Anda di halaman 1dari 6

Joya Amanda Putri

2011221024

Tugas Kewarganegaraan

Kelas 53

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi merupakan salah satu
bentuk pendidikan untuk mengembangkan kultur demokratis yang mencakup
kebebasan, persamaan, kemerdekaan, toleransi, dan kemampuan untuk menahan diri
di kalangan mahasiswa. Cakupan materi Mata kuliah pendidikan Kewarganegaraan
meliputi identitas nasional,hak dan kewajiban warganegara, negara dan konstitusi,
demokrasi dan pendidikan demokrasi, HAM dan rule of law, Geopolitik Indonesia
dan Geostrategi Indonesia. Dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi pasal 35 ayat (3) Juga mewajibkan mata kuliah Kewarganegaraan disampaikan
di Perguruan Tinggi. Dalam penjelasan pasal 35 ayat (3), dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan ”mata kuliah kewarganegaraan” adalah pendidikan mencakup
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa
menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Menurut Nu,man Somantri dalam dikti (2014:7), pendidikan kewarganegaraan
adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan
sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan
sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para
siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap, dan bertindak demokratis dalam
mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan diberikan agar mahasiswa memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban, berdaya saing, disiplin dan
berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional guna mewujudkan tujuan nasional
yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi, PKn adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural,
bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 5 1945. Dalam hal ini, PKn
berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelegence),
menumbuhkan partisipasi warga negara (civic participation) dan mengembangkan
tanggungjawab warganegara untuk bela negara (civic responsibility). Warganegara
yang cerdas diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi
negara dan bangsanya. Melalui partisipasi warganegara akan membawa kemajuan
negara, karena tidak ada satu negara pun di dunia maju tanpa partisipasi aktif dari
warga negaranya. Begitu pula dengan tanggungjawab warganegara atas persoalan
yang dihadapi negara dan bangsanya akan berkontribusi untuk kemajuan negara dan
bangsanya.
Kemudian menurut Azis Wahab (Cholisin, 2000:18) menyatakan bahwa PKn
ialah media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan
penuh tanggung jawab. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum
ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok
dengan target tersebut. Berbeda dengan pendapat di atas pendidikan kewarganegaraan
diartikan sebagai penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang
12 memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk
berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya (Samsuri, 2011: 28). Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah
suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian proses untuk mengarahkan
peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia, cerdas,
terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat
sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.

B. Landasan, Latar Belakang, dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


1). Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
 Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan:
1. UUD 1945; Pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan keempat, pasal 27, pasal
30 (1), pasal 31 (1)
2. Tap MPR Nomor II/MPR/1999
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
4. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
6. SK Dirjen Dikti nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang rambu-rambu
pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi.
 Landasan Historis Pendidikan Kewarganegaraan Secara historis,

PKn sering berganti-ganti nama atau istilah, dapat dijabarkan berikut:

1. Perkembangan Civics di Amerika, pelajaran civics pertama kali diperkenalkan


pada tahun 1790 dalam rangka “meng-Amerikakan” bangsa Amerika (Theory
of Americanization). Negara Amerika yang terdiri dari imigran yang memiliki
latar belakang kultur bermacam-macam, oleh karena itu mereka harus di
Amerikakan supaya warganegaranya memiliki pesepsi yang sama tentang
Negara serta memahami hak dan kewajibanya sebagai warganegara Amerika.
2. Perkembangan Civics di Indonesia, yang diajarkan di SD, SMP, dan SMA.
3. Kewarganegaraan (1957): membahas cara memperoleh dan kehilangan
kewarganegaraan.
4. Civics (1961), membahas tentang sejarah kebangkitan nasional, UUD 1945,
pidato-pidato politik kenegaraan, yang terutama diarahkan untuk “ nation and
character building” bangsa Indonesia.
5. Pendidikan kewarganegaraan (1968) yang berdasarkan kurikulum 1968 berada
dalam kelompok pembinaan jiwa pancasila untuk di SD maupun menengah.
Di SD terdiri dari pendidikan agama, kewarganegaraan, bahasa Indonesia,
bahasa daerah dan oleh raga, sedangkan untuk SMA tanpa bahasa daerah.
6. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) Kurikulum 1975 yang bertujuan untuk
membentuk warganegara Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Kemudian disempurnakan dengan kurikulum 1984.
7. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKN) kurikulum 1994,
kemudian disempurnakan dengan suplemen tahun 1999.
8. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di perguruan
tinggi Pendidikan Kewiraan mulai diselenggarakan sebagai kurikulum
pendidikan tahun 1973/1974. Kemudian mengalami perubahan menjadi
Pendidikan kewarganegaraan dengan mengacu kepada:
a. UU Nomor 20 Tahun 1982 tentang petahanan keamanan Republik
Indonesia yang disempurnakan oleh UU Nomor3 Tahun 2002 tentang
Undang-Undang Pertahanan Negara
b. UU Nomor 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
c. Keputusan Mendiknas Nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan
kurikulum . Pendidikan Tinggi dan penilaian hasil Belajar Mahasiswa
d. SK Dirjen Dikti Nomor38/DIKTI/Kep.2002 jo. Nomor 43/2006 tentang
rambu-rambu pelaksanaan kelompok MPK.
e. Pendidikan Kewarganegaraan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan Nasional
f. Kewarganegaraan (PPKn) UU Nomor12 Tahun 2012.

2). Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi:

 Semangat Perjuangan
Semangat perjuangan terdiri atas fisik dan non fisik. Semangat perjuangan
bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan
yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik.Semangat perjuangan secara fisik
dapat dilihat dari rakyat Indonesia yang solid dan tidak mengenal perbedaan.
Hal ini dibuktikan sejak sebelum zaman penjajahan, pada masa
mencapai kemerdekaan, dan sampai saat ini.Dalam kaitannya dengan
semangat perjuangan bangsa, maka perjuangan non fisik sesuai dengan bidang
profesi masing-masing memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap
warga negara Indonesia pada umumnya. Selain itu, bagi mahasiswa semangat
perjuangan secara non fisik yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn).

 Era globalisasi
Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga–lembaga kemasyarakatan
internasional, negara–negara maju yang ikut mengatur percaturan politik,
ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan global. Disamping
itu, isu global yang meliputi demokratisasi, hak asasi manusia, dan lingkungan
hidup turut pula mempengaruhi keadaan nasional.Globalisasi juga ditandai
oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
dibidang informasi, komunikasi, dan transportasi. Hingga membuat dunia
menjadi transparan seolah–olah tanpa mengenal batas negara.Sedangkan
dalam era globalisasi dan masa yang akan datang kita memerlukan perjuangan
non fisik sesuai dengan bidang profesi masing–masing. Perjuangan non fisik
ini memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga Negara
Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendikiawan pada
khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
 UU No. 20 Tahun 2003
Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan mencakup:
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai
hubungan antara warga negara dengan negara serta PPBN agar menjadi warga negara
yang diandalkan oleh bangsa dan negara.
2. Tujuan Khusus:
-Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara
santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagawai WNI terdidik dan bertanggung
jawab.
-Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran
kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan
Ketahanan Nasional.
-Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

3). Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Kompetensi yang diharapkan dalam matakuliah pendidikan kewarganegaraan
adalah agar mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban, memiliki daya saing,
berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan
sistem nilai Pancasila. Sedangkan standar kompetensi yang wajib dikuasai mahasiswa
mampu berfikir rasional, bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan luas dan
bersikap demokratis yang berkeadaban sebagai warga negara Indonesia. Dengan
berbekal kemampuan intelektual ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan
proses belajar sepanjang hayat (long live learning), menjadi ilmuwan profesional yang
berkepribadian dan menjunjung nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sedangkan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan, untuk membekali dan
memantapkan mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan
warga negara Indonesia yang Pancasilais dengan negara dan sesama warga negara.
Menurut UU Nomor20/2003 tentang sistem pendidikan nasional jo. Pasal 35 UU
Nomor 12/2012 tentang pendidikan tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan agar peserta didik memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain
itu, menurut Abdul Azis Wahab dan Sapriya (2012:311) tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk membentuk warga negara yang baik. Menurut SK
Dirjen Dikti Nomor43/2006, Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk
menjadikan peserta didik yang menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban; menjadi warganegara
yang memiliki daya saing; berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Menurut Martini, dkk (2013:3) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di
perguruan tinggi yaitu membantu mahasiswa mengembangkan potensinya untuk
menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kewarganegaraan dan nilai-nilai
yang diperlukan dalam rangka penerapan ilmu, profesi dan keahliannya serta
berpartisipasi dalam kehidupan yang bermasyarakat dari komuniti setempat, bangsa
dan dunia. Selain itu, membantu mahasiswa menjadi warganegara yang cerdas,
demokratik berkeadaban, bertanggungjwab, dan menggalang kemampuan kompetitif
bangsa di era globalisasi. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan tinggi adalah (a)
berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan 6 bangsanya. (b)
dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan / atau teknologi
untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa; (c)
dihasilkannya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan
bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan (d)
terwujudnya pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian
yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. (UU Nomor 12 Tahun 2012).
Berdasarkan beberapa kutipan tentang tujuan pendidikan kewarganegaraan
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pendidikan kewarganegaraan diharapkan
mampu membantu mahasiswa untuk mengembangkan potensinya untuk menjadi
ilmuan yang bukan saja memiliki ilmu pengetahuan melainkan juga memiliki sikap,
keterampilan dan kesadaran bernegara yang tinggi sehingga akan membawanya
menjadi warganegara yang bertanggungjawab untuk berpartisipasi dan memiliki
disiplin yang tinggi demi kemajuan bangsa dan negaranya.

C. Sejarah Keberadaan MataKuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada tahun 1957
saat pemerintahan Sukarno atau yang lebih dikenal dengan istilah civics.  Penerapan
Civics sebagai pelajaran di sekolah-sekolah dimulai pada tahun 1961 dan kemudian
berganti nama menjadi pendidikan Kewargaan negara pada tahun 1968.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum sekolah
di Indonesia pada tahun 1968. Saat terjadi pergantian tahun ajaran yang awalnya
Januari – Desember dan diubah menjadi Juli – Juni pada tahun 1975, nama
pendidikan kewarganegaraan diubah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Nama mata pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada masa Reformasi PPKn diubah menjadi PKn
dengan menghilangkan kata Pancasila yang dianggap sebagai produk Orde Baru.
Untuk perguruan tinggi, jurusan pendidikan kewarganegaraan pada awalnya
menggunakan nama jurusan Civic Hukum kemudian pada orde baru berubah
menjadi Program Studi PMP-KN dan saat ini banyak yang menggunakan Program
Studi PPKn (PKn).
D. Kompetensi MataKuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Sumarsono, dkk (2002)
kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh
rasa tanggungjawab, dapat memecahkan masalah hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nusantara, dan
ketahanan nasional, sedangkan menurut SK Dirjen Dikri Nomor43 Tahun 2006
Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan adalah menjadi ilmuwan dan profesional
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis yang berkeadaban,
menjadi warganegara yang memiliki daya saing, berdisiplin dan berpartisipasi aktif
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Sedangkan
standar kompetensi yang wajib dikuasai mahasiswa mampu berfikir rasional, bersikap
dewasa dan dinamis, berpandangan luas dan bersikap demokratis yang berkeadaban
sebagai warga negara Indonesia. Dengan berbekal kemampuan intelektual ini
diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar sepanjang hayat (long
live learning), menjadi ilmuwan profesional yang berkepribadian dan menjunjung
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai