Pendahuluan
Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer) yang
diselenggarakan oleh suatu negara untuk menjamin integritas wilayahnya,
perlindungan dari orang dan atau menjaga kepentingan-kepentingannya agar tetap
terlindungi. Fakta yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini mengalami dilema
keamanan dan dilema pertahanan. Persoalan yang mengemuka yaitu siapa yang
harus bertanggung jawab untuk menjawab dan menghadapi ancaman keamanan
tertentu menjadi rumit dan politikal. Padahal dimensi ancaman yang dihadapi saat ini
dengan globalisasi yang ditandai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
komunikasi menjadi semakin kompleks. Berdasarkan analisa strategis dan identifikasi
terhadap hakikat ancaman yang sangat dinamis, dalam kurun waktu lima tahun ke
depan sesuai dengan prediksi dan prioritasnya dikategorikan dalam bentuk ancaman
nyata dan belum nyata. Ancaman nyata yang menjadi prioritas dalam penanganannya
1
diantaranya adalah paham radikalisme. Oleh karena itu, harapannya strategi
Pembinaan Teritorial melalui metode Pembinaan Perlawanan Wilayah, Komunikasi
Sosial dan Bakti TNI dapat berpengaruh terhadap upaya mengatasi paham radikalisme
di daerah. Kegiatan berupa pembangunan fisik dan non fisik ditujukan untuk membatu
kesulitan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraannya. Dengan strategi tersebut
maka dapat merebut hati rakyat dan terciptanya kemanunggalan TNI - Rakyat. Sekaligus
sebagai deradikalisasi, temu dini dan pencegahan terhadap kelompok-kelompok radikal
yang dapat mengarah pada tindak terorisme di daerah.Strategi pertahanan negara
sebagaimana diatur dalam pasal 30 ayat (2) UUD 1945 menggunakan sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata). Namun kenyataan saat ini,
Sishankamrata diaktualisasikan dalam bentuk gabungan kapabilitas dan bukan kerja
sama. Masalah dalam mewujudkan gabungan tidaklah mudah karena adanya ego
sektoral yang kuat, sebagai contoh dalam revisi UU anti terorisme. Demikian juga
dengan belum adanya Undang-Undang yang mengatur tentang Keamanan Nasional
menyebabkan struktur organisasi dalam Pertahanan Negara menjadi tumpang tindih.
Perdebatan muncul tentang definisi Keamanan Nasional (National security), yang
1
Educ Permadi Eko P B, dkk, Jurnal tentang Strategi Metode Binter Satuan Komando Kewilayahan Untuk
Mengatasi Terorisme Di Wilayah Kodim 0735/Surakarta, Program Studi Pertahanan Darat Universitas
Pertahanan, Diakses dari :
file:///C:/Users/windows/Downloads/273-1715-1-PB-1.pdf pada : 12/08/2023.
2
berkaitan erat dengan institusi manakah yang paling bertanggung jawab terhadap
keamanan Nasional.
Dari latar belakang di atas terkait dengan Optimalisasi Sistem Pola Binter
terhadap Sishankamrata dalam menangkal Paham Radikalisme , maka dapat penulis
ambil identifikasi persoalan yaitu : 1) Bagaimana potensi Sishankamrata dihadapkan
perkembangan paham radikalisme saat ini ?; 2) Bagaimana pola Binter sebagai fungsi
utama TNI AD, dan fungsi organik militer dalam menangkal radikalisme saat ini ?; 4)
Bagaimana pola pembinaan kemampuan Binter baik perorangan dan satuan
dihadapkan adanya paham radikalisme pada era industri 4.0 ?; 4) Bagaimana
penyelenggaraan kegiatan Binter serta implikasinya dihadapkan tantangan TNI AD di
masa depan? ; Dari uraian permasalahan tersebut diperoleh sebuah rumusan
permasalahan yaitu “Bagaimana Optimalisasi Sistem Pola Binter terhadap
Sishankamrata dalam menangkal Paham Radikalisme ?”
Pembahasan dalam tulisan ini memiliki arti penting sebagai bahan kajian dan
pencerahan bagi pembaca tentang Optimalisasi Sistem Pola Binter terhadap
Sishankarata dalam cegah paham Radikalisme. Metode yang penulis gunakan dalam
pembuatan esai ini bersifat deskriptif analisa dengan menggambarkan kondisi yang
ada didasarkan pada pendekatan studi kepustakaan. Adapun nilai guna yang dapat
diambil dari penulisan esai ini adalah dapat memberikan pengalaman pribadi dalam
melakukan analisa terhadap Implementasi Sistem Pola Binter terhadap Sishankarata
dalam cegah paham Radikalisme saat Ini. Maksud memberikan gambaran kepada
pembaca terkait data dan fakta, serta strategi/upaya Optimalisasi Sistem Pola Binter
terhadap Sishankarata dalam cegah paham Radikalisme saat ini. Adapun tujuan
penulisan esai ini untuk memberikan masukan dan saran kepada pimpinan TNI AD
dan pemerintah terkait dengan Optimalisasi Sistem Pola Binter terhadap Sishankarata
dalam cegah paham Radikalisme. Ruang Lingkup pembahasan penulisan esai ini
disusun dengan tata urut: pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
Pembahasan
Dalam aksi terorisme yang beberapa kali ini terjadi di Indonesia, kejahatan ini
tergolong sebagai suatu aksi yang sungguh membahayakan ideologi negara Indonesia.
Ideologi negara Indonesia yang bersumber pada Pancasila merupakan sebuah warisan
dari para pendiri bangsa. Sebagai dasar negara, Pancasila juga tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, keduanya sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
3
juga melibatkan aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya; 2) Teori Ketahanan
Nasional (National Resilience Theory), Teori ini menekankan pentingnya ketahanan
nasional, yang melibatkan kesiapan dan kemampuan suatu negara dan masyarakatnya
untuk menghadapi ancaman dan krisis. Dalam konteks Sishankamrata, penguatan
ketahanan nasional dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat dalam
menjaga keamanan dan pertahanan negara, termasuk melawan radikalisme..
Sishankamrata memiliki potensi dalam menghadapi perkembangan paham
radikalisme, namun juga memiliki beberapa kendala dan kelemahan yang perlu diakui.
Beberapa kendala/kelemahan tersebut antara lain : 1) Keterbatasan Pengetahuan dan
Pemahaman. Tidak semua lapisan masyarakat memiliki pemahaman yang mendalam
tentang radikalisme dan bagaimana mengidentifikasinya. Kurangnya pemahaman ini
dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan radikalisme; 2)
Kurangnya Keterlibatan Masyarakat. Meskipun konsepnya mengandalkan partisipasi
aktif masyarakat, dalam praktiknya tidak semua masyarakat berpartisipasi dengan
antusias. Beberapa masyarakat mungkin merasa kurang tertarik atau merasa tidak
memiliki peran yang signifikan dalam isu keamanan dan pertahanan; 3) Perbedaan
Pandangan dan Nilai-nilai. Masyarakat Indonesia memiliki beragam latar belakang
budaya, agama, dan pandangan politik. Perbedaan ini dapat menghambat upaya
koordinasi dan kesepakatan dalam menghadapi radikalisme karena pandangan yang
berbeda-beda terhadap isu ini.
Untuk mengatasi kendala dan kelemahan potensi Sishankamrata dalam
menghadapi perkembangan paham radikalisme, diperlukan serangkaian upaya yang
holistik dan terintegrasi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah antara lain : 1)
Pendidikan dan Kampanye Publik. Mengadakan kampanye publik dan program
pendidikan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang radikalisme dan
dampaknya; Memfasilitasi diskusi, seminar, dan lokakarya tentang radikalisme untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik; 2) Pelatihan dan Penyuluhan.
Melibatkan pakar dan praktisi keamanan serta tokoh agama dalam memberikan pelatihan
dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengenalan paham radikal dan cara
menghadapinya; 3) Penguatan Kerjasama Lintas Sektor. Mendorong kerjasama yang
erat antara pemerintah, lembaga keamanan, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam
merancang dan mengimplementasikan program pencegahan radikalisme; 4)
Pemahaman Nilai-nilai Pancasila. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
5
nilai-nilai Pancasila dan menjadikannya sebagai fondasi dalam melawan radikalisme dan
ekstremisme.
Bagaimana pola Binter sebagai fungsi utama TNI AD, dan fungsi organik
militer dalam menangkal radikalisme saat ini?
Berdasarkan Data dan fakta, bahwa Salah satu tugas TNI AD dari 4 (empat)
tugas sebagaimana tertuang dalam UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, adalah
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat, dengan
menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, pengerahan dan pengendalian
wilayah untuk kepentingan pertahanan di darat, sesuai dengan Sistem Pertahanan
Semesta (Sishanta). Pemberdayaan wilayah pertahanan aspek darat selama ini
diimplementasikan melalui berbagai kegiatan Pembinaan Teritorial (Binter) dalam
rangka mendukung tugas pokok TNI AD. Ditilik dari perkembangan sejarahnya, Binter
merupakan proses institusionalisasi dari strategi militer yang menempatkan perang
gerilya sebagai strategi utamanya. Proses institusionalisasi strategi perang gerilya
yang sebenarnya bersifat tentatif ini, bergeser menjadi bagian permanen dari strategi
pertahanan nasional sejak pengadopsian doktrin Sishanta. Pengadopsian doktrin ini
menempatkan Binter sebagai strategi pertahanan matra darat yang dikembangkan
untuk mengantisipasi permasalahan teritorial yang terdiri dari perpaduan dinamika
4
unsur geografi, demografi, dan kondisi sosial.
Pola Binter (Bimbingan Teritorial) adalah konsep yang penting dalam TNI AD dan
memiliki peran yang signifikan dalam menangkal radikalisme saat ini. Pola Binter adalah
salah satu cara untuk mendekatkan TNI kepada masyarakat di wilayah operasionalnya
dan membangun hubungan yang positif dengan tujuan mencegah dan mengatasi
ancaman, termasuk radikalisme. Harapan dari pola Binter dan fungsi organik militer
dalam menangkal radikalisme adalah Pola Binter dapat memungkinkan TNI AD untuk
berada dalam kontak langsung dengan masyarakat di berbagai daerah dan dengan
keterlibatan langsung ini, TNI AD dapat lebih mudah mendeteksi tanda-tanda awal
radikalisme dan ekstremisme di masyarakat.
Pola Binter (Bimbingan Teritorial) dalam fungsi utama TNI AD dan fungsi organik
militer dalam menangkal radikalisme dapat dihubungkan dengan beberapa teori yang
relevan. Beberapa teori yang mungkin terkait antara lain : 1) Teori Komunikasi dalam
Pengaruh Sosial. Teori ini meneliti bagaimana komunikasi dan pengaruh sosial
4
https://tniad.mil.id/dengan-binter-tni-rakyat-manunggal-mengawal-kedaulatan-negeri/, Diakses :
10/08/2023.
6
mempengaruhi perilaku individu dan kelompok. Pola Binter melibatkan komunikasi dan
interaksi langsung dengan masyarakat, yang dapat berkontribusi dalam membentuk
persepsi masyarakat tentang radikalisme dan mengubah perilaku mereka dalam
menghadapinya; 2) Teori Pemahaman Teroris dan Radikalisme. Teori ini berkaitan
dengan pemahaman penyebab radikalisme dan terorisme. Pola Binter dapat menerapkan
konsep ini dengan mendekatkan TNI AD kepada masyarakat untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya paham radikal dan menangkalnya; 3) Teori
Pembentukan Identitas Nasional. Teori ini menyoroti pembentukan dan pemeliharaan
identitas nasional. Dalam konteks pola Binter, TNI AD dapat membantu memperkuat
identitas nasional dan nilai-nilai Pancasila sebagai bentuk tanggapan terhadap ancaman
radikalisme.
Meskipun pola Binter memiliki potensi dalam menangkal radikalisme dan
menjalankan fungsi utama TNI AD dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara,
ada beberapa kendala dan kelemahan antara lain : 1) Kurangnya Sumber Daya.
Pelaksanaan pola Binter memerlukan sumber daya yang mencakup personel, dana,
fasilitas, dan waktu. Terbatasnya sumber daya ini dapat membatasi jangkauan dan
efektivitas implementasi pola Binter; 2) Kendala Budaya dan Bahasa. Di daerah-daerah
dengan budaya dan bahasa yang beragam, komunikasi dan interaksi bisa menjadi lebih
sulit. 3) Kendala Teknologi dan Akses Informasi. Di daerah terpencil atau dengan
keterbatasan teknologi, penyampaian informasi dan komunikasi mungkin menjadi sulit; 4)
Risiko Keamanan dan Kerahasiaan. TNI AD harus berhati-hati untuk tidak
mengungkapkan informasi rahasia atau memperkenalkan risiko keamanan dalam
interaksi dengan masyarakat.
Mengatasi kendala dan kelemahan pola Binter sebagai fungsi utama TNI AD
dalam menangkal radikalisme memerlukan upaya yang terstruktur dan komprehensif.
Berikut adalah beberapa upaya yang dapat diambil untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut antara lain : 1) Penyediaan Sumber Daya yang Cukup. Pemerintah perlu
mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk pelaksanaan pola Binter, termasuk
personel, dana, dan fasilitas dan meningkatkan investasi dalam pelatihan, pendidikan,
dan peralatan yang mendukung pelaksanaan tugas Binter; 2) Peningkatan Keterampilan
Sosial dan Pendidikan Militer. Memberikan pelatihan tambahan kepada personel militer
dalam hal keterampilan komunikasi, interaksi dengan masyarakat, dan pemahaman
tentang radikalisme; 3) Penyuluhan Literasi Digital. Mengedukasi masyarakat tentang
penggunaan yang aman dan bijak dari teknologi digital untuk menghindari penyebaran
7
5
Sabarno, Artikel tentang Pembinaan Teritorial di era Globaliasi, Diakses dari :
https://www.academia.edu/31639141/PEMBINAAN_TERITORIAL_DI_ERA_GLOBALISASI
pada:10/08/2023.
8
6
Frans Kishin Panjaitan dkk, Jurnal tentang Strategi Peningkatan Kemampuan Binter Kodam Jaya
Berbasis Teknologi Informasi dalam Mendukung Kesiapan Operasional, Jurnal Strategi Pertahanan Darat
Volume 8, Nomor 1, 2022.
10
Penutup
Dari uraian pembahasan tentang “Optimalisasi Sistem Pola Binter terhadap
Sishankamrata dalam menangkal Paham Radikalisme” dapat diambil kesimpulan,
bahwa Optimalisasi sistem pola Binter (Pembinaan Teritorial) dalam konteks
Sishankamrata memiliki peran yang sangat penting dalam upaya menangkal paham
radikalisme. Pola Binter dapat menjadi alat efektif untuk membangun kemanunggalan
TNI-Rakyat, mencegah penyebaran paham radikalisme, dan mengembangkan
keamanan terpadu di tingkat lokal. Dalam menghadapi tantangan radikalisme, kerja
sama antara TNI AD dan masyarakat sangat krusial, dan pola Binter dapat berperan
sebagai jembatan dalam membangun komunikasi yang lebih baik, membangun
kepercayaan, dan mengedukasi masyarakat..
Berikut adalah beberapa saran dari implementasi sistem pola Binter terhadap
Sishkanmarata dalam rangka menangkal paham radikalisme : 1) Dukungan Pemerintah
dan Anggaran yang memadai. Pastikan adanya dukungan dari pemerintah dalam
mengimplementasikan program Binter yang lebih kuat dalam mengatasi paham
radikalisme. Anggaran yang memadai sangat penting untuk mencapai hasil yang
optimal; 2) Komitmen dan Kepemimpinan. Komitmen yang kuat dari pimpinan TNI AD
11
dalam menjalankan kebijakan dan program Binter yang berfokus pada penanggulangan
paham radikalisme. Kepemimpinan yang efektif akan menggerakkan inisiatif dan upaya
bersama; 3) Penggunaan Media Sosial Positif. Manfaatkan media sosial sebagai alat
untuk menyebarkan informasi positif dan edukatif yang dapat membantu masyarakat
mengenali dan menolak paham radikalisme.
Demikian esai tentang “Optimalisasi Sistem Pola Binter terhadap Sishankamrata
dalam menangkal Paham Radikalisme” yang penulis buat, semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan masukan bagi pemerintah dan
lembaga TNI AD khususnya.
Penulis,
Ir. ASRUL
DAFTAR PUSTAKA
1. Naskah Hanjar Teritorial TNI AD, Kep KASAD No. Kep/ / XII/2002, Tanggal Desember
2022.
2. Kolonel Cpl Imam Nurjaman, Sishankamrata. Seskoad, 2023.
3. Educ Permadi Eko P B, dkk, Jurnal tentang Strategi Metode Binter Satuan Komando
Kewilayahan Untuk Mengatasi Terorisme Di Wilayah Kodim 0735/Surakarta, Program Studi
Pertahanan Darat Universitas Pertahanan, Diakses dari :
file:///C:/Users/windows/Downloads/273-1715-1-PB-1.pdf pada : 12/08/2023.
4. Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si., Eksistensi TNI dalam menghadapi ancaman Militer dan
nir militer multidimensional di era milenial, WIRA Media Informasi Kementrian pertahanan,
www.kemhan.go.id
5. Imran Tahir, M. Irwan Tahir, Jurnal tentang Perkembangan Pemahaman Radikalisme di
Indonesia, Diakses dari :
http://eprints2.ipdn.ac.id/id/eprint/979/1/Jurnal%20JIAPD%20Radikalisme.pdf pada :
10/08/2023
6. https://tniad.mil.id/dengan-binter-tni-rakyat-manunggal-mengawal-kedaulatan-negeri/,
Diakses : 10/08/2023.
7. Sabarno, Artikel tentang Pembinaan Teritorial di era Globaliasi, Diakses dari :
https://www.academia.edu/31639141/PEMBINAAN_TERITORIAL_DI_ERA_GLOBALISASI
pada:10/08/2023.
8. Frans Kishin Panjaitan dkk, Jurnal tentang Strategi Peningkatan Kemampuan Binter
Kodam Jaya Berbasis Teknologi Informasi dalam Mendukung Kesiapan Operasional, Jurnal
Strategi Pertahanan Darat
Volume 8, Nomor 1, 2022.
9. Dwi Joko Siswanto, Jurnal tentang Konsep Pencegahan Paham Radikal dan Aksi Teror
di Era Revolusi Industri 4.0 : Tinjauan Teori Kognisi Sosial, JURNAL MAHATVAVIRYA Vol. 9.
No. 2. Sep 2022.
10. Keputusan Kasad Nomor Kep/796/X/2017 tanggal 27 Oktober 2017 tentang Petunjuk
Administrasi tentang Kegiatan Pembinaan Teritorial TNI AD.
11. Keputusan Kasad Nomor Kep/914/XII/2020 tanggal 10 Desember 2020 tentang Petunjuk
Teknis Pembinaan Teritorial Satnonkowil.