Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALA PENGANTAR KEWARGANEGARAAN

Di Susun oleh

Devi Sentia: 220405025

Nuraini : 220405032

Al-Ikhwandi: 190405039

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN AR-RANIRY PRODI KESEJAHTERAAN SOSIAL

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan  kewarganegaraan telah diterapkan dan dikembangkan diseluruh dunia,


meskipun dengan berbagai macam istilah dan nama. Dalam mata kuliah sering disebut
sebagai civic education, citizenship education dan bahkan ada yang menyebut
sebagai democracy education. Mata kuliah ini memiliki peranan yang strategis dalam
mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban. Berdasarkan
rumusan “Civic Internation” pada tahun 1995, telah disepakati bahwa pendidikan demokrasi
penting untuk pertumbuhan civic culture, dimana Untuk tercapainya keberhasilan dalam
pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan yang demokrasi.1

Dalam hal pembelajaraan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut maka harus


diberikan materi kepada seluruh Mahasiswa pada Perguruan Tinggi, dan juga diberikan pada
tingkat jenjang pendidikan dasar, menengah pertama dan juga menengah atas. sekolah
seharusnya dikembangkan sebagai tatanan sosial yang kondusif atau memberi suasana bagi
tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik. Dimana sekolah sebagai bagian
integral dari masyarakat maka perlu dikembangkan sebagai pusat  pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu memberi keteladanan,
membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran demokrasi. Maka dalam hal tersebut, timbul permasalahan mengenai arti
Pendidikan kewarganegaraan tersebut, dan bagaimana sejarah Pendidikan kewarganegaraan
serta tujuan dari Pendidikan.

   B.     Rumusan Masalah 

1. Apa Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan? 


2. Bagaimana Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan?
3. Tujuan Pendidikan kewarganegaraan?

1. Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk perguruan Tinggi, (Yogyakarta :


Paradigma, 2010), hlm 1
C. Tujuan

1. Dapat memahami arti dari Pendidikan kewarganegaraan


2. Dapat mengetahui sejarah Pendidikan kewarganegaraan
3. Mengetahui tujuan belajar kewarganegaraan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Secara umum kewarganegaraan dalam bahasa Latin disebutkan “civis”,
selanjutnya dari kata “civis” ini dalam bahasa Inggris timbul kata “civic” artinya
mengenai Warga Negara atau Kewarganegaraan. Dari kata “civic” lahir kata “civics”,
ilmu Kewarganegaraan dan civic education, Pendidikan Kewarganegaraan.
 Menurut Azyumardi azra (2000)
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari
pendidikan demokrasi dan pendidikan Hak Asasi Manusia. Sementara itu,
 Zamroni (2001)
Berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi
baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat.2
 Graham Murdock
Menurut Graham Murdock pada tahun 1994, kewarganegaraan adalah suatu hak
agar dapat ikut serta maupun berpartisipasi secara utuh didalam berbagai pola
stuktur sosial, politik dan juga kehidupan kultural agar dapat menciptakan
seseuatu hal yang baru selanjutnya karena dengan begitu akan membentuk ide-ide
yang besar.
 Ko Swaw Sik
Pengertian kewarganegaraan menurut Ko Swaw Sik adalah ikatan hukum diantara
negara beserta seseorang yang disebut warga negara. Ikatan atau hubungan
tersebut menjadi suatu kontrak politik yang mana sebuah negara tersebut memiliki
hukum tata negara dan kedaulatan yang diakui masyarakat dunia.
kewarganegaraan disini merupakan bagian dalam konsep kewargaan.3

22. http://digilib.iain-jember.ac.id/468/1/BUKU%20Pendidikan%20Kewarganegaraan.pdf.di di akses pada tanggal 13 september 2022 pukul


14:16
3 https://www.zonareferensi.com/pengertian-kewarganegaraan di akses pada tanggal 13 september 2022, pukul 17:05
B. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (civics education) di dunia diperkenalkan pada
tahun 1790 di Amerika Serikat dalam upaya membentuk warga negara yang baik.
Civics pertama kali diperkenalkan oleh Legiun Veteran Amerika yang tujuannya
adalah untuk mengAmerikakan bangsa Amerika yang beragam latar belakang budaya,
ras, dan asal negaranya (Wahab dan Sapriya, 2011).

