Disusun Oleh:
1. Novan Nugraha (2223813)
2. Muhammad Hilman Setiawan (2223817)
3. Maharany Novia Putri (2223818)
Menurut Basrie (2002) dalam (Huljanah et al., 2020) mengemukakan bahwa yang
diperlukan untuk dapat membangun Ketahanan Nasional, yaitu ketahanan yang dimiliki oleh
Negara untuk menciptakan stabilitas nasional. Ketahanan Nasional juga merupakan
pendekatan yang utuh menyeluruh atau komprehesif integral yang mencerminkan
keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa yang terangkum dalam asta
gartra (Gatra Geografi, Gatra Demografi, Gatra Sumber Kekayaan Alam, Gatra Ideologi,
Gatra Politik, Gatra Ekonomi, Gatra Sosial Budaya, Gatra Pertahanan dan Keamanan).
Ketahanan nasional diperlukan bukan hanya sebagai konsepsi politik saja, melainkan
sebagai kebutuhan yang diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok
pemerintahan, seperti: tegaknya hukum dan ketertiban (law and order), terwujudnya
kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity), terselenggaranya pertahanan dan
keamanan (defence and security), terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial
(juridical justice and social justice), serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk
mengaktualisasikan diri (freedom of the people) (Wahyono, 1996) dalam (Armawi &
Wahidin, 2018).
Dalam lima tahun terakhir, posisi Indonesia dalam kondisi kurang tangguh, hal ini
berdasarkan hasil yang dirilis oleh Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional.
Tantangan tersebut harus segera dicarikan solusinya, salah satu yang harus ditingkatkan dan
dioptimalkan yakni bela negara. Bela negara dapat didefinisikan sebagai suatu tekad, sikap,
dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi
oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta
keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban
guna meniadakan setiap ancaman baik yang dari luar negeri maupun dari dalam negeri
yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa,
keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta nilai – nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
(Azhar, 2001:32) dalam (Armawi & Wahidin, 2018).
Namun pada kenyataannya sikap patriotisme kurang dimiliki oleh generasi muda era
digital saat ini. Semangat bela negara, sikap patriotisme saat ini sudah mulai memudar.
Sekolah sebagai pusat pembelajaran dan pelatihan tidak lagi menyentuh materi-materi
pembelajaran yang demikian. Masih rendahnya kesadaran bela negara, belum optimalnya
kurikulum pendidikan dan pembinaan bela negara dan belum sinergisnya Kementerian atau
Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan metode dan materi pembinaan kesadaran
bela negara di era digital menjadi pokok persoalan yang harus segera dicari solusi
pemecahannya.
Undang Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 6 ayat (1)
menyebutkan bahwa “Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan
membina kemampuan, daya tangkal Negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap
ancaman”.
Pasal 9 ayat (1) menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan
negara”. Diperkuat dengan ayat (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui pendidikan
kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit
Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib dan pengabdian sesuai dengan
profesi.
Oleh karena itu, kondisi tersebut harus segera ada perbaikan dan penyelesaian, karena
dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat mengganggu stabilitas nasional. Sebagai negara
kepulauan terbesar dan dengan jumlah penduduk urutan keempat di dunia. Ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan dari globalisasi itu sendiri, akan berdampak luas pada
masyarakat Indonesia. Berhubungan dengan itu, geostrategic Indonesia diperlukan untuk
mewujudkan dan mempertahankan integrasi bangsa dalam masyarakat majemuk dan
heterogen berdasarkan Pembukaan UUD 1945, geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk
ketahanan nasional (Armawi, 2011:62) dalam (Armawi & Wahidin, 2018).
c. 45% siswa laki-laki menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan
pelaku kekerasan
d. 22% siswa perempuan menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan
pelaku kekerasan
e. 40% siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik oleh
teman sebaya
b. Beberapa kejadian sekolah, guru, dan siswa menghindar dari kegiatan upacara
bendera dan pelajaran kewarganegaraan/sejarah.
b. 92,2 % dari jumlah 59,9 % yang bersikap menolak orang yang dibenci menjadi
pejabat di Indonesia.
c. 82,4 % dari 59,9 % tidak mau bertetangga dengan orang yang dibenci.
Hal tersebut diperparah lagi bahwa saat ini kita tengah dihadapkan kepada
persoalan yang rumit, antara kebenaran dan kebohongan yang semakin sulit dibedakan. Kabar
bohong kembali mengalami kebangkitan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai
gambaran, berikut ini beberapa temuan yang didapatkan berdasarkan Laporan
“DailySosial” terkait dengan Distribusi Hoax di Media Sosial pada tahun 2018 yang terjadi
di Indonesia:
c. Mayoritas responden (51,03%) dari responden memilih untuk berdiam diri (dan
tidak percaya dengan informasi) ketika menemui hoax
3.2 Saran
1. Perlu adanya koordinasi, sinergitas, dan kerjasama antara pemerintah pusat dan
daerah (provinsi, kabuptaen dan kota) dalam menjalankan program kesadaran bela
negara untuk mencapai kewaspadaan generasi muda. Adanya program ini untuk
mencegah dan menangkal terhadap ancaman bangsa untuk meningkatkan ketahanan
nasional.
2. Kurikulum Sistem Pendidikan Nasional harus memuat materi pertahanan keamanan
(HANKAM) dan Bela Negara. Apabila generasi muda memiliki jiwa bela negara
yang tinggi, maka akan meningkat juga ketahanan nasional negara.
DAFTAR PUSTAKA
Armawi, A., & Wahidin, D. (2018). Ketahanan Nasional dan Bela Negara. Wira, 1–62.
Hartono, D. (2020). Fenomena Kesadaran Bela Negara di Era Digital dalam Perspektif Ketahanan
Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI, 8(1), 19.
Huljanah, A. M., Rahmawati, N., Hidayah, N., Prio, A., & Santoso, A. (2020). Perilaku Masyarakat
Dalam Penerapan Ketahanan Nasional Di Era Covid 19 Sebagai Bentuk Bela Negara. Seminar
Nasional & Call for Paper Hubisintek 2020, 37–43.
Suriata, I. N. (2019). Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam Meningkatkan
Ketahanan Nasional. Jurnal Administrasi Publik, 4(1), 47–56.
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/public-inspiration/article/view/1273/909
Soepandji, K. W., & Farid, M. (2018). Konsep Bela Negara Dalam Perspektif Ketahanan Nasional.
Jurnal Hukum & Pembangunan, 48(3), 436. https://doi.org/10.21143/jhp.vol48.no3.1741