Anda di halaman 1dari 18

7 TRADISI KOMUNIKASI

TUGAS
SEMINAR MASALAH KOMUNIKASI

DOSEN : Bu Dian

KELAS : Kamis (07.50 – 10.20)

Oleh :

Bernadeta Tri Lestari – 1264190001

Fernaldi Sunata – 1264190003

Ricky Saputra – 1264190005

Indah Octavia Rifeny – 1264190262

Priscilla Gita Marinda Putri – 1264190015

Nurul Apriliani - 126419

Siti Afifah - 126419


Tradisi Sosiopsikologis

Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi sosiopsikologis
(sociopsychological). Teori tradisi sosiopsikologis memiliki fokus kajian pada perilaku sosial
individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta kognisis.
Pendekatan individualis menjadi cirikhas tradisi sosiopsikologis, merupakan hal umum dalam
pembahasan komunikasi serta lebih luas dalam ilmu pengetahuan sosial dan perilaku.

Hal ini dapat dipahami dalam lingkungan budaya kita. Dewasa ini mayoritas teori
komunikasi sosiopsikologis lebih berorientasi pada sisi kognitif, yakni memberikan pemahaman
bagaimana manusia memproses informasi. Dalam area ini, tradisi sibernetika dan tradisi
sosiopsikologis bersama-sama menjelaskan sistem pemrosesan informasi individu
manusia. Input (informasi) merupakan bagian dari perhatian khusus, sedangkan output (rencana
dan perilaku) merupakan bagian dari sistem kognitif.

Pertanyaan-pertanyaan penting dalam penelitian area ini, termasuk bagaimana persepsi


dipresentasikan secara kognitif, serta bagaimana representasinya diproses melalui mekanisme
yang memberikan perhatian, ingatan, campur tangan, seleksi, motivasi, perencanaan dan
pengorganisasian. Beberapa tema besar yang berbeda dalam tradisi sosiopsikologis adalah,
bagaimana perilaku komunikasi individu dapat diprediksi, bagaimana individu diperhitungkan
dan mengakomodasi situasi-situasi komunikasi yang berbeda, bagaimana perilaku komunikasi
mengadaptasi perilaku mereka, bagaimana informasi diasimilasi, diatur serta digunakan dalam
menyusun rencana-rencana dan strategi pesan, dengan logika apa manusia membuat keputusan
tentang bentuk pesan yang hendak digunakan, bagaimana pesan direpresentasikan dalam pikiran,
bagaimana manusia menghubungkan penyebab-penyebab perilaku, bagaimana informasi
diintegrasikan untuk membentuk sikap dan kepercayaan, bagaimana sikap berubah, bagaimana
pesan-pesan diasimilasi dalam bentuk kepercayaan/sikap sistem, bagaimana ekspektasi dibentuk
dalam interaksi dengan orang lain dan apa yang terjadi ketika ekspektasi tak tercapai.

Menurut The Yale Attitude Studies (Griffin, 2003:22) dalam formula who says what to
whom with what effect, ada tiga variabel yang memiliki sifat persuasif, yakni:

1. Who, sumber pesan (menyangkut keahlian dan kredibilitas).


2. What, isi pesan (topik dan argumen).
3. Whom, karakter penerima pesan (kepribadian, kognisi)

Dalam tradisi sosiopsikologis dapat dikelompokkan menjadi 3 cabang besar, yakni:


perilaku, kognitif dan biologis.

1. Dalam Perspektif Perilaku


Teori-Teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia berperilaku dalam situasi-
situasi komunikasi. Teori tersebut melihat hubungan antara perilaku komunikasi,
apa yang Anda katakan dan lakukan, dalam kaitannya dengan beberapa variabel
seperti sifat pribadi, perbedaan situasi dan pembelajaran. Sampai tahun 60-an,
penekanan dalam psikologi adalah bagaimana kita mempelajari perilaku dengan
menghubungkan antara stimulus dan respons. Ketika perilaku dihargai, perilaku
itu akan terus diulang (pembelajaran). Sebaliknya, ketika respons diberi hukuman,
perilaku tersebut akan berhenti (unlearned).

2. Teori Kognitif
Berpusat pada bentuk pemikiran, cabang ini berkonsentrasi pada bagaimana
individu memperoleh, menyimpan dan memproses informasi dalam cara yang
mengarahkan output perilaku. Dengan kata lain, apa yang Anda lakukan dalam
situasi komunikasi bergantung tidak hanya pada bentuk stimulus-respons,
melainkan pada operasi mental yang digunakan untuk mengelola informasi.

3. Sudut Pandang Biologis


Karena kajian genetik diasumsikan menjadi semakin penting, para ahli psikologi
dan ahli teori perilaku pun tertarik dalam efek-efek fungsi dan struktur
otak,neurochemestry dan faktor genetik dalam menjelaskan perilaku manusia.