Civics menurut Henry Randall Waite adalah “The science of citizenship, the
relation man, the individual, to man in organized collection, the individual in his
relation to the state”. Dalam terjemahan umum, bahwa pendidikan kewarganegaraan
tersebut adalah ilmu yang membicarakan hubungan antara manusia dengan manusia
dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi,
politik) dengan individu-individu dan negara.

Untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana proses perkembangan civics


di Indonesia, berikut diuraikan proses perkembangannya, yaitu :

● Sejarah pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada tahun 1957 saat


pemerintahan Presiden Soekarno yang  dikenal dengan istilah civics. Metodenya
lebih bersifat indoktrinasi. Isi civics banyak membahas tentang sejarah nasional,
Undang-Undang Dasar 1945, pidato politik kenegaraan terutama diarahkan
untuk “nation and character building” bangsa Indonesia. Penerapan civics
sebagai pelajaran di sekolah-sekolah dimulai pada tahun 1961 dan kemudian
berganti menjadi Pendidikan Kewargaan Negara pada tahun 1968.
● Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) resmi masuk dalam
kurikulum sekolah pada tahun 1968. Saat terjadi pergantian tahun ajaran yang
pada awalnya Januari-Desember dan diubah menjadi Juli-Juni pada tahun 1975.
Metode pembelajaran PKN sudah tidak indoktrinasi lagi. Pada waktu itu ada
mata pelajaran yang harus diajarkan dalam “kelompok pembinaan jiwa
Pancasila” yaitu mata pelajaran Pendidikan Agama, PKN (Civics, ilmu bumi,
sejarah dan geografi), Bahasa Indonesia, dan Olah Raga (Wuryan & Syaefullah,
2008: 8).
● Selanjutnya  nama  pendidikan  kewarganegaraan  diubah  oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) yang berisikan materi Pancasila yang menjadi mata pelajaran wajib untuk
SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan.
● Dengan berlakunya Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur,
jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39). Kurikulum Pendidikan Dasar dan
Menengah pada tahun 1994 mengakomodasikan misi baru pendidikan dengan
memperkenalkan mata   pelajaran   Pendidikan   Pancasila   dan   
Kewarganegaraan. 

Pembelajaran berdasarkan Kurikulum 1994 tersebut lebih mengarahkan


peserta didik untuk menguasai materi pengetahuan. Metode belajar di kelas
terutama digunakan adalah ceramah dan tanya jawab. Evaluasi yang dilakukan
masih menggunakan metode klasikal (secara kelas). Pola pembelajaran tersebut
tidak mampu mengembangkan kompetensi peserta didik. Akibatnya, banyak
lulusan pendidikan yang tidak memiliki kesiapan dan kematangan ketika
memasuki lapangan kerja. 

Sekalipun pernah dilakukan upaya perbaikan, misalnya dengan


mengeluarkan Garis-garis Besar program Pengajaran (GBPP) Tahun 1999, namun
tetap saja pembelajaran berdasarkan   kurikulum 1994 lebih berorientasi pada
kemampuan akademik dan kurang mengembangkan kompetensi peserta didik
(Budimansyah & Suryadi, 2008:10).

● Untuk   mengatasi   keterbatasan   Kurikulum   1994   dilakukan penyempurnaan


ke arah kurikulum yang mengutamakan pencapaian kompetensi siswa yakni
suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat
kompetensi tertentu yang dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Kemudian disempurnakan dengan Kurikulum 2004 yang ciri
paradigmanya berbasis kompetensi mencakup pengembangan silabus dan sistem
penilaiannya.
● Dengan menggunakan Kurikulum 2004, Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan Standar
Isi (Permen No 22 Tahun 2006) dan Standar Kompetensi (Permen Nomor 23

Tahun 2006) , serta Standar Kompetensi Lulusan (Permen Nomor 23 Tahun


2006) yang menjadi acuan utama bagi setiap satuan pendidikan dalam menyusun
KTSP. Dalam dokumen tersebut ditegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
● Untuk mengakomodasikan perkembangan baru dan perwujudan pendidikan
sebagai proses pencerdasan kehidupan bangsa dalam arti utuh dan luas, maka
substansi dan nama mata pelajaran yang sebelumnya Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dikemas dalam Kurikulum 2013 menjadi mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Penyempurnaan tersebut dilakukan atas dasar pertimbangan :

1. Pancasila  sebagai  dasarnegara  dan  pandangan  hidup  bangsa diperankan dan


dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan
pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari keseluruhan ruang lingkup
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan;
2. Substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik
Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang menjadi wahana psikologis-pedagogis pembangunan warga
negara Indonesia yang berkarakter Pancasila.

Perubahan tersebut didasarkan pada sejumlah masukan penyempurnaan


pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, antara lain   :

1) secara substansial, Pendidikan Kewarganegaraan terkesan lebih dominan


bermuatan ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan moral Pancasila
kurang mendapat aksentuasi yang proporsional;
2) secara metodologis, ada kecenderungan pembelajaran yang mengutamakan
pengembangan ranah sikap (afektif), ranah pengetahuan (kognitif),

pengembangan ranah keterampilan (psikomotorik) belum dikembangkan


secara optimal dan utuh (koheren) (Permendikbud No.58, 2014 : 221).

Dengan perubahan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), maka ruang lingkupnya meliputi
sebagai berikut (Permendikbud Nomor 58, 2014 : 223):

a. Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa.


b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 
c. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk
Negara Republik Indonesia.
d. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan
mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.4

C. Tujuan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan


Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang
memiliki wawasan kenegaraan, menanamkan rasa cinta tanah air, dan kebanggaan
sebagai warga negara Indonesia dalam diri para generasi muda penerus bangsa. 5
Adapun menurut para para ahli sebagai berikut:

Menurut Somantri tujuan dari pelajaran pendidikan kewarganegaraan secara


umum yaitu demi mendidik warga negara supaya menjadi seorang warga negara yang
baik, yang dapat dilukiskan dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia
kepada bangsa dan juga negara, beragama, demokratis, dan Pancasila sejati”.

4  https://www.mandandi.com/2022/01/sejarah-perkembangan-pendidikan.html di akses pada tanggal 13


september 2022,pukul 17:40 WIB.
5 https://www.sman1ampekangkek.sch.id/blog/pentingnya-pendidikan-kewarganegaraan-bagi-generasi-muda-indonesia/#:~:text=Tujuan%20pendidikan%20kewarganegaraan
%20adalah%20menciptakan,para%20generasi%20muda%20penerus%20bangsa di akses pada tanggal 13 september 2022 pukul 15:05 WIB.
Sementara itu Maftuh berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan diberikan
dengan tujuan agar setiap warga negara menjadi seorang warga negara yang baik atau
juga disebut dengan to be good citizens.
Artinya setiap warga negara mempunyai civics inteliegence atau kecerdasan
dalam kewarganegaraan secara intelektual, sosial, dan emosional. Juga memiliki
kecerdasan

kewargaan secara spiritual, serta civics responsibility berupa rasa bangga serta


bertanggung jawab dalam bernegara dan mampu ikut serta dalam kehidupan
masyarakat.
Adapun Branson menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic
education) bertujuan untuk partisipasi yang bermutu serta bertanggung jawab di
dalam kehidupan berpolitik dan bermasyarakat baik di tingkat lokal, negara bagian,
maupun nasional.
Sapriya menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan kewarganegaraan yaitu
keikutsertaan seseorang yang penuh nalar serta tanggung jawab dalam sebuah
kehidupan politik dari warga negara, yang memiliki ketaatan kepada nilai dan prinsip
dasar demokrasi konstitusional di Indonesia. Dan keikutsertaan seorang warga negara
secara efektif serta penuh tanggung jawab tentunya sangat membutuhkan pemahaman
dan penguasaan terhadap seperangkat ilmu, baik ilmu pengetahuan, keterampilan
intelektual, maupun keterampilan dalam berperan serta.6
Jadi tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan
dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air, bersendikan
kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional kepada siswa,
mahasiswa, calon ilmuwan warga negara Republik Indonesia yang menguasai ilmu
pengetahuan dan seni yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.
Kemampuan warga negara untuk hidup berguna dan bermakna serta mampu
mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya sangat tergantung
pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai
keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar negara akan menjadi
panduan dan mewarnai keyakinan serta pegangan hidup warga negara dalam

6 https://www.jurnalponsel.com/tujuan-pendidikan-kewarganegaraan/#4_Tujuan_Pendidikan_Kewarganegaraan_Menurut_Para_Ahli di akses pada tanggal 13 september 2022 pukul


15:30
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu sudah
seharusnya peserta didik memiliki motivasi bahwa Pendidikan kewarganegaraan
yang diberikan kepada mereka berkaitan erat dengan penanaman dan kedudukan serta
kepentingan mereka sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan
sebagai warga negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia
mewujudkannya.7

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kewarganegaraan adalah hubungan individu dengan negara. Kewarganegaraan
menunjukan kebebasan dan warga warga negara memiliki hak, tugas, dan tanggung jawab
tertentu. Secara umum, warga negara punya hak politik penuh. Hak untuk memilih dan
memegang jabatan publik.
Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan pertama kali diperkenalkan di dunia pada tahun
1790 di Amerika Serikat. Pendidikan Kewarganegaraan dalam bahasa Inggris disebut
dengan Civics Education.
Tujuan pembelajarannya adalah untuk menyatukan penduduk Amerika yang memiliki
keragaman suku bangsa dan budaya.
Di Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan mulai berkembang pada tahun 1957 di masa
pemerintahan Presiden Soekarno. Pendidikan Kewarganegaraan kemudian mulai dipelajari di
sekolah-sekolah pada tahun 1961 dengan nama Civics. Mata pelajaran ini kemudian berganti
nama menjadi Pendidikan Kewarganegaraan pada tahun 1968.

Secara resmi, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dimasukkan ke kurikulum pelajaran


sekolah di Indonesia pada tahun yang sama, yaitu 1968.

Pada tahun 1975, terjadi pergantian tahun ajaran yang biasanya dimulai Januari – Desember
menjadi Juni – Juli. Saat itulah nama Pendidikan Kewarganegaraan berganti menjadi Pendidikan
Moral Pancasila (PMP).

7 file:///C:/Users/lenovo/Downloads/Dokumen%20tanpa%20judul.pdf di akses pada tanggal 13 september 2022, pukul 15: 21


Perubahan nama ini ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 1994,
nama mata pelajaran ini berganti lagi menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn). Di masa reformasi, PPKn diubah lagi namanya menjadi PKn (Pendidikan
Kewarganegaraan). Yang terkini, nama mata pelajaran ini kembali menjadi PPKn dan digunakan
hingga saat ini. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang
memiliki wawasan kenegaraan, menanamkan rasa cinta tanah air, dan kebanggaan sebagai warga
negara Indonesia dalam diri para generasi muda penerus bangsa. 

B. Saran

Di harapkan agar semua masyarakat dapat menerapkannilai-nilai yang terkandung dalam


Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja namun melaksanakannya dalam
kehidupan.Dan penerapan pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini agar kelak
nilai Pancasila akan melekat dalam karakter dan kepribadian tiap individu dalam
bermasyarakat agar senantia serta cipta bangsa Indonesia yang damai.
DAFTAR PUSTAKA

Kansil C.S.T, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: PT pradnya paramita.

Pangeran Alhaj S.T.S dan Surya Partia Usman, 1995. Materi Pokok Pendekatan
Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.

Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Srijanto Djarot, Waspodo Eling,dkk. 1994. Tata Negara Sekolah Menengah Umum.
Surakarta: PT. Pabelan.

UU Nomor 32 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal

Anda mungkin juga menyukai