Anda di halaman 1dari 9

.

Pendidikan Pancasila
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan Pancasila Secara etimologi istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta
yang memiliki arti Panca artinya lima Syila artinya batu sendi, alas/dasar Syiila artinya
peraturan tingkah laku yang baik Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia
yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 and tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun. II No. 7
tanggal 15 Februari 1946 bersama-sama dengan Batang Tubuh UUD 1945.
Jadi pendidikan pancasila sendiri merupakan sekumpulan materi didikan dan
pengenalan akan pancasila sebagai dasar negara, dan untuk menanamkan ideologi pancasila
itu sendiri kepada anak didik.

B.Latar Belakang Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi


 Tahun 1945 – 2004 negara Indonesia menuju demokrasi.
 Pemilu belum luber, masih menggunakan wakil rakyat ( DPR )
 Tahun 1994 oleh AS baru memasukkan Civic Education dalam pendidikan
 Dewan erpa merespon dan memprakarsai untuk mengembangkan kurikulum pendidikan
kewarganegaraan
 Kecenderungan pembangunan kurikulum pendidikan di Eropa mempengaruhi sikap Negara –
Negara di Asia, mislanya jepang, Indonesia.
 Era goalisasi di tingkat local maupun regional, pengembangan pendidikan Kewarganegaraan
menjadi tuntutan jaman.
 Generasi muda mengatakan “Bela Negara hanya menjadi kewajiban para aparat Negara”.
Kemudian muncul penelitian penelitian daei berbagai Negara di Dunia, yaitu :

 Perlunya melakukan kajian ulang terhadap prinsip – prinsip dan tujuan pendidikan di Indonesia.
UUD 1945 : 27( WNI wajib membela Negara)
 Hasil penelitian menunjukkan gambaran yang beragam tentang prakte operasionalisasi pendidikan
di berbagai Negara.
 Pendidikan kewarganegaraan di Australia meliputi 3 mapel yaitu Sosiologi, Geografi, dan Sejarah.
 Di hongkong pendidikan kewraganegaraan merupakan mata pelajaran pilihan melalui pelajaran
eksra kurikuler, papan display, dan diskusi – diskusi tingkat sekolahan.
 Di Jepang pendidikan Kewarganegaraan diberikan melalui pendidikan moral, agama, serta ilmu
social, ketiga maple tersebut merupakan mapel wajib.
 Di Taiwan mapel wajibnya yaitu ; sejarah, politik, bidang studi ekonomi, sosiologi,
kewarganegaraan.
 Di Indonesia menggunakan separate approach ( berdiri sendiri ) melalui mapel khusus yaitu ; Pkn,
Mata kuliah dasar khusus untuk Perguruan Tinggi ( Pancasila dan kewiraan, penataran P4 ). Mata
kuliah tersebut gagal karena terlalu normative, materi cenderung militeristik, dan pendidikan tak
demokratis.
 Beberapa kegagalan di atas memberikan gambaran bahwa perubahan paradigm dalam civic
education yang dikembangkan di lembaga pendidikanPerubahan dalam paradigm materi
diarahkan secara sistematis pada pengembangan wacana demokrasi yang berkembang,
sednagkan perubahan paradigm metodologis di arahkan untuk mengembangkan daya nalar anak
didik secara kritis dalam kelas – kelas yang partisipatif sehingga mereka benar benar dapat
mengalami demokrasi dalam pembelajaran mereka.
 Latar belakang di atas member pengertian akan pentingnya civic education di Indonesia atas
pertimbangan lemahnya nilai – nilai good citizen pada masyarakat yang sedang mengalami
transformasi dan nilai – nilai otoritarianisme ke nilai nilai demokrasi.
 Dengan demikian perlu civic education sebagai salah satu jalan terbaik mengubah mentalitas
masyarakat Indonesia agar menjadi warga Negara yang partisipatif di negerinya sendiri.
 Sala satu peluang dalam mengembangkan civic education di Indonesia adalah melalui lembaga
perguruan tinggi,Perguruan tinggi memiliki akses yang kuat dengan masyarakat, akrena
kepercayaan masyarakat bahwa perguruan tinggi merupakan wadah bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang di aplikasikan melalui Tri Dharama Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.Di samping itu perguruan tinggi juga memiliki
aksesa yang kuat untuk melibatkan elemen – elemen bangsa yang lain, seperti LSM.Semangat
dan jiwa yang tertuang dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 (antara lain pasal 30),
serta pengalaman perjuangan bangsa Indonesia untuk menjamin tetap tegaknya NKRI selama
lebih dari setengah abad telah menumbuhkan tekad dan keyakinan bangsa Indonesia serta
merupakan suatu hal yang tak terelakan, bahwa kelangsungan hidup bangsa dan Negara
Indonesia.
Semangat demikian inilah yang tersirat dalam pasal 30 UUD 1945 yang menegaskan bahwa “
Tiap-tiap warganegara Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara”.
Rumusan pasal 30 UUD 1945 ini mengandung makna adanya semangat semangat
“demakratisasi” dalam penyelenggaraan pembelaan Negara.

Dekratisasi dalam bidang aspek-aspek kehidupan bangsa, mempersyaratkan tiap-tiap


warganegara memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya itu. Namun demikian disadari
bahwa kesadaran warganegara terhadap hak dan kewajibannya itu tidak dibawa sejak lahir, tetapi
harus ditanamkan, ditumbuhkan serta dikembangkan yaitu melalui upaya sosialisasi.
Sosialisasi adalah upaya memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada seseorang agar ia
dapat melaksanakan peranannya dalam kehidupan social tertentu. Upaya sosialisasi yang terbaik
adalah melalui pendidikan. Berdasarkan pada pemikiran demikian itu, pendidikan kewiraan
sebagai upaya untuk menumbuh kembangkan kesadaran hak dan kewajiban warganegara dalam
bela Negara dimasukan dalam kurikulum pendidikan tinggi.
Dalam era reformasi, berturut-turut dengan keputusan Mendiknas No.232/U/2000, Kep Dirjen
Dikti No.38/Dikti/Kep/2002, ditentukan bahwa nama mata kuliah Pendidikan kewiraan secara
formal tidak lagi digunakan, istilah yang digunakan Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam
komponen kurikulum Pendidikan tinggi. Pendidikan kewarganegaraan bersama-sama pendidikan
pancasila dan pendidikan Agama merupakan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).
C. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
1.Landasan Historis Pendidikan Pancasila
Suatu bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup sendiri yang diambil
dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri. Bangsa
Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah
serta menguasai bangsa Indonesia. Setelah melalui proses yang cukup panjang
dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang oleh
para pendiri Negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan, yang meliputi lima
prinsip yang kemudian diberi nama Pancasila.
Bangsa Indonesia harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar
tidak terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat internasional. Bangsa
Indonesia harus memiliki nasionalisme serta rasa kebangsaan yang kuat. Hal ini
dapat terlaksana bukan melalui suatu kekuasaan atau hegemoni ideologi melainkan
suatu kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
Oleh karena itu secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara
Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Makanya asal mula nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri. Oleh karena itu berdasarkan fakta obyektif secara historic
kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila.
Setelah itu melalui proses sejarah yang cukup panjang, nilai-nilai Pancasila itu
telah melalui pematangan, sehingga tokoh-tokoh bangsa Indonesia saat akan
mendirikan Negara Republik Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar
Negara.
Dalam perjalanan ketatanegaraan Indonesia telah terjadi perubahan dan
pergantian Undang-Undang Dasar, seperti UUD’45 digantikan kedudukannya oleh
Konstitusi RIS, kemudian berubah menjadi UUD Sementara tahun 1950 dan
kembali lagi menjadi UUD 1945. Dalam pembukaan ketiga Undang-Undang Dasar
itu tetap tercantum nilai-nilai Pancasila. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila
telah disepakati sebagai nilai yang dianggap paling tinggi keberadaannya. Oleh
sebab itu secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan
dengan nilai-nilai Pancasila.

2.Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup
agar tidak terombang-ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa adalah bangsa yang tidak memiliki
kepribadian dan jati diri, sehingga bangsa itu mudah terombang-ambing dari
pergaulan, dari pengaruh yang berkembang di luar.
Kemudian Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia
merupakan pencerminan nilai-nilai yang telah lama tumbuh dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Sebagai hasil pemikiran dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia
4

yang digali dari budaya bangsa sendiri, Pancasila tidak mengandung nilai-nilai
yang kaku dan tertutup. Pancasila mengandung nilai-nilai yang terbuka bagi
masuknya nilai-nilai baru yang positif. Dengan demikian generasi penerus bangsa
dapat memperkaya nilai-nilai pancasila dengan perkembangan zaman. Sehingga
dari pemikiran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Pancasila memiliki landasan
cultural yang kuat bagi bangsa Indonesia.
3.Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan Pancasila dapat dideskripsikan sebagai berikut:
 Dalam peraturan pemerintah No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan tinggi pasal 13
(ayat 2) ditetapkan bahwa kurikulum yang berlaku secara nasional diatur oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Perkuliahan Pendidikan Pancasila diatur
dalam Surat Keputusan Dirjen Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional
No. 467/DIKTI/1999, yang merupakan penyempurnaan Keputusan Dirjen Dikti
No. 356/DIKTI/1995.
 Dalam SK Dirjen Dikti No. 467/DIKTI/1999 dijelaskan antara lain, (pasal 3)
bahwa Pendidikan Pancasila dirancang untuk memberikan pengertian kepada
mahasiswa tentang Pancasila sebagai filsafat/tata nilai bangsa, sebagai Dasar
Negara dan Ideologi Nasional dengan segala implikasinya. Sebelum dikeluarkan
PP No. 60 tahun 1999, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 30
tahun 1990 menetapkan status Pendidikan Pancasila dalam kurikulum Pendidikan
Tinggi, sebagai mana kuliah wajib untuk setiap program studi dan bersifat
nasional. Silabus Pendidikan Pancasila semenjak tahun 1983 sampai tahun 1999,
banyak mengalami perubahan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
berlaku dalam masyarakat, bangsa dan Negara yang berlangsung serta sangat pesat
disertai dengan pola kehidupan masyarakat.
 Selanjutnya Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, didasarkan pada SK
Dirjen Dikti Depdiknas No. 265/DIKTI/KEP/2000 tentang penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Pancasila
pada Perguruan Tinggi di Indonesia, yang kemudian diganti oleh SK Dirjen Dikti
Depdiknas No. 38/DIKTI/KEP/2002 tanggal 18 Juli 2002 tentang rambu-rambu
Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, yang
merupakan penjabaran dari SK Mendiknas No. 232 N/2000 dan ditopang oleh SK
Mendiknas No. 045 N/2002 tentang kurikulum inti pendidikan tinggi.
4.Landasan Filosofis
Notonagaro menyatakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai
kebenaran ilmiah, filosofis dan religious.Kebenaran Pancasila secara filosofis
karena nilai-nilai Pancasila bersumber dari kodrat manusia. Nilai ketuhanan
bersumber dari kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan dan makhluk
pribadi. Sedangkan nilai kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, (demokrasi) dan
keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia.
Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofis
bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk
secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek penyelenggaraan negara
yang harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Dalam menghadapi tantangan
kehidupan bangsa memasuki globalisasi, bangsa Indonesia harus tetap memiliki
nilai-nilai yaitu Pancasila sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan
yang menjiwai pembangunan nasional. Kurangnya keteladanan dari penyelenggara
negara dalam bidang moral, juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
pendidikan kurang berhasil membentuk generasi muda menjadi pribadi yang
mulia.
Secara filosofis dan objektif, nilai-nilai yang dituang dalam sila-sila
Pancasila merupakan filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara
Republik Indonesia. Menurut pendirinya negara Indonesia, dimana bangsa
Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan, bangsa berkemanusiaan yang adil dan
beradab, dan bangsa yang selalu berusaha mempertahankan persatuan bagi seluruh
rakyat untuk mewujudkan keadilan. Oleh karena itu sudah merupakan kewajiban
moral untuk merealisasikan nilai-nilai tersebut dalam segala bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara.

BAB III

D.TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA


Melalui forum sidang BPUPKI dan PKI tahun 1945, oleh para pendiri negara (The
Founding Fathers) RI, diinginkan agar pancasila dapat menjadi “dasar yang kekal dan abadi”,
filosofisehe, gronslog, pengatur, pengisi, dan pengaruh hubungan hidup kita terhadap pribadi
sendiri, terhadap sesama bangsa,terhadap pemilikan materil, terhadap alam semesta dan
akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun era reformasi sekarang ini, gugatan
terhadap Pancasila sedang ramai diperdebatkan dan dalam sidang istimewa tanggal 13
Desember 1998, MPR telah mengeluarkan TAP MPR/NO. II/MPR/1978 tentang P-4, namun
kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara dan ideologi negara disepakati oleh anak bangsa
untuk tetap dipertahankan, malahan mengusulkan agar reformasi itu diorintasikan pada upaya
pengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.
Sebagai konsekwensi lebih jauh ialah “Pendidikan Pancasila” di Perguruan Tinggi di
Indonesia masih terus dilaksanakan, namun sangat perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan
baik metode maupun substansinya. Salah satu metode pengajaran Pancasila di Perguruan
tinggi ialah “metode saintifik” atau “metode filosofis”, yang menempatkan kebebasan
berfikir sebagai dasar utama bagi setiap dosen atau mahasiswa yang hendak memahami
Pancasila. Metode saintifik itu tentu harus mengutanakan nilai objektif, sistematik,
metodologis, rasional, empirik, dan terbuka.
Sehubungan dengan itu maka tujuan dari pengajaran Pancasila di kelas adalah untuk
membangkitkan “daya kritis” mahasiswa atau dosen dalam rangka untuk mencapai kebenaran
dan kebaikan yang terdalam. Maksudnya disini adalah pengajaran tidak boleh melakukan
manipulasi terhadap nilai kebaikan. Tafsir-tafsir terhadap Pancasila dan UU 1945 harus
bersifat argumentative , yang mengutamakan logika murni dan dasar-dasar verifikasi.
Pengajaran Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi hendaknya dibawa menjadi
“pendidikan dan pengajaran Pancasila konsteksual”, yaitu menjadikan Pancasila berada
dalam kondisi riil dan fenomena faktual dalam kehidupan politik, ekonomi, hukum dan sosial
budaya. Artinya Pendidikan Pancasila dikaitkan/dihubungkan dengan masalah-masalah yang
aktual di masyarakat, negara, dan bangsa, lalu dikaji/dianalisis melalui analisis mahasiswa itu
sendiri. Dengan demikian dapat membangkitkan daya kritis mahasiswa dalam rangka
mencapai kebenaran dan kebaikan yang terdalam Pancasila haruslah menjadi “lembaga
kritis” terhadap segala kehidupan negara dan bangsa ini secara emansipatoris.
Pendidikan Pancasila di era reformasi sekarang ini memang memerlukan penyesuaian
atau penyempurnaan yang mendasar, agar nilai dan substansi pendidikan Pancasila, sesuai
dengan tujuan reformasi total. Di era reformasi ini sebaiknya segala sesuatu yang bertalian
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara haruslah dikembalikan ke kawasan “kedaulatan
rakyat”.
Reformasi moral dan akhlak harus di tempatkan di depan, dalam masyarakat
Indonesia. Pemahaman moral dan akhlak sebagai dasar sistem politik, ekomoni, hukum dan
sosial budaya hendaknya dilandasi oleh pemahaman tentang pendekatan filsafat (ontology,
pistemologi, dan aksiologi). Haruslah dikembangkan keyakinan dan penghargaan terhadap
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan. Tanpa adanya tumpuan moral dan
akhlak yang baik takkan dapat dibangun masyarakat madani yang religius dan yang disiplin.

E.Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan hidup,
pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Walaupun ada banyak istilah
mengenai pengertian pandangan hidup tetapi pada dasarnya memiliki makna yang sama.
Lebih lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai petunjuk
dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap maupun prilaku
haruslah selalu dijiwai oleh nilai – nilai luhur pancasila.
Hal ini sangat penting karena dengan menerapkan nilai – nilai luhur pancasila dalam
kehidupan sehari – hari maka tata kehidupan yang harmonis diantara masyarakat Indonesia
dapat terwujud. Untuk dapat mewujudkan semua itu maka masyarakat Indonesia tidak bisa
hidup sendiri, mereka harus tetap mengadakan hubungan dengan masyarakat lain. Dengan
begitu masing – masing pandangan hidup dapat beradaftasi artinya pandangan hidup
perorangan / individu dapat beradaptasi dengan pandangan hidup kelompok karena pada
dasarnya pancasila mengakui adanya kehidupan individu maupun kehidupan kelompok.
Selain sebagai dasar Negara, Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar
tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai
tantangan dalam menjalani hidup. Dalam konsepsi dasar itu terkandung gagasan dan pikiran
tentang kehidupan yang dianggap baik dan benar bagi bangsa Indonesia yang bersifat
majemuk.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari
nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan kebenarannya.
Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang
berabad-abad lamanya. Oleh karna itu, Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak
keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang
terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan, dan agama-agama yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia.
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai pedoman dan
penuntun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Dengan demikian, ia
menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua pihak Secara
sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan dan nilai-nilai yang tersusun secara
sistematis yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan diwujudkan di dalam
kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin di dalam pandangan hidup ditempatkan secara
sistematis kedalam seluruh aspek kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan didalam upaya mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan kata
lain ideologi berisi pandangan hidup suatu bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan
bangsa. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat membutuhkan pandangan hidup. Dengan pandangan
hidup yang jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mereka
memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak
masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup sebagai ideologi,
sebuah bangsa akan membangun diri dan negerinya.

F. Pancasila sebagai Dasar Negara


Kedudukan pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis konstitusional
dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita-cita hukum dan norma hukum yang
menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal–pasal UUD 1945 dan diatur
dalam peraturan perundangan.Selain bersifat yuridis konstitusional, pancasila juga bersifat
yuridis ketata negaraan yang artinya pancasila sebagai dasar negara, pada hakikatnya adalah
sebagai sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara
material harus berdasar dan bersumber pada pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di
dalamnya UUD 1945) yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur pancasila, maka sudah
sepatutnya peraturan tersebut dicabut.
Nilai–nilai luhur yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif-
subyektif.Sifat subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran
bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai dengan
kenyataan dan bersifat universal yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab. Oleh karena
memiliki nilai obyektif-universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia
maka pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar negara.Jadi berdasarkan uraian tersebut di
atas maka dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang
sangat penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita-cita para
pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.

BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Jadi pendidikan pancasila sendiri merupakan sekumpulan materi didikan dan
pengenalan akan pancasila sebagai dasar negara, dan untuk menanamkan ideologi pancasila
itu sendiri kepada anak didik.
Sedangkan Landasan Pendidikan Pancasila Memiliki 4 Landasan Yaitu ; Landasan
Historis,Landasan Kulturan,Landasan Yuridis, Dan Landasan Filososi.
Tujuan kita mempelajari Pendidikan Pancasila untuk membangkitkan “daya kritis”
mahasiswa atau dosen dalam rangka untuk mencapai kebenaran dan kebaikan yang terdalam.
Pancasila sebangai pandagan hidup bagi bangsa indonesia sangat penting karena dengan
menerapkan nilai – nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari maka tata kehidupan
yang harmonis diantara masyarakat Indonesia dapat terwujud.
Sedangkan Pancasila sebangai Dasar negara dikarenakan mempunyai nilai–nilai luhur
yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif- subyektif.Sifat subyektif
maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa Indonesia,
sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat
universal yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab
DAFTAR PUSTAKA

http://putrybulan17.blogspot.com/2013/03/latar-belakang-dan-tujuan-pendidikan.html
10:32 PM 9/14/13
http://yellowchutaphea.wordpress.com/2013/02/05/latar-belakang-pendidikan-pancasila-di-
perguruan-tinggi/
10:40 Pm 9/14/13
http://galihdanratna.wordpress.com/2010/12/30/latar-belakang-dan-sejarah-pendidikan-
kewarganegaraan-di-perguruan-tinggi-indonesia-pegertian-pkn-visi-dan-misi-pkn-urgensi-
kompetensi-yang-di-harapkan-garis-besar-bahan-perkuliahan/
10:45 pm 9/14/13
http://devalove.wordpress.com/2010/02/08/latar-belakangmaksud-dan-tujuan-
pendidikan-kewarnegaraan/
10:48 pm 9/14/13
http://saepudinonline.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-bangsa-dan-negara/
10:53 pm 19/14/13
http://gracellya.wordpress.com/2012/03/12/latar-belakang-maksud-dan-tujuan-pendidikan-
kewarganegaraan-2/
10:56 pm 9/14/13
Ismaun. (1977). Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara RI. Bandung: Edisi ke
IV Karya Remaja.
Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia. Yogyakarta: Paradigma.
Notonagoro. (1971). Pancasila Dasar Falsafah Negara Republik
Indonesia. Jakarta: Pantjuran Tujuh.
Poespowardoyo, S. (1989). Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia.
Sogito. (2000). Pancasila Aspek Historis. Semarang.
TIM. (2010). Pendidikan Pancasila. Tondano: Universitas Negeri Manado.
http://dc313.4shared.com/doc/Nsxpis4z/preview.html
10:59 PM 9/14/2013
http://sandyinferno.blogspot.com/2012/03/perlunya-pendidikan-kewarganegaraan-di.html
11:01 PM 9/14/13
http://landasanpancasila.blogspot.com/ 11:04 pm 9/14/13
http://toha-yahya.blogspot.com/2012/08/fugsi-pancasila-sebagai-tujuan-dan-cita.html
11:08 pm 9/14/13
http://praingfamily.wordpress.com/artikel/budaya/tujuan-pancasila-sebagai-ideologi-negara/
11:10pm 9/14/13
http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/view/5487
11:14 pm 9/14/13
http://tisna-dj.blogspot.com/2013/01/pancasila-sebagai-pandangan-hidup.html
11:20 pm 9/14/13
http://citadastmikpringsewu.wordpress.com/mata-kuliah/pancasila/pengertian-pancasila-
secara-etimologis-historis-terminologis-hakikat-pancasila/
11:22 pm 9/14/13

Anda mungkin juga menyukai