Anda di halaman 1dari 6

MORALITAS DAN HUKUM

KEGIATAN BELAJAR 1
NILAI MORAL SEBAGAI SUMBER BUDAYA DAN KEBUDAYAAN
A. NILAI SEBAGAI SUMBER BUDAYA DAN KEBUDAYAAN
Bila dilihat dari definis kebudayaan yang lebih baru, kebudayaan adalah seperangkat
peraturan dan standar, yang apabila dipenuhi oleh para anggota masyarakat menghasilkan
perilaku yang dianggap layak dan dapat diterima oleh para anggotanya. Kemudian apabila
dilihat konsep kebudayaan yang berkembang kemudian, seperti definisi kebudayaan
sebagaimana yang dikemukakan oleh pakar dan pendiri ilmu antropologi Indonesia, Prof. Dr.
Koentjaraningrat, maka kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Kemudian, menurut Koentjaraningrat, definisi tersebut juga sejalan dengan pemikiran
J.J. Honigmann (1959:11-12) yang mengatakan bahwa kebudayaan dapat dilihat dan
dibedakan atas tiga wujud, yaitu: (1) kompleks ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya; (2) komoleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
bermasyarakat; (3) kompleks benda-benda dan hasil karya manusia. Dengan demikian,
manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada dasarnya telah mempunyai bekal dalam
berprilaku, yaitu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya.

B. NILAI MORAL SEBAGAI RUJUKAN NILAI BUDAYA


Bila kita berbicara tentang moral maka banyak istilah yang menjelaskan tentang apa itu
moral, moralitas, immoral dan amoral. Bila kita melihat asal-usul kata dan istilah moral,
maka kata ini berasal dari bahasa latin yaitu mos (yang arti jamaknya mores) yang berarti
adat, kebiasaan. Istilah moral berarti nilai-nilai, norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan moralitas adalah
sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Sedangkan isitilah amoral, berarti tidak berhubungan dengan konteks moral, di luar suasana
etis atau non moral. Sedangkan immoral berarti bertentangan dengan moralitas yang baik
atau secara moral buruk atau tidak etis. Filsafat nilai sendiri memiliki dua kajian utama yaitu
etika dan estetika. Disini yang dimaksud dengan etika adalah kajian yang berhubungan
dengan baik dan buruk, layak atau tidak layak, salah dan benar, sedangkan estetika berkaitan
dengan bidang keindahan. Berbicara tentang etika, menurut Bertens, ada tiga jenis makna
etika, yaitu pertama, kata etika dapat dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Kemudian kedua, etika dapat merupakan kumpulan asas atau nilai moral atau yang sering
disebut sebagai kode etik. Ketiga, etika berkaitan dengan penilaian baik dan buruk. Jadi etika
memiliki arti yang sama denga filsafat moral.

C. MANUSIA DAN MORAL


Orientasi moral seseorang yang dijadikan dasar pertimbangan nurani, dapat berbeda
bagi setiap orang. Minimal ada empat orientasi moral yaitu (1) orientasi normatif, yaitu
orientasi yang mempertahankan hak dan kewajiban serta taat pada aturan yang berlaku, (2)
orientasi kejujuran, yaitu orientasi yang menekankan pada keadilan dengan fokus pada
kebebasan, kesamaan, pertukaran hak dan kesepakatan, (3) orientasi utilitarisme, yaitu
orientasi yang menekankan konsekuensi kesejahteraan dan kebahagiaan tindakan moral
seseorang pada orang lain, dan (4) orientasi perfeksionisme, yaitu orientasi yang menekankan
pada pencapaian martabat dan otonomi; kesadaran dan motif yang baik; serta keharmonisan
dengan orang lain.
Orientasi moral ini dipandang penting karena akan menentukan arah keputusan dan
tindakan seseorang. Orientasi moral akan sangat berpengaruh terhadap moralitas dan
pertimbangan moral seseorang, karena pertimbangan moral merupakan hasil proses penalaran
yang dalam proses penalaran tersebut ada upaya memprioritaskan nilai-nilai tertentu
berdasarkan orientasi moral serta pertimbangan konsekuensinya. Setiap masyarakat memiliki
orientasi moral yang menjadi sumber moralitas masing-masing. Tidak sealamanya bersandar
pada temuan empirik manusia. Bagi masyarakat yang beragama, prinsip keyakinan terhadap
nilai-nilai ke-Tuhanan dapat dipastikan diletakkan sebagai sumber utama. Terdapat enam
norma acuan yaitu: (1) norma agama; (2) budaya agama; (3) budaya adat atau tradisi; (4)
hukum positif atau negara; (5) norma keilmuan, dan (6) norma metafisis.

