Open Access
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, hal kondisi wilayah Indonesia dan pluralisme
tersebut tidak terlepas dari pengaruh sosial bangsa Indonesia, tetapi demi
globalisasi (Kompas; 11 Maret 2009). kepentingan masa depan bangsa Indonesia
Perkembangan situasi global yang sendiri”. Tanpa memperhatikan masalah
sangat pesat telah mempengaruhi negara- seperti ini, maka setiap orang akan mengalami
negara maju dan berkembang. Menyikapi kesulitan mendapatkan keamanan dan
akselerasi global yang sangat cepat, tentunya kenyamanan dalam hidup berbangsa dan
bangsa Indonesia harus semakin siap, bernegara.
mematangkan kualitas diri (SDM) agar tidak Salah satu solusi jangka panjang
larut dalam gelombang perubahan global menurut ffandi (PR: 21 Pebruari 2008) adalah
(Setiady, 2007 12). Berbagai hal positif yang ”menciptakan sistem ketahanan negara yang
dapat dimanfaatkan dari globalisasi dalam tangguh adalah melalui Pendidikan Bela
rangka mewujudkan cita-cita pembangunan Negara”. Pendidikan yang dimaksud adalah
nasional dan penegakkan kedaulatan NKRI; sesuai amanat Pasal 27 ayat (3) Undang-
apabila Bangsa Indonesia tidak siap menerima Undang Dasar 1945 bahwa ”setiap
secara utuh dan mampu mengikuti perubahan warganegara berhak dan wajib ikut serta
yang sangat cepat tersebut, akan menimbulkan dalam upaya Pembelaan Negara” (Undang-
permasalahan yang menjadi ATHG Undang Dasar 1945 dan Amandemennya,
(Ancaman, Tantangan, Hambatan dan 2007: 18). Pendidikan Bela Negara menjadi
Gangguan) pertahanan negara, misalnya sesuatu yang wajib, sejalan dengan kenyataan
perbatasan wilayah, masalah disintegrasi empirik yang berkembang saat ini dan menjadi
bangsa serta menurunnya semangat kebutuhan Indonesia, untuk melakukan
kebhinekaan, melemahnya nasionalisme dan reorientasi sistem ketahanan nasional. Melalui
patriotisme, meningkat dan bervariasinya Pendidikan Bela Negara menurut Idrus
skala ancaman. Affandi diharapkan, ”Terbangun kesadaran
Negara Indonesia sebagai negara kolektif Bangsa Indonesia yang kuat dan
kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai kokoh. Kesadaran kolektif ini akan menjadi
Merauke dengan jumlah penduduk 255 juta fundamental ketahanan negara, di masa kini
jiwa (BPS, 2016) serta memiliki keragaman dan masa yang akan datang. Disamping itu,
suku, etnis, agama, bahasa dan adat istiadat melalui Pendidikan Bela Negara, diharapkan
juga memiliki sumber daya alam yang tersosialisasikan nilai-nilai nasionalisme,
melimpah serta memiiliki posisi geografis patriotisme atau kebangsaan secara rasional,
yang strategis. Kondisi ini selain memberikan objektif, dan kontekstual” (PR : 21 Pebruari
keuntungan, juga memiliki kerawanan 2008).
terhadap perpecahan. Hal ini akan lebih parah Berkaitan dengan kesadaran kolektif,
jika terpengaruh oleh nilai-nilai universal yang Bangsa Indonesia harus mampu berdiri tegak
mengarah pada sifat individualisme (Kaelan, sebagai bangsa yang berdaulat, sekaligus
2002: 12). Di sisi lain, sebagai negara yang mampu merespons dan mengantisipasi
memiliki nilai strategis, tentunya menjadi perubahan lingkungan dengan memperhatikan
sasaran negara-negara yang memiliki kepentingan nasional. Dalam konteks dunia
kepentingan dengan menggunakan isu pendidikan, hasil penelitian Syachroni (2006:
globalisasi melalui penguasaan dan monopoli 34) mengungkapkan adanya “fenomena
tanpa menggunakan kekuatan, namun mahasiswa yang cenderung makin
memiliki dampak yang dasyat yang disebut individualistik-egoistik mementingkan diri
pengaruh globalisasi (Tonelson, 1997). sendiri, rasa senasib sepenanggungan ‘sense of
Sisi lain, bahwa sistem ketahanan belonging’ selaku anak bangsa mulai
negara khususnya Bangsa Indonesia adalah memudar, kecintaan terhadap Bangsa dan
sesuatu yang sangat penting. Menurut Affandi Negara berkaitan dengan jiwa nasionalisme
(PR, 21 Pebruari 2008) ”bukan saja karena ada sudah tergerus oleh globalisasi yang sedang
kebutuhan dan tuntutan empirik-objektif melanda Indonesia”. Gambaran ini
bahwa mereka memiliki solusi untuk % untuk jawaban tidak setuju dan sangat tidak
menyelesaikan masalah bangsa, 33 % setuju, setuju. 50 % mahasiswa mengatakan sangat
46 % ragu-ragu, 3 % tidak setuju dan 0 % setuju kekerabatan lebih erat ketika diskusi
sangat tidak setuju. Mahasiswa memiliki 28,57 sering dilakukan, 33, 33 % setuju, 16, 66 %
% sangat setuju untuk peduli dengan setiap ragu, dan sisanya 0 % untuk jawaban tidak
peristiwa yang menimpa negara, 61, 90 % setuju dan sangat tidak setuju.
merasa setuju untuk peduli dengan setiap Rela berkorban untuk bangsa sering
peristiwa yang menimpa negara, 9, 52 % ragu- kali muncul ketika suatu peristiwa menimpa
ragu, sementara untuk pernyataan tidak setuju negara, mahasiswa mengatakan 21, 42 %
dan sangat tidak setuju sebesar 0 %. sangat setuju, 61, 90 % setuju, 16, 66 % ragu,
Mengetahui perundang-undangan yang dan sisanya 0 % untuk jawaban tidak setuju
ada di Indonesia, terutama yang menyangkut dan sangat tidak setuju. Mahasiswa mencintai
permasalah negara, mahasiswa memberikan negara dengan segala permasalahannya,
jawaban sebesar 2, 38 % dengan pernyataan sebanyak 28, 57 % menjawab sangat setuju,
sangat setuju, 38,09 % Setuju, 47,61 % ragu- 47, 62 % setuju, 16, 66 % ragu, 4, 76 % ragu
ragu, 11, 90 % tidak setuju dan 0 % sangat dan 0 % sangat tidak setuju.
tidak setuju. 4,76 % mahasiswa sangat setuju
untuk mendiskusikan peristiwa yang Jawaban Postest
menyangkut negara, 59,52 % setuju, 30, 95 % Hasil dari postest yang diberikan
ragu-ragu, 4,76 % tidak setuju dan 0 % kepada mahasiswa diperoleh jawaban
mahasiswa sangat tidak setuju. Mahasiswa sebanyak 31 % mahasiswa sangat setuju
ketika mereka merasa jengkel dengan bahwa mengetahui keadaan negara dari semua
negaranya, dan berupaya untuk pindah media masa, 57 % setuju 12 % ragu-ragu, 0 %
kewarganegaraan ternyata sebesar 19,04 % tidak setuju dan 0 % sangat tidak setuju untuk
menjawab sangat setuju, 9,52 % setuju, 0 % mengetahui keadaan negara dari semua media
ragu, 28,57 % tidak setuju dan 42,85 % sangat masa. Mahasiswa memberikan jawaban 40 %
tidak setuju untuk pindah kewarganegaraan. sangat setuju bahwa mereka memiliki solusi
Sebanyak 7, 14 % mahasiswa sangat untuk menyelesaikan masalah bangsa, 36 %
setuju untuk mengetahui latar belakang setuju, 24 % ragu-ragu, 0 % tidak setuju dan 0
dikeluarkannya suatu perundang-undangan, % sangat tidak setuju. 52 % mahasiswa sangat
33,33 % setuju, 47, 61 % ragu-ragu, 9, 52 % setuju untuk peduli dengan setiap peristiwa
tidak setuju dan 2, 38 % mahasiswa sangat yang menimpa negara, 48 % merasa setuju
tidak setuju. Bangga saat mampu untuk peduli dengan setiap peristiwa yang
menyumbangkan pemikiran untuk menimpa negara, 0 % ragu-ragu, sementara
membangun negara, mahasiswa sebanyak 50 untuk pernyataan tidak setuju dan sangat tidak
% mengatakan sangat setuju, 45, 85 % setuju, setuju sebesar 0 %.
4, 76 % ragu, dan 0 % untuk jawaban tidak Mengetahui perundang-undangan yang
setuju dan sangat tidak setuju. Sebanyak 30, ada di Indonesia, terutama yang menyangkut
09 % mahasiswa sangat setuju ketika diskusi permasalah negara, mahasiswa memberikan
kelas dapat membangun rasa bernegara, 45, 23 jawaban sebesar 29 % dengan pernyataan
% setuju, 16, 66 % ragu, 0 % tidak setuju dan sangat setuju, 50 % Setuju, 19 % ragu-ragu, 2
sangat tidak setuju. % tidak setuju dan 0 % sangat tidak setuju. 26
Diskusi kelas dapat membangun % mahasiswa sangat setuju untuk
toleransi yang tinggi, sebanyak 40, 47 % mendiskusikan peristiwa yang menyangkut
mahasiswa menjawab sangat setuju, 50 % negara, 60 % setuju, 14 % ragu-ragu, 0 %
setuju, 9, 52 % ragu-ragu, dan 0 % untuk tidak setuju dan 0 % mahasiswa sangat tidak
jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju. setuju.
Diskusi kelas dapat membuat negara yang Hasil dari postest yang diberikan
demokrasi, sebanyak 38, 09 % sanagat setuju, kepada mahasiswa diperoleh jawaban
40,47 % setuju, 21, 42 % ragu, dan sisanya 0 sebanyak 33 % mahasiswa sangat setuju untuk