Anda di halaman 1dari 6

PAPER

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


DI INDONESIA

Dosen Pengampu:
Nararia Hutama Putra, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Dyo Qori Al Fajrin (1602623087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2024
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia telah mengalami berbagai


perkembangan dan perubahan sejak awal kemerdekaan hingga saat ini. Pendidikan
kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah
baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan
kewarganegaraan yang berstatus wajib dalam kurikulum pendidikan. Keberadaan
pendidikan kewarganegaraan terealisasi nyata disetiap jenjang pendidikan dimulai dari
sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),
dan perguruan tinggi. Muatan materi Pendidikan Kewarganegaraan hampir sama
disetiap jenjang pendidikan, hanya saja setiap tingkatan ada penambahan muatan materi
yang lebih mendalam untuk dipahami oleh siswa.

Tujuan ideologi Pancasila tersebut yang kemudian diturunkan menjadi lebih


spesifik dalam tujuan pendidikan nasional. Menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tujuan pendidikan nasional yaitu “Untuk berkembangnya potensi warga
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan 1 2 YME, yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis dan bertanggung jawab”.
II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Pendidikan Kewarganegaraan, atau Civic Educational merupakan mata


pelajaran atau mata kuliah yang sifat umum dan fundamental. Hampir semua
Negara di dunia meletakkan Civic Educational sebagai mata kuliah wajib, walaupun
dengan istilah yang berbeda-bedah, ada yang memberi nama Citizenchip, discovering
democracy di Australia. Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan di semua Negara
adalah memberikan landasan kepada warga negaranya untuk mendalami nilai-nilai
luhur yang telah dianut oleh Negara yang bersangkutan.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bukan sekadar mata pelajaran biasa. Di


balik fungsinya sebagai penunjang kurikulum, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
memiliki peran krusial dalam membentuk masa depan bangsa. Ia merupakan fondasi
yang menumbuhkan generasi muda yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab,
serta menanamkan rasa cinta tanah air, nasionalisme, dan karakter mulia dalam diri
mereka.

2.2 Sejarah Lahirnya Pendidikan Kewarganegaraan

Sejarah kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada tahun 1957 dengan nama


Soekarno atau lebih dikenal dengan civic. Pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan
sebagai pelajaran di sekolah dimulai pada tahun 1961 dan berganti nama menjadi
kewarganegaraan pada tahun 1968. Civic berasal dari kata latin civicus yang artinya
warga negara, selain tujuannya membentuk warga negara yang baik yaitu warga negara
yang tahu bagaimana mengambil sikap, hak dan kewajiban warga negara. Istilah civic
adalah istilah tertua, seperti yang pertama kali digunakan oleh Chreshore pada tahun
1886. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan perpanjangan dari pendidikan
kewarganegaraan yang lebih menekankan pada bimbingan kewarganegaraan. Oleh
karena itu, pendidikan kewarganegaraan disebut juga sebagai pendidikan orang
dewasa, yang mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memahami
perannya sebagai warga negara. Mata pelajaran kewarganegaraan secara resmi
dimasukkan dalam kurikulum sekolah di Indonesia pada tahun 1968.

2.3 Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang fluktuatif,


baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam substansi
kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan
negara. Secara historis, epistemologis dan pedagogis, pendidikan kewarganegaraan
berkedudukan sebagai program kurikuler dimulai dengan diintroduksikannya mata
pelajaran Civics dalam kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan materi tentang
pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah civics dan Pendidikan Kewargaan
Negara digunakan secara bertukar-pakai (interchangeably). Misalnya dalam
Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai
sebagai nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi
Indonesia, dan civics (diterjemahkan sebagai pengetahuan kewargaan negara). Dalam
kurikulum SMP 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan
sejarah Indonesia dan Konstitusi termasuk UUD 1945. Sedangkan dalam kurikulum
SMA 1968 terdapat mata pelajaran Kewargaan Negara yang berisikan materi, terutama
yang berkenaan dengan UUD 1945. Sementara itu dalam Kurikulum SPG 1969 mata
pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang isinya terutama berkenaan dengan
sejarah Indonesia, konstitusi, pengetahuan kemasyarakatan dan hak asasi manusia

Dengan diberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20


tahun 2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis
Kompetensi tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi
Kewarganegaraan. Tahun 2006 namanya berubah kembali menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan, dimana secara substansi tidak terdapat perubahan yang berarti,
hanya kewenangan pengembangan kurikulum yang diserahkan pada masing-masing
satuan pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
2.4 Peran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan anak didik melalui


kegiatan bimbingan dan/atau latihan bagi peranannya di masa mendatang. Pendidikan
kewarganegaraan adalah salah satu strategi dalam membangun karakter pemuda
sehingga menjadi warga negara yang baik (good citizen) yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila. Karakter yang menjiwai Pancasila yang merupakan dasar negara Republik
Indonesia terdiri dari lima nilai, yaitu bangsa yang religius, bangsa yang menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan, bangsa yang menjunjung tinggi nilai persatuan, bangsa yang
mengedepankan demokrasi yang berdasarkan kepribadian bangsa, dan bangsa yang
menjunjung tinggi nilai keadilan.

Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya merupakan pendidikan nilai yang


menanamkan nilai-nilai moral bangsa yang terkandung di dalam ideologi Pancasila
sehingga mampu membentuk warga negara yang baik (good citizen). Pendidikan
kewarganegaraan dapat diaplikasikan melalui beberapa tempat atau lembaga, yaitu
melalui jalur pendidikan formal (sekolah dan perguruan tinggi), nonformal (organisasi,
majelis taklim, lembaga kursus dan lain-lain), dan informal (lingkungan keluarga dan
masyarakat). Pendidikan informal merupakan pondasi pertama dalam menanamkan
nilai-nilai kebajikan, yang kemudian karakater anak didik dikembangkan di jalur
pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Peran pendidikan formal di sini melalui
pendidikan kewarganegaraan membentuk pengetahuan, karakter, dan keterampilan
anak didik, sehingga setelah lulus dari sekolah dapat menjadi warga negara yang baik
seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Widiatmaka, P. (2022). PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) DIDIK. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 5, No. 1.

E-Ujian. (2023, May 30). Pendidikan Kewarganegaraan, Pengertian dan Manfaat bagi siswa.
Retrieved from E-Ujian.id: https://e-ujian.id/pendidikan-kewarganegaraan-pengertian-dan-
manfaat-bagi-siswa/

Wahyu, S. (-, - -). PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. Retrieved


from wordpress: https://sitiwahyu65.wordpress.com/ppkn/perkembangan-pendidikan-
kewarganegaraan-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai