Anda di halaman 1dari 6

Notulensi Kelompok 8

Evaluasi Kebijakan Model Jones Terhadap Pencegahan Dan Pemberantasan


Perdagangan Manusia (Human Trafficking) Pada Perempuan dan Anak

(Studi Kasus : Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara)

Karina Miranda (190903036)-Pemateri

Ria Sofhiana Purba (190903054)-Moderator

Martin Oloan Sihaloho (190903124)-Pemateri

Guna Dwi Sandi (190903128)-Pemateri

Vanna Siregar (190903146)-Pemateri

Selasa, 29 November 2022 - Ilmu Administrasi Publik - FISIP USU

MATERI

*Perdagangan Manusia (Human Trafficking) merupakan kasus kejahatan yang terjadi ketika
seorang pelaku mampu menggunakan kekerasan, penipuan, atau paksaan untuk
mengendalikan orang lain dengan tujuan dalam melakukan tindakan komersialisasi seks atau
meminta tenaga kerja atau layanan yang bertentangan dengan keinginannya.

*Dalam kasus perdagangan manusia, Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu negara
yang menjadi tujuan sekaligus tempat asal para korban. Salah satu lembaga negara yang
menjadi garda terdepan dalam memerangi perdagangan manusia adalah Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI), khususnya untuk mencegah dan menanggulangi
perdagangan manusia lintas negara. Namun tak hanya itu, sebuah organisasi internasional
untuk migrasi (IOM) membentuk sebuah unit yang bernama Counter Trafficking Unit.

*Berbicara mengenai perdagangan manusia, tindakan ini terjadi pada Kabupaten Minahasa
Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Pada tahun 2004 pemerintah provinsi Sulawesi Utara
menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Manusia.

*Minahasa Selatan dan Tomohon memiliki kasus trafficking terbanyak. Kasus terakhir adalah
terungkapnya kasus perdagangan manusia (trafficking) yaitu perdagangan anak-anak gadis di
bawah umur. Kronologi kasus dimulai dari korban di rekrut oleh trafficker pada jam sekolah,
menjual kepada pemakainya dengan harga Rp 250.000, hal ini membuat orang tua korban
merasa terpukul dan meminta kepada pihak Kepolisian agar keadilan ditegakkan.

* Secara umum menurut Jones (1984:199) evaluasi kebijakan merupakan suatu kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan, menyangkut substansi, implementasi dan
dampaknya. Menurut Jones (1985:355) kemudian bahwa evaluasi kebijakan dimaknai dari
bagaimana evaluasi kebijakan itu dikategorikan dalam pemerintahan, yaitu mengarah kepada
“program kepada pemerintah” yang bersifat individual dikembalikan kepada pemerintah
untuk pembahasan dan pertimbangan bagi pengembangan selanjutnya.

*Evaluasi Kebijakan Model Jones. Kebijakan dari Jones (1984:359) berdasarkan tipe
tujuannya ada 3 aspek yaitu:

1) Political evaluation (evaluasi bersifat politis), untuk mengevaluasi tentang apakah


kebijakan yang telah diimplementasikan ini, memberikan manfaat untuk kepentingan daerah.
Kepentingan daerah didalam kasus ini adalah penyelamatan nama baik masyarakat dan
perlindungan nasib perempuan di desa-desa atau kecamatan di Minahasa Selatan. Namun
ternyata penerapan Peraturan Daerah Sulawesi Utara Nomor 1 Tahun 2000 Tentang
Pencegahan Dan Pemberantasan Perdagangan Manusia (Trafficking) Terutama Perempuan
Dan Anak ini belum memberikan manfaat yang nyata bagi negara atau daerah tersebut.

2) Organizational evaluation (evaluasi yang bersifat organisasional). Pada bagian ini lebih
fokus kepada pengujian dari kinerja instansi yang terkait, tentang tugas dan kewajibannya
dalam mengimplementasikan kebijakan (Perda Trafficking) ini. Maka, masih terdapatnya
perbedaan data antara instansi yang satu dengan lainnya, berkaitan dengan jumlah korban
trafficking di kabupaten Minahasa Selatan. Kurang komunikasi dan kerjasama sehingga
kurang memahami antar instansi tentang program-program dan kegiatan yang dilakukan oleh
masing-masing instansi.

3) Substantive evaluation (evaluasi yang substantif atau bersifat nyata), yaitu membahas
tentang pencapaian terkait kebijakan atau program yang dilakukan. Apakah telah mencapi
tujuan yang telah ditetapkan baik secara hukum maupun dalam detail dan dampak kebijakan
atau program tersebut. Bahwa di Sulawesi Utara tepatnya di Minahasa Selatan masih terdapat
ketidakadilan atau lemahnnya sanksi hukum atas tindak kejahatan trafficking ini. Sebagian
besar proses hukum bagi para pelaku kejahatan trafficking yang tertangkap, tidak terlaksana
sampai tuntas. Berarti sanksi hukum yang telah ditetapkan tidak berjalan dengan tegas bagi
para pelaku kejahatan.
SESI DISKUSI

1. Roni Damian Manurung (190903142)

Pertanyaan : Organisasi apa yang berperan atau yang seharusnya menangani dalam
pencegahan dan pemberantasan kasus kejahatan perdagangan manusia (human trafficking) ?

Jawaban :

Karina Miranda

Perdagangan Manusia (Human Trafficking) merupakan kasus kejahatan yang terjadi ketika
seorang pelaku mampu menggunakan kekerasan, penipuan, atau paksaan untuk
mengendalikan orang lain dengan tujuan dalam melakukan tindakan komersialisasi seks atau
meminta tenaga kerja atau layanan yang bertentangan dengan keinginannya. Pada umumnya,
perdagangan manusia ini terjadi dikarenakan karena beberapa latar belakang seperti
kemiskinan, pendidikan rendah, dan pengangguran. Salah satu lembaga negara yang menjadi
garda terdepan dalam memerangi perdagangan manusia adalah Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia (Kemenlu RI), khususnya untuk mencegah dan menanggulangi
perdagangan manusia lintas negara. Namun tak hanya itu, sebuah organisasi internasional
untuk migrasi (IOM) membentuk sebuah unit yang bernama Counter Trafficking Unit. Di
Indonesia sendiri, unit IOM ini memiliki tugas dalam hal mendampingi dan memberi bantuan
bagi para korban perdagangan manusia agar bisa kembali pulang dan mendapatkan hak-
haknya. Bahkan tidak hanya bertugas untuk memberikan perlindungan dan bantuan hukum
saja, unit ini juga melakukan advokasi terhadap sistem perundang-undangan hingga peraturan
daerah yang terkait pemberantasan perdagangan manusia

Guna Dwi Sndi

Beberapa peran yang dilakukan oleh International Organization for Migration (IOM) dalam
mengantisipasi tindak pidana kejahatan perdagangan manusia di Indonesia, adalah sebagai
berikut :

1. International Organization for Migration (IOM) Membantu Pemerintah Indonesia dalam


Membuat Instrumen Hukum mengenai Perdagangan Manusia

2. International Organization for Migration (IOM) Bekerjasama dengan Pemerintah Republik


Indonesia dalam Mengatasi Perdagangan Manusia
3. International Organization for Migration (IOM) melakukan kerjasama dengan pihak
Kepolisian RI dalam Pengawasan terhadap Perdagangan Manusia di Indonesia

2. Meisha Safira (190903026)

Pertanyaan : Peraturan daerah Sulawesi utara no 1 thn 2000 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perdagangan Manusia Terutama Perempuan dan Anak. Namun mengapa
masih banyak terdapat human trafficking ?

Jawaban :

Ria Sofhiana Purba

Pertama, Kemiskinan dan Kurangnya Kesadaran. Kurangnya kesadaran dan konsep berpikir
yang salah menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perdagangan anak. Faktor
kemiskinan juga berperan karena banyak keluarga yang terpaksa mempekerjakan anak-
anaknya demi menopang keluarga yang terjerat utang.

Kedua, Keinginan Cepat Kaya. Di era digital seperti sekarang, kita semakin terpapar dengan
konten-konten yang memicu gaya hidup konsumtif. Enggak jarang anak-anak di bawah umur
yang rela melakukan berbagai cara demi memiliki barang-barang yang dimiliki tokoh
idolanya yang dia lihat di media sosial. Keinginan cepat kaya membuat mereka bahkan rela
untuk terlibat dalam prostitusi maupun perdagangan organ tubuh.

Ketiga, Penegakan Hukum yang Lemah. Lemahnya penegakan hukum terhadap para pelaku
tindak pidana perdagangan disebabkan oleh banyaknya pihak yang harus terlibat di lokasi
korban ditemukan. Proses Berita Acara Pemeriksaan memerlukan waktu yang cukup panjang
dan umumnya korban perdagangan manusia berpendidikan rendah, meski tidak tertutup
kemungkinan terhadap orang-orang berpendidikan tinggi, sehingga pemeriksaan harus
dilakukan berulang-ulang. Kurangnya upaya aparat penegak hukum dalam memberantas
tindak pidana perdagangan orang dengan pola penyidikan menembus lintas batas negara.

Karina Miranda

Hal yang menyebabkan kasus kejahatan perdagangaan manusia masih mengalami penyebaran
dikarenakan pada umumnya perekonomian yang tidak membaik. Dengan munculnya sebuah
instrument hukum tidak mampu dipastikan bahwa kasus kejahatan tersebut dapat berhenti
begitu saja. Seperti kasus yang kami ambil, bahwa di Sulawesi Utara tepatnya di Minahasa
Selatan masih terdapat ketidakadilan atau lemahnnya sanksi hukum atas tindak kejahatan
trafficking ini. Sebagian besar proses hukum bagi para pelaku kejahatan trafficking yang
tertangkap, tidak terlaksana sampai tuntas. Berarti sanksi hukum yang telah ditetapkan tidak
berjalan dengan tegas bagi para pelaku kejahatan. Bahkan trafficking disulawesi Utara, sudah
menjadi sebuah "lingkaran kejahatan tak akan berujung" bahkan sangat sulit untuk diputus
mata rantainya. Korban dari kejahatan trafficking ini pada dasarnya adalah masyarakat kelas
bawah ekonominya, karena lemahnya tingkat ekonomi serta persoalan nilai-nilai lokal
sehingga yang sering menjadi korban adalah mereka (masyarakat kurang mampu).

3. Naomi Angelina (190903158)

Pertanyaan : Apakah dengan adanya model jones sudah efektif dan apa bedanya dengan
model yang lain ?

Jawaban :

Vanna Siregar

Menurut kelompok kami adanya model jones dalam kasus yang kami angkat masih saja
kebijakan yang dilakukan masih belum terialisasikan dengan baik. Dimana pemberantasan
perdagangan manusia terutama perempuan dan anak masih belum terlaksana dengan baik,
dan bedanya model ini dengan model yang lain karna model ini ada penilaian kebijakan,
menyangkut subtansi dan implementasi dan dampak.

Martin Oloan Sihaloho

Evaluasi Model Jones dianggap sudah cukup efektif dalam mengevaluasi kebijakan yang
diterapkan pada kasus pencegahan perdagangan manusia terutama perempuan dan anak di
Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Dengan menggunakan 3 aspek
evaluasi yaitu aspek politik, aspek organisasional, dan aspek substantif. Pada aspek politik,
kebijakan tersebut dapat dikatakan masih belum memenuhi keinginan masyarakat daerah
Minahasa Selatan, sehingga memberika citra pemimpin yang tidak baik. Aspek
Organisasional, pada kasus perdagangan manusia yang terjadi di Minahasa Selatan, dapat
dilihat adanya kelemahan pada setiap organisasi/instansi yang berperan untuk melakukan
pencegahan praktik perdagangan manusia terutama perempuan dan anak. Dan pada aspek
substantif, evaluasi pada kasus tersebut memperlihatkan bahwa penegakan hukum di daerah
Minahasa Selatan masih tergolong rendah, sanksi yang diberikan kepada pelaku kejahatan
perdagangan manusia terutama perempuan dan anak.
Perbedaan yang dapat kita lihat dalam penerapan evaluasi kebijakan publik model jones
dengan model evaluasi kebijakan lainnya terletak pada fakta dan evaluasi pada Lembaga
yang berperan atau bertanggungjawab pada implementasi kebijakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai