Anda di halaman 1dari 10

Pendidikan Kewarganegaraan

Ahmad Yani
Jurusan Hukum Tata Negara
UIN Alauddin Makassar

Abstract
Kewarga negaraan memiliki peran strategis dalam penguatan
multikulturalisme di Indonesia. Namun, muatan pembelajaran kewarga
negaraan di tingkat SD hingga perguruan tinggi menunjukan minimnya
fenomena yang menggali nilai-nilai multi kultural berbasis kerifan local.
Referensi teori yang diperoleh dengan metode studi literatur disajikan sebagai
landasan.

Kata kunci : kewarga negaraan, multicultural citizenship, local wisdom


teknologi dan informasi kedalam lingkup
Pendahuluan pertahanan negara berdimensi nirmiliter
Negara Indonesia adalah negara (2008, p. 7). Konflik horizontal yang terjadi
kepulauan yang terdiri dari beraneka ragam di masyarakat merupakan signal kuat yang
suku bangsa dan adat istiadat, hal ini adalah harus diwaspadai oleh pemerintah dan
karunia Tuhan yang wajib disyukuri. seluruh elemen warga negara sebagai bentuk
Kemajemukan yang miliki Indonesia ancaman Devide et Impera gaya baru dalam
sejatinya merupakan suatu kekuatan yang menghancurkan persatuan dan kesatuan
apabila persatuan dan kesatuan ini goyah Negara Republik Indonesia.
dapat dijadikan kelemahan. Dewasa ini Sebagai upaya untuk mempercepat
terdapat banyak sekali konflik yang terjadi tercapainya tujuan nasional sesuai yang
dalam keseharian kehidupan bermasyarakat, termaktub dalam Pembukaan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. UndangUndang Dasar Negara Republik
Perang saudara antar suku, agama, dan Indonesia Tahun 1945. Pada masa
kepentingan lainnya dapat mengganggu pemerintahan Presiden Joko Widodo dan
jalannya pembangunan nasional. Hal ini Wakil Presiden Jusuf Kalla mengeluarkan
dibuktikan dengan adanya kerusuhan di arahan kebijakan yang juga menjadi visi dan
Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara pada misi dari integrasi pembangunan negara ke
Tanggal 29 Juli 2016 yang mengandung depan. Hal ini diterangkan oleh
unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Kementerian Pertahanan (2015, p. 36) yakni
golongan) sehingga menodai kerukunan terwujudnya Indonesia yang berdaulat,
antar umat beragama dalam bingkai Negara mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
Kesatuan Republik Indonesia (Tempo, gotong royong yang dijabarkan melalui
2016). Ancaman internal yang menimbulkan tujuh misi pembangunan dan sembilan
konflik di masyarakat yang bersifat komunal agenda prioritas atau yang lebih dikenal
dalam keberagaman masyarakat indonesia dengan sebutan NAWACITA.
sejatinya telah diidentifikasi oleh Adapun salah satu poin yang merupakan
Departemen Pertahanan Republik Indonesia perwujudan dalam upaya percepatan
bahwa Indonesia menempatkan isu-isu pembangunan nasional ini diantaranya
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
adalah dengan melakukan revolusi karakter berupa dokumen analisis yang meliputi hasil
bangsa melalui kebijakan penataan kembali dokumen-dokumen kenegaraan tentang
kurikulum pendidikan nasional dengan kurikulum pendidikan kewarganegaraan
mengedepankan aspek Pendidikan sekolah menengah atas dari tahun 1975-
Kewarganegaraan (Civic Education) yang 2013.
menempatkan secara proporsional aspek Teknik pengumpulan data dan informasi
pendidikan, seperti: pengajaran sejarah yang digunakan adalah teknik pengumpulan
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme data kualitatif yang meliputi studi
dan cinta tanah air, semangat bela negara dan dokumentasi, dan studi pustaka. Sementara
budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan itu proses analisis data yang digunakan
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian peneliti adalah reduksi data, display data,
terdahulu yang dilakukan oleh Santoso, verifikasi dan penarikan kesimpulan (Miles
Almuchtar, dan Abdulkarim (2015, p. 108) & Huberman, 1992).
