Anda di halaman 1dari 19

PERANAN INTELIJEN KEIMIGRASIAN DALAM MENUNJANG TUGAS POKOK

DAN FUNGSI KEIMIGRASIAN KHUSUSNYA DALAM MENGHADAPI


TERORISME

Armed Ridho Kurniawans


(Mahasiswa Program S2 Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta)
Email: armedridho95@gmail.com

ABSTRAK
Dalam penelitian ini tentang membahas peranan Intelijen Keimigrasian dalam
menunjang tugas pokok dan fungsi keimigrasian khususnya dalam menghadapi terorisme
memberikan analisa fungsi dari Direktorat Intelijen Keimigrasian sangatlah penting, hal ini
disebabkan oleh pentingnya suatu informasi terkini akan timbulnya suatu ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan (AHTG) yang khususnya dalam menghadapi terorisme
yang melibatkan pihak Imigrasi sehingga dapat dicegah secara dini. Peran Inteiljen Imigrasi
dalam menghadapi terorisme berupa Penyelidikan dan Pengamanan Intelijen Keimigrasian
dimulai pada proses pelaksanaan Peran Intelijen dilaksanakan pada proses pengumpulan
bahan keterangan hingga proses pengadilan, serta memberikan informasi kepada instansi lain
khususnya dalam menanggulangi terorisme. Dalam menanggulangi pergerakan terorisme
yang masuk wilayah indonesia dapat melakukan penyaringan terhap orang asing yang akan
masuk wilayah Indonesia, penyaringan orang asing yang diduga atau termasuk ke dalam
jaringan terorisme internasional. Proses dimaksud sebagaimana yang dilakukan di Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri hal permohonan visa atau dokumen Keimigrasian, pada
Tempat Pemeriksaan Imigrasi dan saat keberadaannya di wilayah Indonesia. Kendala dan
hambatan yang saat ini dihadapi oleh Direktorat Intelijen Keimigrasian dalam melaksanakan
intelijen Keimigrasian sekarang ini adalah kurangnya sarana dan prasarana berupa
penambahan aplikasi INTERPOL I-24/7 di seluruh Tempat Pemeriksaan Imigrasi dan alat-
alat penunjang berbasis teknologi informasi, keterbatasan sumber daya manusia yang
berkualitas serta pelatihan-pelatihan dan beasiswa di Institut Intelijen Negara maupun
Internasional dan perlunya penambahan anggaran untuk melaksanakan kegiatan Intelijen
Keimigrasian.

Kata Kunci: Peranan Intelijen Keimigrasian, Tugas Pokok dan Fungsi Keimigrasian,
Terorisme
Pendahuluan
Latar Belakang
Manusia lahir sebagai realitas individu dan realitas masyarakat yang mana satu sama
lain saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena dua realitas itulah
manusia membentuk negara, suatu the nation-state dijaman modern ini. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1997), negara merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat atau juga merupakan suatu
kelompok social -yang menduduki suatu wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi
dibawah Lembaga politik danpemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat
sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Negara bangsa dibentuk oleh individu-individu dengan kesadaran bahwa institusi
negara, sebagaimana oraganisai-organisasi masyarakat yang lebih rendah, dapat
mempermudah kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Ketika
institusi negara dianggap terlalu sempit untuk dapat menjadi media bagi pemenuhan
kebutuhan, manusia kemudian membentuk koloni-koloni atau masyarakat Kawasan regional
antar negara, seperti yang terjadi pada Masyarakat Eropa dan Masyarakat Global (proses
Globalisasi).
Globalisasi bukanlah fenomena baru dalam sejarah peradapan dunia sebelum
kemunculan nation-state, perdagangan dan migrasi lintas benua telah lama telah lama sejak
lama berlangsung. Sejak masa sejarah modern, khususnya sebelum memasuki abad ke-20 ini,
Globalisasi dewasa ini praktis telah menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan, yang tidak
segala bidang (ekonomi, bisnis, budaya, politik, ideologi), melainkan juga telah menjamah
ketataran system, processes, actors, dan event.
Isu-isu tentang globlasasi semakin menjadi pusat perhatian dalam hubungan-
hubungan politik dan ekonomi International. Pada saat berlangsungnya pergantian abad, isu-
isu dari globalisasi mengkonfrontasikan masyarakat-masyarakat nasional dengan komunitas
international. Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan
geografis pada keadaan social-budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam
kesadaran orang. Menurut “thesis Globalisasi” merupakan perubahan cepat hubungan-
hubungan manusia dalam bentuk arus lalu lintas manusia, perdagangan, investasi, dan
teknologi dengan jumlah besar-besaran yang melewati batas-batas nasional telah berkembang
sekedar tetesan menjadi banjir.
Sejalan undang - undang dasar 1945 maka Negara Republik Indonesia adalah negara
yang berlandaskan hokum dan memliki tugas dan tanggung jawab untuk memelihara
kehidupan yang aman, damai dan sejahtera serta ikut secara aktif memelihara perdamaian
dunia.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas pemerintah wajib memelihara dan menegakan
kedaulatan dan melindungi setiap warga negara daris setiap ancaman atau tindakan destruktif
baik dari dalam mapupun luar negeri.
Dengan adanya undang UU no. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (UU
Keimigrasian, 2011) semakin mempertegas fungsi Keimigrasian untuk menjamin
kemanfaatan dan melindungi kepentingan nasional, oleh karena itu perlu diterapkan prinsip
yang menyangkut tata pengawasan, tata pelayanan masuk dan keluarnya orang ke dan dari
wilayah Inodenesia sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Meskipun peningkatan lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia
mempunyai beberapa dampak positif yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia, namun
setiap aparat Imigrasi harus tetap waspada terhadap munculnya dampak negatif yang
merugikan. Peningkatan arus orang asing ke wilayah Indonesia tentunya akan
meningkatkan devisa yang berasal dari penerimaan uang yang dibelanjakan Indonesia,
investasi serta aktifitas perdagangan.
Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban serta
merupakan salah satu ancaman serius terhadap kedaulatan setiap negara, karena terorisme
sudah merupakan kejahatan yang bersifat internasional yang menimbulkan bahaya terhadap
keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu
dilakukan pemberantasan berencana dan berkesinambungan.
Terorisme dan adalah salah satu isu dalam hubungan internasional bukanlah
merupakan isu yang tiba-tiba muncul dan menarik perhatian komunitas internasional. aksi
terorisme dan yang bersifat domestic maupun skala internasional diketahui telah lama ada.
Seperti aksi terorisme yang terjadi halnya rangkaian peristiwa pemboman yang terjadi di
wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas,
mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan
pengaruh yang tidak menguntungkan pada kehidupan social, ekonomi, politik, dan hubungan
Indonesiadengan dunia internasional.
Munculnya terorisme internasional dalam peraturan politik internasional atau dalam
hubungan internasional telah ada sebagai fenomena yang eksistensinyamuncul pada era 1960-
an ketika aktivitas terorisme telah banyak terjadi di berbagai belahan dunia kelompok-
kelompok yang bermotivasi untuk menentang status quo politik dengan jalan kekerasan dan
mengorganisis upaya mereka secara transnasional, melampaui batas-batas wilayah negara.
Akan tetapi, posisi dari terorisme internasional sekali lagi ditegaskan sebagai non-state actor
layaknya MNC, TNC, lembaga-lembaga internasional non-pemerintah, lembaga keuangan
maupun organisasi-organisasi pada level internasional lainnya. Dikatakan sebagai aktor
bukan negara pada level internasional, karena pada dasarnya yang terlibat di dalamnya baik
anggota, jaringan dan tujuan dari aksinya berada pada skala internasional.
Pemberantasan aksi terorisme di Indonesia tidak semata-mata merupakan masalah
hukum dan penegakkan hukum melainkan juga masalah sosial, budaya, ekonomi yang
berkaitan erat dengan masalah ketahanan bangsa sehingga penegakan dan pemberantasannya
pun juga ditujukan untuk memelihara keseimbangan dengan kewajiban melindungi
kedaulatan negara hak asasi korban dan saksi.
Peledakan bom sebagai salah satu modus pelaku terorisme yang telah menjadi
fenomena umum di beberapa negara. Terorisme termasuk kejahatan lintas negara,
terorganisasi, dan bahkan merupakan tindak pidana internasional yang mempunyai jaringan
luas, yang mengancam perdamaian dan keamanan nasional maupun internasional. Pemerintah
Indonesia sejalan dengan amanat sebagaimana ditentukan dalam pembukaan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indoenesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam memelihara
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdakaan dan perdamaian abadi dan keadilan social,
berkewajiban untuk melindungi warganya dari setiap ancaman kejahatan. Pemerintah juga
berkewajiban untuk mempertahankan kedaulatan setiap negara karena terorisme sudah
merupakan kejahatan yang bersifat internasional yang menimbulkan bahaya terhadap
keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan.
Peristiwa pemboman yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo pada tanggal 13 Mei - 14
Mei telah menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas
mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian harta sehingga mempunyai pengaruh tidak
menguntungkan terhadap orang secara meluas mengakibatkanhilangnya nyawa serta kerugian
harta benda sehingga mempunyai pengaruh tidak menguntungkan terhadap kehidupan social,
ekonomi, politik, dan hubungan Indonesia dengan dunia internasional. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang pemberantasan tindak pidana terorisme pasal
6 dijelaskan bahwa setiap orang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdakaan atau
hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap obyek-obyek vital secara strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas internasional,
di pidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup catau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahundan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Aksi terorisme skala international yang terjadi sangat menganggu dan menjadi
ancaman bagi stabilitas keamanan dunia. Peristiwa teror serangan bermobil di Nasiriyah, Irak
pada tanggal 14 September 2017, serangan bom mobil dan senjata api di Nasiriyah, Irak,
menewaskan 84 orang dan 93 orang terluka. Islamic State of Iraq and Syria mengaku
bertanggung jawab atas serangan tersebut (Kompas, 2017). Islamic State of Iraq and Syria
(ISIS) sebagai kelompok terorisme kontemporer yang dipengaruhi oleh perkembangan sosial,
teknologi serta globalisasi menjadi ancaman bagi masyarakat internasional (Apriyandi, 2015)
Untuk menghadapi ISIS, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan sebuah Resolusi
2249 di bawah persetujuan Dewan Keamanan PBB sebagai bentuk perlawanan terhadap ISIS
(Council, 2015). Sehingga dengan adanya resolusi tersebut ISIS termasuk kelompok teroris
international yang mengancam stabilitas perdamaian dan keamanan international karena telah
melanggar aturan international.
Negara Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama islam
terbesar di dunia. Jadi Indonesia merupakan sasaran kelompok ISIS untuk merekrut
anggota dan mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk bergabung dengan kelompok
tersebut.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas terdapat ada begitu banyak sindikat kejahatan
International di Indonesia maupun sindikat kejahatan yang akan dilakukan ke negara lain
melalui Indonesia. Oleh karenanya untuk menghindari dan mengantisipasi hal tersebut diatas
serta dapat melakukan tindakan lain diperlukan Intelijen yang merupakan upaya dini karena
dengan Intelijen langkah-langkah kegiatan dapat direncanakan secara cermat. Intelijen
Keimigrasian dalam proses penyajian informasi melalui analisis juga dapat berguna untuk
menetapkan perkiraan keadaan Keimigrasian yang dihadapi atau yang akan dihadapi.
Intelijen selalu berhubungan dengan kecerdasan, kecerdikan, dan petualangan rahasia.
Dalam suatu pandangan awam, keberadaan Intelijen dimaknai dalam tiga hal
penampilannya, yaitu penampilan sebagai suatu organisasi (intelligence as an
organization), penampilan sebagai suatu kegiatan (intelligence as an activity), penampilan
sebagai suatu pengetahuan (intelligence as an knowledge). Sebagai suatu organisasi, sifat
keberadaan Intelijen merupakan organisasi rahasia. Sebagai suatu kegiatan, jenis kegiatan
Intelijen, meliputi penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan.
Pokok Permasalahan
Berdasarkan apa yang terdapat pada latar belakang dalam penelitian ini, sehingga
permasalahan yang dapat dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan Direktorat Intelijen Keimigrasian dalam menunjang
tugas pokok dan fungsi Keimigrasian?
2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Intelijen
Keimigrasian khususnya dalam menghadapi terorisme?

Pembahasan
Tugas Pokok Keimigrasian Ditinjau dari Peranan Intelijen
Arus lalu lintas orang antar negara telah berkembang pesat sebagai akibat dari
Globalisasi. Di satu sisi dapat membawa pengaruh positi bagi pembangunan ekonomi
nasional dengan masuknya devisa negara dari sector pariwisata dan tenaga kerja Indonesia. Di
sisi lain juga menimbulkan pengaruh negatif yang dapat merugikan dan melemahkan negara,
karena orang dengan mudah dapat bepergian dan melakukan kejahatan melalui suatu
jaringan yang bersifat multilateral.
Imigrasi sebagai pihak yang berperan dalam pengaturan lalu lintas keluar masuknya
wilayah Indonesia harus dapat mengantisipasi terjadinya keadaan yang dapat mengancam
keamanan dan ketertiban di wilayah Republik Indonesia. Penetapan politik hukum
Keimigrasian yang bersifat selektif (selective policy) membuat institusi Imigrasi Indonesia
memiliki landasan operasional dalam menolak atau mengizinkan orang asing untuk masuk
atau keluar wilayah Indonesia. Dengan demikian peran penting aspek Keimigrasian dalam
tatanan kehidupan kenegaraan akan terlihat dalam pengaturan keluar masuk orang dari dan ke
wilayah Indonesia, dan pemberian izin tinggal serta pengawasan terhadap orang asing selama
berada di wilayah Indoenesia (Lintas Sejarah Imigrasi, 2015).
Dengan adanya pengaturan keluar masuk wilayah Indonesia, yang ditujukan baik
terhadap WNI maupun WNA, diharapkan mampu mengatasi dampak negatif dari
peningkatan mobilitas manusia, khususnya orang asing misalnya ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan (AGHT) terhadap keamanan dan ketahanan nasional. Pada
pelaksanaannya tugas pokok imigrasi, Intelijen Keimigrasian berperan dalam mengantisipasi
keadaan yang dapat mengganggu keamanan dan ketahanan nasional. Dengan penyajian
informasi melalui analisis guna menetapkan perkiraan keadaan keimigrasian yang dihadapi
atau yang akan dihadapi. Melalui peranan Intelijen Keimgrasian tersebut diharapkan orang-
orang yangtidak dikehendaki masuk dan berada di wilayah Indonesia dapat langsung ditolak
masuk pada saat orang tersebut melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Fungsi Keimigrasian Ditinjau dari Peranan Intelijen


Fungsi pelayanan
Pada fungsi pelayanan dalam hal pemberian paspor atau perjalanan dilaksanakan
secara selektif, khususnya kepada WNI sehingga tidak semua orang dapat diperbolehkan
membuat paspor karena alasan tertentu atas permintaan Direktorat Jendral Imigrasi misalnya
Kejaksaan Agung dan Kementerian Keuangan.
Pelayanan kepada WNA dalam hal pemberian izin tinggal dilaksanakan secara
selektif, mengingat politik Hukum Keimigrasian di negara kita yang bersifat selektif
(selective policy). Maksudnya petugas imigrasi pada pos Pemeriksaan Imigrasi dapat
bersikap subjektif dalam menyaring orang asing yang akan masuk ke wilayah Indonesia
(Sihombing, 2013).
Pada pelayanan yang dilakukan baik terhadap WNI maupun Orang Asing diperlukan
informasi dari Intelijen Keimigrasian mengenai data-dataorang yang akan keluar atau masuk
ke wilayah Indonesia serta maksud dan tujuan kegiatan orang asing ke wilayah Indoenesia
serta maksud dan tujuan kegiatan orang asing tersebut selama berada di Indoneisa. Terutama
pada Tempat Pemeriksaan Imigrasi dimana TPI adalah pintu gerbang pertama dimana
instansi imigrasi melakukan pelayanan terhadap orang asing yang akan masuk wilayah
Indonesia.

Fungsi Penegakan Hukum dan Keamanan


Perkembangan Globalisasi yang menyebabkan meningkatnya arus lalu lintas antar
negara selain membawa pengaruh positif bagi pembangunan ekonomi nasional juga
menyebabkan timbulnya permasalahan baru, khususnya di bidang keimigrasian, yaitu salah
satunya tindakan terorisme yang dapat mengancam pertahanan dan keamanan wilayah
Indonesia. Hal ini ditegaskan pula pada instruksi Presiden Nomor IV tahun 2002 yang
menetapkan Imigrasi termasuk dalam pencegahan dan pemberantasan terorisme, imigrasi
juga ditetapkan sebagai bagian dalam Intelligent Community dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan terorisme. Hal tersebut menunjukan bahwa upaya pencegahan dan
pemberantasan tindakan terorisme yang bersifat lintas negara memerlukan peran
Keimigrasian yang kuat sebagai pintu pertama dan terakhir lalu lintas orang keluar masuk
wilayah Indonesia. Atas dasar keputusan tersebut Imigrasi sebagai sebuah organisasi yang
harus mengembangkan struktur organisasinya untuk dapat menjawab pelaksaan tugas yang
semakin berkembang, oleh karenanya dibentuklah Direktorat Intelijen Keimigrasian pada
Direktorat Jenderal Imigrasi. Oleh karena itu Direktorat Intelijen Keimigrasian berperan pro-
aktif dalam menghadapi serta menangani permasalahan terorisme yanhg terjadi di Indonesia.
Dan juga harus menyajikan gagasan-gagasan yang bersifat solutif dan inovatif dalam
menghadapi modus operandi terkini darimasalah terorisme.
Intelijen Keimigrasian juga melaksanakan upaya penegakan hukum dalam menagkap
teroris, upaya tersebut dilakukan dengan cara:
a. Memelihara daftar yang senantiasa diperbaharui dan komprehensif mengenai
orang-orang yang harus diwaspadai;
b. Mengidentifikasi dan menangkal orang-orang atau dokumen yang tercantum
dalam daftar waspada (alerts list) di tempat pemeriksaan perbatasan;
c. Mengidentifikasi dokumen palsu dan melakukan pencatatan data secaraakurat;
d. Selama kurun waktu tertentu, mengembangkan profil yang mengindikasikan
resiko;
e. Mendeteksi pernyataan palsu yang dibuat kepada para petugasperbatasan
Tugas Intelijen Keimigrasian berkaitan dengan pelanggaran hukum Keimigrasian
yang bertujuan untuk mengidentifikasi kasus pelanggaran adalah dengan cara:
a. Mendeteksi permohonan visa palsu dan keterangan palsu padapermohonan visa;
b. Memberitahukan kepada para penegak hukum mengenai pelanggaran hukum
Keimigrasian untuk ditindak lanjuti sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku

Fungsi Keimigrasian sebagai Fasilitator Pembangunan Masyarakat


Bentuk nyata upaya yang dilakukan Intelijen Keimigrasian dalam melaksanakan
fungsi fasilitator pembangunan masyarakat adalah mengawasi penanam modal asing serta
kegiatannya yang dikhawatirkan terindikasi terlibat dengan aktivitas terorisme.
Intelijen Keimigrasian melakukan pengawasan keimigrasian terhadap aktivitas
penanam modal asing contohnya dalam hal penanaman modal asing jika ada suatu investor
yang ingin menanamkan saham di Indonesia dan menjanjikan untuk melakukan
pembangunan yang berkedok pendidikan dengan menyisipkan ideologi-ideologi yang tidak
sesuai dengan ideologi Pancasila kepada generasi penerus Negara Republik Indonesia dan ada
tendensi untuk mengganggu kestabilan negara. Peran Intelijen Keimigrasian adalah untuk
mengawasi dan menggali informasi terkaitaktivitas Investor Asing tersebut.
Peranan Direktorat Intelijen Keimigrasian Dalam Menunjang TugasPokok dan Fungsi
Kemigrasian
Peranan Intelijen dalam menunjang tugas pokok dan fungsi Keimigrasian adalah
menyajikan informasi melalui analisis guna menetapkan perkiraan keadaan dalam hal
pengaturan lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia serta pengawasan
orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia serta pengwasan terhadap keberadaan serta
kegiatan orang asing selama berada di Indonesia. Imigrasi dalam melaksanakan fungsinya
sebagai palayan masyarakat, penegak hukum dan keamanan serta fasilitator pembangunan
ekonomi memerlukan Intelijen yang berfungsi sebagai bahan dalam pengambilan keputusan
dan kebijakan pimpinan.
Adapun tugas pokok yang telah dilaksanakan dari masing-masing sub Direktorat
Intelijen Keimigrasian pada Direktorat Jenderal Imigrasi, yaitu: (Peraturan Presiden, 2016)
a. Sub Direktorat Penyelidikan dan Operasi Intelijen mempunyai tugas:
1) Penyiapan bahan perumusan dan koordinasi kebijakan, bimbingan teknis,
supervisi serta pelaksanaan kebijakan di bidang penyelidikan
Keimigrasian, operasi Intelijen, kontra Intelijen dan penggalangan
Keimigrasian di bidang pelanggaran lalu lintas orang asing dan warga
negara Indonesia dari dan ke wilayah RI, keberadaan dan kegiatan orang
asing di wilayah RI, serta terhadap WNI yang terkait dengan dugaan
pelanggaran ketentuan Keimigrasian oleh orang asing;
2) Pelaksanaan perencanaan dan koordinasi di bidang penyelidikan orang
asing, operasi Intelijen, kontra Intelijen dan penggalangan Keimigrasian.
b. Sub Direktorat Pengamanan Keimigrasian mempunyai tugas:
1) Penyiapan bahan perumusan dan koordinasi kebijakan bimbingan teknis,
supervisi serta pelaksanaan kebijakan di bidang pengamanan kantor dan
instalasi vital, personil, material, dan dokumen, serta perizinan
keimigrasian;
2) Pelaksanaan perencanaan dan koordinasi di bidang pengamanan kantor dan
instalasi vital, pesonil, material, dan dokumen, serta perizinan
Keimigrasian.
c. Sub Direktorat Produksi Intelijen mempunyai tugas
1) Penyiapan bahan perumusan dan koordinasi kebijakan, bimbingan teknis,
supervisi serta pelaksanaan kebijjakan di bidang produksi kegiatan
Intelijen, produksi pekiraan Intelijen serta laboratorium forensik
Keimigrasian dan pengelolaan informasi Intelijen;
2) Penyiapan bahan perumusan dan koordinasi kebijakan, bimbingan teknis,
supervisi serta pelaksanaan di bidang pengumpulan, pengelohan dan
penyajian produk Intelijen.
d. Sub Direktorat Kerja Sama Intelijen dan Bimbingan Intelijen.
1) Penyiapan bahan perumusan dan koordinasi kebijakan, bimbingan teknis,
supervisi serta pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama lembaga
Intelijen dan pembinaan jaringan non lembaga;
2) Pelaksanaan perencanaan dan koordinasi di bidang kerja sama lembaga
Intelijen dan pembinaan jaringan non lembaga.

Peran Direktorat Intelijen Keimigrasian Dalam Menghadapi Terorisme


Peran Imigrasi Menghadapi Terorisme
Peran Intelijen Keimigrasian dalam menghadapi terororisme dilihat dari hasil yang
didapat dilapangan. Naik itu yang didapat oleh jajaran Imigrasi itu sendiri atau instansi lain
yang dapat berupa berita yang berkembang dimasyarakat umum atau informasi dari instansi
lain yang kebenaran beritanyalebih jelas.
Dari hal tersebut diatas dapat dikatakan unsur security dan penegakan hukum yang
dilakukan oleh jajaran Imigrasi masih belum maksimal. Misalnya dalam pemberian dokumen
Keimigrasian, jajaran Imigrasi apabila menerima persyaratan yang sudah lengkap sering kali
kurang waspada terhadap dokumen yang diserahkan oleh pemohon. Contoh soal dalam hal
pemohonan surat perjalanan banyak pemohon yang menggunakan data diri (KTP) yang
tidak sesuai dengan aslinya. Baik itu hal perubahan umur, alamat dan lainya, ataupun dalam
hal permohonan izin tinggal yang terkadang jarang dilihat kebenaranya yang dilampirkan
pada permohonan izin tinggal, seperti sponsor dan sebagainya.
Peran jajaran Imigrasi dalam hal ini menanggulangi pergerakan terorisme dapat
melakukan penyaringan terhadap orang asing yang akan masuk ke wilayah Negara Republik
Indonesia. Penyaringan orang asing yang diduga atau termasuk ke dalam jaringan terorisme
internasional dapat dibagi menjadi tiga titik dan pada proses pelaksanaannya peran Intelijen
Keimigrasian dilaksanakan pada proses pengumpulan bahan keterangan hingga ke proses
pengambilan kebijakan oleh pimpinan, yaitu:
a. Pada perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
b. Pada Tempat Pemeriksaan Imigrasi;
c. Saat berada di wilayah Indonesia.
Penyaringan pertama diawali dari perwakilan Republik Indonesia. Sesuai dengan
ketentuan Keimigrasian bahwa setiap orang yang akan melakukan perjalanan masuk ke
Indonesia pada dasarnya harus memiliki izin Keimigrasian (dikecualikan terhadap warga
Negara asing yang dibebaskan dari keharusan memiliki visa sebagaimana diatur dalam
undang-undang).
Proses dimaksud sebagaimana yang dilakukan di perwakilan RI diluar negeri harus
di berdayakan atau berfungsi sebagai sarana menyeleksi atau menyaring serta menganalisa
maksud permohonan izin Keimigrasian tersebut yang sebenarnya dengan cara:
a. Mempelajari riwayat perjalanan untuk melihat apakah pemohon sering atau
pernah berpergian ke negara-negara yang diduga terdapat jaringan terorisme;
b. Menguji kebenaran maksud kedatangan pemohon izin keimgrasian ke Indonesia
dengan melakukan teknik interview;
c. Berdasarkan melihat profil atau ciri-ciri pelaku terorisme;
d. Melihat daftar penangkalan terhadap pelaku teroris yang sudah ditetapkan,
dicurigai sebagai pelaku terror.
Pada penyaringan kedua petugas Imigrasi di bandara, pelabuhan laut, atau perbatasan
darat atau dasar instruksi penangkalan atau dasar pengetahuan dan keyakinannya sendiri
karena pengalaman kerja atau latihan dalam menghadapi tindak pidana terorisme dapat
melakukan penangkalan masuk atau menahan para pelaku jaringan teroris yang:
a. Menggunakan paspor dan visa palsu;
b. Memberikan keterangan palsu yang tidak sesuai dengan identitas pada paspor
yang bersangkutan.
Selanjutnya petugas dapat meneruskan penanganan/proses hukum secara sendiri atau
dengan berkordinasi atau bekerjasama dengan instansi penegak hukum terkait selanjutnya
diproses sesuai dengan ketentuan hukum yangberlaku.
Saringan yang ketiga dapat dengan melihat atau memantau keberadaannya selama di
Indonesia di lihat dengan cara, apakah orang asing tersebut kegiatannya sudah sesuai dengan
izin Keimigrasiannya dan juga apakah sponsor orang asing tersebut benar adanya. Karena
amungkin saja praktek pelanggaran visa/izin Keimigrasian yang diajukan oleh sponsor
untuk permohonan visa dengan berpura-pura sebagai pelaku bisnis, tenaga kerja asing, atau
status lainnya. Dalam kenyataannya banyak sponsor yang sebenarnya tidak mempunyai
kegiatan apapun dengan orang asing yang disponsorinya, pengajuan sponsor semata-mata
untuk mempermudah memperoleh izin Keimigrasian, karena mereka dapat dikatakan atau
dikategorikan sponsor fiktif atau palsu dalam memberikan keterangan untuk memperoleh
dokumen Keimigrasian.
Sedangkan terhadap Warga Negara Indonesia yang juga diduga atau masuk dalam
jaringan terorisme ialah:
a. Mencabut dan menahan dokumen Keimigrasiannya;
b. Memasukkan ke dalam daftar cekal
Dalam hak mencabut dokumen Keimigrasian dilakukan dengan bagi Warga Negara
Indonesia yang telah memiliki dokumen Keimigrasian dan diduga menjadi anggota jaringan
terorisme.
Sedangkan untuk mencegah yang bersangkutan untuk memohon paspor di Kantor
Imigrasi lain atau melakukan perjalanan dengan surat perjalanan lainnya yang telah ia miliki
maka Warga Negara Indonesia tersebut dimasukan dalam daftar pencegahan yang sudah
menggunakan system on-line sehingga data yang dimasukkan akan cepat tersebar keseluruh
tempat pelayanan Imigrasi di Indonesia, dan untuk mencegah terjadinya kepemilikan double
passport.
Pemberian pelayanan Keimigrasian dalam hal pelayanan pemberian paspor,
diharapkan seluruh jajaran Imigrasi dapat lebih jeli, teliti serta waspada dalam melakukan
pemeriksaan terhadap berkas-berkas pemohon, dikarenakan Imigrasi ialah tempat
berkumpulnya berbagai dokumen yang nantinya akan dijadikan sebagai syarat pembuatan
paspor. Berkas-berkas tersebut tidak kita terima begitu saja, tetapi dilakukan juga pencarian
kebenaran terhadap berkas-berkas tersebut yang telah diajukan. Hal ini juga dapat dilakukan
untukmenghindari orang yang melakukan permohonan ulang terhadap suatu surat perjalanan
dan apabila diketahui bahwa ia telah memiliki surat perjalanan maka dilakukan interview
mendalam untuk mengetahui motif permohonan paspor, apakah permohonan paspornya sah
dan layak olah serta apakah permohonan juga memiliki persyaratan yang sah dan masih
berlaku.
Republik Indonesia adalah negara maritime yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan
memerlukan manajemen satu komando, oleh karena itu sebaiknya Direktorat Jenderal
Imigrasi dibelaki manajemen yang mempunyai rentang kendali sehingga dapat melakukan
pengelolaan manajemen migrasian secara berdaya guna dan berhasil guna.
Koordinasi dengan berbagai pihak dan instansi, terkait hal yang penting dan harus
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Koordinasi ditujukan agar saling membantu
dan memberikan informasi mengenai jaringanterorisme.
Upaya Pemberantasan Terorisme
Upaya preventif dilakukan dengan cara melakukan penyaringan terhadap orang asing
yang akan melakukan perjalanan masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, yaitu
dengan cara menyeleksi dan melakukan pengawasanpada:
a. Perwakilan RI dalam hal permohonan visa atau dokumen Keimigrasian;
b. TPI untuk memasuki wilayah Indonesia;
c. Keberadaan dan kegiatan orang asing di Indonesia.
Sedangkan untuk Warga Negara Indonesia melalui ditingkatkannya pendalaman
mengenai apa yang melatari permohonan surat perjalanan dan mengetahui apa maksud dan
tujuannya dan juga apakah berkas yang diserahkan asli dan apakah warga Negara Indonesia
tersebut telah memiliki dokumen Keimigrasian sebelumnya.

Beberapa Permasalahan yang Dihadapi oleh Direktorat Intelijen Keimigrasian dalam


melaksanakan tugas pokok Keimigrasian khususnyadalam menghadapi Terorisme
Permasalahan sarana dan prasarana
Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM) Kantor Imigrasi di seluruh
Indonesia dengan jumlah 125 dalam pelaksanaan tugas-tugasnya belum didukung oleh sistem
informasi yang memungkinkan untuk mengetahui data pemohon perizinan keimigrasian
secara cepat dan akurat. Kantor Imigrasi yang tak sebanding dengan jumlah kabupaten yang
ada diseluruh Indonesia sehingga menghambat dalam pengawasannya, selain dari
permasalahan dalam sarana terdapat permasalahan kurangnya sistem pengamanan dan alat
khusus ke-Intelijennya contohnya berupa penambahan aplikasi INTERPOL I-24/7 yang
terintegrasi dengan Sistem Border Control Management di tiap tiap Tempat pemeriksaan
Imigrasi, alat sadap, dll.
Kurangnya pengetahuan Intelijen dari Petugas Imigrasi untuk melakukan kegiatan Intelijen
Keimigrasian.
a. Belum memadainya kualitas dan kapabilitas sebagian besar Pejabat Imigrasi atau
pelaku Intelijen itu sendiri;
b. Banyaknya Pejabat Imigrasi atau Pelaku Intelijen yang sudah memasuki masa
pension.

Kurangnya anggaran untuk pelaksanaan kegiatan Intelijen Keimigrasian.


Kurangnya anggaran tahunan untuk pelaksanaan Intelijen Keimigrasian
mempengaruhi kinerja Intelijen Keimigrasian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
keimigrasian khususnya menghadapiaksi terorisme.

Upaya Peningkatan Di Bidang Intelijen Keimigrasian


Upaya Peningkatan Sarana dan Prasarana
Dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas pokok Direktorat Intelijen
Keimigrasian khususnya dalam pengumpulan dan penyampaian informasi Intelijen
Keimigrasian telah dibuat draft Standard Operating Prosedur (SOP) dalam rangka bentuk
draft Surat Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi dan Petunjuk Pelaksanaan Direktorat
Jenderal Imigrasi. Selain itu untuk mengumpulkan, mengolah, dan melakukan analisis
terhadap data dan infromasi Intelijen Keimigrasian telah diperoleh bantuan sistem
Intelijen Keimigrasian dari: UK Foreign Commomwealth Office (FCO) yang difasilitasi oleh
IOM sebagai realisasi MOU antara IOM dengan Pemerintah Indonesia dalam bentuk
Immigration Analysis and Investigation Project,meliputi: (Bagir, 2000 dan Boer, 2005)
1. Pemasangan sistem Intelijen atau Virtual Private Network (VPN) di Direktorat
Intelijen Keimigrasian terhubung secara online dengan 5 (lima) Tempat
Pemeriksaan Imigrasi utama, yaitu:
a. Bandara Soekarno Hatta Bandara Ngurah Rai;
b. Bandara Juanda;
c. Bandara Kuala Namu;
d. Pelabuhan laut Batam Center.
2. Pemasangan Leica Microscope untuk mendeteksi Dokumen Palsu di TPI utama,
pelatihan pejabat atau petugas Imigrasi untuk operasionalisasi dalam sistem
Intelijen Keimigrasian, yaitu:
a. Intelligence management and Pratice;
b. Intelligence Analysis Techniques;
c. MX Technology Intelligence manager Course;
d. MX Technology Intelligence Analysis Course;
e. Document Fraud Training.
3. Pemasangan 12 CCTV kamera di bandara Soekarno Hatta dan bandara Ngurah
Rai;
4. Dalam rangka penyempuranaan sistem pendeteksian dokumen, vendorFoster and
Freeman telah menyumbangkan tambahan peralatan Kessing Document
Reference System (Update travel document di seluruh negara) yang menyatu
dengan sistem Intelkim;
5. Memasang 185 Unit Desk Mounted UItra Violet dan White Lamp untuk8 TPI;
6. Mengadakan Workshop dalam rangka sosialisasi Intelijen Keimigrasian, yaitu
dengan diikuti oleh para Kepala Bidang Intelijen dan Kepala kantor Imigrasi
yang membawahi 5 TPI besar, Pejabat Direktorat Intelijen Keimigrasian, IOM
dan Konsultan jaringan Sistem.

Upaya Peningkatan Pengetahuan Intelijen dari Petugas Imigrasi Untuk Melakukan


Kegiatan Intelijen
Keberhasilan kegiatan pengawasan orang asing sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
dan pengalaman dari personil itu sendiri, karena kemampuan mengetahui tugas dan
menganalisa tugasnya Keberhasilan dalam mendapatkan informasi atau bahan keterangan
tentang orang asing dapat ditingkatkan melalui Intelijen Penyelidikan, karena informasi atau
bahan keterangan yang didapat mampu mendukung peningkatan pengawasan yang optimal.
Untuk itu para personil yang menjalankan tugas harus mempunyai pengetahuan Intelijen
Penyelidikan disamping pengalaman yang dimiliki. Peningkatan kemampuan dibidang
Intelijen dapat pula dilaksanakan melalui pealtihan-pelatihan seperti:
1. Pelatihan Intelijen Keimigrasian di dalam negeri, pelatihan di tingkat regional
(ASEAN) dan Internasional.
a. Intelligence Manager Training;
b. Intelligence Analysis Technical Training;
c. Intelligence User Training;
d. Intelligence Administrator Training;
e. Working with Document Alert;
f. Ports Intelligence Training;
g. Profilling Training;
h. Trainee Other in Intelligence;
i. Sekolah Intelijen Dasar.
2. Telah berhasil rekrutmen Aperatur Sipil Negara (ASN) ditahun anggaran 2018,
meskipun personil tersebut tidak langsung siap pakai sebagai pelaku Intelijen;
3. Tahun 2019 nanti akan dilatih pelaku-pelaku Intelijen untuk diikutsertakan
dalam diklat Intelijen di PUSDIKINTELKAM Soreang Bandung dengan
kebutuhan dilapangan;
4. Untuk Tahun Anggaran 2019 telah diusulkan pagu anggaran Direktorat Intelijen
Keimigrasian sesuai dengan kebutuhannya;
5. Tukar menukar informasi Keimigrasian dengan berbagai negara, baik melalui
perwakilan RI luar negeri maupun secara langung;
a. Melakukan kerja sama pelatihan Intelijen dengan berbagai negara (INS, ICA,
dll) dan organisasi Internasional (IOM).
Direktorat Jenderal Imigrasi juga mengadakan kerjasama-kerjasama Intelijen baik
berupa kerjasama bilateral, regional maupun Internasional. Melalui upaya:
1. Ikut serta dalam ASEAN Immigration Intelligence Forum and Regional
Immigration Intelligence Directory dimaan Indonesia bersama-sama dengan
Malaysia dan Singapura sepakat untuk bertindak sebagai Intel Steering Group;
2. Membangun jaringan Intelijen dengan komunitas Intelijen didalam negeri (BIN,
POLRI, BAIS, PPATK, Kejaksaan);
3. Komunitas Intelijen antar negara (ASIS, ASIO);
4. Tetap menjaga hubungan baik dan saling menguntungkan dengan
counterpart;
5. Bekerjasama dengan INTERPOL dalam menangani kejahatan Internasional dan
penandatanganan SOP Polri-Dirjen Imigrasi tentang Penanganan Hits atau Alert
pada sistem INTERPOL I-24/7 yang berintegrasi dengan Sistem Border Control
Management (BCM) di 5 (lima) Tempat Pemeriksaan Imigrasi besar dalam
rangka melakukan deteksi dini buronan dan pelaku kejahatan transnasional
di lintas batas, baik melalui data dokumen perjalanan yang hilang atau dicuri
(Stolen/Lost Travel Document -STLD) maupun melalui data Nominal (data
Interpol Notice and Diffusion).
Adapun kegiatan rutin yang dilakukan antara lain:
a. Mengikuti rapat koordinasi rutin dalam forum clearance house;
b. Menyebarkan informasi paspor RI yang hilang dan paspor RI yang dinyatakan
tidak berlaku;
c. Menyebarkan informasi Intelijen kepada Unit Pelayanan Teknis tentang Daftar
pencarian Orang;
d. Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh counterpart untuk beberapa
pelatihan seperti pendeteksian paspor palsu, airport interdiction, anti money
laundering, couter terroris. Menyelenggarakan dan atau mengikuti kegiatan
rutin tahunan ASEAN Immigration Intelligence Forum (AIIF) dan Regional
Immigration Intelligence Forum (RIIF).
Penutup
Kesimpulan
Dari tinjauan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada pelaksanaannya tugas pokok Imigrasi, Direktorat Intelijen Keimigrasian
berperan dalam mengantisipasi keadaan yang dapat mengganggu keamanan dan
ketahanan nasional, dengan penyajian informasi melalui analisis guna
menetapkan perkiraan keadaan keimigrasian yang dihadapi atau yang akan
dihadapi. Melalui peranan Direktorat Intelijen Keimigrasian tersebut diharapkan
orang-orang yang tidak dikehendaki masuk dan berada di wilayah Indonesia
dapat langsung ditolak masuk terutama pada saat orang tersebut melalui Tempat
Pemeriksaan Imigrasi, selain itu yang paling penting adalah pimpinan pada
Direktorat Jenderal Imigrasi dapat dan membuat atau mengambil kebijakan dan
keputusan secara tepat sehingga meningkatkan fungsi pengawasan dan
pengamanan Intelijen Keimigrasian terhadap pelaku-pelaku terorisme yang akan
masuk ataupun keluar wilayah Indonesia.
2. Informasi Intelijen Keimigrasian mengenai data-data orang yang akan keluar
dan masuk wilayah Indonesia serta maksud dan tujuan kegiatan orang selama
berada di Indonesia sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
pelayanan, penegakan hukum kegaitan orang asing tersebut selama berada di
Indonesia sangat diperlukan dalam melaksanakan fungsi pelayanan, penegakan
hukum serta keamanan. Institusi Keimigrasian juga dapat memberikan
sumbangan yang berarti ketika ada kebutuhan akan efisiensi dalam kompetisi
global yang akan menghasilkan informasi yang multiguna untuk dapat
digunakan oleh berbagai kepentingan pada sektor- sektor lainnya. Keimigrasian
di era globalisasi bukan sekedar alat penjaga keamanan pintu gerbang negara
melainkan juga sebagai fasilitator pembangunan ekonomi dan bagian yang tidak
terpisahkan dari fungsi dan kegiatan ekonomi negara. Intelijen Keimigrasian
sebagai penganalisa data guna menetapkan perkiraan keadaan Keimigrasian yang
dihadapi atau yang akan dihadapi, hal ini dimaksudkan untuk melindungi warga
negaranya dalam menghadapi persaingan hidup dari sisi perekonomian.
Informasi yang didapat juga membantu memberikan Informasi dan
mengumpulkan bahan keterangan kepada instansi lain dalam menghadapi
tindakan terorisme.
Saran
Dalam kesempatan ini penulis akan memberikan saran dan pendapat bagi jajaran
Imigrasi pada umumnya dan Intelijen Imigrasi pada khususnya, guna menanggulangi adanya
terrorism pada khususnya, yaitu:
1. Pengadaan dan penambahan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan
Operasi Intelijen Keimigrasian serta penunjang tugas Intelijen lainnya seperti
kendaraan, alat komunikasi, alat sadap, dan lain-lain guna mempermudah
mobilitas maupun penyampaian informasi secara tepat dan actual sehingga dapat
meningkatkan tugas dan fungsi Intelijen Keimigrasian khususnya dalam
menghadapi tindakan terorisme di wilayah Indonesia.
2. Penambahan sarana komputer dengan sistem yang on line in network yang
berlaku tidak hanya pada 5 TPI besar saja khususnya aplikasi INTERPOL I-24/7
tetapi juga bagi seluruh Unit Pelayanan Teknis maupun Tempat Pemeriksaan
Imigrasi di Indonesia. Pengadaan komputer main frame juga dibutuhkan.
Penyebaran pembangunan sarana dan prasarana operasional yang layak dan
tidak ketinggalan jaman bagi UPT dan TPI daerah seluruh Indonesia. Serta
adanya sistem penganggaran yang dapat mendukung untuk pelaksanaan
Operasional Intelijen Keimigrasian karena hal ini sangat mutlak dilakukan demi
kelancaran pelaksanaan Intelijen Keimigrasian.

Daftar Pustaka
Apriyandi., R., L. 2015. Paradigma Terorisme Lama – Terorisme Baru dan Aksi Teror
Kontemporer Studi Kasus: Islamic State of Iraq And Syria (ISIS) di Timur Tengah.
Skripsi. Jogjakarta: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, hal
49-50.

Bagir, M. 2000. Hukum Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Nasional. hlm. 7

Boer, M. 2005. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global. Alumni, Bandung. hlm. 515

IOM Indonesia, Buku Panduan Intelijen

Indonesia, Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2016 tentang IntelijenKeimigrasian


Kompas.com, 7 Aksi Teror Mematikan Terbesar Sepanjang 2017
http://international.kompas.com/read/2017/12/23/12000001/7-aksi-teror-mematikan-
terbesar-sepanjang-2017. dikunjungi pada 11 Oktober 2018

Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia. 2015. Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum
dan HAM RI Jakarta. hlm. 129

Sihombing, S. 2013. Hukum Keimigrasian Dalam Hukm Indonesia. Bandung: Nuansa


Aulia.

The Security Council. Resolution 2249. 2015. Adopted by the Security Council at its 7565th
meeting, on 20 November 2015.
http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2249(2015),
dikunjungi pada 08 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai