Anda di halaman 1dari 12

Judul : ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

Penulis : Wahyudi Kumorotomo

Penerbit : PT RajaGrafindo Persada

Tahun Terbit : 2011

Cetakan : ke 10

Halaman : 438

Harga :

BAB I

Etika dan Sejumlah Pengandaian Normatif

Kemajuan seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak menjamin kemajuan di bidang
moralitas. Kemajuan peradapan suatu bangsa dapat diukur sejauh mana individu-individu
bangsa tersebut menjungjung tinggi nilai-nilai moralitas. Kedudukan hukum moral bagi
kehidupan manusia, hukum moral sangat vital bagi manusia, hukum moral bersifat rasional
dan objektif, moralitas terdiri dari hukum-hukum universal.

Etika berasal dari bahasa yunani ethos artinya kebiasaaan atau watak sedangkan moral
berasal dari bahasa latin mos artinya cara hidup atau kebiasaan. Etika cenderung berkenaan
dengan nilai-nilai yang dianut oleh manusia dan pembenarannya dan hukum yang mengatur
tingkah laku manusia. Sedangkan moral ditekankan kepada karakter dan sifat-sifat individu
yang khusus diluar peraturan yang bersifat spontan.

Moral merupakan suatu sistem nilai yang menjadi dasar bagi dorongan atau
kecenderungan bertindak, karakteristik nilai moral bersifat: premier, riil, terbuka, bisa bersifat
positif maupun negatif, orde tinggi atau arsitektonik, absolut.

Permasalahan etika sosial timbul karena sifat dasar manusia egoisme dan altruisme
dimana manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Egoisme merujuk kepada
mementingan diri sendiri tanpa peduli hukum dan kewajiban, altrusisme merujuk kepada
berbuat untuk kepentingan orang lain. Kesosialan manusia mencakup situasi individualitas
manusia dan kekhasan kepribadian manusia, sehingga manusia dapat saling membantu dalam
kebutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan tujuan etika. Hak dasar
yang dimiliki oleh setiap manusia mencakup hak hidup, hak bebas dan hak memiliki tetapi
semua itu menjadi terbatas apabila manusia berada ditengah suatu sistem sosial. Etika sosial
menyangkut kedudukan individu ditengah sistem sosial yang memerlukan konseptualisasi
maupun aplikasi yang bersigaf multi face tetapi tidak ada lembaga, pranata maupun individu
yang berhak menentukan bagaimana orang bertindak.

Garis besar landasan etika antara lain, naturalisme berpendapat bahwa sistem-sistem
etika dalam kesusilaan mempunyai dasar alami yaitu pembenaran-pembenaran yang hanya
dapat dilakukan melalui pengkajian atas fakta. Individualisme, ajaran didalam hubungan
sosilal yang paling pokok adalah individunya, segala interaksi harus dilakukan demi
kepentingan individu. Hedoisme, kodrat manusia selalu mengusahakan kenikmatan (bahasa
yunani, hedone= kenikmatan) yaitu bila kebutuhan kodrat terpenuhi, orang akan memperoleh
kenikmatan sepuas-puasnya. Eudaemonisme, berasal dari kata yunani demonberarti roh
pengawal yang baik, kemujuran atau keuntungan. Eudaemonisme mencita-citakan suasana
batiniah bahagia, bahwa kebahagiaan merupakan kebaikan tertinggi. Utilitarianisme, ciri
pengenal kesusilaan adalah manfaat dari perbuatan, perbuatan dikatakan baik jika membawa
manfaat, kegunaan, artinya memberikan kita sesuatu yang baik dan tidak menghasilkan
sesuatu yang buruk. Idealisme timbul dari kesadaran adanya lingkungan normativitas bahwa
terdapat kenyataan yang bersifat normatif yang memberi dorongan kepada manusia untuk
berbuat, komponen idealisme ada idealisme rasionalistik, idealisme estetik, dan idealisme
etik. Landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat yaitu keindahan (beauty),
persamaan (equality), kebaikan (goodness), keadilan (justice), kebebasan (liberty) dan
kebenaran (truth).

Tahap pertimbangan moral perilaku manusia, penilaian sunderesis menyatakan


kebenaran insani lebih sering merupakan hasil kesepakatan antarmanusia. Jadi terkadang
dibatasi ruang dan waktu. Kebenaran mutlak ada ditangan Tuhan tetapi hati nurani manusia
punya tendensi untuk menuju kebaikan dan kebenaran “yang baik mesti dilaksanakan” jiwa
dan benak manusia merupakan pengerak awal bagi segala pertimbangan moral. Penilaian
tentang ilmu moral, dari proses belajar dan proses interaksi dengan individu yang lain,
seseorang mendapatkan kaidah moral yang berlaku dalam masyarakat secara umum.
Penilaian khusus nir-pribadi, melakukan penalaran tentang nilai kebenaran secara objektif.
Penilaian khusus pribadi, merujuk kepada pribadi baik menyangkut diri sendiri maupun orang
lain, yang berperan adalah kesadaran tentang berbagai macam perilaku dengan melibatkan
penelaran-penalaran etis. Penilaian atas pilihan tindakan, melakukan pemilihan atas tindakan-
tindakan yang harus diambil, pilihan yang diambil menentukan corak perilaku seseorang.

BAB II

Beberapa Konsepsi tentang Legitimasi Kekuasaan, Birokrasi, dan Administrasi Negara

Legimitasi sosiologi menyangkut proses interaksi didalam masyarakat yang


memungkinkan sebagian besar kelompok sosiologi setuju bahwa seseorang patut memimpin
mereka dalam periodi pemerintahan tertentu, wewenang yang melekat patut dihormati,
apabila sebagian besar meyakini maka kekuasaan tersebut dianggap sah secara sosiologis.
Legitimasi etis melihat kesesuain antara dasar-dasar kekuasaan itu dari sudut norma-norma
moral, pengertian legitimasi etis terkadang diluar apa yang diterima kebanyakan orang pada
lingkup sosial tertentu, artinya sebagian besar orang yang sudah memiliki kesepakatan bulat
mengenai suatu tatanan tidak mutlak bahwa tatanan itu sudah benar secara etis.

Legimitasi kekuasaan negara menurut plato, mereka yang mempunyai kekuatan nalar
terbesar hendaknya diberi kekuasaan terbesar untuk memerintah. Menurut Thomas Aquinas
keadilan ada dua bentuk yaitu pertama, keadilan yang timbul dari transaksi pembelian
penjualan yang sesuai dengan asas distribusi pasar, kedua, keadilan yang wajar terjadi bila
seorang penguasa memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi hak nya berdasar
pangkatnya. Jenis hukum Menurut Thomas Aquinas menjadi hukum abadi ( Lex Eterna),
hukum kodrat (Lex Naturalis), dan hukum buatan manusia ( Lex humanan). Kekuasaan
negara menurut Niccolo Machiavelli menyatakan bahwa sebelum penguasa dapat berbuat
bagi kesejahteraan rakyatnya, pertama-tama yang ia lakukan adalah menyelamatkan
kekuasaan itu sendiri. Thomas hobbes menyatakan untuk menertibkan tindakan manusia,
mencegah kekacauan, dan mengatasi anarkis tidak hanya mengandalkan imbauan-imbauan
moral tetapi juga membuat tatanan hukum yang membuat manusia itu takut. Jean-Jaques
Rousseau berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya manusia itu baik, sehingga ketertiban
dihasilkan sebagai akibat dari hak-hak yang sama, negara dibentuk karena adanya niat-niat
baik untuk melestarikan kebebasan dan kesejahteraan individu.

Demokrasi adalah suatu sistem permerintahan dimana kekuasaan terletak pada


mayoritas masyarakat pelaksananya dilakukan melalui wakil-wakil yang terpilih dengan
menjamin hak minoritas. Demokrasi berlandaskan pada keyakinan nilai dan martabat
manusia, mengandung implikasi adanya konsep kebebasan manusia serta memiliki aturan
hukum. Untuk menghasilkan demokrasi yang memuaskan para pemilih dalam sistem ini
terdidik, perasaan bernegara diantara warga negara, kesempatan yang luas untuk
membicarakan isu-isu kenegaraan, keharusan untuk memilih orang yang berwatak baik dan
terlatih dalam menangani urusan-urusan publik, kebebasan untuk melaksanakan reformasi
perangkat dan pranata pemerintahan, serta distribusi kemakmuran yang lebih merata. Dalam
negara demokratis, birokrasi merupakan alat untuk menjembatani kebijakan-kebijakan
adminstratif yang diambil penguasa dengan aspirasi rakyat yang mendelegasikan wewenang
kepada penguasa sendiri.

Birokrasi berasal dari bahasa yunani bureu artinya meja tulis atau tempat bekerjanya
para pejabat. Birokrasi mula-mula dibentuk supaya keputusan pemerintah dapat dilaksanakan
dengan sistematis melalui aparat-aparat negara. Keputusan politisi yang telah ditetapkan akan
bermanfaat ketika dilaksanakan oleh birokrasi yang tanggap, sistematis dan efesien. Tujuan
dibentuknya birokrasi supaya kepentingan-kepentingan umum dapat dipenuhi melalui
serangkaian yang sama bagi semua pihak. Model birokrasi, birokrasi tradisional, yang
diutamakan terwujudnya keharmonisan hierarkis, bahwa masyarakat sudah terkondisi di
dalam suatu sistem yang sudah berjenjang untuk memeliharanya dibutuhkan loyalitas dan
keselarasan sosial. Birokrasi faksi-faksi kolonimenekankan pada struktur apolitis dan terpisah
dari aspirasi rakyat, birokrasi tidak menjadi pelayan masyarakat tetapi masyarakat yang
menjadi pelayan birokrasi. Birokrasi rasionalmengandalkan efesiensi dan kualitas keputusan
yang objektif yang ditawarkan, bukan kepada pembuat keputusan.

Birokrasi memiliki sistem pertanggungjawaban hierarkis yang bermuara pada


lembaga-lembaga perwakilan rakyat, untuk melaksanakan tugas-tugasnya aparat birokrasi
diberi kekuasaan bertindak sesuai dengan peraturan yang ada. Kepercayaan warga negara
tergantung kepada layanan-layanan yang diberikan apakah memuaskan dan persyaratan-
persyaratan diberikan masuk akal serta pelayanan kepada semua warga negara dilaksanakan
secara adil. Sehingga untuk menjamin kelancaran program, birokrat harus memperhatikan
reaksi masyarakat terhadap program yang dilaksanakan.

Administrator sebagai pelayan publik harus mengabdi kepada kepentingan umum,


pelayanan diberikan dengan prinsip berkeadilan, baik berkeadilan sosial maupunberkeadilan
ekonomi. Administrator juga harus mempertanggung jawabkan tindakan, keputusan dan
kebijakan yang dibuatnya baik mempertanggungjawabkan secara hierarkis yaitu
pertanggungjawaban kinerja secara berjenjang dalam berbagai kedudukan dalam birokrasi
dan mempertanggungjawaban kepada masyarakat, berupa kepercayaan dan citra.

Proses pembangunan merupakan tugas utama birokrasi, bukan hanya pembagunan


dalam kebutuhan-kebutuhan materi, pembangunan sistem perekonomian, pembangunan taraf
hidup, terutama ialah membangun manusia yang berwatak, berkepribadian, memiliki
rasionalitas dan visi kedepan, dan mempunyai nilai-nilai moralitas yang tinggi. Ide-ide
pembangunan yang paling mendasar ialah kebebasan, kemerdekaan pribadi yang menjadi
hak-hak dasar manusia, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan
berserikat, kebebasan beragama. Kedua, persamaan derajat didepan hukum bagi semua warga
negara. Ketiga, demokrasi dan partisipasi yaitu cara yang ditempuh dalam pembangunan
sesuai keinginan rakyat sehingga dapat dinikmati bersama. Keempat, keadilan sosial dan
pemerataan untuk meningkatkan taraf hidup melalui efisiensi pengolahan sumber daya,
pencegahan pemborosan finansial yang tidak bertanggungjawab sambil mempertahankan
pelayanan publik yang sudah dicapai.

Administrasi negara berkaitan dengan aktivitas teknis yang berlandaskan ilmu


manjemen untuk mencapi efesiensi yang tinggi dan juga aktivitas politis yang menafsirkan
kehendak publik dan menerjemahkan dalam kebijakan nyata. Kebijakan berarti seluruh
gagasan mengenai tujuan dan arah tindakan manusia didalam organisasi. Dari segi materi
administrasi negara berarti melakukan kebijakan publik, menetapkan dan melaksanakan suatu
kebijakan yang berpengaruh kepada masyarakat umum. Dari segi formal administrasi negara
merupakan pengambilan keputusan-keputusan yang mengikat orang banyak. Dari segi
sosiologi administrasi negara merupakan serangkaian proses tindakan sosial yang
berlangsung dan dibakukan dalam periode tertentu.

BAB III

KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG


MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL

Keberhasilan pranata publik setelah suatu bangsa mengalami kemajuan ekonomi


adalah meningkatnya keadilan sosial, dimana adanya pembagian beban secara proposional
didalam warga negara. Nilai keadilan sosial dicapai dengan tujuan tersusunnya masyarakat
yang seimbang dan teratur sehingga seluruh warga negara memperoleh kesempatan guna
membangun kehidupan yang layak.
Secara umum corak partisipasi masyarakat dibedakan menjadi empat macam.
Pertama, partisipasi dalam pemilihan (electoral participation) partisipasi ini bersifat rasional,
mudah dilihat berupa pemilihan wakil rakyat atau pengangkatan pemimpin. Kedua,
partisipasi kelompok (group participation) merupakan warga negara yang membentuk
kelompok-kelompok untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Ketiga, kontak antara warga
negara dan pemerintah (citizen-goverment contacting) yang dapat terhubung secara langsung
seperti dalam lokarya, konferensi dalam membahas masalah-masalah khusus. Keempat,
partisipasi warga negara secara langsung dilingkungan pemerintah seperti mendudukan tokoh
masyarakat didalam pengambilan keputusan. Para birokrat harus mengambil partisipasi dari
masyarakat untuk menetukan kebijakan yang akan ditetapkan guna terwujudnya demokrasi.

Kemajuan tehnologi dan pembagunan fisik berdampak kepada lingkungan.


Pembangunan industri-industri dan pabrik-pabrik harus ditata oleh pemerintah agar dampak
negatif dari pembagunan dapat diminimkan. Analisis dampak lingkungan harus ditetapkan
sehingga pemilik modal bertanggungjawab kepada pemerintah dan kepada mayarakat
disekitar. Pemerintah harus tegas menetapkan peraturan-peraturan yang ada sehingga tidak
ada masyarakat yang merasa dirugikan akibat dari pembangunan.

Pelayanan umum menyangkut kepada pelayanan yang disediakan pemerintah kepada


warga negara untuk mempermudah berhubungan dengan pemerintah maupun memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pelayanan umum menyangkut dibidang pendidikan, kesehatan,
transportasi,perumahan, kesejahteraan sosial, gizi, listrik dan kebutuhan pangan pokok.
Aparat birokrasi yang selama ini dikenal masyarakat sangat lambat dan bertele-tele karena
hanya berorientasi kepada tugas harus melakukan perubahan menjadi berorientasi kepada
pelayanan sehingga masyarakat akan memberikan partisipasi terhadap semua kebijakan yang
ditetapkan pemerintah.

Pejabat negara memiliki kewajiban moral dalam menjalankan tugasnya. Moral


individu mensyaratkan bahwa dalam hubungannya dengan orang lain harus mengikuti norma
etis dan melaksanakan kewajiban sebagai pertanggungjawaban antar manusia. Moral kolektif,
terbentuk karena tergabungnya pertanggungjawaban didalam suatu kelompok sehingga
proses tindakan etis terbentuk karean persetujuan antar individu yang ada didalamnya.
Pejabat negara memiliki kewajiban moral kepada individu atau kelompok yang terpengaruh
oleh aktivitas mereka, sumber yang mendelegasikan kewajiban, perumus kerangka
konstitusional dimana aktivitas negara berjalan. Pengambilan keputusan oleh pejabat negara
harus berdasarkan kepentingan warga negara, dan dilakukan secara individu, sehingga
pembinaan moral yang paling efektif terhadap pejabat adalah pembinaan moral individu
sehingga menghasilan pejabat yang inisiatif, ketegasan, keberanian, jujur, dan peka terhadap
masalah publik.

Pertanggungjawaban diartikan sebagai proses antar pribadi yang menyangkut


tindakan, perbuatan atau keputusan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain
sehingga dia memperoleh hak dan wewenang dan sanksi sebagai konsekuensinya.
Pertanggungjawaban administrasi negara melibatkan sarana yang dipergunakan oleh lemabga
publik beserta pegawai untuk mengelola kehendak yang berlainan dari dalam maupun
maupun dari luar organisasi. Pertanggungjawaban pejabat publik ada empat tipe,
Pertanggungjawaban birokratis adalah mekanisme untuk mengelola kehendak lembaga
negara melalui pemusatan perhatian kepada prioritas orang yang berada dipuncak hierarkis.
Pertanggungjawaban legal, berlandaskan keterkaitan antara pengawasan pihak diluar lembaga
dengan anggota organisasi, pihak luar merupakan pembuat undang-undang sedangkan
administrator publik sebagai pelaksana. Pertanggungjawaban profesional dicirikan
penempatan kontrol atas aktivitas organisasional ditangan pejabat yang punya keterampilan
khusus dalam melaksanakan pekerjaan dan pimpinan lembaga sebagai penguasa awam.
Pertanggungjawaban politis memiliki karakteristik daya tanggap kepada kepentingan publik,
kaitannya adalah antara administrator publik dengan warga pemilih. Pertanggungjawaban
administrasi publik yang luas harus melibatkan sifat dari tugastingkat teknis, tingkat
manajemen, dan tingkat institusional.

Pelayanan publik akan mencapi tujuannya apabila konsep moralitas legal mendasari
keputusannya, dan tidak ada penyalahgunaan wewenang yang sering dilakukan pejabat
mengenai ketidakjujuran, perilaku yang buruk, konflik kepentingan, melanggar peraturan
perundangan, perilaku yang tidak adil kepada bawahan, pelanggaran terhadap prosedur, tidak
menghormati kehendak pembuat peraturan perundangan, pemborosan, menutupi kesalahan,
kegagalan mangambil prakarsa. Analisis etis diterapkan kepada tindakan dan perilaku
pejabatmengenai pemakai yang menjadi kepemilikan kantor tapi dipakai untuk kepentingan
pribadi menunjukkan etika para pejabat.
BAB IV

KORUPSI DAN PITA MERAH

Korupsi berasal dari bahasa latin corrumpere, corruption, atau corrupts artinya
penyimpangan dari kesucian, tindakan tak bermoral, kebejatan, kerusakan, ketidakjujuran
atau kecurangan. Korupsi adalah penyelewengan tanggung jawab kepada masyarakat, dapat
berbentuk pengelapan, kecurangan, atau manipulasi dengan karakteristik tidak mengandung
kekerasan, ketidakjujuran, dan penyembunyian kenyataan. Nepotisme juga berkaitan dengan
korupsi, nepotisme berasal dari kata nepos berarti cucu. Nepotisme adalah usaha yang
disengaja oleh seorang pejabat dengan memanfaatkan kedudukan dan jabatannya untuk
menguntungkan posisi, pangkat dan karier diri sendiri, famili atau kawan dekatnya dengan
cara yang tidak adil.

Permasalahan korupsi didalam birokrasi telah menimbulkan suatu pemikiran didalam


masyarakat bahwa memberi uang untuk memperlancar urusan menjadi hal yang wajar.
Korupsi tidak hanya dilakukan dalam bidang admnistratifnya termasuk pengambilan
keputusan juga. Menurut Syed Hussein Alatas, ada tujuh jenis korupsi yakni, korupsi
transaktif disebabkan oleh adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak
penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan secara aktif mereka telah mengusahakan
keuntungan tersebut. Korupsi memeras adalah korupsi dimana pihak pemberi dipaksa
memberi uang suap untuk mencegah kerugian yang mengancam dirinya, kepentingannya,
atau sesuatu yang berharga lain. Korupsi investif adalah pemberian barang atau jasa tanpa
memperoleh keuntungan tertentu, selain keuntungan yang direncanakan pada masa depan.
Korupsi nepotisme, meliputi penunjukan secara tidak sah terhadap saudara atau teman dekat
untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan. Korupsi defentif adalah perilaku korban
korupsi dengan pemerasan, korupsi dalam cara mempertahankan diri. Korupsi otogenik,
korupsi yang melibatkan satu orang saja dan Korupsi dukungan adala korupsi yang
dilakukan untuk melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah ada maupun yang akan
dilaksanakan.

Korupsi mempengaruhi segala lini pelayanan pemerintah dan berdampak kepada


pelayanan yang diberikan. Pengaruh positif dari korupsi hanya menguntungkan pihak-pihak
yang memiliki modal dan kekuasaan tetapi dampak negatifnya mempengaruhi semua lini,
Korupsi mempengaruhi kebijakan yang akan dibuat struktur dan kebijakan didalam
pemerintah menjadi lemah, pelayanan publik dibuat rumit untuk memperoleh uang sogokan,
menghilangkan kekuatan hukum, munculnya kejahatan yang terorganisir dan hilangnya
kewibawaan pemerintah.

Faktor yang menumbuhkan korupsi adalah Buruknya struktur dalam suatu negara,
dipengaruhi oleh sejarah bangsa itu, dimana penguasa feodal mempunyai hak istimewa untuk
menarik pajak tertentu. Masyarakat yang terbiasa dengan sistem itu menerapkan dalam
pemerintahan baru, bahwa dia harus memperoleh keuntungan sendiri dari kekuasaanya.
Struktur birokrasi yang berorientasi keatas juga mempengaruhi penyelewengan karena
seorang pimpinan tidak menindak tegas bawahannya yang melakukan penyelewengan
sebelum ada ijin dari pejabat yang lebih tinggi. Lemahnya kemampuan badan pengawas
seperti partai politik, lembaga legislatif , dan pers mempengaruhi tumbunya korupsi. Hukum
yang ditegakkan untuk para pelaku korupsi harus efesien,rasional dan para penegaknya
memiliki integritas tinggi dalam menegakkanya karena apabila tidak demikian, pelaku
korupsi yang dituntut akan dapat membeli hukum. Buruknya moral manusia juga
menumbuhkan korupsi dimana manusia tidak pernah puas dan nilai-nilai kejujuran tidak ada
lagi dalam dirinya.

Upaya menangkal korupsi dapat ditinjau dari sistem struktur, segi juridis, maupun
segi etika. Dari segi struktur korupsi dapat ditangkal melalui cara sistemik-struktural,
memperbaiki kelemahan sistem politik dan sistem administrasi dimana birokrasi sebagai
pokoknya. Cara abolisionistik dengan memberantas penyebab korupsi dan melakukan
penaggulangan pada usaha yang menghilangkan penyebab tersebut. Cara moralistik dengan
melakukan pembinaan mental dan moral manusia. Dari segi juridis dengan kodifikasi hukum,
memperbaiki kualitas hukuum, bahwa korupsi adalah segala perbuatan yang merugikan
keuangan dan perekonomian negara. Dari segi etika adalah keberanian dan tekat seluruh
aparatur negara dalam melawan korupsi.

Masalah pelayan administrasi yang berbelit-belit dikaitkan dengan istilah pita merah
yang memberikan perhatian khusus pada saat berurusan dengan birokrasi. Para pelaku
birokrat sengaja melakukan penyulitan didalam urusan administrasi dengan tujuan
mendapatkan uang tambahan dari masyarakat untuk memudahkan urusannya. Media yang
digunakan didalam pelayanan masyarakat berupa surat-surat juga tidak efektif karena
membutuhkan proses yang lama. Perbaikan pelayanan birokrasi harus dilaksanakan sebelum
nilai-nilai demokrasi yang terkandung didalam birokrasi hilang akibat aparatur yang tidak
bertanggung jawab.
Kebijakan pemerintah yang rentan terhadap penyelewengan administrasi menurut
Douglas antara lain, kebijakan pemerintah yang membiarkan kontrak besar yang syaratnya
menguntungkan kontraktor, kebijakan pemerintah memungut pajak yang sangat tinggi
mendorong pengusaha menyuap aparat untuk mengurangi pajak, penetapan tarif yang
mendorong pemodal mengendalikan tarif, pemerintah memiliki kekuasaan untuk memilih
perusahaan yang diajak kerjasama, pemberian pinjaman atau pembebasan pajak, pengolahan
barang mentah oleh pemerintah dan pengelolaan subsidi.

Pengendalian diri pejabat publik terletak pada saat dia mampu membedakan
kepentingan pribadi dan kewajibannya melayani masyarakat dan Pelaksanaan amanah
merupakan tanggung jawab moral pejabat publik, kejujuran didalam menjalankan tugas
dalam melayani masyarakat. Dengan kemampuan pengenadalian diri dan tanggung jawab
pelaksanaa amanah yang diemban pejabat publik mampu mengindarikan tindakan korup yang
dapat dilakukannya dengan kekuasaanya.

BAB V

ETIKA ADMINISTRASI DALAM PRAKTIK

Azas umum birokrasi pemerintahan yang baik yang diterapkan didalam negara
indonesia yang telah disepakati oleh sebagian besar masyarakat adalah prinsip demokrasi
dengan azas kedaulatan rakyat, bahwa rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam
pemerintahan negara, dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Dalam sistem demokrasi
Indonesia asas kedaulatan rakyat dilakukan melalui asas permusyawaratan-perwakilan dan
adanya pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif. Prinsip keadilan sosial
dan pemerataan, dimensi ketimpangan yang perlu diperhatikan adalah ketimpangan antar
kelompok sosial yang berbeda dalam suatu negara dan ketimpangan antara wilayah geografis
dalam suatu negara dengan akar permasalahan kesenjangan distribusi sumber daya politik
dan ekonomi. Prinsip mengusahakan kesejahteraan umum yang dipecahkan dengan membuka
lapangan kerja dan menekan laju pertumbuhan penduduk. Masalah yang harus diselesaikan
didalam kependudukan adalah mewujudkan negara hukum dengan dasar hukum UUD 1945,
dinamika dan efesiensi pelayan, dengan ukuran untuk menilai kualitas birokrasi adalah
tingkat efesiensi kepuasan dan kelancaran layanan terhadap kelompok sasaran.

Proses administratif merupakan rangkaian pemilihan alternatif tindakan dan


pengambilan keputusan oleh pejabat pemerintah secara efektif dan efesien dengan
mempertimbangkan nilai judisial yang berlaku yaitu berdasarkan nilai-nilai keadilan yang
dianut didalam ketatanegaraan dan kemasyarakatan. Keterkaitan antara lembaga judisial
(kehakiman) dengan lembaga administratif terkait dalam hal penguasaan (coping) yaitu
adanya interaksi kooptasi yang artinya para hakim memiliki kemampuan memperbaiki
institusi dan para administratif memiliki kemampuan mengurangi campur tangan judisial. Hal
konvergensi yang artinya hakim dan administrator publik memiliki harmoni kerja sama. Hal
kemunduran judisial berarti intervensi hakim dan jaksa dikurangi sehingga administrati
negara dapat berkembang. Hal perluasan hak, bahwa hak asasi setiap individu akan terus
bertambah yang berarti penekanan konstirusi pada kebebasan positif akan membutuhkan
perubahan struktur, proses, dan pilihan nilai-nilai administrasi. Hal kultur administrasi baru
menekankan nilai prosedural dan keadilan lebih diutamakan dari ekonomi dan efesiensi
sehingga berwujud atas perlakuan hak yang adil, birokrasi yang representatif dan birokrasi
partisipatif. Untuk mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan administrasi negara secara
judisial pemerintah membentuk lembaga pengawas yang memiliki norma hukum yaitu
pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, pengawasan merupakan proses berkelanjutan,
pengawasan menjamin pengambilan koreksi yang cepat dan tepat, pengawasan bersifat
mendidik dan dinamis. Seorang pengawas harus memiliki kemampuan teknis, kognitif
maupun efektif yang lebih baik dari pada yang diawasi.

Kepentingan umum merupakan aktivitas administrasi pemerintahan yang harus dijaga


untuk menjaga eksistensi negara sehingga kebijakan pemerintah harus bersifat netral dan
aparat publik harus memiliki wawasan pelayanan umum, kebijakan yang dibuat tidak
memiliki maksud pribadi dan segera dilaksanakan sebagai pelayan masyarakat.

Sifat arif dalam pemerintahan akan terlihat dari keputusan yang dicetuskan, pejabat
yang arif adalah yang mampu menjaga supaya keputusanya diterima oleh sebagian besar
masyarakt dengan berlandaskan kebenaran. Kearifan dalam mengambil kebijakan publik juga
ditentukan oleh kesediaan aparat mendengar berbagai informasi dan pejabat publik juga harus
melihat respon dari masyarakat atas kebijakan yang telah dibuat.

Etos bersifat menilai berupa landasan ide, cita, pikiran yang menentukan tindakan
yang akan dibuat. Etos kerja pemerintah diharapkan tumbuh dengan semangat humanisme
untuk melayani masyarakat, untuk membangkitkan etos kerja pemerintah dibutuhkan
pengembangan diri dengan cara pendidikan diri sendiri secara mandiri dan peningkatan diri
melalui perbaikan perilaku sesuai dengan kebutuhan nilai dan moral administrasi
pemerintahan.

Kode etik merupakan kesepakatan bersama yang tidak memiliki sangsi hukum yang
bisa digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Aparat diharapkan menjadikan kode etik
menjadi pedoman kesadaran moral atas kedudukan yang diperolehnya dari negara atas nama
rakyat.

Anda mungkin juga menyukai