KEGIATAN BELAJAR 2
PENGERTIAN HUKUM DALAM MASYARAKAT
A. PENGERTIAN HUKUM DALAM MASYARAKAT
Dalam anggapan awal, hukum adalah unsur yang mutlak bagi semua masyarakat
manusia. Kemudian, hukum dianggap merupakan gagasan yang pokok dalam masyarakat
manusia, dan tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa hukum maka tidak akan ada masyarakat
manusia. Hukum merupakan salah satu aspek kebudayaan, atau dapat dilakukan sebagai
suatu objek yang otonom yang terpisah dari kebudayaan. Dalam perkembangan antropologi,
di abad ke 19, sudah disadari bahwa hukum atau sistem normatif merupakan aspek dari
kebudayaan. Kebudayaan dalam hal ini mencakup hukum yang hidup di dalam ingatan
kolektif suatu masyarakat dan diturunkan secara lisan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Hoebel dan Lwellyn dalam buku Cheyene Way mengidentifikasikan ada tiga bentuk
menifestasi hukum yaitu (1) sebagai aturan abstrak yang mencakup isi dari kodifikasi hukum
dalam masyarakat yang sudah kompleks atau berbentuk cita-cita yang terumus dalam ingatan
orang-orang arif dalam masyarakat-masyarakat sederhana, (2) sebagai pola-pola kelakuan
yang aktual dari para warga suatu masyarakat, dan (3) sebagai prinsip-prinsip yang
diabstraksikan dari keputusan para pemegang otoritas hukum, ketika menyelesaikan sengketa
dalam masyarakat.
Menurut L. Pospisil, hukum memiliki empat sifat dasar yaitu (1) keputusan hukum
didukung oleh suatu kekuasaan, (2) keputusan hukum dimaksudkan berlaku umum, (3)
keputusan hukum menetapkan hak pihak yang satu dan kewajiban pihak yang lain, dan (4)
keputusan hukum menentukan sifat dan dan beratnya sanksi. Menurut Hoebel ada tiga fungsi
pokok hukum yaitu (1) hukum menegaskan hubungan antara para anggota masyarakat
dengan menentukan perilaku yang layak dalam keadaan tertentu, (2) hukum membagi-bagi
wewenang untuk menggunakan paksaan dalam melaksanakan sanksi, (3) hukum berfungsi
untuk mengaskan hubungan-hubungan sosial dan untuk menjamin adanya fleksibilitas.

B. MANUSIA DAN HUKUM


Manusia sebagai makhluk sosial merupakan makhluk yang selalu berinteraksi dan
membutuhkan bantuan dari sesamanya. Dalam konteks hubungan seperti itu maka perlu
adanya keteraturan, sehingga setiap individu dapat berhubungan secara harmonis dengan
individu lain sekitarnya. Suatu keteraturan dapat tercipta karena adanya aturan, yang ditahap
tertentu kita sebut sebagai hukum. Hukum di dalam masyarakat adalah suatu tuntutan,
sehingga ada pemeo ubi societas ibi ius artinya di mana ada masyarakat maka di sana ada
hukum. Ada yang menyatakan bahwa tujuan adanya hukum adalah untuk menciptakan
keadilan. Tetapi, terkait dengan masyarakat, tujuan terciptanya hukum yang utama adalah
untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan di dalam masyarakat. Menurut Mochtar
Kusumaatmaja (2002), ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum,
kebutuhan terhadap ketertiban ini merupakan syarat pokok bagi adanya suatu masyarakat
yang teratur, ketertiban senbagai tujuan utama hukum dan merupakan fakta objektif yang
berlaku bagi segala masyarakat manusia dalam segala bentuknya.
C. HUKUM DAN ADAT KEBIASAAN DALAM MASYRARAKAT
Adat kebiasaan adalah aturan-aturan, yang sedikit banyak bersifat ketat dan yang
sedikit banyak ditunjang oleh paksaan moral, etika atau malahan paksaan secara fisik. Selain
itu, kebiasaan (adat) dapat dijelaskan pula sebagai seperangkat aturan yang sedikit banyak
terumus dengan jelas, yang menuntut supaya hubungan antarmanusia harus memenuhi syarat
tertentu di mana prasyarat itu pada umumnya ditaati.
Hoebel dan Lwellyn, dalam buku Cheyene Way mengindentifikasikan ada 3 bentuk
manifestasi hukum yaitu : (1) sebagai aturan abstrak yang mencakup isi dari kodifikasi
hukum dalam masyarakat yang sudah kompleks atau berbentuk cita-cita yang terumus dalam
ingatan orang-orang arif dalam masyarakat-masyarakat sederhana, (2) sebagai pola-pola
kelakuan yang aktual dari para warga suatu masyarakat, dan (3) sebagai prinsip-prinsip yang
diabstraksikan dari keputusan para pemegang otoritas hukum, ketika menyelesaikan sengketa
dalam masyarakat.

D. PROSES TERBENTUKNYA HUKUM DALAM MASYARAKAT


Hukum di dalam masyarakat terbentuk karena ada korelasi antara sistem politik dan
sistem pengendalian sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Apabila kita kaitkan dengan
aspek politik, otoritas dan kekuasaan maka kita akan melihat bahwa setiap masyarakat
tersebut memiliki aspek pengelolaan dan organisasi sosial yang berbeda. Tujuan organisasi
politik yaitu sebagai suatu sarana untuk memelihara tertib sosial dan mengurangi
kesimpangsiuran sosial. Organisasi politik tersebut adalah kelompok band yang hidup secara
nomaden, suku (tribe), kerajaan (chiefdom), dan negara.
Berbagai bentuk organisasi politik diatas dapat dibagi atas dua bagian, pertama sistem
politik yang tidak terpusat, seperti kelompok band dan suku; kedua sistem politik yang
terpusat, seperti chiefdom dan negara. Kedua bentuk organisasi politik ini memiliki
karakteristik yang sangat berbeda, sehingga pada akhirnya menghasilkan sistem pengendalian
sosial dan hukum yang sangat berbeda.
Jadi menurut AL Epstein (1968), setiap kelompok masyarakat cenderung
mengembangkan polanya sendiri yang khas atau kebiasaan-kebiasaannya dan sarana untuk
memelihara tanpa harus kembai pada hukum pemerintah. Menurutnya, dalam komunitas
kecil, sanksi informal dapat menjadi lebih tegas daripada hukuman yang diatur dalam kitab
undang-undang.
E. PERWUJUDAN HUKUM DAN SANKSI HUKUM DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT
Ketiadaan hukum adalah ciri khas dari masyarakat sederhana (primitif). Sejalan
dengan hal ini, menurut Rivers, WHR (1924), sentimen kelompok menjadikan setiap
mekanisme sosial tertentu tidak lagi diperlukan bagi pelaksanaan otoritas. Para warga
masyarakat berlaku sesuai dengan norma karena ada takaran mengenai hukuman yang dia
rasakan dan berlaku secara spontan. Aspek yang terpenting dari sistem pengendalian
masyarakat adalah aspek hukum. Bila berbicara tentang hukum maka biasanya pembicaraan
banyak berkaitan dengan masalah perselisihan atau penyelesaian perselisihan.

F. SANKSI HUKUM DALAM MASYARAKAT


Sanksi pada umumnya diartikan sebagai apa yang oleh hukum itu sendiri dikatakan
akan atau mungkin terjadi terhadap orang-orang yang dianggap bersalah karena melanggar
suatu aturan hukum. Sanksi dapat dibedakan atas sangsi formal dan informal. Sanksi informal
ini terkait dengan diundangkannya sesuatu aturan tertentu atau tidak. Tetapi, sanksi formal
seperti hukum, cenderung selalu beraturan karena berusaha menggariskan dengan tegas dan
tepat tentang perilaku seseorang. Dengan demikian, salah satu fungsi sanksi yang terpenting
baik sanksi hukum maupun bukan, adalah membuat orang takut untuk melanggar norma
sosial.
Banyak penulis tentang hukum, masih sering mengemukakan pandangan bahwa sanksi
selalu bersifat penderitaan fisik. Misalnya, menurut Hoebel bahwa prasyarat adanya hukum
adalah penggunaan paksaan fisik yang dianggap sah. Sementara itu Hoebel merumuskan
bahwa norma sosial barulah merupakan hukum apabila pelanggarannya atau pengabaiannya
secara teratur diikuti oleh pelaksanaan atau ancaman yang bersifat fisik. Dengan demikian,
sanksi adalah kriteria yang hakiki dari keputusan hukum.

G. KEADILAN, KETERTIBAN, DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


Berbicara tentang definisi kesejahteraan sosial, maka akan sama tingkat kesulitannya
seperti ketika kita berbicara tentang arti hukum. Arti kesejahteraan sosial dalam pengkajian
sosial terhadap hukum bersifat sangat kontekstual. Pemahaman mengenai kesejahteraan
sosial haruslah ditempatkan dalam konteks politik, ekonomi dan sosial kultural setiap
masyarakat dan pada dimensi waktu tertentu. Dengan demikian, pengertian kesejahteraan
sosial dapat bersifat sangat pluralistik karena pada dasarnya konsepsi tentang kesejahteraan
sosial ada di dalam setiap masyarakat di dunia dengan perumusan yang berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai