Anda di halaman 1dari 11

BAB 2 LANDASAN TEORI

A. Aliran-aliran filsafat pendidikan berlandaskan pancasila


1. Defenisi Filsafat Pendidikan Pancasila

Ajaran filsafat mempunyai status tinggi dalam kebudayaan manusia,


yakni sebagai ideologi bangsa dan negara dan selanjutnya menjadi
eksistensi suatu bangsa untuk menjaga eksistensi, maka diwariskanlah
nilai-nilai itu pada generasi selanjutnya dengan cara transfer nilai yang
efektif melalui pendidikan untuk menjamin kebenaran dan efektifnya
proses pendidikan maka dibutuhkan landasan filosofis dan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan yang berhasil atau
tidaknya pendidikan berpengaruh besar terhadap prestasi suatu bangsa
bahkan pada tingkat sosio-budaya mereka. Kedudukan Filsafat
Pendidikan bisa dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Landasan Ilmiah, bagi pelaksanaan pendidikan yang terus berkembang


secara dinamis.

2. Landasan Filosofis, menjiwai seluruh kebijaksanaan dalam pelaksanaan


pendidikan dan dapat menjawab persoalan pendidikan

Adapun contoh dalam aplikasi di kehidupan nyata yang bersumber dari


ajaran filsafat yaitu, kehidupan sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan
kebudayaan.

A. Pancasila Sebagai Filsafat Hidup Bangsa Pancasila adalah :

a.Jiwa seluruh rakyat Indonesia

b.Kepribadian bangsa Indonesia

c.Pandangan bangsa Indonesia

d.Dasar negara Indonesia

e.Tujuan hidup bangsa Indonesia

f.Kebudayaan yang mengajarkan banhwa hidup manusia akan mencapai


puncak kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan
keseimbangan, baik dalam hidup manusia secara pribadi, sebagai
makhluk sosial dalam hubungan masyarakat, alam dan Tuhannya à
mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.

Pancasila harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan agar


mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan bangsa. Pancasila yang
dimaksud tersebut dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 terdiri dari
5 sila, penjabarannya sebanyak 36 butir yang saling berhubungan menjadi
satu kesatuan.

Bukti pengamalan pancasila yang dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa


Menurut Muhammad Noor Syam (1983:346), nilai-nilai dasar dalam sosio
budaya Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannyayang
bersifat masih berupa kebudayaan, yang meliputi:

a.Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana

b.Kesadaran kekeluargaan, dimana cinta dan keluarga sebagai dasar dan


kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.

c.Kesadaran musyawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama

d.Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.

e.Kesadaran tenggang rasa, atau tepa selira, sebagai semangat


kekeluargaan dan kebersamaan, hormat-menghormati dan memelihara
kesatuan, saling pengertian demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan
dalam kebersamaan.

2. Pandangan filsafat Pendidikan Tentang Pancasila

Filsafat mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis


sehingga menjadikan manusia berkembang, maka hal semacam ini telah
dituangkan dalam sistem pendidikan, agar dapat terarah untuk mencapai
tujuan pendidikan. Penuangan pemikiran ini dituangkan dalam bentuk
kurikulum. Dengan kurikulum itu sistem pengajarannya dapat terarah,
lebih dapat mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran
yang akan diberikan peserta didik.
Untuk merealisasikan pandangan filsafat tentang pendidikan terdapat
beberapa unsur yang akan menjadi tonggak untuk pengembangan
pendidikan lebih lanjut, yaitu antara lain :

Dasar dan Tujuan Pendidikan

Dasar pendidikan yaitu suatu aktifitas untuk mengembangkan dalam


bidang pendidikan dan pengembangan kepribadian, tentunya pendidikan
memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab
dengan adanya dasar juga dapat berfungsi sebagai semua sumber
peraturan yang akan dicitakan sebagai pegangan hidup dan pegangan
langkah pelaksanaan dan langkah jalur yang menentukan. Tujuan
pendidikan dapat diuraikan menjadi 4 macam, yaitu sebagai berikut:

Tujuan Pendidikan Nasional

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas
No. 20 Tahun 2003).

Tujuan Institusional

Adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuan


yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.

Tujuan Kurikuler

Adalah perumusan pola perilaku dan pola kemampuan serta


keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.

Tujuan Instruksional

Adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh
peserta didik sesudah ia menyelesaikan kegiatan instruksional yang
bersangkutan.
Pendidik dan Peserta didik

Pendidik merupakan individu yang manpu melaksanakan tindakan


mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh
dan berkembang baik ditinjau dari segi fisik maupun segi perkembangan
mental. Setiap anak memiliki pembawaan yang berlainan. Karena itu
pendidik wajib senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan
masing-masing anak didiknya, agar layanan pendidikan yang diberikan
sesuai dengan keadaan pembawaan masing-masing.

3. Dasar Penyelenggaraan Pendidikan di Indinesia


a. Pendidikan Nasional

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Berkaitan
dengan hal tersebut, lahirlah pendidikan nasional di Negara
Indonesia.Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan semua itu juga perlu
yang namanya system pendidikan yang merupakan satu keseluruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang
berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan nasional tersebut.

b. Dasar Pendidikan

Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi


kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti
pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi
dasarnya.Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar yang
dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan
penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di
sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal
telah dirumuskan antara lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun


1950, Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi:
Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang
termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan
kebudayaan bangsa Indonesia.
2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang
berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.
3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN
1988 Bab IV bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila.
4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian
Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah


Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2
tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

4. Fungsi dan Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia

Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di


dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai
atau yang hendak di tuju oleh pendidikan.Begitu juga dengan
penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah
tujuan yang hendak dicapainya.Hal ini dibuktikan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan
pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde
Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan
pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai
dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan
masyarakat dan negara Indonesia.

Fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan dalam UU Nomor


20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.

Persoalan dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang sangat


fundamental dalam pelaksanaan pendidikan karena dasar pendidikan itu
akan menentukan corak dan isi pendidikan.Tujuan pendidikan itu pun
akan menentukan kearah mana anak didik dibawa. Pada Pasal 1 ayat 2
UU No 2 Tahun 1989, telah menegaskan bahwa pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, maka pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan
kelanjutan dari system pendidikan yang telah ada sebelumnya yang
merupakan warisan budaya bangsa secara turun temurun.

Ada pun fungsi pendidikan nasional, sebagaimana ditegaskan pada Pasal


3, yaitu: untuk mengembangkan kemampuam serta meingkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional. Tujuan Nasiaonal negara kita jelas
termaktub dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945, yaitu:

 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia.
 Memajukan kesejah teraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
5. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia

Sesuai Undang-Undang 20/2003 tentang Sisdiknas, ada 6 (enam) prinsip.


Ketentuan ini, diatur pada bab II pasal 4 yang diuraikan dalam 6 ayat.

 Pendidikan diselenggarakan secara demokrtis dan berkeadilan


serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
 Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan system terbuka dan multimakna.
 Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat.
 Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran.
 Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
 Pendidkan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-undang no 2 tahun


1989 mengungkapkan prinsip-prinsip sebagai suatu system, yaitu:

 Yang berakar pada kebudayan nasional dan berdasarkan Pancasila


dan UUD 1995 ,serta melanjutkan dan maeningkatkan pendidikan
P4.
 Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut
berusaha mencapai tujuan nasional, yaiatu memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa demi
terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
 Mencakup jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar
sekolah.
 Mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas 3 jenjang
utama, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
perguruan tinggi yang masing-masing terbagi pula dalam
tingkatan.
 Mengatur bahwa kurikulum, peserta didik, dan tenaga
kependidikan, terutama guru, dosen, atau tenaga pengajar
merupakan 3 unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
belajar mengajar.
 Mengatur secara terpusat, namun penyelenggaraan satuan dan
kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat.
 Menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah.
 Mengatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat berkedudukan
serta diperlukan dengan penggunaan ukuran yang sama.

B. Konsep dan Nilai-Nilai Filsafat Pendidikan


1. Nilai-nilai Pendidikan Berdasarkan Pancasila

Peran Pancasila di lembaga pendidikan ialah sebagai pondasi dasar


untuk membentuk moral peserta didik, dimana kegiatan yang ada
dilingkungan sekolah mencakup kebiasaan yang mendorong peserta
didik untuk berperilaku sesuai apa yang terkandung pada nilai nilai
pancasila, terutama dalam penerapan K-13 yang di terapkan sekarang.
Nilai karakter bangsa ini memangseharusnya teercermin dari nilai nilai
Pancasila.

Sebagaimana yang telah di sebutkan oleh Jazim Hamidi dan Mustafa


Lutfi (2010:66) nilai pancasila ialah berfungsi untuk melandasi,
mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang
untuk berinteraksi dengan manusia dalam kehidupan berbangsa dan
beregara.Peran Pancasila disini sangatlah penting untuk
membentuk kepribadian peserta didik yang nantinya setelah lulus
diharapakan mereka tidak sekedar berkembang daya intelektualnya
namun juga sikap dan intelektualnya. Kaelan (2014:3) Pancasila adalah
ideologi dasar bagi bangsa indonesia nama ini terdiri dari
Sanksekerta: Panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.Nilai-
nilai Pancasila selain diberikan pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan tersebut juga diterapkan pada keseluruhan mata
pelajaran yang lain (kurikulum 2013 revisi). Hal ini diwujudkan dengan
penanaman nilai-nilai karakter yang akan diterapkan dalam setiap
pembelajaran yang sudah dirumuskan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sudah disusun sebelumnya.Nilai karakter yang
terdapat dalam nilai-nilai Pancasila bisa dengan mudah untuk
diterapkan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan
dicapai dalam setiap pembelajaran. Selain itu, nilai karakter juga
digunakan untuk mendiskusikan berbagai isu-isu terbaru yang
berkembang dimasyarakat secara luar dan dapat dianalisis dari
sudut pandang Pancasila. Sehingga peserta didik, akan terbiasa
memandang, menganalisis, menyikapi, serta bertindak sesuai dengan
karakter yang terdapat dalam Pancasila. Dengan begitu peserta
didik dapat terus mengikuti perkembangan globalisasi, namun tetap
mempertahankan nilai-nilai dalam Pancasila.Sistem penerapanniali-nilai
Pancasila dalam lembaga pendidikan secara tidak langsung berupa
kebiasaan budaya yang bersumber dari Pancasila. Apalagi dalam
pendidikan sekolah dasar, salah satunya mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang didalamnya terkandung nilai-nilai Pancasila
yang merupakan dasar dari nilai karakter Pancasila.jadi paling
banyak penerapan nilai-nilai pancasila secara tidak langsung itu berupa
pembiasaan.

2. Pendidikan Karakter Berdasarkan Nilai-nilai Pancasila

Karakter bukan saja menentukan eksistensi dan kemajuan seseorang,


melainkan juga eksistensi dan kemajuan sekelompok orang, seperti
sebuah bangsa. Ibarat individu, pada hakikatnya setiap bangsa memiliki
karakternya tersendiri yang tumbuh dari pengalaman bersama. Pancasila
ialah nilai kepublikan, yang melampaui berbagai nilai kelompok, budaya,
dan agama di negeri ini. Meskipun pada saat bersamaan, ia juga ada di
dalam nilai-nilai primordial tersebut.

Pusat pelayanan Pancasila ialah kepentingan publik dari setiap kelompok


dalam masyarakat meskipun ia tetap berjangkar pada akar kultural nilai-
nilai primordial. Sebagai contoh, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
nilai yang ada di semua agama di Indonesia. Menjamin keberadaan setiap
agama di negeri ini, tetapi ia lebih mencerminkan pengamalan nilai
agama, bukan demi kepentingan kelompok agama, melainkan kebaikan
publik (al-maslahat al-'ammah). Generasi baru Indonesia yang sedang
menjadi 'peserta utama' dari pembangunan SDM unggul, tak mungkin
mengelak dari prinsip kolaborasi, yakni mereka senantiasa akan
mengalami perjumpaan-perjumpaan dengan kenyataan yang majemuk
(berbeda keahlian, etnis, agama, bahkan mungkin berbeda preferensi
politik). Iklim kekaryaan mereka rasanya tidak mungkin dicapai secara
optimal, tanpa karakter Pancasila sebagai perekat kebersamaan dan titik
temu dari rupa-rupa perbedaan. Oleh karena itu, pendidikan karakter
Pancasila harus melekat dalam kurikulum pendidikan vokasi yang kini
sedang menjadi perhatian. Ia harus menjadi bagian dari kurikulum,
bahkan sejak dari level pendidikan paling dasar. Agar isi-hidup dan arah-
hidup setiap anak bangsa bernapas dengan karakter Pancasila.

3. Landasan Ontologi Epistemologi dan Aksiologi Pancasila

1. Landasan Ontologis Pancasila.

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat


sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan
artinya dengan metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat
sesuatu itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai
wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu,
sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya. Bidang
ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan)
manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis,
penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.

2. Landasan Epistemologis Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,


susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti
sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas
dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu
atau teori terjadinya ilmu atau science of science. Menurut Titus (1984:20)
terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
a. Tentang sumber pengetahuan manusia;

b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

c. Tentang watak pengetahuan manusia.

Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan


sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu
belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu
Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

3. Landasan Aksiologis Pancasila

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan


dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila
mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,
dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori
nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang
diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika
suatu nilai. Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang
artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu
yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan”
(worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai
juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.

C. Kerangka Berfikir

Filsafat sebagai kerangka berfkir merupakan model konseptual tentang


bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka filsafat
sebagai kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi
pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling
mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk
proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai