrasi. Birokrasi rasional mengandalkan efesiensi dan kualitas keputusan yang objektif yang
ditawarkan, bukan kepada pembuat keputusan.
Birokrasi memiliki sistem pertanggungjawaban hierarkis yang bermuara pada lembaga-
lembaga perwakilan rakyat, untuk melaksanakan tugas-tugasnya aparat birokrasi diberi
kekuasaan bertindak sesuai dengan peraturan yang ada. Kepercayaan warga negara tergantung
kepada layanan-layanan yang diberikan apakah memuaskan dan persyaratan- persyaratan
diberikan masuk akal serta pelayanan kepada semua warga negara dilaksanakan secara adil.
Sehingga untuk menjamin kelancaran program, birokrat harus memperhatikan reaksi masyarakat
terhadap program yang dilaksanakan.
Salah satu tugas penting dari Birokrasi adalah Pembanguna, bukan hanya pembagunan
dalam kebutuhan-kebutuhan materi, pembangunan sistem perekonomian, pembangunan taraf
hidup, terutama ialah membangun manusia yang berwatak, berkepribadian, memiliki rasionalitas
dan visi kedepan, dan mempunyai nilai-nilai moralitas yang tinggi. Ide-ide pembangunan yang
paling mendasar ialah kebebasan, kemerdekaan pribadi yang menjadi hak-hak dasar manusia,
kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan berserikat, kebebasan beragama.
Kedua, persamaan derajat didepan hukum bagi semua warga negara. Ketiga, demokrasi dan
partisipasi yaitu cara yang ditempuh dalam pembangunan sesuai keinginan rakyat sehingga dapat
dinikmati bersama. Keempat, keadilan sosial dan pemerataan untuk meningkatkan taraf hidup
melalui efisiensi pengolahan sumber daya, pencegahan pemborosan finansial yang tidak
bertanggungjawab sambil mempertahankan pelayanan publik yang sudah dicapai.
Leonard D. White menyatakan bahwa Administrasi Negara terdiri atas semua kegiatan
yang bertujuan untuk melaksanakan kegaiatan publik. Administrasi negara berkaitan dengan
aktivitas teknis yang berlandaskan ilmu manjemen untuk mencapi efesiensi yang tinggi dan juga
aktivitas politis yang menafsirkan kehendak publik dan menerjemahkan dalam kebijakan nyata.
Kebijakan berarti seluruh gagasan mengenai tujuan dan arah tindakan manusia didalam
organisasi. Dari segi materi administrasi negara berarti melakukan kebijakan publik, menetapkan
dan melaksanakan suatu kebijakan yang berpengaruh kepada masyarakat umum. Dari segi
formal administrasi negara merupakan pengambilan keputusan-keputusan yang mengikat orang
banyak. Dari segi sosiologi administrasi negara merupakan serangkaian proses tindakan sosial
yang berlangsung dan dibakukan dalam periode tertentu.
BAB III
“Kebijakan Publik Sebagai Keputusan-Keputusan Yang Mengandung Konsekuensi
Moral”

Keberhasilan tatanan publik setelah suatu negara mengalami peningkatan ekonomi harus
dibarengi dengan terwujudnya keadilan sosial. Tujuan dari keadilan sosial yaitu tersusunnya
masyrakat yang seimbang sehingga setiap warga negara dapat memenuhi kehidupan yang layak.
Partisipasi masyarakat sebagai warga negara sangat beraneka ragam, tidak hanya sekedar
berkumpul di suatu tempat tertentu untuk mendengarkan penjelasan mengenai program-program
yang dirancang oleh pemerintah. Secara umum partisipasi warga negara dapat dibedakan
menjadi empat macam. Pertama, partisipasi dalam Pemilihan (electoral participation) partisipasi
ini bersifat rasional dan mudah dilihat. Aktivitas partisipasi masyarkat dalam hal ini berupa
memilih wakil-wakil rakyat atau seorang pemimpin. Selain itu keikutsertaan warga negara dalam
voting melalui koran atau media massa lainnya. Kedua, Partisipasi Kelompok (group
participation) partisipasi ini merupakan warga negara yang membentuk kelompok-kelompok
tertentu sebagai sarana menyuarakan aspirasi. Ketiga, kontak antara Warga Negara dan
Pemerintahan (citizen government contacting) komunikasi antara warga negara dengan
pemerintah dapat dilakukan dengan cara menulis surat, menelepon atau pertemuan secara
pribadi. Kontak juga dapat dilakukan melalui rapat atau konferensi. Diberbagai negara terdapat
saluran partisipasi masyarakat yang disebut ombudsman. Lembaga tersebut merupakan wadah
masyarakat untuk memberikan pendapat atau keluhan dari kebijakan dan layanan yang
dikeluarkan pemerintah. Keempat, partisipasi Warga Negara secara Langsung di Lingkungan
Pemerintahan partisipasi warga negara secara langsung dilingkungan pemerintah seperti
mendudukan tokoh masyarkat didalam pengambilan keputusan. Para birokrat harus melibatkan
partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan dalam membentuk kebijakan.
Kemajuan teknologi dan pembangunan fisik berdampak kepada lingkungan
pembangunan industri-industri dan pabrik-pabrik harus ditata oleh pemerintah agar dampak
negative dari pembangunan dapat diminimkan. Analisis dampak lingkungan harus ditetapkan
sehingga pemilik modal bertanggungjawab kepada pemerintah dan kepada masyarakat disekitar.
Pemerintah harus tegas menetapkan peraturan-peraturan yang ada sehingga tidak ada masyarakat
yang meras dirugikan akibat dari pembangunan.
Bentuk pelayanan umum yang disediakan pemerintah bagi warga negara banyak sekali
macamnya seperti bidang pendidikan, kesehatan, transportasi, kesejahteraan sosial, gizi,
kebutuhan pangan pokok dan lainnya. Banyaknya kebutuhan warga negara yang harus dipenuhi
terkadang masih kurangnya perhatian dari para aparatur negara. Warga negara dalam menerima
pelayanan publik yang sederhana masih sering merasa mendapat kesulitan-kesulitan yang
berbelit. Maka dari itu birokrasi harus memperbaiki pelayanan kepada publik sehingga
masyarakat akan berpartisipasi dalam kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Seorang birokrat memiliki kewajiban moral terhadap setiap warga negara untuk
memberikan pelayanan publik sebaik-baiknya. Moral individu berarti bahwa dalam hubungannya
dengan orang lain harus mengikuti norma etis dan melaksanakan kewajiban sebagai
pertanggungjawaban antar manusia. Moral kolektif terbentuk karena tergabungnya
pertanggungjawaban didalam suatu kelompok sehingga proses tindakan etis tersebut karena
persetujuan antara individu atau kelompok yang terpengaruh oleh aktivitas mereka. Pengambilan
keputusan oleh pejabat negara harus berdasarkan kepentingan warga negara dan dilakukan oleh
individu, sehingga pembinaan moral yang paling efektif terhadap pejabat adalah pembinaan
moral individu sehingga menghasilkan pejabat yang inisiatif, ketegasan, keberanian, jujur, dan
peka terhadap masalah publik.
Pertanggungjawaban berarti proses antarpribadi yang menyangkut tindakan, perbuatan
atau keputusan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain sehingga ia dapat menerima
hak dan wewenangan tertentu berikut sanksi yang menjadi konsekuensinya. Dalam administrasi
public pertanggungjawaban mengandung konotasi pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas,
sebab-akibat, dan kewajiban. Lingkup pertanggungjawaban administrasi harus dijalankan oleh
lembaga-lembaga negara beserta aparaturnya. Pertanggungjawaban ini melibatkan sifat dari
tugas-tugas lembaga, strategi manajemen yang diterapkan oleh pimpinan lembaga dan konteks
institusional dari pelaksanaan kerja dalam lembaga. Dalam kenyataan unsur dalam sistem
pertanggungjawaban ini masih kurang diperhatikan. Untuk terciptanya suatu proses administrasi
negara yang adil dan kondisi kerja yang dinamis, pemakaian seluruh aspek sistem
pertanggungjawaban secara proporsional menjadi prasyarat yang sangat penting.
Menilai tindakan-tindakan seseorang apakah tidak sesuai dengan norma etika atau belum
tidak lah mudah. Pelayanan publik akan mencapi tujuannya apabila konsep moralitas legal
mendasari keputusannya, dan tidak ada penyalahgunaan wewenang yang sering dilakukan
pejabat mengenai ketidakjujuran, perilaku yang buruk, konflik kepentingan, melanggar peraturan
perundangan, perilaku yang tidak adil kepada bawahan, pelanggaran terhadap prosedur, tidak
menghormati kehendak pembuat peraturan perundangan, pemborosan, menutupi kesalahan,
kegagalan mangambil prakarsa. Analisis etis diterapkan kepada tindakan dan perilaku
pejabatmengenai pemakai yang menjadi kepemilikan kantor tapi dipakai untuk kepentingan
pribadi menunjukkan etika para pejabat.
BAB IV
Korupsi Dan Pita Merah

Korupsi berasal dari bahasa Latin, corrumpere, corruptio, corruptus artinya


penyimpangan dari kesucian, tindakan tak bermoral, kejahatan, kerusakan, ketidakjujuran, atau
kecurangan. Korupsi adalah penyelewengan tanggung jawab kepada masyarakat, dapat
berbentuk pengelapan, kecurangan, atau manipulasi dengan karakteristik tidak mengandung
kekerasan, ketidakjujuran, dan penyembunyian kenyataan. Sedangkan Nepotisme adalah usaha-
usaha yang disengaja oleh seorang pejabat dengan memanfaatkan kedudukan dan jabatanya
untuk menguntungkan posisi, pangkat, dan karir diri sendiri, family, atau kawan dekatnya
dengan cara yang tidak adil. Adapun unsur-unsur dominan yang melekat pada tindakan korupsi
meliputi setiap korupsi bersumber kepada kekuasaan yang didelegasikan, korupsi melibatkan
fungsi ganda yang kontradiktif dari pejabat-pejabat yang melakukannya, korupsi dilakukan
dengan tujuan untuk kepentingan pribadi,klik,atau kelompok, Orang-orang yang korupsi
biasanya berusaha untuk merahasiakan perbuatannya, korupsi dilakukan secara sadar dan
disengaja oleh para pelakunya.
Menurut Syed Hussein Alatas, ada tujuh jenis korupsi yakni, korupsi transaktif
disebabkan oleh adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi
keuntungan kedua belah pihak dan secara aktif mereka telah mengusahakan keuntungan tersebut.
Korupsi memeras adalah korupsi dimana pihak pemberi dipaksa memberi uang suap untuk
mencegah kerugian yang mengancam dirinya, kepentingannya, atau sesuatu yang berharga lain.
Korupsi investif adalah pemberian barang atau jasa tanpa memperoleh keuntungan tertentu,
selain keuntungan yang direncanakan pada masa depan. Korupsi nepotisme, meliputi penunjukan
secara tidak sah terhadap saudara atau teman dekat untuk menduduki jabatan dalam
pemerintahan. Korupsi defentif adalah perilaku korban korupsi dengan pemerasan, korupsi dalam
cara mempertahankan diri. Korupsi otogenik, korupsi yang melibatkan satu orang saja dan
Korupsi dukungan adala korupsi yang dilakukan untuk melindungi atau memperkuat korupsi
yang sudah ada maupun yang akan dilaksanakan.
Korupsi mempengaruhi segala lini pelayanan pemerintah dan berdampak kepada
pelayanan yang diberikan. Pengaruh positif dari korupsi hanya menguntungkan pihak-pihak yang
memiliki modal dan kekuasaan tetapi dampak negatifnya mempengaruhi semua lini, Korupsi
mempengaruhi kebijakan yang akan dibuat struktur dan kebijakan didalam pemerintah menjadi
lemah, pelayanan publik dibuat rumit untuk memperoleh uang sogokan, menghilangkan
kekuatan hukum, munculnya kejahatan yang terorganisir dan hilangnya kewibawaan pemerintah.
Faktor yang menumbuhkan korupsi adalah Buruknya struktur dalam suatu negara,
dipengaruhi oleh sejarah bangsa itu, dimana penguasa feodal mempunyai hak istimewa untuk
menarik pajak tertentu. Kemudian sistem ersebut masih diterapkan oleh beberapa masyarakat
kedalam pemerintahan baru, bahwa dia harus memperoleh keuntungan sendiri dari kekuasaanya.
Struktur birokrasi yang berorientasi keatas juga mempengaruhi penyelewengan. Lemahnya
kemampuan badan pengawas seperti partai politik, lembaga legislatif , dan pers mempengaruhi
tumbunya korupsi. Hukum yang ditegakkan untuk para pelaku korupsi harus efesien,rasional dan
para penegaknya memiliki integritas tinggi dalam menegakkanya karena apabila tidak demikian,
pelaku korupsi yang dituntut akan dapat membeli hukum. Buruknya moral manusia juga
menumbuhkan korupsi dimana manusia tidak pernah puas dan nilai-nilai kejujuran tidak ada lagi
dalam dirinya.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya menangkal korupsi dapat ditinjau dari sistem
struktur, segi juridis, maupun segi etika. Dari segi struktur korupsi dapat ditangkal melalui cara
sistemik-struktural, memperbaiki kelemahan sistem politik dan sistem administrasi dimana
birokrasi sebagai pokoknya atau dalam kata lain yaitu mendayagunakan segenap supra struktur
politik maupun infrastruktur politik dan membenahi birokrasi. Cara abolisionistik yaitu dengan
mengkaji permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat kemudian memberantas
penyebab korupsi dan melakukan penaggulangan pada usaha yang menghilangkan penyebab
tersebut. Cara moralistik dengan melakukan pembinaan mental dan moral manusia,  khotbah-
khotbah, ceramah, atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum. Dari segi juridis
dengan kodifikasi hukum, memperbaiki kualitas hukuum, bahwa korupsi adalah segala perbuatan
yang merugikan keuangan dan perekonomian negara. Dari segi etika adalah keberanian dan tekat
seluruh aparatur negara dalam melawan korupsi.
Istilah pita merah berhubungan dan selalu dikaitkan dengan permasalahan pelayan
administrasi yang cenderung berbelit-belit sehingga memberikan perhatian khusus pada saat
berurusan dengan birokrasi. Para pelaku birokrat sengaja melakukan penyulitan didalam urusan
administrasi dengan tujuan mendapatkan uang tambahan dari masyarakat untuk memudahkan
urusannya. Media yang digunakan didalam pelayanan masyarakat berupa surat-surat juga tidak
efektif karena membutuhkan proses yang lama. Perbaikan pelayanan birokrasi harus
dilaksanakan sebelum nilai-nilai demokrasi yang terkandung didalam birokrasi hilang akibat
aparatur yang tidak bertanggung jawab.
Menurut Douglas adapun Kebijakan pemerintah yang rentan terhadap penyelewengan
administrasi antara lain, kebijakan pemerintah yang membiarkan kontrak besar yang syaratnya
menguntungkan kontraktor, kebijakan pemerintah memungut pajak yang sangat tinggi
mendorong pengusaha menyuap aparat untuk mengurangi pajak, penetapan tarif yang
mendorong pemodal mengendalikan tarif, pemerintah memiliki kekuasaan untuk memilih
perusahaan yang diajak kerjasama, pemberian pinjaman atau pembebasan pajak, pengolahan
barang mentah oleh pemerintah dan pengelolaan subsidi. Pengendalian diri pejabat publik
terletak pada saat dia mampu membedakan kepentingan pribadi dan kewajibannya melayani
masyarakat dan Pelaksanaan amanah merupakan tanggung jawab moral pejabat publik, kejujuran
didalam menjalankan tugas dalam melayani masyarakat. Dengan kemampuan pengenadalian diri
dan tanggung jawab pelaksanaa amanah yang diemban pejabat publik mampu mengindarikan
tindakan korup yang dapat dilakukannya dengan kekuasaanya.

BAB V
ETIKA ADMINISTRASI DALAM PRAKTIK

Negara indonesia telah menerapkan sistem birokrasi pemerintahan yang baik dengan
kesepakatan dari masyarakatnya yaitu sebuah prinsip demokrasi dengan azas kedaulatan rakyat,
bahwa kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara itu depegang oleh rakyat, dari rakyat
untuk rakyat dan oleh rakyat. Pada sistem demokrasi indonesia berasas kedaulatan rakyat ini
dijalankan melalui asas permusyarawatan dan perwakilan, selain itu juga ada pembagian tugas
kekuasaan untuk lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Disini memiliki sebuah prinsip
untuk membuat sebuah keadilan sosial dan pemerataan karena adanya sebuah masalah yang
timbul seperti ketimpangan antar kelompok sosial yang berbeda dalam suatu negara dan
ketimpangan antara wilayah geografis dengan permasalahan kesenjangan distribusi sumber daya
politik maupun ekonominya. Usaha yang telah dilakukan pemerintaah untuk mensejahterakan
masyarakat umum dengan membuka sebuah lapangan pekerjaan dan menekankan laju
pertumbuhan penduduk. Selain itu masalah penting yang harus dipecahkan dikependudukan
yaitu mewujudkan negara hukum dengan dasar hukum UUD 1945.
Cara administratif untuk memilih alternatif tindakan dan pengambilan keputusan oleh
pejabat pemerintah secara efektif dan efesien dengan mempertimbangkan nilai judisial yang
berlaku yaitu berdasarkan nilai-nilai keadilan yang dianut didalam ketatanegaraan dan
kemasyarakatan. Keterkaitan antara lembaga judisial dengan lembaga administratif terkait dalam
hal penguasaan yaitu adanya interaksi kooptasi yang artinya para hakim memiliki kemampuan
memperbaiki institusi dan para administratif memiliki kemampuan mengurangi campur tangan
judisial. Hal konvergensi yang artinya hakim dan administrator publik memiliki harmoni kerja
sama. Hal kultur administrasi baru menekankan nilai prosedural dan keadilan lebih diutamakan
dari ekonomi dan efesiensi sehingga berwujud atas perlakuan hak yang adil, birokrasi yang
representatif dan birokrasi partisipatif. Untuk mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan
administrasi negara secara judisial pemerintah membentuk lembaga pengawas yang memiliki
norma hukum yaitu pengawasan tidak mencari-cari kesalahan tetapi pengawasan disini bersifat
mendidik dan dinamis. Seorang pengawas harus memiliki kemampuan teknis, kognitif maupun
efektif yang lebih baik dari pada yang diawasi.
Aktivitas administrasi pemerintahan harus tetap dilindungi untuk mengamankan
eksistensi negara karena memiliki kepentingan umum dan harus bersifat netral supaya publik
memiliki wawasan mengenai pelayanan umum selain itu publik juga mengetahui tentang
kebijakan yang dibuat pemerintah.
Sifat arif pemerintahan akan terlihat pada keputusan yang dimunculkan, seorang pejabat
yang arif pun juga akan terlihat saat pejabat itu mampu membuat masyarakat percaya dengan
keputusan pemerintah yang dimunculkan dengan berlandaskan kebenaran, dan tidak
memutuskan sendiri tetapi melihat dari kondisi masyarakat itu menyetujui kebijakan atau
keputusan itu atau tidak.
Etos ini merupakan sebuah ide atau pikiran yang akan mengawali sebuah tindakan yang
akan dibuat. Pemerintahan harus memiliki etos kerja yang baik untuk melayani masyarakat
dengan berbagai cara seperti mengembangkan diri melalui memperbaiki perilaku sesuai dengan
kebutuhan nilai dan moral administrasi pemerintahan.
Selanjutnya adanya sebuah kode etik yang sudah disepakati bahwa tidak adanya sangsi
hukum yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu aparat memiliki
tanggung jawab kepercayaan menjadikan sebuah kode etik ini pedoman kesadaran moral atas
yang telah dimiliki dari pemberian negara dengan atas nama rakyatnya.

Anda mungkin juga menyukai