BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Transformasi kehidupan yang semakin maju dan modern tidak lepas dari
proses globalisasi yang menyentuh seluruh aspek penting kehidupan dan
menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab,
dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan
bersama antar negara. Sejak tahun 1980-an istilah globalisasi sering digunakan
mengacu pada kemunculan jaringan sistem sosial dan ekonomi berskala
internasional.
Globalisasi
telah
menyebabkan
meningkatnya
perbudakan
baru,
pembantaian baru, dan politik apartheid yang baru. Ia adalah pernyataan perang
terhadap alam, perempuan, anak-anak, dan kaum miskin. Sebuah perang yang
mengubah setiap komunitas dan keluarga ke dalam sebuah zona perang. Sebuah
perang antara mono-kultur melawan keragaman, yang besar melawan yang kecil
(Pontoh, 2003:108).
Teknologi dan informasi merupakan salah satu contoh nyata perkembangan
yang membawa perubahan yang sangat signifikan dari dari globalisasi. Jika dulu
orang harus berkirim surat via kantor post dan menunggu balasan hingga berharihari, sekarang orang hanya perlu didepan komputer dan berkirim email dalam
waktu kurang dari satu menit.
Globalisasi merupakan suatu proses hubungan sosial secara relatif yang
menemukan tidak adanya batasan jarak dan menghilangnya batasan-batasan
secara nyata, jadi ruang lingkup kehidupan manusia itu semakin bertambah
dengan memainkan peranan yang lebih luas di dalam dunia sebagai satu kesatuan
tunggal (Rudy, 2011:5).
Namun dalam permasalahan yang akan dibahas penulis adalah tentang
kejahatan lintas negara yang dilakukan
1 di Indonesia khususnya EntikongKalimantan Barat. Kejahatan tersebut adalah mengenai perdagangan manusia
yang
populer
dengan
sebutan
human
trafficking.
Berbicara
mengenai
Salah satu aktor non negara yang berperan aktif dalam membantu proses
penanggulangan perdagangan manusia adalah International Organization for
Migration (IOM). Sejak tahun 2005, kegiatan perdagangan manusia IOM
Indonesia terfokus secara strategis pada pencegahan perdagangan manusia melalui
kegiatan peningkatan kesadaran dan pemantauan rekrutment tenaga kerja,
perlindungan korban perdagangan manusia melalui bantuan langsung pada korban
serta pengembangan kapasitas institusional dari aktor pemerintah dan nonpemerintah, penguatan sistem peradilan Indonesia dengan meningkatkan kapasitas
penegak hukum serta memperbaiki akses keadilan bagi para korban perdagangan
manusia; dan membangun kemitraan lintas sektoral melalui pembuatan kebijakan,
perencanan dan bantuan anggaran bagi Gugus Tugas pemberantasan perdagangan
manusia di tingkat nasional dan sub-nasional (http://www.iom.or.id/id/aktivitaskami/pemberantasan-perdagangan-manusia diakses pada 30 Juni 2015).
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang otomatis memiliki
banyak perbatasan darat dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura,
Filipina, Thailand, dan Australia menjadikan Indonesia rentan terhadap tipe
kejahatan seperti perdagangan manusia. Entikong adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan
Malaysia.
Entikong
memiliki
jalur
perbatasan
darat
dengan
negara Malaysia khususnya Sarawak sehingga jalur darat sering disebut jalur
sutera karena bisa dilewati langsung oleh bus baik dari Indonesia maupun dari
Malaysia tanpa harus menyebrangi sungai maupun laut, oleh karena itu
menjadikan Entikong rentan terhadap tipe kejahatan lintas perbatasan yaitu
dalam
Manfaat Teoritis
Untuk memberikan masukan terhadap studi hubungan internasional
Manfaat Praktis
Memberikan masukan melalui hasil penelitian terhadap para pembuat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsionalisme
Dalam hubungan internasional sejatinya merupakan interaksi antara negara
satu dengan negara lain. Namun, pada kenyataannya bahwa dalam interaksi antara
negara satu dengan negara lain tersebut tidak cukup, tetapi terdapat juga hubungan
aktor-aktor lain selain negara. Dalam hubungan internasional fungsionalisme
adalah upaya memadukan institusi-institusi internasional dalam sebuah bentuk
kerja sama yang menekankan pada ranah regional sesuai dengan fungsi dan tugas
pokok yang hendak dicapai dari institusi tersebut.
Pada pengembangan lebih lanjut, fungsionalisme membahas mengenai
pertumbuhan institusi internasional itu sendiri. Banyak yang sering mengaitkan
fungsionalisme dengan realis. Menurut David Mitrany, fungsionalisme menjadi
pendekatan yang penting di abad ke-20 karena teori kritis menjadi dasar teori ini.
Dalam memahami fungsionalisme, kita harus mengetahui fokus utama dalam
pendekatan ini. Secara fundamental, indikator utamanya bukan pada kerja sama
organisasi internasional semata, melainkan pula mengenai perdamaian dunia.
Fungsionalisme lahir dan berkembang menyikapi pendekatan perdamaian pada
state-centric seperti halnya federalisme dan keamanan secara kolektif.
2.2 Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional adalah dimana suatu proses terjadinya persetujuan
secara bersama-sama dalam menghasilkan keuntungan dan kesepahaman pada
masing-masing pihak sesuai perjanjian dan keuntungan bersama. Kerjasama
internasional memiliki tujuan kesepakatan dan keinginan anggota atau kelompok
8
serta organisasi internasional yang terlibat dalam kerjasama.
Dalam pelaksanaannya kerjasama internasional memiliki peluang terjadinya
konflik dan apabila itu terjadi, salah satu penyelesaian yang dapat ditempuh
adalah dengan kompromi antar anggota kerjasama sehingga menghasilkan
10
kegiatan
11
mengenai
dekolonisasi
(anticolonial
declration)
berupaya
12
13
2.3.4. Jumlah pengangguran terbuka tinggi dan kualitas tenaga kerja baik
fisik maupun non fisik masih rendah.
Telah banyak dikemukan banyak pihak bahwa masalah ketenagakerjaan di
Indonesia merupakan masalah Nasional yang berkepanjangan dari tahun ke tahun.
Dalam pelaksanaan pembangunan selama ini, terlihat nyata bahwa pertumbuhan
angkatan kerja yang cukup pesat kurang dapat diimbangi oleh kemampuan
penciptaan kesempatan kerja sehingga terjadi pengangguran terbuka yang
terakumulasi setiap tahunnya.
Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah untuk mengatasi
masalah ketenegakerjaan ini ialah dengan mendorong pengiriman tenaga kerja ke
luar negeri. Untuk mengimplementasikan kebijakan ini dibentuklah lemabaga
Antar Kerja Antar Negara (AKAN) oleh Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia, yang mengkoordinasikan penyelenggaraan penyaluran angkatan kerja
ke luar negeri. Dalam penyelenggaraan kegiatan ini, AKAN bekerja sama dengan
berbagai Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang
didirikan oleh pihak swasta yang tergabung dalam Indonesia Manpower Subplier
Association (IMSA), Mantra (2010:213).
Ada dua faktor yang mendorong pemerintah mengambil kebijakan ini.
Pertama, makin kompleknya masalah kependudukan yang terjadi di dalam negeri
dengan berbagai implikasi sosial-ekonomisnya, seperti masalah pengangguran,
menyebabkan harus
14
menyerap utenaga kerja Indonesia dalam jumlah yang cukup besar, terutama
negara-negara kaya akan minyak seperti di Timur Tengah, dan juga Malaysia,
Singapura dan pada negara-negara ASEAN. Kesempatan kerja tersebut selain
dapat menyerap banyak tenaga kerja juga menawarkan tingkat penghasilan dan
fasilitas yang lebih menarik dibandingkan dengan kesempatan kerja di dalam
negeri. Tingkat pengahsilan yang lebih baik tersebut dapat meningkatkan devisa
negara.
Sebuah badan penelitian tentang migrasi (migration) desa-kota terkemuka
setelah mengadakan penelitian selama dua dekade menemukan banyak bukti
bahwa mayoritas penduduk berpindah karena alasan ekonomi. Ketika masyarakat
ditanya tentang alasan kepindahan mereka, selalu saja prospek ekonomi perkotaan
yang lebih baik menjadi alasan. Arus migrasi antar wilayah-wilayah juga dapat
ditunjukkan dengan menghubungkan perbedaan pendapatan antar wilayah
tersebut. Dan setipa waktu, jika kondisi ekonomi dalam tujuan-tujuan alternatif itu
berubah, maka arus migrasinya mengalami perubahan, Nasikun (2007:60).
Migrasi Internasional sendiri di Indonesia dapat dibedakan atas dua pola.
Pertama, yang terdokumentasi pada lembaga AKAN yang secara resmi tercatat di
Departemen Tenaga Kerja, salah satu contohnya adlah pengiriman tenaga kerja ke
Timur Tengah. Kedua, tenaga kerja yang berangkat ke luar negeri tidak
terdokumentasi (secara ilegal) melalui calo, misalnya tenaga kerja Indonesia yang
pergi ke Malaysia. Mereka ini tidak tercatat di Departemen Tenaga Kerja maupun
di Kantor Imigrasi Indonesia maupun Malaysia.
15
munculnya
kemerdekaan-kemerdekaan
tersebut,
juga
ikut
16
kapal-kapal
kolonialis
Eropa,
dengan
kondisi
yang
menyedihkan,
kejahatan
kemanusian
yang
melibatkan
kelompok
sindikat
transnasional. Dlam rangka meraih keuntungan material yang besar, negaranegara Barat membutuhkan modal yang besar, pasar yang luas, sumber
bahan mentah dan energi serta buruh yang murah. Untuk itulah mereka
melakukan kolonialisasi. Sejumlah pemimpin Afrika Barat juga melarang
17
18
19
manusia menjadi isu sentral dalam era globalisasi saat ini karena eksistensi
dari kejahatan sudah menjadi epidemi di berbagai negara.
Definisi mengenai perdagangan manusia (human traffcking) telah
dibahas dalam forum-forum internasional dan dipahami sebagai sebuah
masalah global. Badan Perserikan Bangsa-Bangsa (United Nations) telah
membentuk unit kerja khusus yang dinamakan United Nations Office on
Drugs an Crime (UNODC) yang berkonsentrasi juga dalam masalah
perdagangan manusia dan penyelundupan imigran gelap. Menurut UNODC
perdagangan manusia diartikan sebagai :
Perdangan manusia adalah pendapatan (bisnis) yang diperoleh
dengan cara yang jahat, seperti pmaksaan, penipuan, atau muslihat dengan
tujuan untuk mengeksploitasi mereka. Penyelundupan imigran adalah
usaha untuk mendapatkan uang atau keuntungan material lainnya dengan
memasukkan seorang secara ilegal ke dalam sebuah negara, di mana
seseorang tersebut bukan merupakan seorang warga negar.
Dalam protokol Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perdagangan
manusia adalah kegaiatan mencari, mengirim, memindahkan, menampung
atau menerima tenaga kerja dengan ancaman, kekerasan atau bentuk-bentuk
pemaksaan lain, Budi (2014:327).
2.6 Kerangka Pemikiran
Dalam permasalahan perdagangan manusia di Indonesia khususnya
Entikong Kalimantan Barat sudah seharusnya menjadi perhatian serius bagi
pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah bagaimana cara untuk menghentikan
kasus perdagangan manusia yang telah lama terjadi di Entikong.
20
Organisasi
Internasional
Fungsionalisme
IOM
Entikong
Kerjasama
Internasional
Human Trafficking
Keterangan :
di Entikong
Dalam melakukan kerjasama internasional tidak hanya antar negara namun
juga membutuhkan peran aktor non-negara berupa organisasi internasional, dalam
hal ini IOM merupakan organisasi internasional yang dapat membantu peran
negara khususnya Indonesia dan Entikong dalam mengatasi perdagangan manusia
yang terjadi di Entikong melalui IOM cabang Kalimantan Barat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Archer, Clive. 1992. International Organization. London: Routledge
Mantra, Ida Bagoes. 2010. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
May, Rudy Teuku. 2011. Hubungan Internasional Kontemporer dan MasalahMasalah Gobal. Bandung : PT Refika Aditama.
Moleong, J. Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Nasikun. 2007. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta : Tiara
Wacana
Pontoh, Coen Husain. 2003. Akhir Globalisasi Dari Perdebatan Teori Menuju
Gerakan Massa. Jakarta : C-Books
Rudy, Teuku May. 1993. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung :
PT. ERESCO
Winarno, Budi. 2014. Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS
(Center of Academic Publishing Service)
Artikel Dalam Website :
(http://www.iom.or.id/id/aktivitas-kami/pemberantasan-perdagangan-manusia
diakses pada 30 Juni 2015).
(https://id.wikipedia.org/wiki/Entikong,_Sanggau diakses pada 30 Juni 2015).