Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DAN URGENSI PKn

A. KONSEP DASAR
Pada dasarnya, konsep Pendidikan Kewargengaraan (PKn) adalah pendidikan
yang dirancang oleh pemerintah guna mengingatkan serta memperkuat pengetahuan
akan hak serta kewajiban sebagai seorang warga negara, sehingga nantinya setiap
tindakan yang dilakukan tetap berpatokan dan tidak menyimpang dari landasan negara
Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, dengan adanya pendidikan serta
pembekalan ilmu kewarganegaraan ini dapat menjadi sebuah sarana untuk
mengingatkan setiap penerus bangsa agar setiap tindakan yang dilakukan sesuai
dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Mengingat pentingnya peran pendidikan
kewarganegaraan ini dalam mempersiapkan penerus bangsanya dalam menjalani
kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh sebab itulah, pendidikan ini diterapkan
sejak usia dini hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Konsep lainnya mengenai pengertian dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
juga dikemukakan oleh Cholisin dalam modulnya yang berjudul “Modul I: Konsep
Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan”. Beliau berpendapat
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disamakan dengan konsep Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), karena keduanya merujuk pada upaya-upaya
yang difokuskan pada pembinaan warga negara kearah yang lebih baik. Selain itu,
didalam modul tersebut, beliau juga menambahkan beberapa pengertian mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang berasal dari berbagai sumber, diantaranya,
sebagai berikut:
1. National Council Of Social Studies (NCSS) Amerika Serikat
Menurut lembaga ini, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah
sebuah pendidikan yang memang dikemas dengan tujuan membina serta
mempersiapkan warga negaranya untuk mewujudkan bangsa yang
tindakannya berlandaskan pada cita-cita nasional, sesuai dengan hak dan
kewajiban sebagai seorang warga negara, yang dijamin oleh konstitusi serta
peraturan-peraturan lainnya. Namun, lembaga ini juga menambahkan bahwa
PKn pada dasarnya adalah sebuah perwujudan dari pengaruh positif yang telah
ditanamkan oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat sejak dini.
Berdasarkan pengetian diatas, lembaga ini menyimpulkan bahwa ciri
yang penting dari PKn adalah sebagai berikut:
1
a) Suatu program pendidikan yang prosesnya meliputi pengaruh
positif yang ditanamkan sejak dini.
b) Ideologi negara, proses pemerintahan sendiri, HAM, dan
bagaimana menjadi warga negara yang sesuai dengan konstitusi
menjadi fokus utama materinya.
c) Pendidikan ini bertujuan untuk membentuk orientasi warga negara
tentang peranannya dalam masyarakat.

2. Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics (Civics Education)


Berdasarkan hasil seminar yang diadakan di Tawangmangu, Surakarta
pada tahun 1972, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) didefinisikan sebagai
suatu program Pendidikan yang dirancang dengan tujuan utamanya membina
warga negara kearah yang lebih baik, sesuai dengan syarat, kriteria, dan
ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945. Oleh sebab itu, ditarik kesimpulan,
bahwa program pendidikan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sebuah program Pendidikan.
b) Pengembangan dari Ikn (Ilmu Kewarganegaraan).
c) Dalam program Pendidikan ini, materi pokok yang diangkat adalah
materi IKn yang dilengkapi oleh materi mengenai kewiraan
nasional, filsafat Pancasila, mental Pancasila, dan filsafat
Pendidikan nasional.
d) Bersifat interdisipliner.
e) Tujuan utamanya, yaitu membina warga negara yang lebih baik
guna mewujudkan masa depan yang sesuai dengan ketentuan yang
ada didalam Pancasila dan UUD 1945.
3. Nu’man Somantri
Menurut pendapat beliau, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah
suatu program Pendidikan yang dirancang berdasarkan pengaruh positif yang
diberikan oleh keluarga, sekolah, serta masyarakat yang bertujuan untuk
melatih kemampuan berpikir kritis, analitis, serta bertindak demokratis bagi
para pelajar, guna mempersiapkan hidup demokratis yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Tidak hanya itu, beliau juga berpendapat bahwa
“Demokrasi Politik” menjadi inti dari program pendidikan ini. Oleh sebab itu,
beliau menyatakan bahwa ciri PKn adalah sebagai berikut:
2
a) Suatu program studi.
b) Materi pokok yang dibahas adalah “Demokrasi Politik” yang
diperluas dengan adanya peran pengaruh positif yang diberikan
oleh keluarga, sekolah serta masyarakat.
c) Bersifat interdisipliner.
d) Bertujuan untuk melatih intelektual skil, baik kemampuan berpikir
kritis ataupun analitis, serta melatih cara bersikap dan bertindak
demokratis sesuai dengan ketentuan dan nilai-nilai yang
terkandung didalam Pancasila dan UUD 1945.

B. SUMBER SEJARAH PKn DI INDONESIA


1. SUMBER HISTORIS
Dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi”, Dirjen Belmawa Kemenristekdikti mengungkapkan bahwa
sumber sejarah PKn di Indonesia secara historis sudah dimulai sebelum
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan catatan Sejarah Bangsa
Indonesia, tumbuhnya kesadaran sebagai bangsa Indonesia muncul sejak
didirikannya Organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908 dan juga disepakati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional, meskipun saat itu penamaan “Indonesia”
belum dilakukan. Selain itu, didalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa
organisasi tersebut menjadi latar belakang berdirinya organisasi kebangsaan
lainnya yang ada di Indonesia, yang bergerak untuk melepaskan diri dari
penjajahan Belanda, hingga lahirnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai
bukti persatuan pemuda Indonesia.
Tidak hanya itu, berdasarkan catatan sejarah, pada tahun 1930-an, organisasi
ini terbagi menjadi dua, yaitu organinasasi yang bergerak terang-terangan dan
organisasi yang bergerak secara diam-diam. Meskipun pergerakannya dilakukan
dengan cara yang berbeda, namun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu
membangun rasa kebangsaan serta memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.
Cita-cita negara merdeka yang dimaksud adalah cita-cita yang dapat dikaji dari
karya bapak Proklamator, yaitu Soekarno dan Hatta, yang tak lain adalah
keinginan untuk mendirikan negara yang mandiri serta terlepas dari penjajahan
dan rasa ketergentungan terhadap kekuasaan asing.

3
Meskipun Indonesia telah resmi merdeka pada 17 Agustus 1945, namun
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut masih terus
berlangsung, baik dengan perjuangan fisik maupun diplomatis. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya suatu program pembelajaran yang dikhususkan untuk
memelihara semangat perjuangan kemerdekaan, rasa kebangsaan, dan rasa cinta
tanah air.
Dikutip dari pendapat Dirjen Belmawa Kemenristekdikti, pada masa awal
kemerdekaan, PKn lebih banyak dilakukan pada tatanan sosial kultural dan
dilakukan oleh para pemimpin bangsa. Hal ini diwujudkan dengan menyampaikan
pidato-pidato yang mampu membakar semangat juang rakyat untuk mengusir para
penjajah yang berusaha menduduki wilayah Indonesia kembali, meskipun negara
kita sudah resmi merdeka.

2. SUMBER SOSIOLOGIS
Kewarganegaraan dalam dimensi sosiologis sangat penting bagi masyarakat
untuk melestarikan, memelihara, dan mempertahankan eksistensi bangsa. Prakarsa
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pasca-kemerdekaan di Indonesia tidak
dilaksanakan di sekolah-sekolah sampai keluarnya buku Civics pertama, yang
berjudul “Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia”. Tim Penulis ditugaskan untuk
membuat sebuah buku panduan yang menguraikan tentang tanggung jawab dan
hak warga negara Indonesia, serta asal-usul sejarah dan tujuan Revolusi
Kemerdekaan.

3. SUMBER POLITIS
Sumber politis Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimulai sejak zaman Orde
Baru hingga saat ini. Sejak zaman Orde Baru, program pendidikan ini telah
ditetapkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum pembelajaran
yang ada. Tentunya, materi serta metode pembelajaran yang akan disampaikan
oleh tenaga pendidik selalu direvisi dalam jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan
untuk menyesuaikan kembali materi ataupun metode pembelajaran tersebut.
Seperti yang dikutip dari Dirjen Belmawa Kemenristekdikti, pada masa awal
penerapan mata pelajaran ini kedalam kurikulum pembelajaran, metode yang
bersifat indoktrinatif dihilangkan dan diganti menjadi metode pembelajaran
berkelompok. Perubahan lainnya juga terjadi pada Kurikulum Sekolah pada tahun
4
1968, dimana PKn dikorelasikan dengan mata pelajaran lain, seperti Sejarah
Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, HAM, serta ekonomi.

C. LANDASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


1. LANDASAN FILOSOFIS
Berdasarkan pendapat Sarbaini dan Zainul Akhyar dalam bukunya yang
berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi: Membina
Karakter Warga Negara Yang Baik”, beliau berpendapat bahwa terdapat tiga
landasan filosofis PKn, yaitu:
a) Dasar Ontologi (Hakikat Keberadaan)
Komitmen warga negara berperan sangat penting dalam eksistensi
negaranya sendiri, sehingga setiap warga negara memerlukan kesadaran
untuk membela tanah airnya.

b) Dasar Epistemologi (Dasar Keilmuan)


Pendekatan yang digunakan dalam pengetahuan ilmiah terhadap masalah
kenegaraan di perguruan tinggi tidak hanya menggunakan pendekatan
deskriptif semata, tetapi sampai pada ranah yang esensial dan mendasar.

c) Aksiologi
Adanya usaha yang dibangun guna meningkatkan kesadaran akan
pentingnya memiliki negara yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat
karena setiap manusia pasti memerlukan negara.

2. LANDASAN TEORITIS
Dalam aktivitas Pendidikan, harus ada empat pilar Pendidikan, yaitu:
a) Kemampuan peserta didik untuk berbuat sesuatu.
b) Kemampuan untuk membangun pengetahuan dengan lingkungan.
c) Kemampuan untuk berinteraksi dengan sesame.
d) Memahami kehidupan pluralistic.
Pendidikan Nasional dan PKn memiliki fungsi serta tujuan sebagai berikut:

5
a) Sebagai sebuah sarana untuk mengembangkan kemampuan serta
membentuk watak bangsa yang bermartabat, dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
b) Membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.

3. LANDASAN HISTORIS
Dengan adanya pengalaman pahit akan penjajahan yang pernah terjadi
di Indonesia, hal ini semakin membangkitkan semangat perjuangan dan
menjadikan Bangsa Indonesia mendapatkan kembali kemerdekaannya.
Namun, tentunya dalam pembangunan Bangsa Indonesia menghadapi berbagai
gangguan, baik dari dalam maupun luar. Seperti halnya perebutan kekuasaan
politik serta perebutan wilayah territorial negara Indonesia dengan negara
tetangga.

4. LANDASAN SOSIOLOGIS
Bhineka Tunggal Ika merupakan suatu pegangan serta landasan akan
adanya tekad yang kuat dalam menghargai keberagaman bangsa Indonesia,
yang tentunya memiliki berbagai perbedaan. Dengan menyadari serta
menghormati keberagaman yang ada di Indonesia, maka konflik yang
berunsur SARA dapat dihindari dengan mengutamakan rasa kesatuan.

5. LANDASAN YURIDIS
a) UUD 1945; Pasal 27 ayat (3) Amandemen.
b) UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 ayat 1 dan 2.
c) Pasal 2, 3, 4, dan 27 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
d) UU No. 12 tahun 2021 tentang Perguruan Tinggi.
e) Pasal 6, 7, 8, dan 9 Permen RI No. 19 tahun 2005.

D. URGENSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI


PERGURUAN TINGGI
1. ALASAN PERLUNYA PKn DI PERGURUAN TINGGI

6
a) Memberikan wawasan bagaimana seseorang menjadi warga negara yang
lebih bertanggung jawab.
b) Membarikan wawasan bagaimana warga negara itu tidak hanya tunduk
dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan sikap toleran dan
mandiri.
c) Berperan penting dalam membangun rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah
air.
d) Sebuah wadah atau sarana untuk mengembangkan serta melestarikan nilai
luhur serta moral.
e) Memberikan wawasan serta penghargaan terhadap keberagaman bangsa
Indonesia.
f) Memberikan kesadaran serta pemahaman akan pelaksanaan hak serta
kewajiban seseorang sebagai warga negara.

2. ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN PKn


Dengan adanya perubahan, baik perubahan dari segi tujuan, orientasi,
materi serta metode pembelajaran, yang dialami oleh Pendidikan Pancasila
(Pkn), maka hal ini menjadi dasar dari munculnya dinamika serta tantangan
yang dihadapi oleh program pembelajaran ini. Dinamika serta tantangan ini
muncul karena ontology dari PKn itu sendiri, yaitu sikap dan perilaku warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tentunya pembahasan kewarganegaraan tidak akan lepas dari
pembicaraan mengenai status warga negara yang dapat meliputi penduduk
yang memiliki kedudukan tertentu dipemerintahan, seperti para pejabat
negara, maupun rakyat biasa. Hal inilah yang juga menyebabkan adanya
perbedaan antara peran serta fungsi masing-masing warga negara tersebut,
sehingga sikap dan prilakunya sangat dinamis. Oleh sebab itu, PKn dirancang
agar mampu menyesuaikan atau sejalan dengan dinamika dan tantangan
perbedaan sikap serta perilaku warga negara dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain itu, PKn juga mengikuti perubahan dari periodisasi pelaksanaan
UUD (Konstitusi). Hal sesuai dengan pendapat Aristoteles yang dikutip
melalui

7
Dirjen Belmawa Kemenristekdikti, yaitu “… different constitutions require
different types of good citizen... because there are different sorts of civic
function”, yang secara implisit bermakna bahwa setiap konstitusi memiliki
ketentuan tersendiri mengenai warga negaranya, sehingga tentunya setiap
konstitusi juga memiliki syarat tersendiri mengenai kriteria warga negara yang
baik. PKn juga bergantung pada tuntutan perubahan serta perkembangan
zaman. Oleh sebab itu, disetiap negara Pendidikan Kewarganegaraan yang
ditetapkan harus selalu memperhatikan kondisi masyarakat di wilayah
tersebut. Perkembangan masyarakat yang akan terus bergerak serta berubah
lebih cepat, meskipun tuntutan dan kebutuhan masyarakat telah diakomodasi
melalui peraturan UU.
Tidak hanya itu, sebagai dampak dari era globalisasi, yang meliputi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat akan
menunjukkan dua perilaku yang berbeda, yaitu perilau positif serta negatif.
Oleh sebab itu, PKn berperan sebagai sarana untuk mengarahkan perilaku
masyarakat kearah yang positif dan PKn juga berperan dalam intervensi
terhadap perilaku negatif yang ditunjukkan oleh masyarakat. Sehingga
kurikulum PKn akan mengalami revisi terkait materi, metode, dan system
evaluasinya yang disesuaikan dengan perkembangan IPTEK.

3. ESSENSI DAN URGENSI PKn UNTUK MASA DEPAN


Berdasarkan pendapat Dirjen Belmawa Kemenristekdikti dalam sebuah
buku berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi”,
esensi dan urgensi PKn untuk masa depan ini adalah suatu prediksi mengenai
masa depan negara Indonesia. Prediksi ini berupa mengenai perkiraan
perubahan apa saja yang akan dihadapi oleh negeri ini dalam kurun waktu
beberapa tahun kedepan. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam segala
bidang, seperti ekonomi dan tentunya perubahan ini dapat menjadi sebuah
faktor penentu akan nasib negara Indonesia kedepannya. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebagai eksistensi PKn dipengaruhi oleh eksistensi
konstitusi negara dan bangsa yang berlaku serta berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan tuntutan kemajuan bangsa. Oleh sebab itu, nasib
bangsa Indonesia ditentukan serta bergantung kepada kemampuan bangsa ini
sendiri, karena nasib sebuah bangsa tak ditentukan oleh negara lain, karena
8
menurut pendapat Ismail dan Sri Hartati dalam buku “PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara di Indonesia)”, pembekalan serta pemberdayaan peserta didik
dengan informasi serta kemampuan yang mendasar dalam hal berinteraksi
antar warga negara yang merupakan perwujudan dari semangat Pancasila dan
negara.

4. CONTOH-CONTOH PRAKTIK KEWARGANEGARAAN


a) Sikap toleransi serta menghormati perbedaan antar sesama
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa
dan masing-masingnya memiliki perbedaan serta keunikan tersendiri.
Perbedaan inilah yang dapat menimbulkan perpecahan diantara
masyarakat, karena hal tersebut dipicu timbulnya rasa bangga akan
keunikan budaya yang dimiliki oleh suku masing-masing, sehingga
terkadang hal ini menimbulkan rasa sombong dan akhirnya meremehkan
kebudayaan suku lainnya. Padahal dengan menghargai perbedaan tersebut,
dapat memberikan pengetahuan baru kepada kita.
Selain itu, sikap toleransi beragama merupakan salah satu contoh
lainnya dari praktik kewarganegaraan. Sikap ini dapat ditemukan Ketika
adanya hari libur nasional keagamaan, dimana aparat kepolisian bergantian
untuk menjaga ketertiban ibadah yang sedang berlangsung.

b) Berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan


Dengan mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang ada dilingkungan
tempat tinggal, maka dapat mempererat tali persaudaraan dengan tetangga
sekitar. Kegiatan kemasyarakatan ini dapat berupa kegiatan Majelis
Ta’lim, gotong royong membersihkan tempat ibadah, ataupun dengan
mengikuti kongsi kematian.

c) Menghormati hak orang lain


Seperti yang kita ketahui bahwa beberapa tahun yang lalu marak
terjadi kasus kekerasan disekolah ikatan dinas yang ada di Indonesia.
Penyebab utama terjadinya kasus ini tak lain karena hilangnya rasa
menghormati hak orang lain, terutama oleh senior kepada juniornya.
9
Sehingga ia berani membully orang lain yang akhirnya mengakibatkan
terjadinya tindak kekerasan. Jika seseorang tetap berpegang teguh akan
kesetaraan hak setiap orang, maka hal ini tak akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Cholisin. (n.d.). Konsep Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan. In Modul


1.

Dirjen Belmawa Kemenristekdikti. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi Cetakan I. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kwmahasiswaan.

Ismail dan Sri Hartati. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan Konsep Dasar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara Di Indonesia. Pasuruan, Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara
Media.

Sarbaini dan Zainul Akhyar. (2015). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK


PERGURUAN TINGGI: MEMBINA KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK.
Banjarmasin: UPT MKU (MPK-MBB) Universitas Lambung Mangkurat.

Ubaidillah, R. (n.d.). Alasan Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan. Retrieved


from Academia. Edu:
https://www.academia.edu/32270992/Alasan_mengapa_diperlukan_pendidikan_kewa
rganegaraan

10

Anda mungkin juga menyukai