Tradisi sosiopsikologis dan sosiokultural berkenaan dengan individu dalam interaksinya


dengan yang lain. Tradisi sosiopsikologis mengedepankan individu, sedangkan sosiokultural
menekankan persamaan dalam interaksi sosial.
Tradisi Fenomenologi

Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai
sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu
hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini.Istilah ini pertama kali
diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman. Dalam
bukunya Neues Organon (1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata.

Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena,


sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk
mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami. G.W.F. Hegel
dan Edmund Husserl adalah dua tokoh penting dalam pengembangan pendekatan filosofis ini.

Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu –
individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang
sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik
antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan
bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat
memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.

Pada dasarnya fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk
mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Littlejohn bahwa
fenomenologi adalah suatu tradisi untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks
ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah
pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.Asumsi pokok
fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan
memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses
aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman
adalah suatu tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan.

Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas. Pengertian paradigma
adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat
dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting,
absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa
yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang
panjang.

Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran.


Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang
bersifat intersubyektif. Oleh karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk
menjelaskan makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala.
Natanson menggunakan istilah fenomenologi merujuk kepada semua pandangan sosial yang
menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami
tindakan sosial.

Berdasar asumsi ontologis, penggunaan paradigma fenomeologi dalam memahami fenomena


atau realitas tertentu, akan menempatkan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas
juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang
dinilai relevan oleh para aktor sosial. Secara epistemologi, ada interaksi antara subjek dengan
realitas akan dikaji melalui sudut pandang interpretasi subjek. Sementara itu dari sisi aksiologis,
nilai, etika, dan pilihan moral menjadi bagian integral dalam pengungkapan makna akan
interpretasi subjek.

Inti dari tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana
yang alamiah. Tradisi memandang manusia secara aktif mengintrepretasikan pengalaman mereka
sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung
dengan lingkungannya. Titik berat tradisi fenomenologi adalah Pada bagaimana individu
mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Adapun varian dari
tradisi Fenomenologi ini adalah,:

1. Fenomena Klasik, percaya pada kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan
pengalaman, artinya hanya mempercayai suatu kebenaran dari sudut pandangnya
tersendiri atau obyektif.
2. Fenomenologi Persepsi, percaya pada suatu kebenaran bisa di dapatkan dari sudut
pandang yang berbeda – beda, tidak hanya membatasi fenomenologi pada obyektifitas,
atau bisa dikatakan lebih subyektif.
3. Fenomenologi Hermeneutik, percaya pada suatu kebenaran yang di tinjau baik dari aspek
obyektifitas maupun subyektifitasnya, dan juga disertai dengan analisis guna menarik
suatu kesimpulan.

PRINSIP DASAR

Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar. Kita akan mengetahui dunia
ketika kita berhubungan dengan pengalaman itu sendiri.

Makna benda terdiri dari kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Bagaimana kita
berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi kita.

Bahasa merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan
untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.
Bidang Teori Komunikasi

Tujuh tradisi, aku telah menjelaskan memiliki akar yang mendalam di bidang teori komunikasi,
tentu saja, teori, peneliti dan praktisi yang bekerja dalam tradisi tertentu sering mendengar kritik
dari orang-orang di tradisi-tradisi lain bahwa pendekatan khusus mereka tidak memiliki
legitimasi, di tambahan untuk argumen apa pun yang mungkin mereka kerahkan untuk
mempertahankan pilihan mereka, mereka juga bisa mengklaim hak penghuni liar. karena ulama
yang pergi sebelum sudah menetapkan hak untuk menempati porsi lahan . mengambil metafora
real estate serius. dalam gambar 2-3 saya sudah memetakan tujuh tradisi sebagai bidang yang
sama-lahan yang secara kolektif membentuk bidang yang lebih besar dari studi. beberapa
penjelasan :

Pertama, penting untuk menyadari bahwa lokasi setiap tradisi di peta ini jauh dari acak.
Alasan saya untuk menempatkan di mana mereka didasarkan pada perbedaan antara teori
obyektif dan interprective yang diuraikan dalam bab 1. menurut kriteria ilmiah yang disajikan
dalam bab itu, tradisi sosiopsikologis di tujuan yang paling, dan sehingga menempati posisi
paling kiri pada peta - berakar kuat di wilayah tujuan. bergerak di peta dari kiri ke kanan, tradisi
menjadi lebih interprective dan obyektif kurang, saya melihat tradisi fenomenologis sebagai yang
paling subjektif dan sehingga menempati posisi terjauh ke -firmly tepat didasarkan pada wilayah
interprective, urutan presentasi di capter ini mengikuti perkembangan yang sama - pergeseran
bertahap dari tujuan untuk interprective kekhawatiran. sarjana yang bekerja dalam tradisi-tradisi
yang berdekatan biasanya memiliki waktu lebih mudah menghargai satu sama 'pekerjaan lain.
pada peta mereka berbagi perbatasan bersama. profesional, mereka lebih dekat bersama-sama
dalam asumsi dasar mereka.

