Anda di halaman 1dari 3

Tugas.

Tugas 2

Uraikan dampak sistem hukum media massa yang berlaku pada era orde baru terhadap
industri media! Dalam menjawab soal ini, Anda diminta untuk menguraikan:

1. Kebijakan dan sistem hukum media massa di era Orde Baru.


2. Dampak kebijakan dan sistem tersebut terhadap industri media.

***

1. Terdapat beberapa sistem hukum dan peraturan media massa yang berlaku
sepanjang orde baru, berikut adalah uraiannya secara kronologis:

a) Kebijakan hukum pada masa orde baru diawali dengan terbitnya Undang-
Undang No. 11 Tahun 1966 tentang Pokok-Pokok Pers.
b) UU No. 4 Tahun 1967 tentang perubahan UU No. 11 Tahun 1966 tentang
pokok-pokok pers.
c) Peraturan Menteri Penerangan (Permenpen) RI No.03/Per/Menpen tahun
1969. Peraturan ini mengatur perihal Permohonan Surat Izin Terbit (SIT) dan
Surat Izin Cetak (SIC) yang dikeluarkan oleh Pelaksana Khusus (Laksus)
Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Pangkopkamtib).
d) Ketetapan MPR-RI Nomor IV Tahun 1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) Repelita-3.
e) UU Nomor 21 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers
f) Permenpen No. 1 Tahun 1984 tentang SIUPP
g) UU No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran

2. Beberapa peraturan yang telah disebutkan di atas tentunya memberikan dampak


terhadap media massa pada masa orde baru, berikut adalah rincian penjelasan
masing-masing peraturan dan dampak apa yang ditimbulkan:

a) Pada pasal 4 UU No. 11 Tahun 1966 tertulis bahwa terhadap pers nasional
tidak dikenakan sensor dan pembredelan, lalu pada pasal 5 disebutkan
bahwa kebebasan pers sesuai dengan hak asasi warga negara dijamin.
Namun Surat Izin Terbit (SIT) masih diberlakukan sepanjang masa
peralihan sampai dicabut oleh pemerintah dan DPR-GR seperti yang
tertulis pada pasal 20 UU ini. Apabila meninjau pasal-pasalnya maka UU ini
relatif mendukung kebebasan pers.
b) UU No. 4 Tahun 1967 adalah perubahan UU No. 11 Tahun 1966, terdapat
penambahan beberapa pasal. Dengan diundangkannya UU ini maka
ketentuan dalam Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1963 tentang
Pengamanan terhadap barang-barang cetakan yang isinya dapat
mengganggu ketertiban umum, khususnya mengenai bulletin-buletin, surat
kabar harian, majalah dan penerbitan berkala dinyatakan tidak berlaku.
c) Atas dasar UU No. 4 Tahun 1967 pemerintah order baru menerbitkan
Permenpen RI No.03/Per/Menpen tahun 1969 yang mengatur tentang SIT
dan SIC.
d) Singkat kata GBHN ingin menempatkan pers sebagai alat pembangunan
dan alat pemerintah. Pemerintah ingin membangun citra positif masyarakat
terhadap pembangunan dan jalannya pemerintahan. Namun pada
praktiknya pers justru ditekan dan dibelenggu. Pers sulit untuk netral dan
menyuarakan kebenaran. Era ini merupakan era gelap untuk pers dan
media massa.
e) UU Nomor 21 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers,
peraturan terbaru ini menghapuskan SIC dan SIT, namun memunculkan
syarat baru berupa Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).
f) Ketentuan mengenai SIUPP ini lalu diatur dalam Permenpen No. 1 Tahun
1984 tentang SIUPP. Peraturan ini bersifat sangat represif dan merupakan
momok menakutkan bagi pers. Dalam peraturan ini Menteri Penerangan
dan Dewan Pers dapat membatalkan SIUPP yang telah diberikan. Dampak
dari peraturan ini adalah dibredelnya beberapa media cetak: Surat Kabar
Sinar Harapan, Majalah Prioritas, Majalah Monitor, Majalah Tempo,
Majalah Editor dan Majalah DeTIK. Pembredelan media ini seringkali
didasari alasan demi menjaga stabilitas nasional.
g) UU No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran. Dampak dari peraturan ini
adalah dikuasainya siaran televisi (TVRI) dan radio (RRI) oleh Negara.

Berikut adalah beberapa kutipan dari situs pemberitaan tentang pembredelan yang
dilakukan pada masa orde baru

• Menurut Ignatius Haryanto, dosen sejarah jurnalistik Universitas Multimedia


Nusantara, pembredelan sudah dilakukan pada pasca 1965 pada sekitar 70 surat
kabar. Pembredelan itu dilakukan militer terhadap media yang berafilisasi kiri,
dekat dengan PKI, atau berafiliasi dengan presiden Sukarno. (National
Geographic Indonesia, Rabu 23 Juni 2021)
• Sejumlah koran, termasuk Kompas sempat ditutup sekitar dua minggu. Mereka
diperintahkan untuk menulis pernyataan minta maaf kepada Suharto dan berjanji
untuk tidak mengangkat masalah Suharto, serta tentang militer dalam
pemberitaannya. (National Geographic Indonesia, Rabu 23 Juni 2021)
• Munculnya Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto telah menekan
kebebasan individu. Banyak penulis tidak dapat dengan jelas melaksanakan
penulisan sastranya. Ada juga larangan media massa untuk mencegah
pengebirian akibat tatanan sosial baru. Seno Gumira menganjurkan jenis doktrin
yang sangat menarik: "Ketika pers diam, sastra berbicara". (Kumparan, 14 Mei
2022)

Sumber:

SKOM4439/MODUL6 6.14-6.21

https://nationalgeographic.grid.id/read/132752315/rentetan-praktik-pembredelan-pada-
media-massa-oleh-orde-baru?page=all

https://kumparan.com/silviadewirr/kesusastraan-indonesia-periode-orde-baru-
1y3oZy4bwdd/full

Anda mungkin juga menyukai