Anda di halaman 1dari 4

TOPIK

TERORISME

Isu terorisme adalah isu yang sedang dan sudah menjadi sorotan dunia
internasional saat ini, disamping adanya isu lain seperti Global Warming. Isu ini mulai
menyebar setelah adanya penyerangan terhadap gedung WTC di Amerika Serikat pada
tanggal 11 September 2001.Perkembangan kejahatan terorisme global telah
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan baik modus, kuantitas maupun
kualitasnya, Indonesia tidak lepas dari sasaran terorisme. Terungkap fakta adanya
keterkaitan jaringan militan lokal dengan jaringan internasional. Selain ancaman
terorisme, ancaman non tradisional lainnya yang muncul saat ini telah merebak pula lewat
pintu sendi kehidupan bangsa. Aktifitas teroris telah membidik dan memanfaatkan
ideologi dan agama bagi masyarakat dunia sebagai garapan agar memihak kepada
perjuangan mereka. Oleh sebab itu perlu ditangani secara bijak. Untuk mencegah dan
menanggulangi segala bentuk tindakan dan kegiatan teroris, Pemerintah Indonesia
menyikapi fenomena terorisme secara arif, menganilisis berbagai aspek kehidupan
bangsa saat ini, guna memerangi aksi terorisme, bersama dunia internasional. Dengan
memanfaatkan kemampuan teknologi modern saat ini teroris dapat menghancurkan
sasaran yang diijinkan dari jarak jauh, seperti telepon genggam atau bom bunuh diri
seperti yang terjadi di Bali.
Ancaman terorisme menjadi ancaman nyata terhadap keamanan bangsa
Indonesia. Terorisme yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari kejadian terorisme global
dan merupakan suatu ancaman yang tidak lepas dari tatanan politik global. Selain itu,
keadaan ideologi, politik dan ekonomi dalam negeri juga ikut memicu aksi terorisme.
Dengan dua konteks itu, ancaman terorisme di Indonesia bisa mengganggu keamanan
nasional, regional, dan internasional. Mencuatnya permasalahan teror di Indonesia dipicu
oleh adanya derap reformasi yang membawa berbagai akibat dan ekses negatif dalam
sendi-sendi kehidupan masyarakat. Berbagai konflik horizontal maupun vertikal mulai
bermunculan bernafaskan kepentingan politik dari kelompok-kelompok tertentu.Sehingga
dari kondisi konflik politik dan konflik horizontal tersebut memancing kelompok-kelompok
tertentu untuk memanfaatkan situasi untuk “mengail di air keruh” dengan melancarkan
berbagai aksi teror seperti peledakan bom, penculikan, pembunuhan, ancaman-ancaman
melalui pesawat telepon, dan lain-lain. Aksi terorisme sangat berbahaya karena
disamping bertabrakan dengan peradaban manusia juga terorisme dapat membentuk
manusia ultra-ekstrim dan ultra-fanatik, dimana ideologi teror mampu mengubah manusia
menjadi monster yang siap melakukan apa saja yang diperintahkan oleh pimpinannya
dengan cara apapun.1 Terorisme juga merupakan pengangkangan telanjang terhadap
peradaban manusia, oleh karenanya terorisme tidak boleh diberikan kesempatan untuk
hidup, apalagi berkembang. Terorisme harus diperangi terus menerus dan harus dilawan
dengan mencari akar permasalahannya, untuk kemudian membabat akarnya.
Dihadapkan ancaman tersebut untuk mengantisipasi terulangnya peristiwa serupa, maka
bangsa Indonesia perlu melakukan berbagai upaya dalam mengantisipasi dan mencegah
aksi terorisme, sehingga tidak membahayakan keselamatan dan integritas negara serta
mempersulit proses pemulihan stabilitas nasional di Indonesia dengan melibatkan seluruh
komponen bangsa. TNI khususnya TNI-AD sebagai salah satu komponen bangsa
merupakan alat pertahanan negara yang berkewajiban untuk menjadi garda terdepan
dalam upaya mempertahankan integritas dan kedaulatan bangsa termasuk dalam rangka
mengatasi ancaman terorisme yang dewasa ini marak terjadi.
Wilayah ibukota Jakarta merupakan wilayah yang sangat rawan terjadi aksi dan
tindakan terorisme, hal ini disebabkan karena Jakarta merupakan “center of gravity”
negara Indonesia. Teror di wilayah Jadetabek diawali pada tahun 2000 dan sampai saat
initercatat sebanyak 16 kali aksi terorisme di wilayah Jadetabek hingga tahun 2017
diantaranya: bom kedubes Filipina, bom Kedubes malasya, bom BEJ, bom gereja santa
ana, bom kedubes Australia, bom plaza Atrium, bom kompleks mabes Polri, bom bunuh
diri Sarinah tamrin dan bom Kp. Rambutan. Pada tanggal 5 Mei 2019 telah ditemukan
bom oleh Densus 88 dikawasan Kota Bekasi dan menangkap seorang pelaku yang
disinyalir dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Sebelumnya Tim Densus 88
mengamankan dua terduga teroris di Bekasi, salahsatunya berinisial T yang tewas
setelah tim Densus menembaknya karena membawa bom dan bomnya meledak
mengenai badan pelaku. Aksi-aksi tersebut mendapat perhatian serius dari Pemerintah
Indonesia karena terjadi di Ibukota Negara.
Tugas pokok TNI sebagaimana yang dituangkan Undang-Undang No.34 tahun
2004 tentang TNI pada pasal 7 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa “Tugas pokok TNI
adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan : Operasi
militer untuk perang dan Operasi militer selain perang. Salahsatu tugas pokok dalam
operasi militer selain perang yaitu mengatasi aksi terorisme.

1
Lesmana, Tjipta, Membangun Masyarakat yang Resistance terhadap Terorisme, Majalah
TELSTRA No.67 Agustus-Oktober 2001, Hal-24.
Dihadapkan dengan ancaman nyata terorisme serta kompleksitas tugas TNI yang
semakin beranekaragam dihadapkan pada perubahan ancaman dan tantangan kedepan.
Pentingnya menjaga kapasitas para prajurit TNI diarahkan agar mampu menjawab segala
bentuk tantangan tugas kedepan. Personel Intelijen merupakan kunci keberhasilan
pelaksanaan penggalangan informasi dilapangan. Dengan kapasitas yang baik, personel
Intelijen mampu melaksanakan tugasnya secara optimal. Kapasitas personel Intelijen
merupakan kunci dalam melaksanakan deteksi dini terorisme diwilayah, sebagaimana
dijelaskan Milen kapasitas merupakan kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk
menjalankan fungsi sebagaimana mestinya secara efektif, efisien dan terus-menerus.
Kemampuan/kapasitas Individu menurut Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS adalah
ketrampilan-ketrampilan individu dan persyaratan-persyaratan, pengetahuan, tingkah
laku, pengelompokan pekerjaan dan motivasi-motivasi dari pekerjaan orang-orang di
dalam organisasi-organisasi.2
Pembinaan keterampilan dan pengetahuan sudah dilaksanakan secara sistematis
dan terus menerus di satuan Intelijen, sehingga kapasitas individu personel Intelijen dapat
terjaga secara optimal. Selain itu, pembinaan mental dan disiplin personel Intelijen-pun
sudah dilaksanakan dengan memberikan reward and punishment maupun jam komandan
dan pendekatan persuasif terhadap individu untuk meningkatkan motivasi diri dalam
melaksanakan pekerjaan disatuan maupun dilapangan. Dengan kondisi kapasitas yang
dimiliki personel Intelijenmampu melaksanakan deteksi dini terorisme di wilayah secara
cepat dan tepat. Namun dihadapkan dengan kapasitas personel Intelijendalam deteksi
dini terorisme di wilayah belum tercapai secara optimal.
Terdapat beberapa fenomena yang mempengaruhi kapasitas personel Intelijen
dalam deteksi dini terorisme di wilayah belum optimal, antara lain : (1) Jaring intelijen
tumpul, sehingga kurang mampu memberikan informasi yang memadai terkait kelompok-
kelompok ataupun sel-sel jaringan terorisme di wilayah; (2) Lemahnya pengetahuan dan
keterampilan deteksi dini personel Intelijen dihadapkan dalam melaksanakan deteksi dini
terorisme di wilayah; (3) Banyaknya kegiatan protokoler, sehingga pelaksanaan deteksi
dini menjadi bukan prioritas tugas personel Intelijen, hal ini menurunkan motivasi personel
disebabkan karena bercabangnya fokus pekerjaan.
Dengan kompleksitas tugas dan kondisi personel Intelijen saat ini, perlu
meningkatkan kapasitas diri yang dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan pemberian
tugas kepada para personel Intelijen. Brown et all (2001) mendefinisikan analisis
kapasitas sebagai proses yang meningkatkan kemampuan seseorang, kelompok,

2
H. R. Riyadi Soeprapto, 2006. (The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance)
Disampaikan dalam Workshop Reformasi Birokrasi pada tanggal 30 Juni 2006 di Kendari, h. 16 s.d 17
organisasi, atau sistem untuk memenuhi tujuannya atau untuk tampil lebih baik.
Sebagaimana kapasitas, analisis kapasitas adalah proses multi-dimensi dan dinamis. Ini
harus mengarah pada peningkatan kinerja pada setiap tingkat dan berkontribusi untuk
keberlanjutan. Lingkungan eksternal juga mempengaruhi peningkatan kapasitas.
Perbedaan penting antara definisi ini dan lain-lain yang ditemukan dalam literatur
profesional adalah penambahan individu dan / komunitasnya sebagai tingkat penting
untuk pembangunan kapasitas. Penigkatan kapasitas dapat difokuskan pada tingkatan
manapun dan dilaksanakan berdasarkan analisis yang mendalam terhadap seluruh
dimensi yang relevan. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada analisis
kapasitas individu personel Intelijen. Didasari pada keterbatasan waktu dan kemampuan
penulis serta urgensi yang ada, analisa analisis kapasitas individu personel Intelijen
dibatasi kembali yang mencakup pengetahuan, tingkah laku, pengelompokan kerja dan
motivasi setiap personel Intelijen.

Dari topik yang dipilih serta mengacu pada fenomena yang telah dijelaskan oleh
penulis, maka penulis menyimpulkan/mengajukan 3 alternatif judul dalam
penyusunan taskap (Kertas Karya Ilmiah Perseorangan) sebagai berikut:

1. PENGEMBANGAN KAPASITAS PERSONEL INTELIJEN DALAM DETEKSI DINI


TERORISME DI WILAYAH.
2. OPTIMALISASI KESIAPAN PERSONEL INTELIJEN DALAM RANGKA DETEKSI
DINI TERORISME DI WILAYAH.
3. SINERGITAS INTELIJEN TNI DENGAN INTELIJEN NEGARA LAINNYA DALAM
MELAKUKAN PENDETEKSIAN DINI TERORISME DI WILAYAH.

Anda mungkin juga menyukai