menunjukkan bahwa kelemahan Pendidikan Pembahasan
Kewarganegaraan di Indonesia ada pada sisi Perkembangan mata pelajaran
pengajaran yang bersifat monoton tidak Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di
inovatif (overload and overlapping content) Indonesia memiliki sejarah panjang dalam
dan lebih menitik beratkan hanya pada peranannya mempersiapkan warga negara
kognitif, sedangkan afektif dan psikomotorik yang baik sesuai dengan hak dan
ditiadakan serta tidak dimasukan pada ujian kewajibannya. PKn juga telah banyak
nasional mengalami pergantian nama dan kurikulum
Dari berbagai permasalahan yang terjadi selama enam dekade sejak awal berdirinya
di Indonesia terkait multikultural pluralisme sebagai salah satu bidang studi tahun 1947
tersebut, pendidikan kewarganegaraan dapat hingga saat ini. Menurut Nuh “Tidak ada
menjadi salah satu solusi jitu sebagai sarana kurikulum yang abadi, kurikulum berubah
dalam mempersiapkan warga negara yang karena perubahan zaman, bukan karena
baik di tengah kompleksitas keberagaman kurikulum sekarang yang jelek atau salah.
yang berada di Indonesia. Yang dikarenakan Sudah benar itu di zamannya. Tapi zaman
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki berubah dan kita harus ikut berubah”
makna filosofis sebagai fondasi kekuatan (Santoso et al., 2015, p. 86). Pengembangan
ligatur dalam pembentukan mental serta evaluasi kurikulum pendidikan
multikultural pluralisme guna mewujudkan kewarganegaraan di Indonesia memiliki
cita-cita nasional serta pemodernan bangsa kekhasan masing-masing dalam setiap
dan negara tanpa meninggalkan kearifan pergantian konten pada masanya, jadi tidak
lokal yang telah diajarkan para leluhur sejak ada kurikulum yang abadi.
dulu. Konsep kurikulum berkembang sejalan
Metode penelitian dengan perkembangan teori dan praktik
Pendekatan penelitian ini adalah pendidikan serta bervariasi sesuai dengan
kualitatif dengan sumber data pertama, aliran atau teori pendidikan yang dianut oleh
sumber bahan cetak (kepustakaan), meliputi setiap negara. Kurikulum merupakan
buku, jurnal, makalah dan literatur hasil program pendidikan yang disediakan oleh
penelitian tentang Pendidikan lembaga pendidikan bagi kegiatan belajar,
Kewarganegaraan. Kedua, sumber data sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan berfokus pada pembahasan mengenai
pendidikan yang telah ditetapkan (Madjid, pengetahuan umum yang di dalamnya digali
2014, p. 1). Perkembangan dan pertumbuhan dan dipilih dari mata pelajaran sejarah,
suatu kurikulum dalam sistem pendidikan geografi, ekonomi, dan politik yang
memiliki sifat yang dinamis, sehingga dalam berkaitan dengan pelajaran Tata Negara dan
pembentukannya disesuaikan dengan Tata Hukum.
kebutuhan pada masa penerapan praktik Pada tahun 1968 sampai 1969
kurikulum tersebut. penggunaan istilah Civics dan Pendidikan
Hal ini yang terjadi pula pada mata Kewargaan Negara digunakan secara
pelajaran PKn di Indonesia yang diantaranya bertukar-pakai (interchangeably). Misalnya
adalah istilah Civics secara formal tidak dalam kurikulum SD 1968 digunakan istilah
dijumpai dalam kurikulum tahun 1957 Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai
maupun kurikulum tahun 1946. Namun sebagai nama mata pelajaran, yang di
secara materiel dalam kurikulum SMP dan dalamnya tercakup sejarah Indonesia,
SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran geografi Indonesia, dan “civics”
Tata (diterjemahkan sebagai pengetahuan
Negara dan Tata Hukum, dan dalam kewargaan negara). Di dalam kurikulum
kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran SMP 1968 digunakan istilah Pendidikan
Pengetahuan Umum yang di dalamnya Kewargaan Negara yang berisikan sejarah
memasukan pengetahuan mengenai Indonesia dan Konstitusi termasuk
pemerintahan (Winataputra, 2012, p. 3). UndangUndang Dasar Negara Republik
Secara historis-epistemologi dan Indonesia Tahun 1945.
historispedagogis menurut Dept. P&K Sedangkan di dalam kurikulum SMA
(1962) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai terdapat mata pelajaran Kewargaan Negara
program kurikuler dimulai dengan yang berisikan materi, terutama yang
diintroduksikannya mata pelajaran Civics berkenaan dengan Undang-Undang Dasar
dalam Kurikulum SMA tahun 1962 yang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
berisikan materi tentang pemerintahan Sementara itu di dalam Kurikulum SPG 1969
Indonesia berdasarkan Undang-Undang mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Negara isinya terutama berkenaan dengan
1945 (Winataputra, 2012, p. 3). Selanjutnya sejarah Indonesia, Konstitusi, pengetahuan
Somantri (1969, p. 7)menjelaskan pada saat kemasyarakatan dan Hak Asasi Manusia
itu mata pelajaran Civics atau (Winataputra, 2012, p. 3). Pada masa
Kewarganegaraan pada dasarnya berisikan Kurikulum 1973, kurikulum Civic Education
pengalaman belajar yang digali dan dipilih (Pendidikan Kewargaan Negara) di dalam
dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
dan politik, pidato-pidato presiden, deklarasi Pembangunan digunakan beberapa istilah,
Hak Asasi Manusia, dan pengetahuan yakni Pendidikan Kewargaan Negara, Studi
tentang Sosial, “Civics” dan Hukum. Untuk sekolah
Perserikatan Bangsa-Bangsa”. dasar 8 tahun pada Proyek Perintis Sekolah
Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik Pembangunan digunakan istilah Pendidikan
kesimpulan mengenai fokus kajian pada Kewargaan Negara yang merupakan mata
kurikulum pendidikan moral tahun 19451964 pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terpadu
atau identik dengan integrated social studies berorientasi pada value inculcation dengan
di Amerika. Di sini istilah Pendidikan muatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
Kewargaan Negara kelihatannya diartikan (Santoso et al., 2015, pp. 89–90).
sama dengan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Perkembangan Kurikulum pada tahun 1984
Sosial. Di sekolah menengah pertama 4 membuat Pemerintah memberlakukan
tahun digunakan istilah Studi Sosial sebagai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
terpadu untuk semua kelas dan pengajaran menggariskan adanya Pendidikan Pancasila
IPS yang terpisah-pisah dalam bentuk dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
pengajaran geografi, sejarah, dan ekonomi bahan kajian wajib kurikulum semua jalur,
sebagai program major pada jurusan Ilmu jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39) pada
Pengetahuan Sosial. Selain itu juga terdapat mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila,
mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Sekolah
Negara sebagai mata pelajaran inti yang Menengah 1994 mengakomodasikan misi
harus ditempuh oleh semua siswa. baru pendidikan tersebut dengan
Sedangkan mata pelajaran Civics dan Hukum memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan
diberikan sebagai mata pelajaran major pada Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn
jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (Winataputra, 2012, p. 4). Ruang lingkup
(Winataputra, 2012, p. 4). materi dalam pembahasan mata pelajaran
Dalam Kurikulum 1975 istilah Pendidikan Moral Pancasila ini diantaranya
Pendidikan Kewargaan Negara diubah adalah mengenai Hak Asasi Manusia, asas
menjadi Pendidikan Moral Pancasila atau dan makna keadilan, UUD 1945,
yang lebih dikenal dengan sebutan PMP lembagalembaga negara, badan peradilan,
yang berisikan materi Pancasila sebagaimana kemerdekaan Indonesia, kerja sama
diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan internasional, dan kajian terhadap Pancasila
Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini itu sendiri (Santoso et al., 2015, pp. 89–90).
sejalan dengan misi pendidikan yang Berbeda dengan kurikulum sebelumnya,
diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973 Kurikulum PPKn 1994 pengorganisasian
tentang Pedoman Penghayatan dan materi dilakukan bukan atas dasar rumusan
Pengamalan Pancasila. Selanjutnya mata butir-butir nilai Pedoman Penghayatan dan
pelajaran Pendidikan Moral Pancasila ini Pengamalan Pancasila (P4), tetapi atas dasar
merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, konsep nilai yang diambil dari inti P4 dan
SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan. sumber resmi lainnya yang ditata dengan
Ruang lingkup materi pembahasan secara menggunakan pendekatan spiral meluas atau
keseluruhan mata pelajaran ini diantaranya spiral of concept development (Winataputra,
adalah civics, sejarah kebangsaan, kejadian 2012, p. 4) . Pendekatan ini
setelah Indonesia merdeka, UUD 1945, mengartikulasikan sila-sila Pancasila dengan
masing-masing sila Pancasila, pesan jabaran nilainya untuk setiap jenjang
pentingnya pembangunan (seperti rencana pendidikan dan kelas serta catur wulan dalam
pembangunan lima tahun dan Garis Besar setiap kelas.
Haluan Negara) bagi bangsa Indonesia, Sehingga materi pembahasan dalam
doktrin kenegaraan yang spesifik, membahas PPKn ini memiliki ruang lingkup pertama,
persoalan moral dan sebagainya, visi misinya nilai, moral dan norma serta perilaku yang
diharapkan terwujud dalam kehidupan bangsa dan negara, Nilai dan norma (agama,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kesusilaan, kesopanan dan hukum), Hak
sebagaimana dimaksud dalam P4. Kedua, Asasi Manusia, Kebutuhan hidup warga
Kehidupan ideologi politik ekonomi, sosial, negara, Kekuasaan dan politik, masyarakat
budaya, pertahanan, dan keamanan serta demokratis, Pancasila dan konstitusi negara,
perkembangan ilmu pengetahuan dan globalisasi; namun materi ini mengusung
teknologi dalam wadah kesatuan negara misi pendidikan nilai dan moral (Santoso et
kesatuan Republik Indonesia yang al., 2015)
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Proses pengembangan Kurikulum
(Santoso et al., 2015, pp. 89–90). Hal ini Berbasis Kompetensi ini menggunakan
dikarenakan dalam kurikulum 1994 untuk asumsi bahwa siswa yang akan belajar telah
PPKn diartikan sebagai mata pelajaran yang memiliki pengetahuan dan keterampilan awal
digunakan sebagai wahana untuk yang dibutuhkan untuk menguasai
mengembangkan dan melestarikan nilai kompetensi tertentu. Oleh karenanya
luhur dan moral yang berakar pada budaya pengembangan kurikulum 2004
bangsa Indonesia. Kurikulum 1994 lebih memperhatikan prinsip-prinsip berikut; (1)
mengarahkan peserta didik untuk menguasai berorientasi pada pencapaian hasil dan
materi pengetahuan. Materi pengetahuan dampaknya (outcome oriented), (2) berbasis
diberikan pada peserta didik sesuai dengan pada Standard Kompetensi dan Kompetensi
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan Dasar, (3) Bertolak dari Kompetensi
sebelumnya. Metode belajar di kelas yang Lulusan,
terutama digunakan adalah ceramah dan (4) Memperhatikan prinsip pengembangan
tanya jawab (Budimansyah, 2010). kurikulum yang terdiferensiasi, (5)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. mengembangkan aspek belajar secara utuh
25 Tahun 2000 maka Pemerintah melalui dan menyeluruh (holistik), (6) menerapkan
Departemen Pendidikan Nasional melakukan prinsip ketuntasan belajar (mastery learning)
penyusunan standar nasional untuk seluruh (Budimansyah & Suryadi, 2008, p. 14)
mata pelajaran yang ada di Indonesia, Pada kurikulum tahun 2006 ini mata
adapun komponen-komponen yang disusun pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
oleh pemerintah tersebut adalah (1) standar (PKn) memiliki tujuan agar peserta didik
kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) materi memiliki kemampuan; (1) berpikir kritis,
pokok, dan (4) indikator pencapaian. Dengan rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara
tersebut, maka terjadi pergantian nama dan aktif dan bertanggungjawab, bertindak secara
kurikulum juga terhadap mata pelajaran yang cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
semula Pendidikan Pancasila dan berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi,
Kewarganegaraan (PPKn) menjadi (3) berkembang secara positif dan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan demokratis untuk membentuk diri
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang berdasarkan karakterkarakter masyarakat
lebih dikenal dengan sebutan KBK pada Indonesia agar dapat hidup bersama-sama
tahun 2004. Materi pembahasan dalam mata dengan bangsa lain, (4) Berinteraksi dengan
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
memiliki ruang lingkup mengenai persatuan secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan proporsional; (2) secara metodologi, ada
komunikasi (Budimansyah, 2010, pp. 121– kecenderungan pembelajaran yang
122). Kurikulum 2013 merupakan kurikulum mengutamakan pengembangan ranah sikap
terbaru yang digunakan dalam sistem (afektif), ranah pengetahuan (kognitif),
pendidikan di Indonesia saat ini. Kurikulum sedangkan ranah keterampilan
2013 memiliki perbedaan dengan kurikulum (psikomotorik) belum dikembangkan secara
sebelumnya, yakni Kurikulum Berbasis optimal dan utuh (koheren). Dengan ruang
Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat lingkup materi pembahasan mengenai
Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi,
penulis jelaskan secara singkat di atas. dan pandangan hidup bangsa, UUD 1945
Perubahan konsep dalam sistem Kurikulum sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi
2013 ini terdapat pada perubahan Standar landasan konstitusional kehidupan
Kompetensi Kelulusan (SKL), perubahan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
struktur kurikulum, pencapaian kompetensi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan sebagai kesepakatan final bentuk Negara
Abad ke-21, serta perubahan pembelajaran Republik Indonesia, Bhinneka
yang menggunakan pendekatan saintifik. Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan
Secara yuridis formal Kurikulum 2013 di balik keberagaman kehidupan
berpijak pada Undang-Undang Sistem bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, (Santoso et al., 2015).
namun dalam pelaksanaannya didasarkan Dalam masyarakat multikultural,
pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun dibutuhkan adanya sebuah pendidikan yang
2013 tentang Perubahan atas Peraturan mampu mengajarkan kepada siswa akan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang pentingnya nilai-nilai multikultural. Hal ini
Standar Nasional Pendidikan. Perubahan dipandang penting karena dalam masyarakat
kurikulum tersebut berdampak pula terhadap multikultural potensinya terjadinya konflik
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan gesekan diantara masyarakatnya sangat
di Indonesia, yang semula menggunakan besar. Sihingga dibutuhkan sebuah usaha
istilah Pendidikan Kewarganegaraan atau kebudayaan berupa pendidikan yang dapat
yang lebih dikenal dengan sebutan PKn menumbuhkan spirit keberagaman, serta
berubah kembali menjadi Pendidikan menumbuhkan motivasi hidup bangsanya
Pancasila dan Kewarganegaraan atau yang yang hidua dalam keberagaman dan
lebih dikenal dengan sebutan PPKn. pluralitas. Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan hasil penelitian yang sebagai pendidikan multikultur adalah
dilakukan oleh Setiawati (2016, p. 70) bahwa sebuah strategi pendidikan yang
perubahan nomenklatur didasarkan pada diaplikasikan dalam proses pembelajaran
sejumlah masukan penyempurnaan dengan cara menggunakan perbedaan
pembelajaran PKn menjadi PPKn yang kultural yang terdapat pada diri siswa, seperti
mengemuka dalam lima tahun terakhir, perbedaan etnis, perbedaan agama,
antara lain: (1) secara substansial, PKn terasa perbedaan bahasa, perbedaan jenis kelamin,
lebih dominan bermuatan ketatanegaraan perbedaan kelas, ras, agar proses
sehingga muatan nilai dan moral Pancasila pembelajaran menjadi efektif dan sesuai
kurang mendapat penekanan yang dengan tujuan pmbelajaran. Pelaksanaannya
melalui penerapan model dan pendekatan dan mata kuliah wajib untuk kurikulum
pembelajaran yang mampu membawa siswa pendidikan tinggi (Pasal 37). Pada Pasal 37
memiliki pengalaman belajar khususnya bagian Penjelasan dari UndangUndang
pengalaman untuk menerapkan nilai-nilai Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan
multikultural di luar proses pembelajaran. kewarganegaraan dimaksudkan untuk
Pendidikan multikultural sangat penting membentuk peserta didik menjadi manusia
khususnya dalam pengajaran Pendidikan yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
Pancasila dan Kewarganegaraan. Karena tanah air. Dengan adanya ketentuan
dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003
dan Kewarganegaraan siswa diajarkan tersebut, maka kedudukan pendidikan
bagaimana menjadi manusia Indonesia yang kewarganegaraan sebagai basis
pancasilais, yang mampu menempatkan diri pengembangan masyarakat multikultural
sebagai seorang individu yang mengerti dalam sistem pendidikan di Indonesia
memahami keberagaman dan pluralitas di semakin jelas dan mantap. Penelitian ini
Indonesia, dan Pendidikan multikultural didasarkan pada teori bahwa PKn merupakan
sebagai jawaban adalah proses bagaimana salah satu ujung tombak dari pendidikan
penanaman cara hidup untuk menghormati multikultural dalam rangka pembentukan
secara tulus, dan toleran dalam keberagaman karakter warga negara multikultural yang
budaya yang hidup di tengah-tengah menghargai identitas budaya masyarakat
masyarakat majemuk bagi bangsa Indonesia yang plural secara demokratis, dan
khususnya generasi muda. Dengan membentuk mosaik yang indah (cultural
diberikannya pendidikan multikultural pluralism: mozaik analogy) dalam satu
diharapkan adanya kelenturan mental bangsa semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Garcia,
dalam menghadapi konflik-konflik yang 1982, pp. 37–42).
berbau suku antar golongan ras dan agama Multikulturalisme merupakan istilah
(SARA), sehingga persatuan bangsa tidak yang digunakan untuk menjelaskan tentang
mudah retak dan terjadi disintegrasi bangsa. pandangan seseorang tentang keragaman
Keharusan untuk mewujudkan masyarakat kehidupan di dunia, ataupun kebijakan
Indonedia yang mengerti dan memahami kebudayaan yang menekankan tentang
keberagaman ini tidak dapat dilepaskan dari penerimaan terhadap adanya keragaman, dan
kebutuhan dari warga negara itu sendiri baik berbagai macam budaya (multikultural) yang
secara individu mauun sebagai bagian dari ada dalam kehidupan masyarakat
masyarakat. menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya,
Pendidikan Kewarganegaraan atau kebiasaan, dan politik yang mereka percayai.
dalam kurikulum 2013 berubah kembali Munculnya Pendidikan multikultural
menjadi Pendidikan Pancasila dan (multicultural education) merupakan
Kewarganegaraan berperan sebagai merupakan respon adanya kenyataan bahwa
Pendidikan multikultural dalam Undang- Indonesia mempunyai berbagai keragaman di
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang dalam masyarakatnya. Untuk menghadapi
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), tuntutan akan perubahan zaman yang sangat
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan cepat akan multikulrutalisme maka yang
merupakan nama mata pelajaran wajib untuk dilakukan ialah menyiapkan generasi penerus
kurikulum pendidikan dasar dan menengah bangsa Indonesia agar di masa yang akan
datang mampu menjadi bangsa yang mapan bangsa Indonesia. Tetapi, bagi bangsa
dalam hal menyikapi multikulrutalisme yang Indonesia masa kini konsep
ada di Indonesia. Karena bangsa Indonesia multikulturalisme menjadi sebuah konsep
tidak segera menyikapi hal itu, maka bukan baru dan asing. Kesadaran terhadap konsep
tidak mungkin masalah-masalah yang timbul multikulturalisme yang dibentuk oleh
sebagai dampak keberagaman di Indonesia pendidiri bangsa semenjak zaman pra
akan semakin muluas, konflik SARA yang kemerdekaan hilang bagaikan ditelan bumi
pernah melanda Indonesia tidak menutup ketika masa Orde Baru. Kesadaran tersebut
kemungkinan akan terulang kembali. dipendam atas nama persatuan dan stabilitas
Multikulturalisme merupakan sebuah negara yang kemudian muncul paham
ajaran akan pentingnya menghargai monokulturalisme yang menjadi tekanan
perbedaan dan kesederajatan. Perbedaan utama dan akhirnya semuanya memaksakan
individu maupun perbedaan kelompok dilihat pola ”penyeragaman” berbagai aspek, sistem
sebagai sebuah kekayaan dari perbedaan sosial, politik dan budaya, sehingga sampai
kebudayaan yang ada. Di dalam perbedaan saat ini wawasan multikulturalisme bangsa
terdapat kesederajatan, kesederajatan Indonesia masih sangat rendah.
