d) (Imam Sukardi) Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan
tertentu
Dari pandangan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Etika menurut saya adalah
suatu batasan diri yang dapat mengontrol diri kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji
(berhubungan dengan perilaku) ,tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan
buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Sedangkan Moral merupakan norma yang bersifat kesadaran atau keinsyafan terhadap
suatu kewajiban melakukan sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan perbuatan
perbuatan tertentu yang dinilai masyarakat dapat melanggar normanorma. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa suatu kewajiban dan norma moral sekaligus menyangkut keharusan
untuk bersikap bersopan santun. Baik sikap sopan santun maupun penilaian baik buruk
terhadap sesuatu, keduanya sama sama bisa membuat manusia beruntung dan bisa juga
merugikan. Disini terdapat kesadaran akan sesuatu perbuatan dengan memadukan kekuatan
nilai intelektualitas dengan nilai nilai moral.
1.2. Administrasi publik
Definisi administrasi publik menurut para ahli
a) Chandler dan Plano (1988 : 29 ) : administrasi publik adalah suatu proses dimana
sumberdaya
Secara harfiah utilis berarti berguna. Perbuatan yang dianggap baik secara susila
ialah
guna
mengatakan bahwa the greatest happiness of the greatest number, dan John Stuart
Mill. Menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna. Jika ukuran ini
berlaku bagi perorangan, disebut individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan
negara disebut sosial. Sempalan dari ajaran ini antara lain adalah aliran
pragmatisme, empirisme, positivisme, dan neo positivisme (scientisme).
e) Aliran vitalisme ;
Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan orang lain yang lemah
dianggap sebagai yang baik. Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang,
dan berlaku hukum siapa yang kuat dan manag itulah yang baik.
f) Aliran religiusisme ;
Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan
kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai
dengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan teologis, yakni keimanan
kepada Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau
berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman
kepada-Nya.
g) Aliran evoulusisme ;
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di
alam ini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju
kesempurnaanya. Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang
tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan, tetapi juga benda yang tak
dapat dilihat atau diraba oleh indera, seperti akhlak dan moral.
h) Aliran-aliran lainnya : (a) Humanisme, (b) Liberalisme, (c) Individualisme, dan (d)
Idealisme;
dari
bahasa
Inggris
kadang
juga
dipakai
conduct(aturan berperilaku yang benar) yang sehatursnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan
publik atau administrasi publik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika
administrasi publik adalah aturan atau standar pengelolaan, arahan moral bagi anggota
organisasi atau pekerjaan manajemen ; aturan atau standar pengelolaan yang merupakan
arahan moral bagi administrator publik dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat.
Aturan atau standar dalam etika administrasi negara tersebut terkait dengan kepegawaian,
perbekalan, keuangan, ketatausahaan, dan hubungan masyarakat.
Jadi Etika dalam administrasi adalah bagaimana membuat keterkaitan keduanya.
Bagaimana gagasan administrasi seperti efisiensi, ketertiban, kemanfaatan, produktifitas
dapat menjawab etika dalam prakteknya. Serta bagaimana gagasan dasar etika dapat
mewujudkan yang baik dan menghindari hal yang buruk itu dapat menjelaskan hakekat
administrasi. Diperlukan etika dalam administrasi karena ini akan memberikan contoh yang
baik, sebab setiap orang sebenarnya memiliki kesadaran masing-masing namun tidak pernah
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam paper ini akan menjelaskan tentang
pengertian etika administrasi publik dan juga permasalahan pada etika administrasi publik.
1.5. Ruang lingkup yang dipelajari
a) Etika Administrasi merupakan salah satu etika khusus
b) Etika administrasi termasuk dlm ruang lingkup ilmu administrasi & ilmu filsafat
c) Etika administrasi publik termasuk dlm ruang lingkup ilmu administrasi publik &
ilmu filsafat
d) Etika administrasi publik: penerapan ilmu filsafat dlm penyelenggaraan administrasi
pemerintahan & berusaha memberikan berbagai asas etis, ukuran baku, pedoman
perilaku, & kebajikan moral yg perlu dijalankan setiap administrator.
e) Etika administrasi publik bersifat normatif dalam arti menentukan norma-norma
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh semua administrator dalam jabatannya.
BAB II
II. PERMASALAHAN ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK
2.1. Legitimasi kekuasaan
pengertian
David Easton menyatakan bahwa keabsahan (legitimasi) adalah: Keyakinan dari
pihak anggota (masyarakat) bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan menaati
5
penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu (The conviction on the part of the
member that it is right and proper for him to accept and obey the authorities and to abide by
the requirements of the regime). Dalam legitimasi kekuasaan bila seorang pimpinan
menduduki jabatan tertentu melalui pengangkatan diangkap absah, atau sesuai hukum.
Dilihat dari sudut penguasa, A.M. Lipset: Legitimasi mencakup kemampuan untuk
membentuk dan mempertahankan kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau bentuk-bentuk
politik yang ada adalah yang paling wajar untuk masyarakat itu (Legitimacy includes the
capasity to produce and mantain a belief, that the existing political institutions or forms are
the most appropriate for the society).
Jika dalam suatu sistem politik terdapat konsensus mengenai dasar-dasar dan tujuan-tujuan
masyarakat, keabsahan dapat tumbuh dengan kukuh, sehingga unsur paksaan serta kekerasan
yang dipakai oleh setiap rezim dapat ditetapkan sampai minimum.
Macam legitimasi
Menurut Zippelius dalam Franz MagnisSuseno (Etika Politik, 1994:54) bentuk
legitimasi dilihat dari segi obyek dapat dibagi atas dua bentuk yakni :
1. Legitimasi materi wewenang
Legitimasi materi wewenang mempertanyakan wewenang dari segi fungsinya: untuk
tujuan apa wewenang dapat dipergunakan dengan sah? Wewenang tertinggi dalam
dimensi politis kehidupan manusia menjelma dalam dua lembaga yang sekaligus
merupakan dua dimensi hakiki kekuasaan politik: yakni dalam hukum sebagai lembaga
penataan masyarakat yang normatif dan dalam kekuasaan (eksekutif) negara sebagai
lembaga penataan efektif dalam arti mampu mengambil tindakan.
2. Legitimasi subyek kekuasaan
Legitimasi ini mempertanyakan apa yang menjadi dasar wewenang seseorang atau
sekompok orang untuk membuat undang-undang dan peraturan bagi masyarakat dan
untuk memegang kekuasaan negara. Pada prinsipnya terdapat tiga macam legitimasi
subyek kekuasaan:
a. Legitimasi religius
Legitimasi yang mendasarkan hak untuk memerintah faktor-faktor yang adiduniawi,
jadi bukan pada kehendak rakyat atau pada suatu kecakapan empiris khususnya
penguasa.
b. Legitimasi eliter
6
Legitimasi yang mendasarkan hak untuk memerintah pada kecakapan khusus suatu
golongan untuk memerintah. Paham legitimasi ini berdasarkan anggapan bahwa
untuk memerintah masyarakat diperlukan kualifikasi khusus yang tidak dimiliki oleh
seluruh rakyat. Legitimasi eliter dibagi menjadi empat macam yakni (1) legitimasi
aristoktratis : secara tradisional satu golongan, kasta atau kelas dalam masyarakat
dianggap lebih unggul dari masyarakat lain dalam kemampuan untuk memimpin,
biasanya juga dalam kepandaian untuk berperang. Maka golongan itu dengan
sendirinya dianggap berhak untuk memimpin rakyat secara politis. (2) legtimasi
ideologis modern : legitimasi ini mengandaikan adanya suatu idiologis negara yang
mengikat seluruh masyarakat. Dengan demikian para pengembangan idiologi itu
memiliki privilese kebenaran dan kekuasaan. Mereka tahu bagaimana seharusnya
kehidupan masyarakat diatur dan berdasarkan monopoli pengetahuan itu mereka
menganggap diri berhak untuk menentukkannya. (3) legitimasi teknoratis atau
pemerintahan oleh para ahli:
masyarakat dizaman modern ini sedemikian canggih dan kompleks sehingga hanya
dapat dijalankan secara bertanggungjawab oleh mereka yang betul-betul ahli. (4)
legitimasi pragmatis: orang, golongan atau kelas yang de facto menganggap dirinya
paling cocok untuk memegang kekuasaan dan sanggup untuk merebut serta untuk
menanganinya inilah yang dianggap berhak untuk berkuasa. Calah satu contoh adalah
pemerintahan militer yang pada umumnya berdasarkan argumen bahwa tidak ada
pihak lain yang dapat menjaga kestabilan nasional dan kelanjutan pemerintahan
segara secara teratur.
Menurut Andrain dalam Ramlan Subakti (Memahami Ilmu Politik, 1999:97)
berdasarkan prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pemerintah maka
legitimasi dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu :
1.
2.
3.
4.
Legitimasi prosedural;
tetapi perilaku dari masyarakat yang menjadi objek penetapan kebijakan. Birokrasi sebagai
penyelenggara administrasi publik bekerja atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh rakyat.
Hal ini berarti bahwa rakyat berharap adanya jaminan bahwa dalam menjalankan dan
memanfaatkan kekuasaannya etika senantiasa dijadikan dasar bagi para pemimpin. Apabila
etika yang ada pada pemimpin tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada
masyarakat maka legitimasi tidak akan mampu tercapai. Seperti kasus Aceng Fikri sebagai
pejabat negara mestinya yang bersangkutan bisa memberikan contoh kepada publik namum
malah memetahkan kepercayaan publik. Dalam sumpah janji kepala daerah, Aceng memiliki
kewajiban taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 2 yang menyatakan setiap perkawinan harus
dicatatkan.
2.2. Birokrasi dan kekuasaan
Pengertian
Menurut Weber, birokrasi adalah metode organisasi terbaik dengan spesialisasi tugas.
Walaupun kemudian banyak pakar yang mengkritik Weber, seperti Warren Bennis yang
menyampaikan perlunya kebijaksanaan memperhatikan keberadaan manusia itu sendiri.
Birokrasi tetap akan diperlukan di kantor-kantor pemerintah, terutama di negara-negara
berkembang yang harus dipacu dengan kedisiplinan.
Menurut Max Weber kekuasaan itu dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan yang
membuat seorang actor didalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk
melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Walter Nord
merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mencapai suatu tujuan yang
8
berbeda secara jelas dari tujuan lainnya. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau
kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan
keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002). Kekuasaan merupakan kemampuan
mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992)
Jadi alasan dari pentingnya etika dalam birokrasi adalah ketika dihadapkan pada
kenyataan yang jauh dari harapan, dimana aparatur di birokrasi diharapkan bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab, kejujuran, dan adil. Realitas yang nyata, sama sekali para
aparatur tidak mencerminkan kondisional yang bermoral dan beretika. Ada beberapa alasan
mengapa Etika Birokrasi penting diperhatikan dalam upaya pengembangan pemerintahan
yang efisien, tanggap, dan akuntabel.
Sebagaimana yang di gambarkan sebelumnya bahwa budaya birokrasi yang selama ini
di dengar adalah budaya lamban, prosedural, KKN, dan selalu mementingkan kepentingan
pribadi menjadi sebuah masalah besar yang harus dicari jalan keluarnya, karena ini juga
merupakan sesuatu yang penting dimana budaya sangat mempengaruhi akan kinerja serta
budaya juga sangat menentukan posisi, posisi disini terkait dengan sampai dimana para
birokrat memainkan kewenangan yang dimiliki dan juga bagaimana memanfaatkan
kewenangan itu bukan untuk kepentingan pribadi dan juga kelompok tetapi tidak lain
hanyalah untuk kepentingan masyarakat.
Karakteristik birokrasi
Karakteristik birokrasi menurut Max Weber
1. Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dgn pangkat atau kedudukannya. (Civil
servants receive fixed salaries according to rank)
2. Pekerjaan merupakan karir yg terbatas, atau pd pokoknya, pekerjaannya sbg pegawai
negeri. (The job is a career and the sole, or at least primary, employment of the civil
servant)
3. Para pejabat tdk memiliki kantor sendiri. (The official does not own his or her office)
4. Para pejabat sbg subjek ukt mengontrol & mendisiplinkan. (the official is subject to
control and discipline)
mencuri itu perbuatan dosa), daripada takut karena adanya ganjaran hukuman yang
menantinya, sehingga sulit untuk mencapai tahap masyarakat yang "marginal detterence".
kalau mentalnya masih mental pencuri.
Nilai-nilai demokratis tidak saja berarti tujuan-tujuan masyarakat yang ditentukan
oleh keputusan mayoritas. tetapi juga bahwa tujuan-tujuan tadi diterapkan melalui metodemetode efektif yang ada, yakni dengan memantapkan organisasi-organisasi sifatnya yang
lebih birokratis daripada berupa pengaturan secara demokratis. Keberadaan birokrasibirokrasi semacam itu tidak merusak nilai-nilai demokrasi. Jika birokrasi berlebihan maka
masyarakat dirugikan karena masyarakat punya otonomi yang terbatas, karena freewill
terbatas untuk masyarakat, karena belum tentu yang dilakukan birokrat baik, baik juga untuk
rnasyarakat.
Permasalahan birokrasi.
Di tengah posisinya yang cukup strategis, birokrasi di Indonesia sulit menghindar dari
berbagai kritik yang hadir yaitu:
1. Buruknya pelayanan publik
2. Besarnya angka kebocoran anggaran negara
3. Rendahnya profesionalisme dan kompetensi PNS
4. Sulitnya pelaksanaan koordinasi antar instansi
5. Masih banyaknya tumpang tindih kewenangan antar instansi, aturan yang tidak
sinergis dan tidak relevan dengan perkembangan aktual, dan masalah-masalah lainya.
6. Birokrasi juga dikenal enggan terhadap perubahan, eksklusif, kaku dan terlalu
dominan, sehingga hampir seluruh urusan masyarakat membutuhkan sentuhansentuhan birokrasi
7. Tingginya biaya yang dibebankan untuk pengurusan hal tertentu baik yang
berupa legal cost maupun illegal cost, waktu tunggu yang lama, banyaknya pintu
layanan yang harus dilewati dan tidak berperspektif pelanggan.
11
2.3. Demokrasi :
Pengertian
Secara etimologis, demokrasi terdiri atas dua kata yang berasal dari Bahasa Yunani.
Yaitu kata Demos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratien atau Cratos
yang berarti kekuasaan (pemerintahan). Jadi, demokrasi berarti suatu Negara yang kekuasaan
pemerintahannya dipegang oleh rakyat.
Pengertian yang dianggap umum dan populer dari demokrasi adalah pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pengertian ini dikemukakan oleh Abraham Lincoln
(mantan Presiden AS) pada tahun 1863, bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,
dan untuk rakyat (demokration is goveretment of the people, by the people dan for the
people).
Pemerintah dari rakyat kekuasaan Negara itu berada di tangan rakyat sumber
kekuasaan Negara adalah rakyat. Pemerintahan oleh rakyat maksudnya pemerintah atas nama
rakyat atau atas kehendak rakyat. Pemerintah untuk rakyat maksudnya penyelenggaraan
pemerintahan ditujukan untuk kepentingan rakyat atau kesejaheteraan rakyat.
Prinsip demokrasi
(Berdasarkan Prinsip Ideologi )
Berdasarkan paham ini dua bentuk demokrasi, sebagai berikut :
1. Demokrasi
konstitusional
adalah
demokrasi
didasarkan
pada
kebebasan
13
lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat
manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya.
Terakhir atau yang ketiga adalah permasalahan demokrasi dipandang dari
segisistemnya secara keseluruhan, mencakup infrastruktur dan suprastruktur politik di
Indonesia. Infrastruktur politik adalah mesin politik informasl berasal dari kekuatan riil
masyarakat, seperti partai politik (political party), kelmpok kepentingan (interest group),
kelompok penekan (pressure group), media komunikasi politik (political communication
media), dan tokoh politik (political figure). Disebut sebagai infrastruktur politik karena
mereka termasuk pranata sosial dan yang menjaid konsen masing-masing kelompok adalah
kepentingan kelompok mereka masing-masing.
14
BAB 3
3. KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI ESENSI TINDAKAN ADMINISTRASI PUBLIK
31. KEBIJAKAN PUBLIK : PENGERTIAN, PROSES, PERMASALAHANNYA.
3.2. Moralitas kebijakan publik dan permasalahannya
Kebijakan Publik dalam pertimbangan moral, dalam kerangka tugas fasilitasi, negara
berkewajiban menciptakan basic social structure (John Rawls, A Theory of Justice) demi
menjamin kepentingan semua pihak. Artinya, negara tidak berurusan langsung dengan
kesejahteraan masing-masing individu, melainkan menciptakan kebijakan publik yang
memungkinkan
setiap
orang
mendapat
kesempatan
yang
fair
untuk
memenuhi
15
ekonomi
yang
bertransformasi
menjadi
krisis
multi-dimensi
dan
berkepanjangan, mempunyai dampak yang luas dan intens bagi ketahanan hidup, baik bagi
warga negara secara individual maupun bagi negara secara institusional. Kompleksitas
persoalan yang bermula dari krisis ekonomi, tidak dapat hanya dikonseptualisasi secara
ekonomis semata. Membahas masalah tersebut berarti memfokuskan diri pada bagaimana
perilaku individu dan institusi-institusi ekonomi bertali-temali dengan, dan bahkan ditentukan
oleh institusi-institusi sosial lainnya. Belajar dari pengalaman dan kearifan masa lalu,
16
ternyata jelas, bahwa transaksi-transaksi ekonomi berlangsung di atas keterkaitan sosial yang
ada. Hal ini berlaku, baik di masyarakat tradisional maupun di masyarakat modern. Absennya
pemahaman demikian mengenai masalah ekonomi, menyebabkan tiadanya inspirasi
khususnya bagi para pejabat negara untuk membangun ekonomi publik dengan modal tanpa
menghancurkan tatanan sosial dan kultural yang dimiliki bangsa ini. Kesungguhan mengurus
masyarakat miskin di banyak wilayah di tanah air (yang memang sangat sukar) tetapi
merupakan peluang dan sekaligus ancaman jika tidak dilakukan secara sungguh-sungguh,
terpadu dan terus menerus.
Masalah religiusitas
Secara sosiologis agama dipahami tidak saja sebagai sebuah sistem kepercayaan yang
berkaitan dengan proses transendensi pengalaman manusia, namun juga sebuah institusi yang
mewadahi interaksi sosial, baik antar pemeluk agama yang sama maupun antar individu yang
memeluk agama berbeda. Dengan demikian, persoalan-persoalan keberagamaan, meskipun
bermula dari sumber yang pribadi, namun dalam ekspresinya tidak saja mempunyai dampak
bagi orang secara individual, tetapi juga mempunyai dampak secara publik.
Masalah kepatuhan sosial
Jalan raya adalah cermin kepatuhan sosial sebuah bangsa, demikian kata-kata bijak
yang sering terungkap dari mereka yang menyukai perjalanan. Dengan menganalisis perilaku
pengendara di jalan raya seseorang dapat mempelajari berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat penggunanya, bukan saja yang menyangkut aspek ketaatan dan tingkat
disiplin, tingkat kesantunan dan penghargaan terhadap orang lain, tetapi juga tingkat
kemampuan penegak hukum untuk menindak para pelaku pelanggaran. Perilaku
berkendaraan di jalan raya, jelas merupakan tindakan publik yang menuntut tingkat
kedewasaan tertentu. Tindakan indisipliner seorang pengemudi, tidak saja dapat berakibat
fatal bagi dirinya, tetapi juga dapat membahayakan hidup orang lain. Kenyataan bahwa tata
tertib berlalulintas di kota-kota besarIndonesia sangat memprihatinkan serta tingginya tingkat
kecelakaan lalulitas setiap tahun, merupakan indikasi dan sekaligus undangan untuk
memahami dan mengkaji masalah tersebut secara seksama. Pertanyaannya, bagaimana
kepatuhan sosial semacam itu dapat dipahami secara teoritik?
Masalah Pengrusakan Lingkungan
17
ada diatur di dalam suatu Kepmenpan yang khusus tentang pelayanan prima, namun masih
jauh dari harapan. Dari hasil penelitian sejumlah mahasiwa kami di MAP Stisipol Chandra
Dimuka Palembang Sumatera Selatan tentang pelayanan publik, terlihat bahwa meskipun
telah ada sejumlah indikator yang tergolong baik, namun masih ada sejumlah indikator
pelayanan yang nilai rapornya masih harus diperbaiki. Di bidang pertanahan dan perizinan
masih ditandai dengan ketidak-jelasan waktu selesainya. Demikian juga dengan
pendanaannya. Masih ada dana-dana yang tidak resmi yang dipungut dengan sistem malumalu kucing. Sistem ini menjadikan penyebab mengapa hanya 10% saja dari permohonan
peningkatan status kepemilikan tanah serta perizinan yang selesai tepat waktu. Mengapa
harus malu-malu? Jadikan saja pemungutan tidak resmi itu menjadi pungutan resmi. Di
samping jadi halal, juga masyarakat menjadi puas dan jelas sewaktu dilayani oleh pejabat
publik.
19
kinerja mereka dinyatakan melalui mosi tidak percaya, di dalam majelis legislatif, atau
melalui pembatalan terhadap suatu undang- undang penting yang dipatuhi.
Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada
pertanggungjawaban hukum yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh
subjek hukum, sedangkan responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik. Dalam
ensiklopedi administrasi, responsibility adalah keharusan seseorang untuk melaksanakan
secara selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya. Disebutkan juga bahwa
pertanggungjawaban mengandung makna; meskipun seseorang mempunyai kebebasan dalam
melaksanakan sesuatu tugas yang dibebankan kepadanya, namun ia tidak dapat
membebaskan diri dari hasil atau akibat kebebasan perbuatannya, dan ia dapat dituntut untuk
melaksanakan secara layak apa yang diwajibkan kepadanya.
Macam Pertanggungjawaban public
Dimensi akuntabilitas publik (Pertanggungjawaban public) meliputi akuntabilitas
hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas
kebijakan, dan akuntabilitas finansial. Akuntabilitas manajerial merupakan bagian terpenting
untuk menciptakan kredibilitas manajemen pemerintah daerah. Tidak dipenuhinya prinsip
pertanggungjawaban dapat menimbulkan implikasi yang luas. Jika masyarakat menilai
pemerintah daerah tidak accountable, masyarakat dapat menuntut pergantian pemerintahan,
penggantian pejabat, dan sebagainya. Rendahnya tingkat akuntabilitas juga meningkatkan
risiko berinvestasi dan mengurangi kemampuan untuk berkompetisi serta melakukan
efisiensi.
Manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena dana yang digunakan
dalam penyediaan layanan berasal dari masyarakat baik secara langsung (diperoleh dengan
mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri), maupun tidak langsung (melalui
mekanisme perimbangan keuangan). Pola pertanggungjawaban pemerintah daerah sekarang
ini lebih bersifat horisontal di mana pemerintah daerah bertanggung jawab baik terhadap
DPRD maupun pada masyarakat luas (dual horizontal accountability). Namun demikian, pada
kenyataannya
sebagian
besar
pemerintah
daerah
lebih
menitikberatkan
20
pemerintah
untuk
mempertanggungjawabkan
seluruh
aktivitas
21
BAB 4
4. KONSEP DAN TEORI ETIKA MORAL
41. Dasar percaya sosial
411. Pengertian , dasar rasa percaya, pentingnya dalam administrasi.
The oxford English Dictionary mendefinisikan kata kerja transitif trust
(mempercayai) sebagai to have faith or confidence in; to rely or depend upon (memiliki
iman atau keyakinan: menyandarkan diri pada atau tergantung pada). Kamus Webster
mendefinisikan kata benda trust (rasa percaya) sebagai the assured reliance on anothers
ontegrity (keyakina mendalam pada integrits orang lain). Dari dua definisi diatas, rasa
percaya merupakan sebuah watak. Sering kali rasa percaya tidak paada tempatnya, salah arah
dan tolol. Seperti halnya iman kita perlu mempercayai mereka yang layak dipercayai. Tetapi
tidak boleh mempercayai mereka yang tidak layak dipercayai.
Rasa percaya tampaknya merupakan sebuah kesedian untuk menghormati dan
menyandarkan diri pada orang lain atau pada orang-orang lain. Bilamana rasa percaya ini
sifatnya timbal balik, maka rasa percaya ini didasarkan pada sikap saling menghormati .
Orang-orang yang mempercayai satu sama lain sepakat secara tidak langsung untuk tidak
memperalat satu sama lain, untuk tidak mengejar kepentingan pribadi dengan merugikan
kepentingan orang lain. Sejalan dengan berkembangnya rasa saling percaya ini orang-orang
yang bersangkutan mampu bertingkah laku secara kooperatif terhadap satu sama lain, mampu
bekerja sama dan tidak saling bersaing. Hubungan berlandaskan rasa percaya merupakan
sebuah kesediaan timbal-balik untuk bekerja sama
perampasan hak. Laju kemajuan dalam konteks yang satu akan berbeda dengan laju
kemajuan dalam konteks yang lain. Hal ini dapat dimengerti karena laju kemajuan tergantung
pada kondisi yang ada. Bervariasinya laju kemajuan dapat dibenarkan. Tetapi, yang harus
dimengerti ialah laju kemajuan yang masuk akal merupakan persyaratan bagi rasa percaya
sosial.
Rasa percaya yang mungkin timbul dengan adanya sikap menghormati dari
masyarakat terhadap hak-hak ekonomi dan sosial semua anggotanya dan dengan adanya
kesediaan untuk mengakhiri ketidak adilan dengan laju kemajuan yang masuk akal tidak akan
secara otomatis mempengaruhi rasa percaya antaraindividu. Kita tidak perlu menunggu
merendahnya kadar rasa tidak percaya anatara kelompok-kelompok itu. Tetapi kita mungkin
tidak sabar menunggu adanya kebijakan-kebijakan umum yang menunjukkan sikap
menghormati yang layak terhadap hak-hak azasi manusia dan sikap bersedia mengakhiri
ketidak adilan dengan laju kecepatan yang pasti, karena kebijakan-kebijakan seperti ini akan
sangat membantu usaha kita membentuk ikatan rasa percaya antara individu-individu yang
layak dipercayai tadi.
Kerja sama tidak selalu merupakan kebijakan yang terbaik. Jika suatu situasi
sedemikian rupa sehingga hasil-hasil baik bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi
perorangan dari sebuah struktur kerja sama tertentu adalah kecil, sedangkan hasil-hasil bagi
perorangan dari suatu struktur non kerja sama mungkin jauh lebih besar, barangkali struktur
kerja sama itu, dan kebijakan-kebijakan serta kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya,
bersifat membatasi atau usang dan tidak perlu dipertahankan atau dipakai. Tetapi kerja sama
mempunyai nilai-nilai sosial dan sekaligus nilai-nilai individual bagi mereka yang ikut
berperan dalam kerja sama tersebut dan yang harus diperhitungkan ialah nilai-nilai
sosialnya.Kita dapat belajar memperkirakan nilai-nilai sosial dari hasil yang diperoleh, dari
pilihan-pilihan berasama dan menanganinya secara rutin. Untuk mempertahankan kehidupan
masyarakat yang diancam kehancuran, yang pertama diperhatikan ialah hubungan antar
anggota masyarakat.
Kita dapat mencoba mencapai kesepakatan tentang garis besar sikap moral pokok
untuk dijadikan landasan yang dapat dibenarkan bagi pertumbuhan masyarakat. Bagaimana
mencapai kesepakatan tentang syarat-syarat bagi pemerataan kebebasan. Sikap ini
memungkinkan kita hidup bersama tanpa kekerasan, untuk saling menghormati hak-hak azasi
manusia, dan untuk mengembangkan masyarakat masyarakat yang menjadi lebih baik dan
lebih ceria.
23
wilayah tertentu atau dengan kata lain negara merupakan ikatan orangorang yang
bertempat tinggal di wilayah tertentu yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk
memerintah.
j) Krenenburg
Negara adalah organisai kekuasaan yang diciptakan sekelompok manusia yang
disebut bangsa.
k) Plato
Negara adalah persekutuan manusia yang muncul karena adanya keinginan manusia
dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam.
l) Aristoteles :
Negara adalah persekutuan manusia dari keluarga dan desa untuk mencapai
kehidupan sebaik-baiknya.
Sebagai orang aktual yang menghadapi realitas negara aktual, kita mau tak mau
menangani masalah yang berhubungan dengan menerima atau menolak ketetapan negara kita
untuk memaksakan kehendaknya atas diri kita itu. Jika sebuah negara kita lihat layak
diterima, kita mungkin secara bebas setuju untuk menerima keanggotaan dalam sistem
politiknya atau setuju untuk mematuhi undang-undangnya. Status warga-negara merupakan
salah satu hal yang dapat kita setujui jika negara yang bersangkutan layak kita terima
sehingga kita dapat dengan bebas setuju untuk menjadi anggota negara itu. Kebanyakan kita
dilahirkan dalam sebuah negara dan tumbuh untuk mampu membuat pilihan bebas di dalam
negara itu. Oleh karena itu, jika tampaknya kita tidak berbuat apa-apa yang dimaksudkan
disini tentu saja bukan berarti tidak berbuat apa-apa sama sekali. Jika kita tidak meninggalkan
negara itu, atau tidak menanggalkan kewarganegaraan kita, atau tidak menolak menjadi
anggota dalam sistem politik di negara itu, atau tidak melawan ketetapan undang-undang di
negara itu, maka hal itu berarti kita menerima negara itu dan harus menerima tanggungjawab
moral atas keputusan kita menerima negara itu tadi.
Peran negara dalam kehidupan berbangsa
Peranan negara biasanya sesuai dengan fungsi institusi politik dan ditentukan oleh
corak sistem politiknya. Menurut Adam Smith, tugas negara adalah melindungi masyarakat
dari kekerasan institusi manapun, ketidakadilan masyarakat lain dan menjaga pekerjaan
masyarakat (Stepan, 1978), sedangkan fungsi negara lain adalah keamanan luar negeri,
ketertiban dalam negeri, keadilan, kesejahteraan umum dan kebebasan (Budiardo, 1978).
Oleh sebab itu, negara memerlukan sarana untuk tercapainya fungsi tersebut, yaitu kekuatan
polisi dan militer, peradilan independen, pegawai negeri yang taat kepada negara serta
administrasi keuangan yang jujur dan monopoli persoalan keuangan (Bonne, 1973)
Dari berbagai perspektif fungsi negara, yang lebih menonjol adalah peranan negara
dalam bidang ekonomi dalam bentuk pemilikan masyarakat terhadap kapital produksi (state
owned enterprise). Beberapa fungsi negara yang berkaitan dengan ekonomi, yaitu: menjamin
hak miliki, liberalisasi ekonomi, pengaturan siklus bisnis, perencanaan ekonomi, pemberian
input tenaga kerja, tanah, modal, teknologi, infrastruktur ekonomi dan input manufaktur,
campur tangan sensus sosial dan mengelola sistem ekonomi (Rusli, 1995). Sekalipun banyak
tokoh yang mempunyai pandangan peranan negara dalam ekonomi dominan, namun tokok
26
lain seperti Evans membantah hipotesis negara merupakan aktor ekonomi yang sudah
ditinggalkan, karena aktor lintas bangsa swasta lebih berkembang, sehingga aparatur negara
menjadi lemah (Evans, 1986).
Pengaruh ideologi terhadap peranan negara sangat berkesan, negaranegara sosialis
lebih menunjukkan peran utama dalam pembangunan sosial ekonomi, terlebih lagi pada
negaranegara yang sedang berkembang, sedangkan negaranegara pusat kapitalis lebih rendah.
Kuatnya peranan negara
pertentangan ini bahwa harus merevisi komitmen-komitmen masyarakat, selain itu masih
harus memutuskan dibagian mana komitmen-komitmen ini akan direvisi.
424. Pandangan Etika administrasi terhadap Negara
Etika administrasi negara merupakan salah satu wujud kontrol terhadap administrasi
negara dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi dan kewenangannya.
Manakala administrasi negara menginginkan sikap, tindakan dan perilakunya dikatakan baik,
maka dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan kewenangannya harus menyandarkan pada
etika administrasi negara. Etika administrasi negara disamping digunakan sebagai pedoman,
acuan, referensi administrasi negara dapat pula digunakan sebagai standar untuk menentukan
sikap, perilaku, dan kebijakannya dapat dikatakan baik atau buruk.
Karena masalah etika negara merupakan standar penilaian etika administrasi negara
mengenai tindakan administrasi negara yang menyimpang dari etika administrasi negara (mal
administrasi) dan faktor yang menyebabkan timbulnya mal administrasi dan cara
mengatasinya.
Law enforcement sangat membutuhkan adanya akuntabilitas dari birokrasi dan
manajemen pemerintahan sehingga penyimpangan yang akan dilakukan oleh birokratbirokrat dapat terlihat dan ter-akuntable dengan jelas sehingga akan memudahakan law
enforcement yang baik pada reinventing government dalam upaya menata ulang manajemen
pemerintahan
Indonesia
yang
sehat
dan
berlandaskan
pada
prinsip-prinsipgood
tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu oleh siapa pun (Tap MPR Nomor
XVII/MPR/1999).
Hubungan hak dan hukum
Antara Hak Asasi Manusia dan Hukum memiliki hubungan yang erat. Karena didalam
melakukan penegakan HAM selalu dilandasi oleh aturan hukum. Sebaliknya dalam konteks
negara hukum mewajibkan pemerintah melakukan penegakan dan perlindungan HAM
kepada warga negaranya.
Agar HAM dapat ditegakan dalam berbagai kehidupan harus ada instrumen yang
mengaturnya. Instrumen tersebut berisi aturan-aturan bagaimana HAM itu ditegakkan dan
mengikat seluruh warga negara.
moral
perlu
ditransformasikan
seperti
itu,
karena
mentransformasikan semua hak moral menjadi hak hukum akan terlalu membebani
29
masyarakat
yang
bersangkutan
dengan
peraturan
dan
Undang-undang
sehingga
pemecahannya bisa jadi lebih buruk daripada masalahnya sendiri yang sebenarnya harus
dipecahkan.
diserahkan kepada tiga badan, yaitu eksekutif, legislatif, dan federatif (bidang keamanan
dan hubungan luar
(1689-1755) yang dengan Teori Trias Politika-nya memisahkan kekuasaan kedalam tiga
badan yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.
30
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI TAMBAHAN:
http://anastasiamonita.blogspot.com/2012/10/pengertian-etika-menurut-para-ahli.html
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-moral-menurut-beberapa-ahli.html
http://sauri-sofyan.blogspot.com/2010/01/penegertian-kekuasaan-menurut-paraahli.html
http://ragazzacorp.blogspot.com/2012/12/etika-administrasi-publik-definisi.html
http://jhansem.wordpress.com/2009/03/10/etika-administrasi-negara-publik/
31
Disusun oleh :
Agasetyo Manuhoro
32
14020111130053
No: ...
33