Anda di halaman 1dari 4

2.

2 Konsep Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pelayanan Publik

2.2.1 Konsep Transparansi dalam Pelayanan Publik

Konsep tranparansi merupakan hal yang penting dan sejalan untuk mewujudkan good
governance. Menurut para ahli Agus Dwiyanto (2006:80)’’ mendefinisikan transparansi sebagai
penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminya kemudahan di dalam
memperoleh informasi-informasi yang akurat dan memadai’’. Dari pengertian tersebut dijelaskan
bahwa transparansi tidak hanya sekedar menyediakan informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, namun harus disertai dengan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh
informasi tersebut. Pemerintah harus terbuka kepada masyarakat dalam memberikan dan
mengakses informasi yang dibutuhkan mengenai proses kebijakan publik dan pelaksanaannya.

Transparansi publik adalah suatu keterbukaan secara menyeluruh dan memberi


kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara langsung dalam proses pengelolaan
kebijakan publik. Transparansi bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses serta dimengerti oleh
semua pihak yang membutuhkan secara memadai.

Konsep tranparansi menunjuk pada suatu keadaaan dimana segala aspek dari proses
penyelenggaraan pelayanan bersifat terbuka dan dapat diketahui dengan mudah oleh para
pengguna dan pemangku kepentingan yang membutuhkan. Jika segala aspek proses
penyelenggaraan pelayanan seperti persyaratan, biaya dan waktu yang diperlukan, cara
pelayanan, serta hak dan kewajiban penyelenggara dan pengguna layanan dipublikasikan secara
terbuka sehingga mudah diakses dan dipahami oleh publik, maka pratik penyelenggaraan
pelayanan itu dapat dinilai memiiki transparansi yang tinggi.

Pelayanan publik merupakan salah satu tugas pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, terkhusus nya dalam pelayanan administrasi. Pelayanan Publik dapat diartikan
sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mepunyai
kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan (Karmani, Neng. 2011:90).

Menurut UU No 25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian


kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 juga mengamanatkan untuk membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan
publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus
dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan publik.

2.2.2 Konsep Akuntabilitas dalam Pelayanan Publik

Pelayanan publik di era sekarang ini terus mengalami perubahan, hal ini berjalan seiring
dengan dinamika atau masalah publik yang juga semakin kompleks dan terus berubah. Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik menyebutkan bahwa dalam
penyelenggarannnya, pelayanan publik masih dihadapkan pada situasi yang belum sesuai dengan
kebutuhan dan permasalahan di publik. Akuntabilitas publik berarti bahwa penyelenggaraan
pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada
atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah, baik mengenai proses pelayanan, biaya
pelayanan maupun produk pelayanan (Dwiyanto, 2002).

Pengertian akuntabilitas, menurut Guy Peeters (2007: 16-17), berfungsi mendorong


adanya transparansi: tuntutan terhadap organisasi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
apa yang telah dilakukan. Akuntabilitas sendiri ditandai dengan adanya transparansi dalam
pelayanan publik dan transparansi sendiri juga saling berkaitan dengan akuntabilitas.
Akuntabilitas dalam pelayanan publik juga menuntut adanya sikap profesional yang dimiliki para
pelayan publik. Akuntabilitas pelayanan publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa
besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan publik dengan ukuran nilai-nilai atau
normanorma eksternal yang ada di masyarakat seperti transparansi pelayanan, prinsip keadilan,
jaminan penegakkan hukum, dan orientasi pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat
penerima atau pengguna jasa pelayanan (Dwiyanto, 2002).

Adanya akuntabilitas dalam pelayanan publik juga membantu memperbaiki dan


memberantas stigma KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang sering dikaitkan dengan
birokrasi atau pelayanan publik. Adanya akuntabilitas akan mendorong kepuasan pelayanan yang
dirasakan masyarakat dan mendorong tingkat kepercayaan masyarakat kepada pelayan publik.
Dalam pelayanan publik sendiri, akuntabilitas dibagi menjadi lima jenis (Jabbra & Dwivedi:
1989) diantaranya: 1) Akuntabilitas Administratif yang berupa pertanggungjawaban untuk
membatasi hubungan hirarki internal agar lebih jelas dan membentuk jaringan yang informal. 2)
akuntabilitas legal, merupakan tindakan administrasi dari pemerintahan yang harus
dipertanggungjawabkan dihadapan legislativ atau di depan mahkamah. 3) Akuntabilitas Politik,
berupa dalam pelaksanaan tugasnya maka para pelayan publik harus mengakui bahwa adanya
kewenangan dari penguasa politik untuk mengatur dan menetapkan karena tanggungjawab
administrasi harus bersifat legal dan dapat diterima oleh pejabat politik. 4) Akuntabilitas
Profesional, berupa aparat profesional uang berharap untuk lebih bebas dalam melaksanakan
tugasnya dan kode etik profesional dan kepentingan publik berjalan seimbang namun tetap harus
memprioritaskan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. 5) Akuntabilitas Moral, berupa
pertanggungjawaban secara moral atas tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah.

Dengan adanya pembagian-pembagian akuntabilitas yang ditetapkan maka hal ini


dijadikan sebagai acuan dalam mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan pelayan
publik sehingga tidak adanya tindak penyimpangan kekuasaan yang dilakukan dan masyarakat
atau publik dapat memperoleh haknya untuk menerima layanan.

Referensi:

Dwiyanto, A. (2002). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi


Kependudukan dan Kebijakan UGM.

Guy, Peters. (2007). Performance-Based Accountability, dlm: Shah, Anwar, Performance


Accountability and Combating Corruption, Washington DC: The World Bank,
hlm.15-32.

Jabbra, Joseph. G. & O. P. Dwivedi. (1989). Publik Service Accountability, A Comparative


Perspective Connecticut: Kumarian Press. Inc

Maani, K, D. (2009). Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pelayananan Publik. Demokrasi,


8(1), 47-60.

Rismayadi, S. (2019). Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pelayanan Publik Di Kecamatan


Parigi Kabupaten Pangandaran. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara, 6(2), 8-14.
Siregar, F, A. (2017). Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pelayanan Publik Studi Pelayanan
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan
Belawan. Jurnal Publik Undhar Medan, 11(2), 40-50.

Anda mungkin juga menyukai