Anda di halaman 1dari 29

Pancasila sebagai Etika

Politik
KELOMPOK 2

• ELANIA SUBHAN (152310071)


•AZIIZAH AMALIA HUDA (152310116)
• DESMA ALSHEKA. W (152310135)
A. Etika secara Umum
Pengertian Etika

Etika adalah kajian ilmiah terkait dengan etiket atau


moralitas. Etiket secara sederhana dapat diartikan
sebagai aturan kesusilaan/sopan santun.
Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari
bahasa Yunani, ethos yang artinya watak kesusilaan
atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang
berasal dari bahasa Latin, mos yang jamaknya mores,
yang juga berarti adat atau cara hidup.
Aliran - Aliran Besar Etika
a. Etika Deontologi
Etika Deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau buruk
berdasarkan tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Manusia
dalam dirinya secara kategoris sudah dibekali pemahaman tentang
suatu tindakan baik atau buruk, dan keharusan untuk melakukan
kebaikan dan tidak melakukan keburukan harus dilakukan sebagai
perintah tanpa syarat. Misalnya kewajiban moral untuk tidak melakukan
korupsi
Etika Deontologi menekankan bahwa
kebijakan/tindakan harus didasari oleh motivasi
dan kemauan baik dari dalam diri, tanpa
mengharapkan pamrih apapun dari tindakan
yang dilakukan (Kuswanjono, 2008:7)
b. Etika Teleologi
Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi,
yaitu bahwa baik atau buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan
tujuan atau akibat dari perbuatan itu. Etika teleologi bersifat
situasional, yaitu memilih mana yang membawa akibat baik
meskipun harus melanggar kewajiban, nilai norma yang lain.
Contoh sederhana kewajiban membayar pajak dan hutang sulit
dipenuhi karena kehilangan seluruh harta benda. Dalam keadaan
demikian, etika teleologi perlu dipertimbangkan, yaitu demi akibat
baik, beberapa kewajiban mendapat toleransi tidak dipenuhi.

Etika Teleologi dibedakan menjadi 2 yaitu :


1. Egoisme etis : memandang bahwa tindakan yang baik adalah
tindakan yang berakibat baik untuk pelakunya.
2. Utilitarianisme : menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan
bergantung bagaimana akibatnya terhadap banyak orang.
c. Etika Keutamaan
Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga mendasarkan
pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal, tetapi
pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Karakter moral ini
dibangun dengan cara meneladani perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan
para tokoh-tokoh besar melalui cerita, sejarah yang didalamnya mengandung
nilai-nilai keutamaan agar dihayati dan ditiru oleh masyarakat.

Kelemahan etika ini adalah ketika terjadi dalam masyarakat yang majemuk,
maka tokoh-tokoh yang dijadikan panutan juga beragam sehingga konsep
keutamaan menjadi sangat beragam pula, dan keaadan ini dikhawatirkan akan
menimbulkan benturan sosial. Namun dapat diatasi dengan cara
mengarahkan keteladanan tidak pada figur tokoh, tetapi pada perbuatan baik
yang dilakukan oleh tokoh itu sendiri.
B. Etika Pancasila
Aktualisasi Pancasila sebagai dasar etika,tercermin dalam sila-silanya, yaitu :
• Sila Pertama : Menghormati setiap orang atau warga negara atas berbagai
kebebasannya dalam menganut agama & kepercayaannya masing-masing serta
menjadikan ajaran-ajarannya sebagai panutan untuk menuntun maupun mengarahkan
jalan hidupnya.

• Sila kedua : Menghormati setiap orang dan warga negara sebagai pribadi (persona)
“utuh sebagai manusia”, manusia sebagai obyek pendukung, penyangga, pengemban
serta pengelola hak hak dasar kodrati, merupakan suatu keutuhan dengan eksistensi
dirinya secara bermata bermartabat.

• Sila Ketiga : Bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi segmentasi-segmentasi atau
Primordialisme sempit dengan jiwa dan semangat “Bhinneka tunggal Ika” yaitu bersatu
dalam perbedaan dan berbeda dalam persatuan.
• Sila Keempat : Kebebasan, kemerdekaan,
kebersamaan, dimiliki dan dikembangkan dengan
dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan
secara jujur dan terbuka dalam menata berbagai
aspek kehidupan.

• Sila Kelima : Membina dan mengembangkan


masyarakat yang berkeadilan sosial yang mencakup
kesamaan derajat (equality) dan pemerataan (equity)
bagi setiap orang atau setiap warga negara.
Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian
baik dan buruk pada nilai nilai Pancasila yaitu :
• Nilai yang pertama adalah Ketuhanan : Secara hierarkis dikatakan
sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang mutlak. Suatu
perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai,
kaidah, dan hukum Tuhan. Dan setiap perbuatan yang melanggar nilai,
kaidah dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan antara
manusia maupun alam pasti akan berdampak buruk. Misalnya
pelanggaran akan kaidah Tuhan untuk melestarikan alam akan
menghasilkan bencana alam dan lain lain.

•Nilai yang kedua adalah Kemanusiaan : Perbuatan dikatakan baik


apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada
konsep keadilan dan keadaban. keadilan mensyaratkan keseimbangan,
antara lahir dan batin, jasmani dan Rohani, individu dan sosial, makhluk
bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan.
Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia dibanding dengan
makhluk lain yaitu hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup.
• Nilai yang ketiga adalah Persatuan : Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat
memperkuat persatuan dan kesatuan. sikap egois dan menang sendiri merupakan
perbuatan buruk, demikian dengan perbuatan yang dapat memecah belah persatuan.

• Nilai yang keempat adalah Kerakyatan : dalam kaitan dengan kerakyatan perbuatan
belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk banyak orang, namun perbuatan
itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep
hikmah/kebijaksanaan. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa penghapusan
tujuh kata dalam sila pertama dalam Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI
menyetujui tujuh kata tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit (wilayah
timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas
‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas.

•Nilai yang kelima adalah keadilan : suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai
dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995:37), keadilan
merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. keadilan
mengandalkan sesama sebagai partner yang bebas & sama derajatnya dengan orang
lain.
C. Bidang Etika Politik
Pengertian Etika Politik
Sebagai salah satu cabang etika, maka etika politik termasuk
dalam lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung
mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Etika
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban
manusia.Hukum dan kekuasan negara merupakan
pembahasan utama etika politik.Jadi, etika politik membahas
hukum dan kekuasaan.
Legitimasi Kekuasaan

Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi etis


kekuasaan, yang dapat dirumuskan dengan suatu
pertanyaan, yaitu dengan moral apa seseorang atau
sekelompok orang memegang dan menggunakan
kekuasaan yang mereka miliki? Betapa besarnya
kekuasaan yang dimiliki seseorang, dia harus berhadapan
dengan tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya.
Paham pertanggungjawaban menyatakan, bahwa
penguasa memang memiliki kekuasaan dan masyarakat
berhak untuk menuntut pertanggungjawaban. Penguasa
dianggap memiliki kekuatan-kekuatan tertentu.
Legitimasi kekuasaan meliputi:
a. legitimasietis, yaitu pembenaran atau pengabsahan
wewenang negara (kekuasaan negara) berdasarkan
prinsip-prinsip moral;
b. legitmimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan itu
berkaitan dengan fungsi- fungsi kekuasaan negara dan
menuntut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan dilakukan
sesuai dengan hukum yang berlaku.
Legitimasi Moral dalam Kekuasaan

Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuasaan politik dari segi


norma- norma moral. Legitimasi ini muncul dalam konteks setiap
tindakan negara, baik dari legislatif maupun eksekutif, dapat
dipertanyakan dari segi norma-norma moral. Tujuannya adalah, agar
kekuasaan itu mengarahkan kekuasaan ke pemakaian kebijakan dan
cara-cara yang semakin sesuai dengan tuntutan-tuntutan
kemanusiaan yang adil dan beradab.Pada hakikatnya, kekuasaan yang
memiliki hati nurani, yaitu keadilan dan kemakmuran rakyat.
D. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma
Nilai, moral, dan norma merupakan konsep yang saling berkaitan. Ketiga
konsep ini saling terkait dalam memahami Pancasila sebagai etika politik
Nilai­­
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan
manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong
dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan
antarmanusia dan menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur. Sedangkan nilai
politik berpusat kepada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat maupun politik.
Di samping teori nilai terurai di atas; Prof. Notonegoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu
sebagai berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian
dapat dirinci menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
1) Nilai kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio manusia, budi, dan cipta.
2) Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi
3) Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (karsa, etika).
4) Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilal kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusia terhadap Tuhan.
Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) = kesusilaan,
tabiat, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang
baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia. Moral dalam perwujudannya
dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar,
baik , terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan anorma yang mengikat
kehidupan masyarakat, negara, dan bangsa.
Norma
Manusia cenderung untuk memelihara hubungan dengan Tuhan,
masyarakat, dan alam sekitarnya dengan selaras. Oleh karena itu,
manusia juga memerlukan pengendalian diri, baik terhadap manusia
sesamanya, lingkungan alam, dan Tuhan. Kesadaran akan hubungan
yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap peraturan atau
norma. Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu.Norma
memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi,
misalnya:
a. norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan,
b. norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal
terhadap sendiri,
c. norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan pergaulan
dalam masyarakat,
d. norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau
denda yang dipaksakan oleh alat negara.
Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari kepandaian warga
negaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang lebih
mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas.
Moralitas memberi dasar, warna sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa.
Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas individu, moralitas sosial
dan moralitas mondial.

1
Moralitas individu lebih merupakan 2
kesadaran tentang prinsip baik yang Moralitas sosial juga tercermin
bersifat ke dalam, tertanam dalam diri dari moralitas individu dalam
manusia yang akan mempengaruhi melihat kenyataan sosial.
cara berpikir dan bertindak.

3 ·Moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat


universal yang berlaku di manapun dan kapanpun,
moralitas yang terkait dengan keadilan,
kemanusiaan, kemerdekaan, dan sebagainya.
E. Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai
Praksis
1. Nilai Dasar
Nilai dasar itu bersifat universal, karena menyangkut kenyataan
objektif dari segala sesuatu Contohnya, hakikat tuhan, manusia, atau
makhluk lainnya.

Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat tuhan, maka nilai
dasar itu bersifat mutlak. Lalu apabilla Nilai dasar yang bersumber
pada hakikat kemanusiaan itu dijabarkan dalam norma hukum yang
dapat diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia) nilai yang
bersumber dari kebendaan itu tidak boleh bertentangan dengan nilai
dasar yang merupakan nilai sumber penjabaran norma tersebut.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental ialah nilai ynag menjadi pedoman pelaksanaan
dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya
apabila nilai dasar tersebut blm memiliki formulasi parameter atau
ukuran yang jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu
berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari
hari, maka nilai tersebut akan menjadi norma moral. Akan tetapi jika
nilai instrumental itu berkaitan dengan satu organisasi atau Negara,
maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan ata
strategi yang bersumber pada nilai dasar, sehingga dapat juga
dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu eksplitasi
dari nilai dasar.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis dalam kehidupan ketatanegaraan dapat
ditemukan dalam undang undang organic, yaitu
semua perundang undagan yang berada dibawah
UUD 1945 sampai kepada peraturan pelkasana yang
dibuat oleh pemerintah. Apaila kita melihat ketetapan
MPR No. III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata
urutan paraturan perundang undangan, dinyatakan
bahwa tata urutan peraturan perundang undangan
merupakan pedoman dalam pembuatan aturan
hukum dibawahnya, sebagai berikut:
3. Nilai Praksis
Berdasarkan ketetapan MPR-RI
a. UUD 1945
No.1/MPR/2003 tentang peninjauan
b. Ketetapan MPR RI
terhadao materi dan status hukum
c. UU
ketetapan MPR Tahun 1960-2002.
d. Peraturan
Dikeluarkan U No. 10/2004 yang
pemerintah pengganti
mengatur tata urutan perundang
undang undang (perpu)
undangan sebagai berikut.
e. Peraturan
1. UUD 1945
pemerintah
2. UU/Peraturan pemerintah
f. Keputusan presiden
pengganti UU
g. Peraturan daerah
3. Peraturan pemerintah (PP)
4. Peraturan presiden (perpres)
5. Peraturan daerah (perda)
F. Pancasila sebgai dasar fundamental
bagi bangsa dan Negara RI
Pancasila adalah milik 1. Sila pertama: Ketuhanan yang maha esa,
khas bangsa Indonesia pada dasarnya memuat pengakuan eksplisit
dan sekaligus menjadi akan eksistansi Tuhan sebagai sumber dan
identitas bangsa berkat pencipta universum.
legitimasi moral dan 2. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan
budaya bangsa beradab, sesungguhnya merupakan refleksi
Indonesia sendiri.Nilai lebih lanjut dari sila pertama. Sila ini
nilai khusus yang memperlihatkan secara mendasar dari
termuat dalam Negara atas martabat manusia sekaligus
pancasila dapat komitmen untuk melindunginya..Asumsi
ditemukan dalam sila- dasar dari kedua ini ialah bahwa manusia,
silanya (Andre Ata Ujan, karena kedudukannyabyang khusus di
1998), yaitu sebagai antara ciptaan-ciptaan lainnya di dalam
berikut. universum. mempunyai hak dan kewajiban
untuk mengembangkan kesempatan untuk
meningkatakn harkat dan martabatnya.
F. Pancasila sebgai dasar fundamental
bagi bangsa dan Negara RI
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia, secara khusus
meminta perhatian setiap warga Negara akan hak dan
kewajiban dan tanggung jawabnya pada Negara,
khususnya dalam menjaga eksistensi Negara dan bangsa.
4. Sila keempat: Demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
memperlihatkan pengakuan Negara serta perlindunganny
terhadap kedaulatan rakyat yang dilaksanakan dalam iklim
musyawarah dan mufakat.
5. Sila kelima: Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia, secara istimewa menekankan keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Setiap warga harus menikmati
keadilan secara nyata, tetapi iklim keadilan yang merata
hanya bisa dicapai apabila struktur social masyarakat
sendiri secara adil.
1. Pokok pikiran pertama, Negara Indonesia adalah Negara
persatuan, yaitu Negara yang melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Negara mengatasi segala paham
golongan dan perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran dari
sila ketiga.
2. Pokok pikiran kedua, menyatakan bahwa Negara hendak
mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam
hal ini Negara berkewwajiban mewujudkna kesejahteraan umu
bagi seluruh rakyat Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan social. Pokok pikiran ini penjabaran dari sila
kelima.
3. Pokok pikiran ketiga, menyatakan bahwa Negara kedaulatan
rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini menunjukkan
Negara Indonesia demokrasi, yaitu kedaulatan di tangan rakyat,
sesuai dengan sila keempat.
4. Pokok pikiran keempat, menyatakan bahwa Negara
berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran ini sebagai
penjabaran dari sila pertama dan kedua.
Uraian tersebut menunjukkan, bahwa pancasila dan pembukaan
UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok pokok kaidah Negara
yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula konsep
konsep sebagai berikut:
1. Dasar dasar pembentukan Negara, yaitu tujuan negara, asas
politik Negara (Negara republic Indonesia dan berkedaulatan
rakyat), dan asas kerohanian Negara (pancasila)
2. Ketentuan diadakannya undang undang dasar, yaitu “… maka
disusunlah kemredekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
undang undang dasar Negara Indonesia…” Hal ini menunjukkan
adanya sumber hukum.
Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum
mempunyai hakikat dan kedudukannya yang tetap kuat dan tidak
berubah, dalam arti dengan jalan hukum apapun tidak mungkin
lagi untuk diubah. Berhubung pembukaan UUD 1945 itu memuat
nilai nilai dasar fundamental, maka pembukaan UUD 1945 yang
didalamnya terdapat pancasila tidak dapat diubah secara hukum.
G. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila
Pancasila

Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan


Negara, merupakan satu kesatuan nilai yang
tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-
masing sila-silanya, karena apabila dilihat satu
persatu dari masing masing dari sila itu dapat
ditemukan dalam kehidupan bangsa lain.
1. Ketuhanan yang maha esa
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha 2. Kemanusiaan yang adil dan
Esa itu bukanlah suatu dogma atau beradab
kepercayaan yang tidak dapat Di dalam sila kedua telah disimpulkan
dibuktikan kebenarannya melalui akal cita-cita kemanusiaan yang lengkap,
pikiran, melainkan suatu kepercayaan adil, dan beradab, memnuhi seluruh
yang berakar pada pengetahuan hakikat makhluk manusia. Setiap warga
yang benar dan dapat diuji atau Negara wadijamin hakna serta
dibuktikan melalui kaidah kaidah kebebasannya yang menyangkut
logika. Atas keyakinan yang hubungan dengan tuhan, orang-
demikianlah, maka Negara Indonesia seorang, Negara, masyarakat, dan
berdasarkan ketuhanan yang maha menyangkut pula kemerdekaan
esa, dan Negara member jaminan menyatakan pendapat dan mencapa
sesuai dengan keyakinannya dan kehidupan yang layak, sesuai dengan
untuk beribadat menurut agama dan hak hak manusia.
kepercayaan itu.
3. Persatuan Indonesia 4 Kerakyatan yang dipimpin oleh 5. Keadilan sosial
Persatuan mengandung hikmat kebijaksanaan dalam bagi seluruh rakyat
pengertian bersatunya permusyawaratan/perwakilan Indonesia
bermacam-macam corak Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yaitu Keadilan sosial
sekelompok manusia yang berdiam berarti keadilan yang
yang beraneka ragam menjadi
berlaku dalam
satu kebulatan. Persatuan dalam suatu wilayah Negara tertentu.
masyarakat di segala
Indonesia merupakan factor Dengan adanya sila keempat, berarti
bidan kehidupan,
yang dinamis dalam bangsa Indonesia menganut demokrasi,
manusia baik materiil
kehidupan bangsa Indoneis, baik secara langsung maupun secara
maupun spiritual.
bertujuan untuk melindungi tidak langsug. Keadilan sosial bagi
segenap bangsa dan seluruh Hikmat kebijaksanaan berarti seluruh rakyat
tumpah darah Indonesia, penggunaan pikiran atau rasio yang Indoneisa berarti,
memajukan kesejahteraan sehat dengan selalu mempertimbangkan bahwa setiap warga
umum dan mencerdaskan persatuan dan kesatuan bangsa, Indonesia mendapat
kehidupan bangsa, serta kepentingan rakyat dan dilaksanakan perlakuan yang adil
mewujudkan perdamaian dengan sadar, jujur, dan bertanggung dalam hukum, politik,
jawab serta didorong dengan itikad baik sosial, ekonomi dan
dunia yang abadi.
sesuai dengan hati nurani.. kebudayaan.
Terima
Kasih
Sudah menyimak tugas
kelompok kami

Anda mungkin juga menyukai