Cetakan : ke 10
Halaman : 438
Harga :
BAB I
Kemajuan seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak menjamin kemajuan di bidang
moralitas. Kemajuan peradapan suatu bangsa dapat diukur sejauh mana individu-individu
bangsa tersebut menjungjung tinggi nilai-nilai moralitas. Kedudukan hukum moral bagi
kehidupan manusia, hukum moral sangat vital bagi manusia, hukum moral bersifat rasional
dan objektif, moralitas terdiri dari hukum-hukum universal.
Etika berasal dari bahasa yunani ethos artinya kebiasaaan atau watak sedangkan moral
berasal dari bahasa latin mos artinya cara hidup atau kebiasaan. Etika cenderung berkenaan
dengan nilai-nilai yang dianut oleh manusia dan pembenarannya dan hukum yang mengatur
tingkah laku manusia. Sedangkan moral ditekankan kepada karakter dan sifat-sifat individu
yang khusus diluar peraturan yang bersifat spontan.
Moral merupakan suatu sistem nilai yang menjadi dasar bagi dorongan atau
kecenderungan bertindak, karakteristik nilai moral bersifat: premier, riil, terbuka, bisa bersifat
positif maupun negatif, orde tinggi atau arsitektonik, absolut.
Permasalahan etika sosial timbul karena sifat dasar manusia egoisme dan altruisme
dimana manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Egoisme merujuk kepada
mementingan diri sendiri tanpa peduli hukum dan kewajiban, altrusisme merujuk kepada
berbuat untuk kepentingan orang lain. Kesosialan manusia mencakup situasi individualitas
manusia dan kekhasan kepribadian manusia, sehingga manusia dapat saling membantu dalam
kebutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan tujuan etika. Hak dasar
yang dimiliki oleh setiap manusia mencakup hak hidup, hak bebas dan hak memiliki tetapi
semua itu menjadi terbatas apabila manusia berada ditengah suatu sistem sosial. Etika sosial
menyangkut kedudukan individu ditengah sistem sosial yang memerlukan konseptualisasi
maupun aplikasi yang bersigaf multi face tetapi tidak ada lembaga, pranata maupun individu
yang berhak menentukan bagaimana orang bertindak.
Garis besar landasan etika antara lain, naturalisme berpendapat bahwa sistem-sistem
etika dalam kesusilaan mempunyai dasar alami yaitu pembenaran-pembenaran yang hanya
dapat dilakukan melalui pengkajian atas fakta. Individualisme, ajaran didalam hubungan
sosilal yang paling pokok adalah individunya, segala interaksi harus dilakukan demi
kepentingan individu. Hedoisme, kodrat manusia selalu mengusahakan kenikmatan (bahasa
yunani, hedone= kenikmatan) yaitu bila kebutuhan kodrat terpenuhi, orang akan memperoleh
kenikmatan sepuas-puasnya. Eudaemonisme, berasal dari kata yunani demonberarti roh
pengawal yang baik, kemujuran atau keuntungan. Eudaemonisme mencita-citakan suasana
batiniah bahagia, bahwa kebahagiaan merupakan kebaikan tertinggi. Utilitarianisme, ciri
pengenal kesusilaan adalah manfaat dari perbuatan, perbuatan dikatakan baik jika membawa
manfaat, kegunaan, artinya memberikan kita sesuatu yang baik dan tidak menghasilkan
sesuatu yang buruk. Idealisme timbul dari kesadaran adanya lingkungan normativitas bahwa
terdapat kenyataan yang bersifat normatif yang memberi dorongan kepada manusia untuk
berbuat, komponen idealisme ada idealisme rasionalistik, idealisme estetik, dan idealisme
etik. Landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat yaitu keindahan (beauty),
persamaan (equality), kebaikan (goodness), keadilan (justice), kebebasan (liberty) dan
kebenaran (truth).
BAB II
Legimitasi kekuasaan negara menurut plato, mereka yang mempunyai kekuatan nalar
terbesar hendaknya diberi kekuasaan terbesar untuk memerintah. Menurut Thomas Aquinas
keadilan ada dua bentuk yaitu pertama, keadilan yang timbul dari transaksi pembelian
penjualan yang sesuai dengan asas distribusi pasar, kedua, keadilan yang wajar terjadi bila
seorang penguasa memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi hak nya berdasar
pangkatnya. Jenis hukum Menurut Thomas Aquinas menjadi hukum abadi ( Lex Eterna),
hukum kodrat (Lex Naturalis), dan hukum buatan manusia ( Lex humanan). Kekuasaan
negara menurut Niccolo Machiavelli menyatakan bahwa sebelum penguasa dapat berbuat
bagi kesejahteraan rakyatnya, pertama-tama yang ia lakukan adalah menyelamatkan
kekuasaan itu sendiri. Thomas hobbes menyatakan untuk menertibkan tindakan manusia,
mencegah kekacauan, dan mengatasi anarkis tidak hanya mengandalkan imbauan-imbauan
moral tetapi juga membuat tatanan hukum yang membuat manusia itu takut. Jean-Jaques
Rousseau berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya manusia itu baik, sehingga ketertiban
dihasilkan sebagai akibat dari hak-hak yang sama, negara dibentuk karena adanya niat-niat
baik untuk melestarikan kebebasan dan kesejahteraan individu.
Birokrasi berasal dari bahasa yunani bureu artinya meja tulis atau tempat bekerjanya
para pejabat. Birokrasi mula-mula dibentuk supaya keputusan pemerintah dapat dilaksanakan
dengan sistematis melalui aparat-aparat negara. Keputusan politisi yang telah ditetapkan akan
bermanfaat ketika dilaksanakan oleh birokrasi yang tanggap, sistematis dan efesien. Tujuan
dibentuknya birokrasi supaya kepentingan-kepentingan umum dapat dipenuhi melalui
serangkaian yang sama bagi semua pihak. Model birokrasi, birokrasi tradisional, yang
diutamakan terwujudnya keharmonisan hierarkis, bahwa masyarakat sudah terkondisi di
dalam suatu sistem yang sudah berjenjang untuk memeliharanya dibutuhkan loyalitas dan
keselarasan sosial. Birokrasi faksi-faksi kolonimenekankan pada struktur apolitis dan terpisah
dari aspirasi rakyat, birokrasi tidak menjadi pelayan masyarakat tetapi masyarakat yang
menjadi pelayan birokrasi. Birokrasi rasionalmengandalkan efesiensi dan kualitas keputusan
yang objektif yang ditawarkan, bukan kepada pembuat keputusan.
BAB III
Pelayanan publik akan mencapi tujuannya apabila konsep moralitas legal mendasari
keputusannya, dan tidak ada penyalahgunaan wewenang yang sering dilakukan pejabat
mengenai ketidakjujuran, perilaku yang buruk, konflik kepentingan, melanggar peraturan
perundangan, perilaku yang tidak adil kepada bawahan, pelanggaran terhadap prosedur, tidak
menghormati kehendak pembuat peraturan perundangan, pemborosan, menutupi kesalahan,
kegagalan mangambil prakarsa. Analisis etis diterapkan kepada tindakan dan perilaku
pejabatmengenai pemakai yang menjadi kepemilikan kantor tapi dipakai untuk kepentingan
pribadi menunjukkan etika para pejabat.
BAB IV
Korupsi berasal dari bahasa latin corrumpere, corruption, atau corrupts artinya
penyimpangan dari kesucian, tindakan tak bermoral, kebejatan, kerusakan, ketidakjujuran
atau kecurangan. Korupsi adalah penyelewengan tanggung jawab kepada masyarakat, dapat
berbentuk pengelapan, kecurangan, atau manipulasi dengan karakteristik tidak mengandung
kekerasan, ketidakjujuran, dan penyembunyian kenyataan. Nepotisme juga berkaitan dengan
korupsi, nepotisme berasal dari kata nepos berarti cucu. Nepotisme adalah usaha yang
disengaja oleh seorang pejabat dengan memanfaatkan kedudukan dan jabatannya untuk
menguntungkan posisi, pangkat dan karier diri sendiri, famili atau kawan dekatnya dengan
cara yang tidak adil.
Faktor yang menumbuhkan korupsi adalah Buruknya struktur dalam suatu negara,
dipengaruhi oleh sejarah bangsa itu, dimana penguasa feodal mempunyai hak istimewa untuk
menarik pajak tertentu. Masyarakat yang terbiasa dengan sistem itu menerapkan dalam
pemerintahan baru, bahwa dia harus memperoleh keuntungan sendiri dari kekuasaanya.
Struktur birokrasi yang berorientasi keatas juga mempengaruhi penyelewengan karena
seorang pimpinan tidak menindak tegas bawahannya yang melakukan penyelewengan
sebelum ada ijin dari pejabat yang lebih tinggi. Lemahnya kemampuan badan pengawas
seperti partai politik, lembaga legislatif , dan pers mempengaruhi tumbunya korupsi. Hukum
yang ditegakkan untuk para pelaku korupsi harus efesien,rasional dan para penegaknya
memiliki integritas tinggi dalam menegakkanya karena apabila tidak demikian, pelaku
korupsi yang dituntut akan dapat membeli hukum. Buruknya moral manusia juga
menumbuhkan korupsi dimana manusia tidak pernah puas dan nilai-nilai kejujuran tidak ada
lagi dalam dirinya.
Upaya menangkal korupsi dapat ditinjau dari sistem struktur, segi juridis, maupun
segi etika. Dari segi struktur korupsi dapat ditangkal melalui cara sistemik-struktural,
memperbaiki kelemahan sistem politik dan sistem administrasi dimana birokrasi sebagai
pokoknya. Cara abolisionistik dengan memberantas penyebab korupsi dan melakukan
penaggulangan pada usaha yang menghilangkan penyebab tersebut. Cara moralistik dengan
melakukan pembinaan mental dan moral manusia. Dari segi juridis dengan kodifikasi hukum,
memperbaiki kualitas hukuum, bahwa korupsi adalah segala perbuatan yang merugikan
keuangan dan perekonomian negara. Dari segi etika adalah keberanian dan tekat seluruh
aparatur negara dalam melawan korupsi.
Masalah pelayan administrasi yang berbelit-belit dikaitkan dengan istilah pita merah
yang memberikan perhatian khusus pada saat berurusan dengan birokrasi. Para pelaku
birokrat sengaja melakukan penyulitan didalam urusan administrasi dengan tujuan
mendapatkan uang tambahan dari masyarakat untuk memudahkan urusannya. Media yang
digunakan didalam pelayanan masyarakat berupa surat-surat juga tidak efektif karena
membutuhkan proses yang lama. Perbaikan pelayanan birokrasi harus dilaksanakan sebelum
nilai-nilai demokrasi yang terkandung didalam birokrasi hilang akibat aparatur yang tidak
bertanggung jawab.
Kebijakan pemerintah yang rentan terhadap penyelewengan administrasi menurut
Douglas antara lain, kebijakan pemerintah yang membiarkan kontrak besar yang syaratnya
menguntungkan kontraktor, kebijakan pemerintah memungut pajak yang sangat tinggi
mendorong pengusaha menyuap aparat untuk mengurangi pajak, penetapan tarif yang
mendorong pemodal mengendalikan tarif, pemerintah memiliki kekuasaan untuk memilih
perusahaan yang diajak kerjasama, pemberian pinjaman atau pembebasan pajak, pengolahan
barang mentah oleh pemerintah dan pengelolaan subsidi.
Pengendalian diri pejabat publik terletak pada saat dia mampu membedakan
kepentingan pribadi dan kewajibannya melayani masyarakat dan Pelaksanaan amanah
merupakan tanggung jawab moral pejabat publik, kejujuran didalam menjalankan tugas
dalam melayani masyarakat. Dengan kemampuan pengenadalian diri dan tanggung jawab
pelaksanaa amanah yang diemban pejabat publik mampu mengindarikan tindakan korup yang
dapat dilakukannya dengan kekuasaanya.
BAB V
Azas umum birokrasi pemerintahan yang baik yang diterapkan didalam negara
indonesia yang telah disepakati oleh sebagian besar masyarakat adalah prinsip demokrasi
dengan azas kedaulatan rakyat, bahwa rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam
pemerintahan negara, dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Dalam sistem demokrasi
Indonesia asas kedaulatan rakyat dilakukan melalui asas permusyawaratan-perwakilan dan
adanya pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif. Prinsip keadilan sosial
dan pemerataan, dimensi ketimpangan yang perlu diperhatikan adalah ketimpangan antar
kelompok sosial yang berbeda dalam suatu negara dan ketimpangan antara wilayah geografis
dalam suatu negara dengan akar permasalahan kesenjangan distribusi sumber daya politik
dan ekonomi. Prinsip mengusahakan kesejahteraan umum yang dipecahkan dengan membuka
lapangan kerja dan menekan laju pertumbuhan penduduk. Masalah yang harus diselesaikan
didalam kependudukan adalah mewujudkan negara hukum dengan dasar hukum UUD 1945,
dinamika dan efesiensi pelayan, dengan ukuran untuk menilai kualitas birokrasi adalah
tingkat efesiensi kepuasan dan kelancaran layanan terhadap kelompok sasaran.
Sifat arif dalam pemerintahan akan terlihat dari keputusan yang dicetuskan, pejabat
yang arif adalah yang mampu menjaga supaya keputusanya diterima oleh sebagian besar
masyarakt dengan berlandaskan kebenaran. Kearifan dalam mengambil kebijakan publik juga
ditentukan oleh kesediaan aparat mendengar berbagai informasi dan pejabat publik juga harus
melihat respon dari masyarakat atas kebijakan yang telah dibuat.
Etos bersifat menilai berupa landasan ide, cita, pikiran yang menentukan tindakan
yang akan dibuat. Etos kerja pemerintah diharapkan tumbuh dengan semangat humanisme
untuk melayani masyarakat, untuk membangkitkan etos kerja pemerintah dibutuhkan
pengembangan diri dengan cara pendidikan diri sendiri secara mandiri dan peningkatan diri
melalui perbaikan perilaku sesuai dengan kebutuhan nilai dan moral administrasi
pemerintahan.
Kode etik merupakan kesepakatan bersama yang tidak memiliki sangsi hukum yang
bisa digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Aparat diharapkan menjadikan kode etik
menjadi pedoman kesadaran moral atas kedudukan yang diperolehnya dari negara atas nama
rakyat.