menekankan terutama pada sisi Pengembangan kompetensi bagi warga
perbedaanperbedaan askriptif, seperti negara yang bercirikan multikultural mutlak
perbedaan suku bangsa dan kebudayaan yang dilakukan bahkan telah menjadi bagian tak
terdapat didalamnya, ciri-ciri fisik dari setiap terpisahkan dalam upaya pengembangan
individu, keyakinan akan nilai-nilai ajaran warga negara multikultural. Kompetensi
keagaman, gender, dan perbedaan usia. kewarganegaraan multikultural adalah
Multikulturalisme tidah hanya seperangkat pengetahuan, nilai, dan sikap,
memperjuangkan kesetraan kesukubangsaan serta keterampilan siswa sebagai warga
dari sebuah kelompok masyarakat, gender, negara yang mendukung upaya terwujudnya
ras, dan usia saja, tetapi lebih dari itu warga negara multikultural yang partisipatif
multikulturalisme adalah sebuah perjuangan dan bertanggung jawab dalam kehidupan
bagi mereka yang tersisihkan oleh sebuah bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara.
sistem yang besar yang lebih mengutamakan Kompetensi kewarganegaraan multikultural
homogenitas dari suatu kelompok yang dimaksudkan sebagaimana
masyarakat yang ada. Selain itu, dikemukakan Branson & Quigley (1998)
multikulturalisme juga dapat dipakai secara yaitu: 1) Civic knowledge (pengetahuan
deskriptif untuk menyebut sebuah tatanan kewarganegaraan), berkenaan dengan konten
masyarakat yang memiliki keanekaragaman atau apa yang seharusnya diketahui oleh
budaya di dalamnya. setiap warga negara; 2) Civic skill
Kesadaran tentang pentingnya (kecakapan kewarganegaraan), adalah
mempelajari dan menghayati kemampuan intelektual dan partisipatif setiap
multikulturalisme sudah muncul sejak negara warga negara; dan 3) Civic disposition
Republik Indonesia terbentuk dan digunakan (watak kewarganegaraan) yang
oleh pendiri bangsa Indonesia. Hal ini mengisyaratkan pada karakter yang terdapat
dikemukakan oleh Suparlan (Sanaky, 2005, di dalam diri warga negara yang mendukung
p. 1) bahwa multikulturalisme sudah bagi pemeliharaan dan pengembangan
digunakan untuk mendesain kebudayaan demokrasi konstitusional Branson (1998, p.
16). Ketiga kompetensi tersebut diolah dikarenakan dalam kurikulum PPKn dalam
menjadi sebuah formula yang dimiliki setiap perkembangannya sendiri memiliki makna
siswa agar mampu menjadi warga negara filosofis pelbagai penentu watak
yang cerdas dan baik, khususnya menjadi warganegara yang taat hukum yang
warganegara yang mengerti, memahami, seimbang antara hak dan kewajiban, sebagai
serta mampu melaksanakan apayang pembentuk nilai, moral dan akhlak bangsa
seharusnya dilakukan oleh seorang warga dalam mempersiapkan mental multikultural
negara multikulturalisme, dan PPKn menjadi warga negara.
ujung tombak bagi siswa untuk mampu Kedua, perkembangan kurikulum PPKn
mempelajari multikulturalisme di Indonesia. di Indonesia berkembang secara dinamis
Salah satu tujuan sentral pendidikan adalah disesuaikan dengan kebutuhan serta visi-misi
menpersiapkan peserta didik untuk dapat dari pemerintah yang mempengaruhi dalam
terlibat baik langsung maupun tidak pembentukan kebijakan kurikulum
langsung dalam tema-tema dialog yang pendidikan di Indonesia. Tetapi dalam
berkaitan dengan nilai, adat, kebiasaan, pelaksanaannya terdapat kekuatan yang
sosialisasi, enkulturasi, kolonialisme, praktik menjadi fondasi dalam pelaksanaan mata
hak asasi, kedudukan perempuan, keluarga, pelajaran Pendidikan Pancasila dan
revolusi industri, kelas sosial, perang Kewarganegaraan, yaitu Pancasila,
saudara, keragaman etnis, dan tema lainnya UndangUndang Dasar Negara Republik
yang berkaitan dengan kehidupan warga Indonesia Tahun 1945, politik, hukum, nilai,
negara sebagai individu maupun sebagai moral, kearifan lokal, dan kebhinekaan
masyarakat. dalam berkebudayaan.
Selanjutnya untuk memperdalam Daftar Pustaka
pemahaman siswa guru harus mampu Branson, M. S., & Quigley, C. N. (1998).
membawa siswa untuk bisa menghargai The role of civic education. Washinton DC.
kompleksitas atau keberagaman dari Budimansyah, D. (2010). Penguatan
kebenaran penafsiran yang tidak mampu pendidikan kewarganegaraan untuk
disederhanakan. Untuk itu Pendidikan membangun karakter bangsa. Bandung:
Kewarganegaraan seudah sepantasnya Widya Aksara Press.
Budimansyah, D., & Suryadi, K. (2008).
menjadi salah satu mata pelajaran yang
PKN dan masyarakat multikultural.
mampu mengemban tugas tersebut sebagai Bandung:
mata pelajaran yang di dalamnya trdapat Program Studi Pendidikan
muatan ataupun konten multikulturalisme, Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana
karena Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.
khususnya di Indonesia mengajarkan Departemen Pertahanan. (2008). Buku putih
bagaimana seorang warga negara untuk pertahanan Indonesia. Jakarta:
mampu menjadi individu yang memiliki Departemen Petahanan Republik
kecerdasan dan berkarater baik sesuai Indonesia. https://doi.org/075-12-015-1
dengan nilai-nilai pancasila. Garcia, R. L. (1982). Teaching in a
Simpulan pluralistic society: concepts, models.
Pertama, PPKn di Indonesia memiliki Michigan: Harper & Row.
makna filosofis dalam mempersiapkan warga
negara yang beradap dan bijaksana, hal ini
Kementerian Pertahanan. (2015). Buku putih
pertahanan Indonesia (3rd ed.). Jakarta:
Kementerian Pertahanan Republik
Indonesia.
Madjid, A. (2014). Implementasi kurikulum
2013 kajian teoritis dan praktis.
Bandung: Interes Media.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992).
Analisis data kualitatif: buku sumber
tentang metode-metode baru. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Sanaky, H. (2005). Sakral (sacred) dan
profan: studi pemikiran Emile
Durkheim tentang sosiologi agama.
Yogyakarta.
Santoso, G., Al Muchtar, S., & Abdulkarim,
A. (2015). Analysis SWOT Civic
Education curriculum for senior high
school year 1975-2013. CIVICUS:
JURNAL PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN, 19(1).
Setiawati, W. (2016). Implementasi penilaian
keterampilan kewarganegaraan
berdasarkan Kurikulum 2013.
CIVICUS: JURNAL PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN, 20(2), 69–79.
Somantri, N. (1969). Pelajaran kewargaan
negara di sekolah. Bandung: IKIP
Bandung.
Tempo. (2016). Kerusuhan di Tanjung Balai,
ini versi Polda Sumatera Utara.
Retrieved from
https://nasional.tempo.co/read/791902/k
erusuhan-di-tanjung-balai-ini-
versipolda-sumatera-utara
Winataputra, U. S. (2012). Pendidikan
kewarganegaraan dalam perspektif
pendidikan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa: gagasan,
instrumentasi, dan praksis. Bandung:
Widya Aksara Press.

Anda mungkin juga menyukai