Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

Putri Helma Dwiarti (1210623082)


Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta

PENDAHULUAN
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran penting dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia yang bertujuan membentuk karakter dan memberikan pengetahuan
mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara serta memperkuat rasa cinta tanah air dan
persatuan bangsa. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai perkembangan PKn di Indonesia dari
masa ke masa, yang meliputi latar belakang lahirnya PKn, perkembangan kurikulum dan materi
pembelajaran PKn, serta tantangan dan peluang pengembangan PKn ke depan dalam rangka
memperkuat karakter dan wawasan kewarganegaraan peserta didik. Pembahasan menyeluruh
mengenai perjalanan PKn ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam tentang peran
strategis PKn dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan rumusan “Civic International” (1995), disepakati bahwa pendidikan demokrasi
penting untuk pertumbuhan civic culture, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan
pemerintahan demokrasi (Mansoer 2005). Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006, kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian di perguruan tinggi terdiri atas mata kuliah Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Mata kuliah tersebut wajib diberikan di
semua fakultas dan program studi di perguruan tinggi di Indonesia. Kebijakan ini bertujuan
membekali mahasiswa dengan pengetahuan agama, kewarganegaraan, dan kemampuan berbahasa
sebagai bagian dari pengembangan kepribadian yang utuh. Dengan demikian, pendidikan
kewarganegaraan menjadi mata kuliah wajib di perguruan tinggi sesuai regulasi pendidikan
nasional untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan mahasiswa.

PEMBAHASAN
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia telah mengalami perkembangan yang fluktuatif,
baik dalam kemasan maupun isinya, seiring perubahan kepentingan negara. Secara historis,
epistemologis, dan pedagogis, PKn sebagai program kurikuler dimulai dengan diperkenalkannya
mata pelajaran Civics atau Kewarganegaraan di SMA pada 1962 yang berisi materi pemerintahan
berdasarkan UUD 1945. Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya
berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi,
dan politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri. 1969:7). Meski istilah Civics tidak ada dalam Kurikulum
1957 maupun 1946, materi tata negara dan hukum sudah ada sejak 1957, dan pengetahuan umum
tentang pemerintahan sudah ada sejak 1946. Dengan demikian, meski mengalami pasang surut,
benih-benih pendidikan kewarganegaraan telah ada sejak awal kemerdekaan dalam berbagai
kemasan untuk membekali Siswa dengan pengetahuan kewarganegaraan.
Pada tahun 1962 mengingat pelajaran Civics yang lebih mengedepankan indoktrinasi, Suhardjo
yang menjabat sebagai menteri kehakiman mengusulkan untuk merubah istilah Civics menjadi
Kewargaan Negara. Usulan tersebut disetujui oleh Prijono selaku Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, namun pergantian istilah tersebut secara resmi belum ditetapkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Wuri dan Fathurrohman, 2012: 2). Pada masa itu sistem pendidikan
di Indonesia berkembang dua istilah pelajaran tentang kewarganegaraan, yaitu Civics dan
Kewargaan Negara. Kedua istilah tersebut digunakan silih berganti di dalam kurikulum SD, SMP
maupun SMA. Perbedaan kedua istilah tersebut yaitu Civics mengajarkan tentang sejarah
perjuangan Indonesia, sedangkan Kewargaan Negara mengajarkan tentang kesadaran hidup
bernegara dengan status sebagai penanggung hak dan kewajiban. Perubahan ini didasarkan atas
tujuan yang ingin dicapai oleh negara Indonesia, yaitu membangun warga negara yang baik dan
juga cerdas.
Pada tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI yang kemudian diikuti oleh pembaharuan
tatanan dalam pemerintahan. Pembaharuan tatanan inilah yang kemudian dibatasi oleh tonggak
yang resmi dengan diserahkannya surat perintah 11 Maret 1966 dari Presiden Soekarno kepada
Letnan Jenderal Soeharto. Tanggal itulah yang kemudian dijadikan tonggak pemerintahan Orde
Baru, yang mengandung tekad untuk memurnikan pelaksanaan UUD 1945 secara konsekuen.
Perubahan sistem ketatanegaraan/pemerintahan ini kemudian diikuti dengan kebijaksanaan dalam
pendidikan, yaitu dengan keluarnya Keputusan Menteri P & K No. 31/1967 yang menetapkan
bahwa pelajaran Civics isinya terdiri atas:
1. Pancasila
2. UUD 1945
3. Ketetapan-ketetapan MPRS
4. Pengetahuan tentang PBB
Pada 1968, istilah Civics dalam Kurikulum diganti secara resmi menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN) melalui Kurikulum 1968. PKN saat itu tidak lagi menggunakan metode
indoktrinasi dalam pengajarannya. Materi PKN di SD mencakup Pengetahuan Kewarganegaraan,
Sejarah Indonesia, dan Ilmu Bumi. Di SMP materinya adalah Sejarah Kebangsaan dan Peristiwa
Setelah Kemerdekaan. Perubahan istilah ini menandai perkembangan pendekatan pendidikan
kewarganegaraan yang lebih humanis dan demokratis, tidak lagi bersifat indoktrinatif. Materi PKN
sudah mulai terstruktur secara kurikuler untuk memberikan pengetahuan kewarganegaraan
substantive bagi siswa di berbagai jenjang.
Menurut Ali Emran (1976: 4) isi PKn meliputi :
1) Untuk SD : pengetahuan Kewargaan negara, sejarah Indonesia, ilmu Bumi.
2) Untuk SMP : Sejarah kebangsaan, kejadian setelah kemerdekaan, UUD 1945, Pancasila,
Ketetapan MPRs.
3) Untuk SMA : Uraian pasal-pasal dari UUD 1945 yang dihubungkan dengan tatanegara,
sejarah, ilmu bumi dan ekonomi.
Meskipun materi dan tujuan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) telah ditentukan,
pada saat itu belum disusun buku pegangan resmi baik untuk siswa maupun guru. Tanpa adanya
pedoman resmi dari pemerintah, setiap sekolah dan guru mengambil keputusan sendiri mengenai
pemilihan buku. Karena itu, beredar berbagai buku PKN untuk beragam jenjang pendidikan guna
memenuhi kebutuhan di lapangan. Suatu catatan penting, aspek afektif tidak muncul dalam PKN
yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Selain itu, pembentukan moral Pancasila bagi siswa
tidak secara eksplisit dilakukan sehingga PKN dipandang tidak akan berhasil menyampaikan nilai-
nilai pandangan hidup bangsa Pancasila. Situasi tersebut, ditambah dengan ragam buku pegangan
siswa dan guru serta pengembangan materi yang sangat dipengaruhi latar belakang ilmu dan pola
pikir guru, akan menyebabkan keragaman output baik dari aspek kognitif maupun aspek afektif.
Perkembangan PKn pada era Orde Baru, ternyata lebih ditentukan faktor kepentingan untuk
membangun negara (state Building) ketimbang untuk membangun bangsa (Nation Building). Hal
tersebut disebabkan karena :
1) Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara negara yang sudah kehilangan
semangat pengabdian, pengorbanan kejujuran dan keikhlasan.
2) Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat keadiland an kebenaran.
3) Fandalisme, paternalisme dan absolutisme
4) Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat negara untuk
mengabdi kepada kepentingan rakyat.
Kondisi di atas berpengaruh pada perubahan kurikulum PPKn dan pelaksanaan pengajarannya di
lapangan yang lebih menekankan untuk mendukung status quo atau legitimasi dan pembenaran
(justifikasi) berbagai kebijakan rezim orba dari pada untuk meningkatkan pemberdayaan warga
Negara dalam berhubungan dengan negara. Dalam era reformasi, tantangan PPKn semakin berat.
P4 dipermasalahkan substansinya, karena tidak memberikan gambaran yang tepat tentang nilai
Pancasila sebagai satu kesatuan. Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah
dengan UU No. 2 tahun 2003 tidak dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga tinggal
Pendidikan Kewarganegaraan. Begitu pula kurikulum 2004 memperkenalkan istilah Pengganti
PPKn dengan kewarganegaraan / pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti
dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral.
Secara umum, berikut ini disebutkan secara kronologis sejarah timbulnya pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia. Dalam tatanan kurikulum pendidikan nasional terdapat mata
pelajaran yang secara khusus mengembanisasi demokrasi di Indonesia, yakni :
1. Pendidikan Kemasyarakatan yang merupakan integrasi negara, ilmu bumi, dan
kewarganegaraan (1954)
2. Civics (1957/1962)
3. Ditingkat perguruan tingi pernah ada mata kuliah Manipol dan USDEK, Pancasila dan
UUD 1945 (1960-an)
4. Filsafat Pancasila (1970- sampai sekarang)
5. Pendidikan Kewarganegaraan Civics dan Hukum (1973)
6. Pendidikan Moral atau PMP (1975 /1984)
7. Pendidikan Kewiraan (1989-1990-an)
8. Pendidikan Kewarganegaraan (2000-sekarang)
Pendidikan adalah upaya sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan
dan latihan guna peranannya di masa depan (Bakry, 2009: 2). Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan salah satu strategi dalam membangun karakter generasi muda agar menjadi warga
negara yang baik (good citizen) berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara Republik Indonesia yang menjiwai karakter bangsa terdiri dari lima nilai, yaitu
religiusitas, penjunjungan nilai kemanusiaan, persatuan, demokrasi berlandaskan kepribadian
bangsa, dan keadilan.
Pada dasarnya, pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan nilai yang menanamkan nilai-
nilai moral bangsa yang terkandung dalam ideologi Pancasila untuk membentuk warga negara
yang baik (good citizen). Pendidikan kewarganegaraan dapat diaplikasikan melalui beberapa
tempat atau lembaga, seperti jalur pendidikan formal (sekolah dan perguruan tinggi), nonformal
(organisasi, majelis taklim, lembaga kursus, dan lain-lain), dan informal (lingkungan keluarga dan
masyarakat). Pendidikan informal merupakan pondasi pertama dalam menanamkan nilai-nilai
kebajikan, yang selanjutnya karakter anak didik dikembangkan di jalur pendidikan formal dan
nonformal. Peran pendidikan formal melalui pendidikan kewarganegaraan membentuk
pengetahuan, karakter, dan keterampilan anak didik, sehingga setelah lulus dari sekolah dapat
menjadi warga negara yang baik secara utuh.
Menurut Branson (1999:7) tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan
bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan
nasional. Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan
kompetensi sebagai berikut:
 Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.
 Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan PKn yang dikemukakan oleh Djahiri (1994/1995:10) adalah sebagai berikut :
1. Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian
Pendidikan Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
2. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku
yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan
yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan
sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah
mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh
rakyat Indonesia.
Sedangkan menurut Sapriya (2001), tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah partisipasi yang
penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-
nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang
efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan
keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan
bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-
watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan
mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.

KESIMPULAN
Latar belakang lahirnya pendidikan Kewarganegaraan berawal dari perjalanan panjang sejarah
bangsa Indonesia, dimulai sejak perebutan dan mempertahankan kemerdekaan hingga pengisian
kemerdekaan, bahkan terus berlanjut sampai era reformasi. Kondisi perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan direspon oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai
perjuangan yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh
jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan yang tumbuh menjadi kekuatan mampu mendorong proses
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia sangat dinamis karena istilah dan
substansi yang diajarkan kepada peserta didik senantiasa berubah mengikuti perkembangan
zaman. PKn harus mampu mengembangkan karakter peserta didik yang berlandaskan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945, serta mampu menghadapi tantangan globalisasi. Strategi pembelajaran
PKn perlu mengembangkan karakter peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis,
kreatif, dan inovatif, serta memiliki kemampuan berkomunikasi dan kerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu, PKn harus terus dikembangkan agar dapat memenuhi tuntutan zaman serta
membangun karakter bangsa yang kuat dan berwawasan global.

DAFTAR PUSTAKA
Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Widiatmaka, Pipit. 2022, Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Di Dalam
Membangun Karakter Bangsa Peserta Didik. Civic Edu : Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.
Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ardi. 2012, Perkembangan PKn (Pendidikan Kewarganegarana).
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/perkembangan-pkn-pendidikan.html
Widya, Ratna. 2012, Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia.
http://widoiiwidiio.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Ilham, Nurfadil. 2013, Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.
http://inflifestyle.blogspot.com/2013/09/pengertian-fungsi-dan-tujuan-pendidikan.html
2012, Pengertian Pendidikan Kewargaegaraan. http://eki-
blogger.blogspot.com/2012/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html

Anda mungkin juga menyukai