Ikhtisar

Kedua. hibrida yang mungkin di seluruh tradisi. Anda telah melihat seluruh bab ini bahwa setiap
tradisi memiliki cara sendiri untuk mendefinisikan komunikasi dan kosa kata yang berbeda
sendiri, dengan demikian, itu adil untuk memikirkan garis pemisah di peta sebagai pagar yang
dibangun untuk menjaga ide-ide aneh. ulama, bagaimanapun, adalah sekelompok independen,
mereka memanjat pagar, membaca jurnal, dan terbang ke konferensi jauh, ini ross-penyerbukan
kadang-kadang menyebabkan teori didasarkan pada dua atau tiga tradisi, saya telah membuat
upaya dalam lampiran untuk menetapkan setiap dari 33 teori dalam teks untuk tradisi tunggal
tetapi sepertiga dari mereka tampaknya mengangkang pagar

Akhirnya, tujuh tradisi memetakan mungkin tidak mencakup setiap pendekatan teori komunikasi.
craig mempertimbangkan kemungkinan bahwa seorang feminis. estetika, ekonomi, spiritual, atau
media tradisional juga harus disertakan. ia akhirnya memutuskan bahwa pendekatan ini terbaik
dapat ditemukan di antara tujuh tradisi sudah bernama, tetapi keterbukaan untuk calon baru
menunjukkan bahwa peta lapangan mungkin perlu untuk memperluas. calon saya adalah tradisi
etika.
Tradisi Sosio Budaya

Tradisi sosio kultural adalah dasar dari alasan orang berbicara, mereka menghasilka dan meniru
budaya.Banyak orang yang menganggap bahwa kata mencerminkan sesuatu yang sebenarnya
ada.Namun teori dari tradisi ini berpendapat bahwa proses seringkali bekerja sebaliknya.
Kenyataan yang dilihat sangat dibentuk dari bahasa yan gunakan dari lahir

Kita telah melihat tradisi sebagian besar dari kata tidak dibutuhkan atau koneksi logik dengan
ide-ide yang diwakili. Contoh, hubungan antara tanda hitam di halaman yang mengeja g-r-e-e-n
dan warna halaman di depan perpustakaan hanyalah sebuah konvensi antara orang-orang yang
berbicara bahasa Inggris. Meskipun sosio kultural teori setuju bahwa kata hijau itu luas atau
umum, mereka juga meng-klaim bahwa kemampuan untuk melihat hijau sebagaiwarna yang
berbeda tergantung dari kata tertentu yang berlabel 510-560 nanometer dari gelombang
elektromagnetik spektrum. Inggris menawarkan kata itu, namun banyak pembicara Amerika
tidak melakukan itu.Dalam budaya ini, kuning digambarkan sebagai penggabungan ke biru. Kita
mungkin terkecoh dengan label atau tanda dari pembicara yang mengatakan "buta warna",
namun mereka tidak. Ahli bahasa di tradisi sosial budaya mengatakan bahwa bahasa ini berada
pada dunia yang berbeda.

Ahli bahasa universitas Chicago , edwar sapir dan muridnya Benjamin Lee Whorf adalah pelopor
dalam budaya sosio kultural. Sapir Whorf memiliki hipotesis negara yang relatif linguistik
adalah struktur dari kebudayaan bentuk bahasa yang orang pikirkan dan orang lakukan. Dunia
yang sebenarnya sebagian besar tidak sadar dibangun di atas kebiasaan bahasa dari kelompok.
Teori mereka tentang relativitas linguistik menyatakan bahwa semua bahasa hampir sama dan
kata hanya bertindak sebagai pengantar yang memberika sebuah arti.

pertimbangan dari orang kedua mengenai kata ganti tunggal yang digunakan pembicara Inggris
untuk mengatasi orang lain. Apapun hubungannya, orang Amerika menggunakan kata kamu.
Orang jERMAN diharuskan untuk menamai suatu hubungan dengan bahasa yang formal
(sie)atau familiar (du).Mereka juga mempunyai upacara untuk merayakan pergseran dari
hubungan Sie menuju Du. Aksen Jepang lebih mengharuskan pembicara untuk mengenali lebih
banyak perbedaan yang relasional. Bahasa menawarkan 10 alternatif, semua menerjemahkan ou
di Inggris , namun hanya satu istilah yang tepat digunakan dalam suatu hubungan bergantung
dari gender, usia dan status dari si pembicara.

Banyak peneliti berasumsi bahwa kosa kata Inggris, Jerman , dan Jepang mencerminkan
perbedaan budaya dalam suatu pola hubungan, Hipotesis dari sapir whor bersugesti bahwa itu
bekerja sebaliknya. Bahasa seringkali tersusun berdasarkan kenyataan yang timbul dari persepsi
kita. seperti anak kecil ketika belajar berbicara, mereka juga mempelajari apa yang mereka lihat.
Hampir seluruh dunia itu terjadi tanpa disadari karena secara harafiah itu hal yang biasa saja.

teori sosio kultural modern menyatakan bahwa it berkembang dengan proses komunikasi dimana
kenyataan dihasilkan, diatur, dan diperbaiki dan dirubah atau dinyatakan dalam kalimat aktif
orang-di-dalam-percakapan -membangun-bentuk-dunia sosial-mereka sendiri. Ketika persepsi di
dunia salaing berbenturan , budaya sosio kultural membantu untuk menjembatani kesenjangan
budaya yang ada antara kami dan mereka.
Tradisi Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS, yang berartinorma-norma,nilai-nilai, kaidah-
kaidah ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,seperti yang dirumuskan beberapa
ahli berikut ini :

Drs.O.P Simorangkir : Etika sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan
nilai yang baik.

Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : Etika adalah teori tentangtingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi baik dan buruk,sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

Drs. H. Burnadin Salam : Etika adalah cabang filsafat yang berbicaramengenai nilai dan norma
moral yang menentukan perilaku manusiadalam hidupnya.Etika dalam perkembangannya sangat
mempengaruhi kehidupan manusia.Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani
hidupnya melaluirangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.

The ethical tradition yang memandang proses komunikasi dalam kaitannya dengan tanggung
jawab etik manusia-manusia yang menginteraksikan karakter secara lugas dan menguntungkan.
Keintiman terhadap masalah etik ini mau tidak mau mengantar pada persoalan-persoalan
mendasar semacam kejujuran, kebenaran,keakuratan, alasan-alasan mendasar, konsekuensi,
pemahaman dan respek dalam suatru aktivitas komunikasi.

komunikasi sebagai orang karakter berinteraksi dan hanya dengan cara yang menguntungkan.

Lebih dari disiplin akademis, bidang komunikasi telah peduli dengan tanggung jawab etis. sejak
zaman Plato dan Aristoteles, sarjana komunikasi telah bergulat dengan kewajiban yang pergi
bersama dengan peluang kita harus berkomunikasi. diskusi kontemporer moralitas semakin
terkepung oleh munculnya relativisme etis. namun meskipun tantangan postmodern untuk semua
klaim kebenaran, asosiasi komunikasi nasional (NCA) baru-baru ini mengadopsi "kredo etika
komunikasi". seperti kebanyakan upaya untuk menangani etika komunikasi, membahas masalah
apa yang etis dan dimulai dengan masalah kejujuran terhadap berbohong. saya akan mengutip
tiga dari sembilan prinsip kepercayaan untuk menggambarkan aliran utama pemikiran dalam
tradisi etika.

1. kami menganjurkan kebenaran, akurasi, kejujuran, dan alasan sebagai penting untuk
integritas komunikasi. prinsip ini berpusat pada kebenaran atau kesalahan dari tindakan
komunikasi terlepas dari apakah itu menguntungkan orang-orang yang terlibat. itu
berbicara kepada pertanyaan kewajiban. apakah sah untuk menggunakan daya tarik
emosional untuk hubungan arus pendek pemikiran rasional? Tau adil hanya kepalsuan?
adalah tugas kita untuk selalu jujur?
2. kita menerima tanggung jawab atas konsekuensi jangka pendek dan panjang dari
komunikasi kita sendiri dan mengharapkan hal yang sama dari orang lain. Prinsip ini
berkaitan dengan hasil yang baik atau buruk bahwa kata-kata kita hasilkan. itu
menimbulkan pertanyaan dari hasil. jangan kata-kata kita manfaat atau membahayakan
orang? bisa bohong mempromosikan kesejahteraan atau mencegah cedera?
3. kami berusaha untuk memahami dan menghormati komunikator lainnya sebelum
mengevaluasi dan merespon pesan mereka. prinsip ini berfokus pada karakter
komunikator daripada tindakan komunikasi. itu tawaran kita semua untuk melihat motif
dan sikap kita. apakah saya menghargai yang lain sebagai manusia sesama? apakah saya
memiliki keberanian untuk mencoba untuk melihat dunia melalui mata nya? apakah saya
berusaha untuk menjadi orang yang integritas dan kebajikan?

ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab, dan beberapa pembaca mungkin mengatakan bahwa
mereka tidak memiliki tempat dalam teori komunikasi teks. tapi untuk menangani hubungan
manusia sebagai proses mekanis terpisah dari nilai akan seperti membahas merayu aturan dasar
yang melarang setiap referensi untuk mencintai. dan dalam tradisi etika, teori komunikasi yang
menawarkan jawaban untuk pertanyaan ini. banyak dari teori ini datang dari tradisi retoris dan
kritis. lain tersebar di lanskap penafsiran tujuan saya, jadi saya tidak akan mencoba untuk
menemukan tradisi etika dalam setiap tempat tunggal. dengan cara seperti, saya sudah capsuled
refleksi dari 11 teori etika dan menempatkan mereka di tempat yang tepat dalam buku ini.

dengan atau tanpa penambahan saya tradisi etis, kerangka Craigs dapat membantu memahami
keragaman besar di bidang teori komunikasi. Anda membaca tentang teori pada bagian efek
media, ingat bahwa mungkin memiliki keturunan yang sama sebagai teori Anda belajar
sebelumnya di bagian pengembangan hubungan. saya akan ditarik koneksi sepanjang jalan dan
sistematis mengurutkan teori tradisi setelah Anda punya kesempatan untuk memahami mereka.
mudah-mudahan, pada saat itu Anda akan ingin mengambil masalah dengan lirik 10cc
"komunikasi adalah masalah untuk jawabannya." dengan cara mereka sendiri, masing-masing
tujuh atau delapan tradisi teori komunikasi memberitahu kita bagaimana komunikasi dapat
menjadi jawaban untuk masalah ini.
Tradisi Retorika

Menurut Aristoteles, retorika adalah seni membujuk atau the art of persuation (M. Djen Amar,
1986, hlm. 11). Sunarjo (1983) mendefinisikan retorika sebagai suatu komunikasi di mana
komunikator berhadapan langsung dengan massa atau berhadapan dengan komunikan (audience)
dalam bentuk jamak. Aristoteles berpendapat bahwa retorika itu sendiri sebenarnya bersifat
netral. Maksudnya adalah orator itu sendiri bisa memiliki tujuan yang mulia atau justru hanya
menyebarkan omongan yang tidak sesuai atau bahkan dusta belaka. Menurutnya, “…by using
these justly one would do the greatest good, and unjustly, the greatest harm” .

Rethoric, salah satu karya terbesar Aristoteles, banyak dilihat sebagai studi tentang psikologi
khalayak yang sangat bagus. Aristoteles dinilai mampu membawa retorika menjadi sebuah ilmu,
dengan cara secara sistematis menyelidiki efek dari pembicara, orasi, serta audiensnya. Orator
sendiri dilihat oleh Aristoteles sebagai orang yang menggunakan pengetahuannya sebagai seni.
Jadi, orasi atau retorika adalah seni berorasi. Tradisi ini melihat bagaimana seseorang melakukan
sebuah orasi dan menitikberatkan pada aspek ethos patos logos. Ethos berfokus pada kecerdasan
sang orator dalam mengolah kata-kata dan menyampaikannya pada audience, patos merujuk
pada emosi pendengar dalam menerima pesan dan logos merujuk pada aspek logis dari apa yang
disampaikan oleh sang orator

Ada 2 tradisi retorika, yaitu :

 Kebenaran haruslah logis, realistis dan rasional


 Kebenaran itu absolut, tidak peduli apakah kebenaran ini punya nilai praktis.

Ada 6 keistimewaan yang mencirikan tradisi ini:

 Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.


 Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah
cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
 Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi
audience melalui pidato yang jelas-jelas bersifat persuasif. Public speaking pada dasarnya
merupakan komunikasi satu arah.
 Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang pemimpin
harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan lantang
menyuarakannya.
 Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang banyak
secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak. Pengertian
Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.
 Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan
haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di
Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik.
Model Komunikasi Menurut Aristoteles

Model komunikasi yang digunakan oleh Aristoteles pada dasarnya adalah model komunikasi
paling klasik, model ini disebut model retoris (rhetorical model). Inti dari komunikasi ini adalah
persuasi, yaitu komunikasi yang terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan
pembicaraannya kepada khalayak dalam mengubah sikap mereka. Ilmu retorika pada awalnya
dikembangkan di Yunani berkaitan dengan ilmu tentang seni berbicara (Techne Rhetorike).

Dalam bukunya yang berbicara mengenai Rhetorica, Aristoteles berusaha mengkaji mengenai
ilmu komunikasi itu sendiri dan merumuskannya kedalam model komunikasi verbal. Model
komunikasi verbal dari Aristoteles ini merupakan model komunikasi pertama dalam ilmu
komunikasi. Ia juga menuliskan bahwa suatu komunikasi akan berjalan apabila ada 3 unsur
utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar. Aristoteles
memfokuskan komunikasi pada komunikasi retoris atau yang lebih di kenal saat ini dengan
komunikasi publik (public speaking) atau pidato, sebab pada masa itu seni berpidato terutama
persuasi merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan pada bidang hukum seperti
pengadilan, dan teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika (mempersuasif).

Perlu diingat bahwa model komunikasi ini semakin lama semakin berkembang, tapi selau akan
ada tiga aspek yang selalu sama dari masa ke masa, yaitu : sumber pengirim pesan, pesan yang
dikirimkan, dan penerima pesan.

ASUMSI-ASUMSI TEORI RETORIKA

Ada 2 asumsi yang terdapat teori retorika, yaitu :

 Public speaker atau pembicara yang efektif perlu mempertimbangkan khalayak mereka.
Asumsi ini mengarah kepada konsep analisis khalayak (audience analysis).
 Public speaker atau pembicara yang efektif menggunakan sejumlah bukti-bukti dalam
presentasinya. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu
ethos, pathos dan logos.
a. Ethos adalah karakter, inteligensi dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang
pembicara. Hal ini bisa di pelajari dan dibiasakan.
b. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argumen dan bukti, rasionalisasi dan
wacana yang di gunakan dalam sebuah pidato.
c. Pathos adalah bukti emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota
khalayak.

Contoh : Jokowi berpidato tentang bahaya korupsi di universitas.


ARGUMEN TIGA TINGKAT

Logos adalah salah satu dari tiga bukti yang menurut Aristoteles menciptakan pesan yang lebih
efektif. Berpegang pada bukti-bukti logis ini merupakan sesuatu yang disebut silogisme
(syllogism). Namun, kemudian muncul istilah yang juga popular yaitu entimem (entymeme).

Silogisme adalah sekelompok proporsi yang berhubungan satu sama lain dan menarik sebuah
kesimpulan dari premis-premis mayor dan minor. Silogisme sebenarnya merupakan sebuah
argument deduktif yang merupakan sekelompok pernyataan (premis) yang menuntun pada
sekelompok pernyataan lainnya (kesimpulan).

Entimem adalah silogisme yang didasarkan pada kemungkinan (probability), tanda (sign) dan
contoh (example), dan berfungsi sebagai persuasi. Kemungkinan adalah pernyataan-pernyataan
yang secara umum benar tetapi masih membutuhkan pembuktian tambahan. Tanda adalah
pernyataan yang menjelaskan alasan bagi sebuah fakta. Contoh adalah pernyataan-pernyataan
baik yang faktual maupun yang diciptakan oleh pembicara. Entimem dalam hal ini
memungkinkan khalayak untuk mendeduksi kesimpulan dari premis-premis yang atau dari
pengalaman mereka sendiri. James McBurney, mengingatkan bahwa entimem merupakan dasar
dari semua wacana persuasive. Karenanya entimem juga berhubungan dengan ethos dan pathos.
Larry Anhart, percaya akan adanya kesalingterhubungan antara entimem dan bentuk-bentuk
bukti ketika ia menyimpulkan bahwa kekuatan persuasif entimem terletak didalam
kemampuannya untuk menjadi logis dan etis

“Entimem dapat digunakan tidak hanya untuk membangun sebuah kesimpulan sebagai
kebenaran yang mungkin tetapi juga untuk mengubah emosi para pendengar atau untuk
membangun rasa percaya mereka akan karaketer dari pembicara”

Silogisme dan entimem secara struktur sama. Akan tetapi, silogisme berhubungan dengan
kepastian sedangkan entimem berhubungan dengan kemungkinan.

KANON RETORIKA

Kanon merupakan tuntunan atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh pembicara agar pidato
persuasif dapat menjadi efektif, yaitu :

 Penemuan : Konstruksi/penyusunan dari suatu argumen yang relevan dengan tujuan dari
suatu pidato. Terdiri dari topik dan civic space. Dengan menggunakan logika dan bukti
dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasif. Topik
adalah bantuan terhadap yang merujuk pada argumen yang digunakan oleh pembicara.
Para pembicara juga bergantung pada civic space dimana itulah kesempatan untuk
membujuk orang lain.
 Pengaturan : Kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan pidatonya. Terdiri dari
pengantar, batang tubuh dan kesimpulan.
1. Pengantar merupakan bagian dari strategi organisasi dalam suatu pidato yang
cukup menarik perhatian khalayak, menunjukkan hubungan topik dengan
khalayak, dan memberikan bahasan singkat mengenai tujuan pembicara.
2. Batang tubuh merupakan bagian dari strategi organisasi dari pidato yang
mencakup argumen, contoh dan detail penting untuk menyampaikan suatu
pemikiran.
3. Kesimpulan merupakan bagian dari strategi organisasi dalam pidato yang
ditujukan untuk merangkum poin-poin penting yang telah disampaikan pembicara
dan untuk menggugah emosi di dalam khalayak.
 Gaya : Penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide dalam cara tertentu. Biasanya
bahasa yang di gunakan adalah majas metafora.
 Penyampaian : Presentasi non verbal dari ide-ide seorang pembicara. Penyampaian
biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vokal, ejaan, gerak
tubuh, dll. Penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu
mengurangi ketegangan pembicara.
 Ingatan : Menyimpan penemuan, pengaturan dan gaya di dalam benar si pembicara.
Dengan ingatan, seseorang pembicara dapat mengetahui apa saja yang akan dikatakan
dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan
pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga.

KEGUNAAN RETORIKA

Konrad Lorenz pernah mengatakan

“Apa yang diucapkan tidak berarti juga di dengar, apa yang di dengar tidak berarti juga di
mengerti, apa yang di mengerti tidak berarti juga di setujui, apa yang di setujui tidak berarti juga
di terima, apa yang di terima tidak berarti juga di hayati dan apa yang di hayati tidak berarti juga
mengubah tingkah laku”

Retorika penting supaya apa yang di ucapkan dapat di dengar, apa yang di dengar dapat di
setujui, apa yang disetujui dapat di terima, apa yang diterima dapat di hayati dan apa yang di
hayati dapat mengubah tingkah laku.

JENIS RETORIKA

 Retorika forensik: keadaan ketika para pembicara mendorong munculnya rasa bersalah
atau tidak bersalah dari khalayak. Pidato forensik atau juga disebut pidato Yudisial
biasanya ditemui dalam kerangka hukum. Retorika forensik berorientasi pada masa
waktu lampau. contoh : bahasa komunikasi saat di pengadilan
 Retorika epideiktik : wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan Sering
disebut juga pidato seremonial. Pidato jenis ini disampaikan kepada publik dengan tujuan
untuk memuji, menghormati, menyalahkan dan mempermalukan. Pidato jenis ini
berfokus pada isu-isu sosial yang ada pada masa waktu sekarang. contoh : bahasa
komunikasi ketika memberikan pidato seremonial
 Retorika deliberatif : saat pembicara harus menentukan suatu tindakan yang harus
diambil, sesuatu yang harus atau tidak boleh di lakukan oleh khalayak. Pidato ini sering
disebut juga dengan pidato politis. Pidato deliberatif berorientasi pada masa waktu yang
akan datang. contoh : Bahasa komunikasi saat berpidato politis.

KEDUA BELAS HUKUM RETORIKA

1. Kepandaian berbicara dapat di pelajari


2. Latihlah dirimu dalam teknik berbicara
3. Hilangkan perasaan cemas dengan melatih berbicara sambil berpikir
4. Pidato bukan membaca
5. Rumuskan tema dengan tajam
6. Skema dengan jelas
7. Awal yang menarik dan akhir yang mengesankan
8. “Saya tahu, saya mau, saya berhasil”
9. Tingkatkan argumentasi dan siaga menghadapi keberataan
10. Bahagia ketika berpidato
11. Berbicara yang jelas
12. You were born to be a winner

KELEBIHAN

 Bila kita hubungkan lagi dengan komunikasi pada zaman sekarang, model komunikasi
yang dikemukakan oleh Aristoteles merupakan model komunikasi yang cukup sederhana,
bahkan dapat di katakan terlalu sederhana jika dibandingkan dengan model-model yang
diberikan tokoh yang lain karena model ini tidak memuat unsur-unsur lain yang telah
dikenal dalam model komunikasi seperti saluran umpan balik, efek dan
kendala/gangguan komunikasi yang mungkin timbul, dan lainnya.
 Meskipun demikian, model ini dapat membuat membuat orang bertanya-tanya, seperti
apa itu pedoman dalam berpidato misalnya unsur-unsur apa yang harus ada dalam pidato
agar persuasif bagi khalayak? Apakah bentuk susunan pidato tertentu lebih baik dari
bentuk lainnya? Apakah gaya bahasa dalam suatu pidato mempengaruhi derajat
persuasif?
 Pada dasarnya komunikasi yang diberikan oleh Aristoteles telah banyak memberikan
kesempatan para pakar komunikasi lainnya untuk menciptakan model-model komunikasi
baru. Yakni tetap mengandung 3 unsur yang sama yakni sumber yang mengirimkan
pesan, pesan yang dikirim dan penerima pesan tersebut. Yang pada intinya, model
komunikasi dari Aristoteles mendasari dan merupakan akar dari model komunikasi yang
lainnya.
 Dapat menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyempurnakan proses pembuatan
teori komunikasi.
 Pengujian waktu berjalan. Teori ini telah melalui rentang waktu 2000 tahun dengan
poros Aristoteles. Teori retorika mengenai emosi, logika dan kepercayaan ini tidak dapat
di abaikan begitu saja.
 Munculnya teori Heurisme yang dimana teori ini telah mencakup beberapa sub-area
dalam komunikasi. Seperti ketakutan dalam berkomunikasi dan telah mendorong
penelitian yang bersifat empiris maupun praktis.

KELEMAHAN

 Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena
statis. Dimana hanya terdapat transfer pesan dari pembicara ke pendengar saja. Misalnya,
seorang pembicara sedang berbicara tentang sesuatu hal dan kemudian ia menyampaikan
pesan kepada para khalayak. Kemudian, khalayak mendengarkan apa yang menjadi pesan
dari si pembicara. Tahap-tahap komunikasi dalam peristiwa ini terjadi secara berurutan
dimana itu terjadi terus-menerus terjadi secara statis ketimbang terjadi secara simultan.
 Model komunikasi ini memunculkan persepsi yang salah bahwa kegiatan yang
terstruktur yang selalu disengaja. Seperti, pembicara menyampaikan dan pendengar
hanya mendengarkan tanpa di jelaskan lebih jauh mengenai gangguan yang mungkin
terjadi dalam proses penyampaian pesan, efek yang akan terjadi dan sebagainya.
 Di dalam model komunikasi yang diutarakan oleh Aristoteles ini tidak membahas
mengenai aspek-aspek non-verbal dalam persuasi yang berperan dalam proses
komunikasi.
 Konsistensi logis : Tidak konsisten, kurang ter-organisasi, pendefinisian yang kurang
tepat
TRADISI KRITIS

A. Apa Itu Tradisi Kritis

Tradisi ini tampak kental dengan pembelaan terhadap kalangan yang lemah. Komunikasi
diharapkan berperan dalam proses transformasi masyarakat yang lemah.

B. Dasar Pemikiran Tradisi Kritis

Tradisi ini berangkat dari asumi teori-teori kritis yang memperhatikan terdapatnya
kesenjangan di dalam masyarakat. Proses komunikasi dilihat dari sudut
kritis.Bahwakomunikasi disatu sisi telah ditandai dengan proses dominasi oleh kelompok
yang kuat atas kelompok masyarakat yang lemah. Pada sisi lain, aktifitas komunikasi
mestinya menjadi proses artikulasi bagi kepentingan kelompok masyarakat yang lemah.
Bahwa paradigma ini disatu sisi tergolong positivistik karena bersifat empiris mengenai
realitas yang tersusun atas kelompok berkuasa dan kelompok yang dikuasai. Pada sisi
lain, paradigma kritis tidak bersifat objektif sebagaimana prasyarat dalam paradigma
positivistik. Paradigma kritis sedari awal melakukan keberpihakan terhadap kalangan
yang dikuasai. Ini yang disebut ilmuwan tidak hanya menjadi pengamat tetapi juga
terlibat dalam melakukan emansipasi terhadap kalangan yang lemah itu.

C. Varian Tradisi Kritis

Tradisi Kritis diawali oleh friedich engels dan karl marx . marxisme merupakan peletak
dasar dari tradisi kritis ini . Marx mengajarkan bahwa ekonomi merupakan dasar dari
segala struktur sosial. Dan menganggap kapitalis merupakan penindasan terhadap buruh
dan kelas pekerja. Maka dari itu theory marx disebut sebagai kritik dari politik dan
ekonomi.

i) Kritik Politik ekonomi

pandangan ini merupakan revisi terhadap Marxisme yang dinilai terlalu


menyederhanakan realitas kedalam dua kubu yaitu kalangan penguasa dan kalangan
tertindas berdasarkan kepentingan ekonomi. Sebaliknya, mereka yang mencoba tetap
menggunakan asumsi Marxist namun memandang bahwa dalam realitas sosial yang
komplek sesungguhnya terjadi pertarungan ideologi.

ii) aliran

mengarah kepada filosof jerman, sosiologis, dan pakar ekonomi. Frankfurt school
merupakan yang mulai memeprkenalkan tradisi kritis dalam ilmu sosial. Aliran ini
memperkenalkan bahwa aliran kritis . dalam rangka mempromosikan suatu filosofi
sosial teori kritis mampu menawarkan suatu interkoneksi dan pengujian yang
menyeluruh perubahan bentuk dari masyarakat, kultur ekonomi, dan kesadaran.
iii) Posmodernisme

merupakan masa setelah modernisme. Ditandai dengansifat relativitas, tidak ada


standarisasi nilai, menolak pengetahuan yang sudah jadi dan dianggap sebagai
sesuatu yang sakral (grand narative). Menghargai hal-hal yang lokal, keunikan, dan
semacamnya.

iv) Cultural studies

suatu ideologi yang mendominasi suatu kultur tetapimemusatkan pada perubahan


sosial dari tempat yang menguntungkan dari kultur itu sendiri.

v) Post strukturalis

yakni pandangan yang memandang realitas merupakan sesuatu yang komplek dan
selalu dalam proses sedang menjadi. Realitas tidak sebagaimana pandangan kalangan
strukturalis yang melihat sudah bersifat teratur, tertata, dan terstruktur. Realitas
merupakan suatu proses pembentukan yang berlangsung terus menerus dengan
melibatkan banyak kalangan dengan identitas masing-masing. Yang menonjol adalah
terdapatnya proses artikulasi dari masing-masing kalangan.

vi) Post Colonial

mengacu pada semua kultur yang dipengaruhi oleh prosesimperial dari masa
penjajahan sampai saat ini.

Anda mungkin juga menyukai