Anda di halaman 1dari 71

Nama modul : Pendidikan Pancasila

UNIVERSITAS MUHADI SETIABUDI BREBES


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2017/2018

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PEMBAHASAN........................................................................................
1. Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila......................................................1
2-3 Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia......................6
4-5 Pancasila sebagai sistem filsafat.....................................................................13
6-7 Pancasila sebagai etika politik.15
9-10 Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum...................................24
11-12 Pancasila sebagai ideologi nasional............................................................31
13-14 pancasila sebagai konteks ketatanegaraan RI.............................................34

15Pancasila paradigma kehidupan dalam masyarakat berbangsa bernegara 46


1. Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila
1.1 Landasan Pendidikan Pancasila
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang
kehidupan.
Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam perjalanan
sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia telah mengalami persepsi dan intrepetasi
sesuai dengan kepentingan rezim yang berkuasa. Pancasila telah digunakan
sebagai alat untuk memaksa rakyat setia kepada pemerintah yang berkuasa dengan
menempatkan pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
bermasyarakat.
Nampak pemerintahan Orde Baru berupaya menyeragamkan paham dan ideologi
bermasyarakat dan bernegara dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang
bersifat pluralistik. Oleh sebab itu, MPR melalui sidang Istimewa tahun 1998
dengan Tap. No.XVII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4) dan menetapkan Pancasila sebagai dasar Negara.
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar
Negara dari Negara kesatuan RI harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara
1. Landasan Historis
Berdasarkan landasan historis, pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang
dipakai sebagai dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya diambil dari nilai-
nilai pandangan hidup masyarakat.
Setiap bangsa mempunyai ideology dan pandangan hidup berbeda-beda yang
diambil dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri.
Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang
semenjak lahirnya bangsa Indonesia.
& Majapahit, pada masa ini nilai-nilai ketuhanan, seperti kepercayaan kepada
Tuhan telah berkembang dan sikap toleransi juga telah lahir, begitupula nilai
kemanusiaan yang adil dan beradap dan sila lainnya.

1
2. Landasan Kultural
Pancasila merupakan salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus
diwariskan kegenerasi penerus. Secara kultural unsur-unsur pancasila terdapat
pada adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan, kesenian, kepercayaan, agama, dan
kebudayaan pada negara Indonesia secara umum.
Pandangan hidup pada suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan bangsa itu sendiri. Suatu bangsa yang tidak
mempunyai pandangan hidup adalah bangsa yang tidak mempunyai kepribadian
dan jati diri sehingga bangsa itu mudah terombang ambing dari pengaruh yang
berkembang dari luar negerinya.
3. Landasan Yuridis
Pancasila secara yuridis konstitusional telah secara formal menjadi dasar negara
sejak dituangkannya rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Didalam
UU No. 2 Th 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional digunakan sebagai dasar
penyelenggaraan pendidikan tinggi, Pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa isi
kurikulum pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan
Kurikulum Bersifat Nasioanal.
4. Landasan Filosofis
Pembahasan di dalam Pancasila berwujud dan bersifat filosofis secara praktis
nilai-nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa.
Mempengaruhi alam pikiran manusia berupa filsafat hidup, filsafat negara, etika,
logika dan sebagainya, sehingga memberikan watak (kepribadian dan identitas)
bangsa. Berdasarkan filosofis dan objektif, nilai-nilai yang tertuang pada sila-sila
Pancasila merupakan Filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara
Republik Indonesia. Pancasila yang merupakan filsafat Negara harus menjadi
sumber bagi segala tindakan para penyelenggara Negara, menjadi jiwa dari
perundang-undangan yang berlaku bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh
sebab itu dalam menghadapi tantangan kehidupan bangsa yang memasuki
globalisasi, bangsa Indonesia harus tetap mempunyai nilai-nilai, yaitu Pancasila

2
sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan
nasional dalam bidang politik, ekonomi, social-budaya dan pertahanan serta
keamanan.
1.2 Tujuan Pancasila
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia dan merupakan pedoman
pedoman bagi bangsa ini. Sebelum kita mengetahui tujuan pancasila, kita harus
tau isi yang tertera dari pancasila tersebut. Berikut adalah bunyi atau isi yang
tertera pada pancasila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Inidonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Berdasarkan bunyi dari ayat ayat diatas kita sebagai rakyat Indonesia perlu
memahami dan mengamalkan pancasila sebab semua ayat-ayat yang terkandung
diatas sangat baik dilakukan sebagai petunjut diri ini untuk melakukan semua
kebaikan. Dengan mempelajari pendidikan pancasila seseorang akan
memndapatkan ketenangan hidup yang mengikuti perkembangan jaman saat ini
yang semakin maju dan berkembang. Melalui Pendidikan Pancasila warga
negara Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa dan menjawab
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional
1. Tujuan Pendidikan Pancasila
Rakyat Indonesia melalui majelis perwakilannya menyatakan, bahwa pendidikan
nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan
kebudayaa bangsa Indonesia, diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta
harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan
mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya,

3
serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan dan golongan. Dengan demikian, perbedaan pemikiran,
pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
1. Tujuan Nasional
Tujuan sebagaimana ditegaskan pembukaan tersebut diwujudkan melalui
pelaksanaan penyelenggaraan Negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan pancasila dan
undang-undang dasar 1945.
1. Tujuan pendidikan nasional
Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional.
1. Misi dan visi pendidikan pengembanganal
2. in, pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesiaan berane kepribadian
Pendidikan pancasila sebagai salah satu dari mata kuliah pengembangan
kepribadian, memiliki misi dan visi yang sama dengan mata dengan lainnya, yaitu
sebagai berikut.
1. Misi pendidikan pancasila
Misi pendidikan pancasila menjadi sumber nilai dan pedoman bagi
penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan
kepribadiannya.
1. Visi pendidikan pancasila

4
Bertujuan agar mahasiswa mampu mewujudkan nilai dasar agama dan kebudayaa
serta kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menenrapkan ilmu pengetahuan,
teknologi.
1. Kompetensi pendidikan Pancasila
Mencakup unsur filsafat pancasila, dengan kompetnsinnya bertujuan menguasai
kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah sebagai berikut.
1. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang
bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya.
2. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengenali masalah
hidup dan kesejahteraan, serta cara pemecahannya.
Melalui pendidikan pancasila , warga Negara Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya sevara berkesinabungan dan konsisten dengan cita-cita dan
tujuan nasional, seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945, sehingga
dapat menghayati filsafat dan ideology pancasila, serta menjiwai tingkah lakunya
selaku warga negar republik Indonesia dala melaksanakan profesinya.
1. Dasar substansi kajian pendidikan Pancasila
Berdasarkan landasan pendidikan pancasila sebagaimna yang diuraikan di atas,
maka substansi kajian pendidikan pancasila meliputi pokok-pokok bahasan
sebagai berikut.
1. Pancasila sebagai filsafat
2. Pancasila sebagai etika politk
3. Pancasila sebagai ideologi pancasila
4. Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia.
1.3 Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila
Mahasiswa dapat memahami latar belakang historis kuliah pendidikan
pancasila, dengan memahami fakta budaya dan filsafat hidup bersama dalam suatu
negara, dengan cara mendiskusikannya diantara mereka, untuk itu harus didasari
dengan pemahaman dasar-dasar yuridis tujuan pendidikan nasional, pendidikan

5
pancasila serta kompetensi yang diharapkan dari perkuliahan pendidikan
pancasila.
Pancasila Dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Mahasiwa mengetahui kronologis sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
yang meliputi kejayaan zaman Sriwijaya Majapahit dan kerajaan lainnya.
Menghayati perjuangan bangsa melawan penjajah sebelum abad XX, serta
perjuangan nasional. Memahami proses perumusan dan pengesahan Pancasila
dasar Negara Indonesia yang meliputi, kronologis perumusan Pancasila dan UUD
1945, kronologi pengesahan Pancasila dan UUD 1945. Memahami dinamika
aktualisasi pancasila sebagai dasar negara, serta dinamika pelaksdanaan UUD
1945.
1. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Memberikan dasar-dasar ilmiah pancasila sebagai suatu kesatuan sistematis dan
logis. Untuk memahami dasar kesatuan perlu didasari oleh pengertian teori sistem.
2. Pancasila Sebagai Etika bangsa
Proses pembelajaran mahasiswa diharappkan untuk memahami dan mengahayati
pengertian etika sebagai salah satu cabang filsafat praktis. Berikutnya
menjelaskan pengetian etika politik dan berdasarkan rincian nilai-nilai yang
bterkandung di dalam pancasila, agar mahasiswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk menerapkan norma-norma etika yang terkandung dalam
pancasila dalam kehidupan keraryaan, kemasyarakatan, kenegaraan.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Mahasiswa dapat menjelaskan ideologi umum menjelaskan makna ideology bagi
bangsa dan negara. Menjelaskan pengertian macam-macam ideologi yang
meliputi ideologi terbuka, ideologi tertutup, ideologi komperehensif dan ideologi
partikular.
4. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia
Mahasiswa juga diharapkan juga untuk memiliki kemampuan untuk menjelaskan
isi pembukaan UUD 1945, pembukaan sebagai staasfundamentalnom,
menjelaskan hubungan UUD 1945 dengan pancasila dan pasal-pasal UUD 1945.
2-3 Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

6
1. Pengantar
Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 agustus 1945, nilai-nilai yang terkandung sudah sudah ada dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup masyarakat. Pancasila secara
komprehensif dan integral dalam kaitanya dengan pembentukan watak bangsa
yang akhir ini adanya penurunan kadar nilai maka guna untuk menumbuhkan
lagai ras nasionalisme, heroic dan patriotik. Dasar-dasar pembentukan
nasionalisme modern baru dirintis oleh para pejuang bangsa yang dimulai dari
pergerakan nasional yaitu kebnagkitan nasional pada tahun 1908 (lahirnya Boedi
Oetomo)dan diikrakan sumpah pemuda pad tanggal 28 oktober 1928 dan akhirnya
bangsa indonesia mewujudkan pada tanggal 17 agustus 1945 bahwa bangsa
Indonesia merdeka dantanggal 18 agustus 1945 resmi menjadi negara, baim secara
defacto (factual) maupun dejure (yuridis). Proses terjadinya bangsa pun terjadi
sejak jaman kerjaaan telah nampak-nampak di Indonesia.
2. Zaman Kerajaan-Kerajaan dan Zaman Penjajah yang ada di Indonesia :
Zaman kerajaan dan zaman penjajah tidak bisa kita lepaskan dari beridirnya
bangsa indonesia, kerjaan yang ada di indonesia seperti kerjaaan Kutai, Sriwijaya,
dan Majapahit. Negara yang menjajah indonesia terdiri dari negara Belanda dan
Jepang. Berikut kerjaan dan negara penjajah yang tidak bisa dilepaskan dari
negara indonesia.
a. Kerajaan Kutai
Kerjaan dibangun pada tahun 400 M, dengan raja yang pertama Kudungga lalu
digantikan oleh Mularwarman dan Aswawarman. Kerujaan kutai adalah kerjaan
pertama yang membuka sejarah bangsa Indonesia dengan mengenalkan nilai
sosial dan agama budha.
b. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya dibangun pada tahun 600-1400 M. didirikan oleh Balaputra
Dewa dari Wangsa Syailendra. Menurut Moh.Yamin berdiri negara indoensia
tidak dappat dipisahkan oleh zaman kerjaan, negara kebangsaan indoensia
tebentuk dari tiga tahap yaitu:

7
Kerajaan Sriwijaya yang bercirikan kedatuan
Kerajaan Majapahit yang bercirikan keprabuan
Negara kebangsaan modern yaitu inodnesia yang merdeka tanggal 18 agustus
1945 menjadi sebuah negara.
Nilai-nilai yang bisa dipetik dari kerajaan sriwijaya:
a. Nilai nasionalisme yang berhubungan dengan kerajaan kedatuan
b. Kerajaan sriwijaya adalah kerjaan maritim yang mengandalkan laut sebagai
kekuatan berperangnya mulai dari selat sunda sampai selat malaka.
c. Sistem pemerintahanya sudah ada pengurus pajak, kerohanian dan harta benda
kerjaan.
d. Kerajaan sriwijaya memiliki cita-cita agar sejahtera bersama dalam suatu
negara.
c. Kerajaan Majapahit
Kerjaan majapahit dibangun pada tahun 1923, Rajanya yaitu Hayam Wuruk
dengan patihnya adalah Gajah Mada kerjaan majapahit sudah telah mencapai
zaman keemasan, batas wilaya kerjaanya dari semenanjung melayu sampai
Kalimantan utara. Terdapat dua penulis pada zaman kerajaan majapahit serta
istilah dilamnya.
Mpu Prapanca menulis kitab Negarakertagam ditemukan istilah pancasila.
Mpu Tantular menulis buku Sutasoma yang didalamnya ditemukan seloka
persatuan nasional yaitu Bhineka Tunggal Ika yangb berbunyi Bhineka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Mangrua artinya walapun berbeda namun satu jiwa.
Patih Gajah Mada mempunyai cita-cita ingin mempersatuka Nusantara Raya
dengan sumpahnya (sumpah palapa ) saya tidak akan makan buah palapa
(kelapa) jikalau belum suluruh nusantara bertakluk dibawah kekuasaan negara,
jikalau gurun, seram, tanjung, haru, Pahang, dempo, bali, sunda, Palembang dan
tumasik belum dikalahkan.
d. Zaman Penjajah
Awalnya bangsa asing (potugis dan belanda) datang di Indonesia hanya untuk
berdagang yang kemudia berubah menjadi praktek menjajah. Belanda
menghindari persaingan dengan mengadakan perkumpulan yang bernama VOC

8
(Verenigde Ost Indische Compagnie ) dikalangan rakyat dikenal dengan kompeni.
Praktek VOC sudah denga paksaan-paksaan dalam bertindak bukan lagi pedagang
tapi sudah jadi penjajah, Indonesia di jajah oleh belanda selama 3,5 abad sehingga
rakyat indoneis amenjadi sengsara. Banyak pemberontakan daribangsa Indonesia
betujuan untuk mengusir penjajah dari bumi nusantara. Belanda menggunakan
strategi politik adu domba, monopoli, penyempitan gerak dan tanam paksa.
e. Kebangkitan Nasional
Gerkana nasional ditanah air dilator belakangi adanya pergolakan kebangkitan di
dunia timur, yaitu munculnya kesadaran akan kekuatannya sendiri, antara lain :
Filipina (1898) dipimpin oleh Jose Rizal
Jepang (1905) kemenangan atas Rusia di Tunisia
China (1911) dipimpin oleh Sun Yat Zen, china melawan jepang
India yang dipelopori oleh Nehru dan mahatma Gandhi melawan inggris
Indonesia 2 mei 1908 dipelopori oleh Dr. Soetomo dan Dr. Wahidin Soediro
Hoesodo (Boedi Oetomo), pergerakan bangsa nasional yang merupakan
kebangkitan akan kesadaran kebangsaan (nasional).
Mulanya pergerakan-pergerakan yang didirikan berasakan kooperatif, namun
perkembangan jaman berubah menjadi non kooperatif dan awalnya bertujuan
untuk perdangan, sosial, agama, dan pendidikan namun meningkat menjadi
sebuah tuntutan politik yaitu Indonesia merdeka.
Tujuan merdeka kata-katanya dipelopori oleh kaum muda dari seluruh nusantara,
mulai dari :
Jawa jong Java Sulawesi Jong Celebes
Ambon Jong Ambon Sumatra Jong Sumatra
Sedangkan untuk tokoh-tokoh pemudanya anatra lain :
Moh. Yamin
Wongsonegoro
Kuncoro Probopranoto
Kongres ke II pada tanggal 28 Oktober 1928, ikrar tersebut diwujudkan dalam
sumpah pemuda berbangsa satu, bangsa Indonesia, berbahasa satu bahasa

9
indonesia, dan bertanah air satu tanah air indoneisa bersamaan dikumandangkan
lagu indoneisa raya ciptaan W.R. supratman.
f. Zaman Penjajahan Jepang
Jepang masuka ke Indonesia dengan propaganda tiga A, yaitu Nippon cahaya asia,
Nippon pelindung asia dan Nippon pelindung asia, dan mengaku sebagai saudara
dari Indonesia. Perang melawan sekutu (Amerika, Inggris, Rusia, Prancis, dan
Belanda ) karena jepang mulai terdesak mka dia mengambil simpatik bangsa
indoensia dengan menjanjikan kemerdekaan.
Realisasi janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, dibentukanya suatu badan
yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan indonesia diberi nama (BPUPKI)
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Penyelidikan Kemerdekaan Indonesia.
a) Sidang BPUPKI Pertama
Sidang BPUPKI dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut mulai dari tanggal 29
juni sampai 1 juli 1945, agenda pertamanya adalah pemaparan rumusan calon
dasar negara.
Rumusan Moh. Yamin (29 juni 1945)
Berisikan lima dasar Negara Indonesia merdeka, yakni:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan
Selesai berpidato mengemukakan rumusan calon dasar negara indonesia merdeka
beliau juga mengusulkan rancangan UUD RI, dari rancangan UUD tersebut
tercantum rumusan lima asas dasar negara , sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusia Yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
atau perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.

10
b) Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Berbeda dengan Moh Yamin, beliau tidak mengemukakan rumusan calon dasar
negara, tetapi hanya mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:
Teori Negara Perorangan (Individualis)
Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontra antara
seluruh individu dengan pemerintah atau penguasa. Tokoh-tokoh yang
mengajarkan teori negara perorangan yaitu :
Thomas Hobbes (abad 17)
JJ Ressouau (abad 18)
Hebert Spencer (abad 19)
H.J Laski (abad 20)
Paham negara Kelas atau teori Golongan (Class Theory)
Negara adalah alat dari suatu golongan ata kelas untuk menindas kelas yang lain
(Protelar). Negara kapitalis adalah alat kaum borjunis. Teori ini diajarkan oleh
Karl Max, Engel, dan Lenin.
Paham Negara Integralistik
Menurutnya negara bukan menjamin perseorangan dan golongan, tetapi menjamin
seluruh kepentingan masyarakat. Negara adalah susunan masyarakat integral,
segala golongan, bangian yang seluruh anggotanya saling berhubungan dan
merupakan suatu organis. Took yang mengajarkanny adalah Spinoza, Adam
Muller dan Hegel.
c) Ir Soekarno (1 Juni 1945)
Dalam Pidatonya Ir Soekarno mengajukan calon dasar negra dengan lima asa
yang diberi nama PANCASILA adapun rumusanya sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan
2. Internasionalisme atau Perikamunisaan
3. Mufkat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhunan Yang berkebudayaan
Sidang BPUPKI kedua (10 juli 16 juli 1945)
Mengahsasilkan bebrapa keputusan-keputusan yang lain, adalah :

11
Membentuk pantia perancangan UUD yang diketahui oleh Ir. Soekarno
Membentuk panitia ekonomi dan keuangan yang diketahui oleh Drs. Moh.
Hatta
Membentuk panitia pembelaan tanah air diketahui oleh Abikusno
Tjokrosoejoso
Panitia perancangan UUD pada tangga 14 juli 1945 melaporkan bahwa
susunan UUD terdiri dari 3 bagian yaitu:
Pernyataan indonesia merdeka, berupa dakwaan dimuka dunia atas penjajahan
belanda
Pembukaan berisi dasar negara pancasila
Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.
Sidang PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 yang pertama kali dihadiri oleh 27
orang daan menghasilkan keputusan sebgai berikut.
Mengesashkan berlakunya UUD 1945
Memilih presiden dan wakil presidan
Menetapkan berdirinya komite nasional indonesia pusat (KNIP) sebagai badan
musyawarah darurat.

3. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan


Proklamasi kemerdekaan secara ilmiah mengandung pengertian sebagai berikut :
Dari sudut pandang ilmu hokum (yuridis). Proklamasi merupakan saat todak
berlakunya tertib hokum colonial dn saat itu berlakunya hokum nasional
Secara politis ideologis. Proklamasi mengandung arti bangsa indonesia
terbebas dari penjajah bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan
nasib sendiri.

4. Pembentukan negara Republik Indonesia Serikat (RIS)


Konferensi meja bundar di den hag tanggal 27 desember 1949 merupakan suatu
persetujuan yang ditandatangani antara ratu belanda yulina dan pemerin tahan
indoensia yang menghasilkan keputusan antara lain:

12
1. Konstitusi rIS menentukan negara serikat yang memebagi negara indonesia
terdiri dari 16 negara bagian
2. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi
liberal
3. Mukadimah konstitusi RIS mengapuskan jiwa dari isi pembukaan UUD 1945.

4. Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Hasil pemilu 1959 dalam kenyataan tidak memenuhi keinginan masyarakat
bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada bidang poleksosbudhankam, keadaan
ini disebabkan oleh keadaan sebagi berikut:
1. Makin berkuasa modal-modal raksasa di perekonomian indonesia
2. Akibatnya sering berganti sistem cabinet
3. Sistem liberal pada UUD sementara 1950 mengakibtakan jatuh bangunya
pemerintahan.
4. DPR hasil pemilu 1955 tidak mampu mencerminkan perimbangan kekuatan
politik yang ada
5. Factor yang menentukan adanya dekrit presiden adalah gagalnya konstituante
untuk pembentukan UUD yang baru.
Kegagalan tersebut mengakibatkan presiden mengelurkan dekrit 5 juli 1059 yang
isinya.
Membubarkan konstituante
Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
Dibentuknya MPRS dan PAS dalaam waktu sesingkat-singkatnya.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945 selanjutnya terjadi pelaksanan pemerintah
Orde Lam sampai tahun 1966 akibat adanya pemberontakan PKI September 1965
atau dikenal dengan G.30 S/PKI. Pemberontakan dapat dikuasai oleh letjen
Suharto maka pemerintah melaksanakan ketentuan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Pemerintahan disebut pemerintahan orde baru yang berkuasa sampai
1998 dan kemudian berganti dengan pemerintahan reformasi sampai sekarang.

4-5. Pancasila Sebagai Sitem Filsafat

13
Kata dan istilah filsafat di dalam bahasa Arab adalah Falsafah. Secara etimologi
katafalsafah berasal dari bahasa Yunani Philosophia yang terdiri dari atas dua suku
kata yakniphilen yang berarti mencari atau mencintai dan Shopia artinya
kebenaran atau kebijaksanaan.Pengertian system adalah suatu kesatuan yang
saling berhurbungan untuk satu tujuantertentu dan saling terkualifikasi yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya.1. Kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat
organis tersebut pada hakikatnya secarafilosofis bersumber pada hakikat dasar
manusia sebagai pendukung dari inti. Isi darisila-sila pancasila hakikatnya
yaitu mono pluralis yang memiliki unsur-unsursusunan kodrat
jasmani rohani sifat kodrat individu makhluk sosial, dankedudukan
kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri makhluk Tuhan Yang Maha Esa.Unsur-
unsur hakikat manusia tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat organisdan
harmonis. Setiap unsure memiliki fungsi masing-masing namun
salingberhubungan.2 Pengertian matematis piramida digunakan untuk
menggambarkan hubungan hierarkisila-sila pancasila dalam urutan luas
(kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya ataukualitasnya. Kalau dilihat dari
intinya urut-urutan lima sila menunjukkan suaturangkaian tingkat dalam
luasnya dan isi sifatnya merupakan pengkhususan dari sila-sila dimukanya.
Kesatuan sila-sila pancasila yang memiliki susunan hierarki piramida ini maka
silaketuhanan yang Maha Esa menjadi basis dari sila Kemanusiaan Yang Adil
danBeradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh
HikmatKebijaksanaan dalam Permusyawaratan Keadilan, dan keadilan Sosial
Bagi SeluruhRakyat Indonesia.3. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu
Sistem FilsafatKesatuan sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah
hanya merupakankesatuan yang bersifat formal logis saja, namun juga
meliputi kesatuan dasarontologism, dasar epistemologis serta dasar aksiologis
dari sila-sila pancasila. Secarafilosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem
filsafat memiliki dasar ontologis,dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri
yang berbeda dengan sistem filsafat
yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme,idealisme, dan lain paham filsafat di dunia.4. Nilai-nilai Pancasila

14
sebagai dasar filsafat Negara Indonesia pada hakikatnya merupakansuatu sumber
dari segala sumber hukum dalam Negara Indonesia. Sebagai sumber darisumber
segala hukum secara obyektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-
citahukum,serta cita-cita moral yang luhur meliputi suasana kejiwaan,
serta watak bangsaIndonesia yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah
dipadatkan dan diabstrasikan oleh parapendiri negara menjadi lima sila dan
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafatnegara Republik
Indonesia. Hal ini sebagaimana ditetapkan dalam
ketetapanNo.XX/MPRS/1966.5. Inti Sila Sila Pancasilaa. Sila PertamaManusia
sebagai makhluk di dunia seperti makhluk diciptakan oleh pencipta-Nya.Manusia
sebagai makhluk yang dicipta wajib melaksanakan perintah Tuhan dan
menjauhilarangan-Nya.b. Sila KeduaManusia ditempatkan sesuai dengan
harkatnya.Oleh karena itu kita wajibmenerapkan dalam kehidupan bangsa
Indonesia.Sesuai dengan hal itu hak kebebasan dankemerdekaan dijunjung
tinggi.c. Sila KetigaPersatuan Indonesia biasanya dikaitkan dengan pengertian
modern sekarang ini,maka disebut nasionalisme.Oleh karena rasa satu yang
sedemikian kuatnya maka timbullahrasa cinta bangsa dan tanah air.d. Sila
KeempatPerbedaan umum demokrasi di barat dan Indonesia terletak pada
permusyawaratan.Permusyawaratan diusahakan dapat menghasilkan keputusan
yang diambil secara bulat. Inimerupakan prinsip bahwa yang diputuskan itu
memang bermanfaat bagi kepentingan rakyatbanyak.e. Sila Kelima
Keadilan berarti adanya persamaan saling menghargai karya orang lain
sehinggakemakmuran merata bagi seluruh rakyat.

6-7 Pancasila sebagai etika politik


1 Pengertian etika politik
Etika Politik merupakan cabang etika dan termasuk ke dalam lingkungan filsafat
serta mempertanyakan praksis manusia. Etika berkaitan dengan norma moral.
Norma Moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat
diukur dari sudut pandang, baik atau buruk, sopan atau tidak sopan, dan susila
atau tidak susila sebagai seorang manusia.

15
Etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik serta yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi
menjadi dua kelompok (etika umum dan etika khusus).
Setiap kali kita menyusun strategi atau siasat untuk mendapatkan sesuatu, itulah
yang dinamakan berpolitik. Secara etimologis istilah politik sendiri pertama kali
muncul di Yunani, yaitu dari kata polis, yang artinya kota.
Sedangkan dari segi pemerintahan, kata Politik berarti cara bertindak (dalam
menghadapi atau menangani suatu masalah) yang berkaitan dengan segala urusan
dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara
atau terhadap negara lain (KBBI).
Pengertian politik berasal dari kosakata politics yang memiliki makna
bermacam-macam yaitu kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sisten itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan itu. Pokok politik yang berkaitan dengan negara (state),
kekuatan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan
(policy), pembagian (distribution), secara alokasi (allocation).
Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik yang lebih banyak berkaitan
dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga-lembaga tinggi negara,
kalangan aktivis politikserta para birokrat dan para pejabat dalam pelaksanaan dan
menyelanggaraan negara.
Pengertian politik lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yang menyangkut
suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara. Jadi etika politik ialah
etika yang berkait erat dengan bidang pembahasan moral yang tidak dapat
dipisahkan dengan pelaku etika yaitu manusia. Walaupun dalam hubungannya

16
dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika politik Tetap menetapkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini meneguhkan agar etika politik
senantiasa didasarkan pada hakikat manusia sebagai manusia yang beradab dan
berbudaya.
Dengan kata lain, etika politik mempersoalkan kebaikan dan tanggung jawab
manusia sebagai manusia serta manusia sebagai warga negara terhadap negara,
hukum yang berlaku serta tatanan publik lainnya. Kebaikan manusia sebagai
manusia tidak selalu identik dengan kebaikan manusia sebagai warga negara.
Keidentikan antara manusia yang baik dengan warga negara yang baik bisa
berlangsung dalam suatu negara yang baik (Aristoleles). Negara yang baik
membawa kebajikan manusia sebagai manusia serta manusia sebagai warga
negara.
Untuk menciptakan negara yang baik, penyelenggara negara dan warga negara
perlu memahami dan menjalankan etika politik sesuai dengan nilai-nilai dasar
yang disepakati sebagai titik temu dan panduan bangsa yang bersangkutan.
2 Ciri-ciri sistem politik pancasila
Pancasila sebagai sistem politik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Bersifat kekeluargaan dan gotong royong yang bernafas Ketuhanan YME.
b) Menghargai hak-hak asasi manusia serta menjamin hak-hak minoritas.
c) Pengambilan keputusan sedapat mungkin didasarkan atas musyawarah
untuk hasil yang mufakat Bersendi atas hukum.
Ciri-ciri sistem politik liberalisme, diantaranya:
a. Sangat menekankan kebebasan/kemerdekaan individu.
b. Sangat menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia yang utama seperti hak
hidup, hak kemerdekaan, hak mengejar kebahagiaan, dan sebagainya.
c. Melahirkan sekularisme (memisahkan antara negara dengan agama)
d. Adanya budaya yang tinggi Paradigma Sistem Politik Pancasila Sebagai
Sistem Politik Indonesia.
Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea terakhir
atau keempat telah jelas disebutkan bahwa sistem politik Indonesia berlandaskan
pada lima bunyi Pancasila. Oleh karena itu sistem politik Indonesia sering disebut

17
dengan sistem politik Pancasila. Sistem tersebut berdasarkan pada semua
peraturan yang ada di dalam Undang Undang Dasar 1945.
Semua kedudukan, tugas, hubungan antar Institusi didalam suatu Negara secara
rinci diatur didalam UUD 1945. Disitu tertera pula tentang segala bentuk
kewajiban sekaligus hak negara yang harus dijalankan. UUD 1945 telah
mengalami Banyak perubahan atau dikenal dengan amandemen, oleh karena itu
sistem politik yang ada di Indonesia pada masa itu juga mengalami perubahan.
Tujuan politik, antara lain :
a) Membentuk suatu masyarakat yang baik dan teratur /good society
(Aristoteles)
b) Mengembangkan kehidupan orang lain (Paul Wellstone)
Misi etika politik dan pemerintahan
Etika Politik dan Pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat dan elit
politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar,
memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap mundur dari jabatan Politik apabila
terbukti melakukan kesalahan dan secara moral kebijakannya bertentangan
dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Etika politik ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam
perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap
munafik serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif dan berbagai
tindakan yang tidak terpuji lainnya.
3 Fungsi dan tugas etika politik
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik (dukungan
masyarakat terhadap sistem politik dan pemerintah) secara bertanggung jawab dan
didasarkan pada aspek yang rasional, objektif dan argumentatif. Tugas etika
politik adalah membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis dapat
dijalankan secara objektif dan sebagai pegangan normatif bagi mereka yang ingin
menilai kualitas tatanan kehidupan politik dengan tolak ukur martabat manusia
dan legitimasi moral.

18
Etika politik dapat membantu usaha aparatur negara untuk membumikan falsafah
dan ideologi negara yang luhur ke dalam realitas politik yang nyata. Etika politik
memberikan landasan normatif bagaimana sebuah negara dikelola demi kebaikan
hidup bersama seluruh masyarakat. Dalam menjalankan kehidupan politik dan
kenegaraan berbasis etika, para pekerja politik dan penyelenggara negara perlu
memahami landasan-landasan normatif yang bersifat umum dan khusus.
Pokok pembahasan etika politik adalah hukum dan kekuasaan negara. Hukum
sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif dan kekuasaan sebagai
lembaga penata masyarakat yang berkuasa. Hukum tanpa kekuasaan negara tidak
dapat berbuat apa-apa, sifatnya normatif belaka artinya hukum tidak mempunyai
kemampuan untuk bertindak. Sedangkan kekuasaan negara tanpa hukum adalah
buta, kekuasaan negara yang memakai kekuasaannya tanpa hukum merupakan
negara penindas.
Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi kekuasaan yang dirumuskan
dengan pertanyaan dengan moral apa seseorang atau sekelompok orang
memegang dan menggunakan kekuasaan yang mereka miliki? Betapapun
besarnya kekuasaan seseorang, dia harus berhadapan dengan tuntutan untuk
mempertanggungjawabkannya. Secara etika politik, seorang penguasa yang
sesungguhnya adalah keluhuran budinya.
Legitimasi kekuasaan meliputi :
1. Legitimasi etis yaitu pembenaran wewenang negara (kekuasaan negara
berdasarkan prinsip-prinsip moral) legitimasi etis kekuasaan mempersoalkan
keabsahan kekuasaan politik dari segi norma- norma moral dengan tujuan agar
kekuasaan itu mengarahkan kekuasaan ke pemakaian kebijakan dan cara-cara
yang sesuai dengan tuntutan kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Legitimasi legalitas yaitu keabsahan kekuasaan yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi kekuasaan negara dan menuntut fungsi-fungsi kekuasaan negara itu
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku
4 Prinsip Sistem Politik Pancasila
Sebagai etika politik, Pancasila mempunyai prinsip :
1. Pluralisme

19
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas.
2. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan beradab.
Mutlak karena merupakan anugrah dari Sang Pencipta.
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga
demi orang lain.
4. Partisipasi demokratis masyarakat
Prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada yang berhak untuk
menentukan dan memaksakan orang lain.
5. Adanya cita-cita the rule of law
6. Struktur sosial budaya masyarakat
7. Keadilan sosial
5 Dimensi Politis Manusia
Dimensi politis adalah dimensi masyarakat sebagai keseluruhan. Sebuah
keputusan bersifat politis apabila diambil dengan memperhatikan masyarakat
secara keseluruhan. Pengertian dimensi politis manusia ini memiliki dua segi
fundamental yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak (inilah yang
senantiasa berhadapan dengan tindakan moral manusia). Manusia mengerti dan
memahami akan suatu kejadian atau akibat dari kejadian tertentu, akan tetapi hal
itu dapat dihindarkan karena kesadaran moral akan tanggung jawabnya terhadap
orang lain. Namun sebaliknya jika manusia tidak bermoral maka ia tidak akan
peduli dengan orang lain.
a. Manusia sebagai makhluk individu-sosial
Manusia sebagai makhluk Individu dan makhluk sosial. Berbagai paham
Antropologi filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia dari kacamata yang
berbeda. Paham individualisme yang merupakan cikal bakal paham liberalisme
memandang manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Konsekuensinya
dalam setiap kehidupan masyarakat, bangsa maupun negara. Dasar ontologis ini
merupakan dasar moral politik negara. Sedangkan paham kolektivisme yang

20
merupakan cikal bakal sosialisme dan komunisme memandang manusia sebagai
makhluk sosial saja.
b. Dimensi Kehidupan Politis Manusia
Dalam kehidupan manusia jaminan atas kebebasan manusia baik sebagai makhluk
individu maupun sosial sulit untuk dilaksanakan, karena terjadinya benturan
kepentingan diantara mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya
anarkisme dalam masyarakat. Dalam hubungan inilah manusia memerlukan suatu
masyarakat hukum yang mampu menjamin hak-haknya, dan masyarakat itulah
yang disebut sebagai Negara.
6 Landasan umum politik
Landasan umum dalam pengelolaan politik kenegaraan meliputi:
1) Setiap pekerja politik dan penyelenggara negara perlu memahami hakikat
politik sebagai seni mengelola kebaikan dan kemaslahatan hidup bersama lewat
jalan-jalan deliberatif (permusyawaratan) yang damai, bukan seni
memperjuangkan kepentingan pribadi lewat jalan-jalan kekerasan dan pemaksaan.
2) Pekerja politik dan penyelenggara negara harus memiliki Modal Moral
(Moral Capital). Moral di sini adalah kekuatan dan kualitas komitmen pemimpin
dalam memperjuangkan nilai-nilai, keyakinan, tujuan, dan amanat penderitaan
rakyat. Kapital di sini bukan hanya potensi kebajikan seseorang, melainkan
potensi yang secara aktual menggerakkan roda politik. Alahasil, bukan sekedar
kualitas moral individual, namun juga kemampuan politik untuk
menginvestasikan potensi kebajikan perseorangan ini ke dalam mekanisme politik
yang bisa mempengaruhi perilaku masyarakat (Kane, 2001).
Ada empat sumber utama bagi seorang pemimpin untuk mengembangkan,
menjaga, dan memobilisasi moral capital secara politik.
a. Basis moralitas yang menyangkut nilai-nilai, tujuan serta orientasi politik
yang menjadi komitmen dan dijanjikan pemimpin politik kepada konstituennya.
b. Tindakan politik yang menyangkut kinerja pemimpin politik dalam
menerjemahkan nilai-nilai moralitasnya ke dalam ukuran-ukuran perilaku,
kebijakan, dan keputusan politiknya.

21
c. Keteladanan yang menyangkut contoh perilaku moral yang konkret dan
efektif, yang menularkan kesan otentik dan kepercayaan kepada komunitas
politik.
d. Komunikasi politik yang menyangkut kemampuan seorang pemimpin
untuk mengkomunikasikan gagasan serta nilai-nilai moralitas dalam bentuk
bahasa politik yang efektif, yang mampu memperkuat solidaritas dan moralitas
masyarakat.
3) Pekerja politik dan penyelenggara negara harus memiliki komitmen
pelayanan. Komitmen pelayanan ini berjejak pada basis legitimasi negara pelayan
yang bersumber pada empat jenis responsibilitas: perlindungan, kesejahteraan,
pengetahuan, serta keadilan-perdamaian. Para pendiri bangsa secara visioner
menempatkan keempat basis legitimasi negara pelayan itu pada tujuan negara
sebagaimana tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4) Pembuatan kebijakan publik harus memenuhi setidaknya empat prinsip
utama: Kemasukakalan, efisiensi, keadilan, dan kebebasan. Kebijakan publik
harus mempertimbangkan rasionalitas publik tanpa kesemena-menaan mengambil
kebijakan; adaptabilitas kebijakan dan institusi politik terhadap keadaan; senasib
sepenanggungan dalam keuntungan dan beban; serta persetujuan rakyat pada
pemerintah.
5) Kebijakan publik harus berpihak pada tiga pokok kemaslahatan publik
(public goods): legitimasi demokrasi, kesejahteraan ekonomi, dan identitas
kolektif.
Basis legitimasi dari institusi-institusi demokrasi berangkat dari asumsi bahwa
institusi-institusi tersebut merepresentasikan kepentingan dan aspirasi seluruh
rakyat secara imparsial. Klaim ini bisa dipenuhi jika segala keputusan politik yang
diambil secara prinsip terbuka bagi proses-proses perdebatan publik (public
deliberation), yang bersifat: bebas, imparsial, setara, rasional dan berwawasan
jauh ke depan.

22
Hanya dengan penghormatan terhadap prosedur-prosedur public
deliberation seperti itulah, peraturan dan keputusan yang diambil memiliki
legitimasi demokratis yang mengikat semua warga, dan pemerintah bisa
melaksanakannya secara benar (right) dan tanpa ragu (strong).

Demokrasi politik tak bisa berjalan baik tanpa demokratisasi di bidang


ekonomi. Pancasila sendiri mengisyaratkan, bahwa ujung pencapaian nilai-nilai
ideal kebangsaan harus bermuara pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Negara kesejahteraan menjadi pertaruhan dari kesaktian Pancasila.
Kebijakan publik harus memperkuat dan menyandarkan diri pada nilai-nilai
identitas kolektif, sebagai landasan normatif yang bersifat khusus yang berlaku di
suatu negara. Dalam konteks Indonesia, identitas kolektif ini bernama Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum di Negara Republik Indonesia.
7 Etika Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Pembangunan etika politik sangatlah urgent, perlu adanya pemikiran dalam
rangka menata kembali kultur politik bangsa Indonesia. Sebagai warga negara,
kita telah memiliki hak-hak politik dan hak-hak politik tersebut bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan sesama warga negara dalam wadah infra struktur dan supra
struktur. Wadah infra struktur meliputi mimbar bebas, unjuk rasa,bicara lisan dan
tulisan, aktivitas organisasi politik, kampanye pemilihan umum, penghitungan
suaradalam memilih anggota legislatif dan eksekutif. Wadah supra struktur
mencakup semua lembaga legislatif di semua tingkat, eksekutif dari presiden
sampai RT/RW, dan jajaran kekuasaan kehakiman (pusat sampai daerah).
Etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap akan tetapi melalui
moralitas yang bersumber pada hati nurani, rasa malu kepada masyarakat dan rasa
takut kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam kehidupan politik bangsa Indonesia
banyak suara masyarakat yang menuntut dibentuknya dewan kehormatan pada
institusi kenegaraan dan kemasyarakatan dengan harapan etika politik dapat
terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terwujudnya etika politik
dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh
kejujuran dan keikhlasan hati nurani dari masing-masing warga negara yang telah

23
memiliki hak politiknya untuk melaksanakan ajaran moral dan norma-norma
aturan berpolitik dalam negara.
8 Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber peraturan
perundang-undangan melainkan juga sumber moralitas utama dalan hubungannya
dengan legitiminasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan. Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah merupakan sumber nilai-nilai moral
bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
Negara Indonesia yang berdasarkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
bukanlah negara Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan dan penyelenggaraan
negara pada ligitiminasi religius. Kekuasaan kepala negara tidak mendasarkan
pada legitiminasi religius melainkan mendasarkan pada legitiminasi hukum dan
demokrasi. Oleh karena itu asas sila pertama lebih berkaitan dengan legitiminasi
moral. Inilah yang membedakan negara yang Berketuhanan yang Maha Esa
dengan teokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak mendasarkan pada
legitiminasi religius, namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai
dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, terutama hukum serta moral dalam
kehidupan bernegara
Sistem politik bhineka tunggal ika atau Pancasila ini sangatlah berpijak pada sila-
sila di dalam Pancasila. Pada sila pertamanya yang berbunyi Ketuhanan yang
Maha Esa tersirat bahwa Indonesia menghargai keberagaman agama dan
keyakinan. Pada sila keduanya yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, kita diajarkan untuk tidak boleh memperlakukan orang lain berbeda-
beda entah itu berdasarkan harkat ataupun martabatnya. Sila ketiganya
mengajarkan kita untuk selalu berdamai apapun keadaannya. Sila keempatnya
mengatakan bahwa kedaulatan benar-benar berada ditangan rakyat penuh. Di sila
terakhirnya yang berbunyi Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, telah
terkandung tujuan dari sistem politik Pancasila. Keadilan sosial adalah keadilan
yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan
membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.

24
Namun realita yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwa penerapan pancasila
sebagai etika politik sudah mulai terkikis. Salah satu contoh kecilnya adalah curi
start dalam berkampanye. Sampai ke tindakan korupsi yang sudah menjadi
tontonan kita sehari-hari di tv.

9-10 Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum

A. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pancasila merupakan dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia yang terdiri atas lima sila dan mempunyai arti yaitu panca yang berarti
lima dan sila yang berarti dasar. Dengan demikian pancasila artinya lima
dasar.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum indonesia, yang berwujud di
dalam tertib hukumnya. Yang dimaksud dengan tertib hukum, ialah keseluruhan
dari pada peraturan-peraturan hukum, yang memenuhi syarat-syarat:
a. Kesatuan subyek yang mengadakan peraturan-peraturan hukum tersebut,
yang untuk Indonesia ialah Pemerintahan Republik Indonesia.
b. Kesatuan asas kerohanian yang meliputi keseluruhan peraturan-peraturan
hukum itu, yang untuk indonesia ialah Pancasila.

25
c. Kesatuan waktu yang menetapkan saat berlaku peraturan-peraturan tersebut,
yang untuk indonesia ialah sejak tanggal 18 Agustus 1945.
d. Kesatuan daerah, sebagai batas wilayah berlaku bagi peraturan-peraturan
tersebut, yang untuk Indonesia ialah seluruh wilayah bekas daerah Hindia
Belanda, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Sebagai sumber hukum disini maksudnya ialah Pancasila sebagai asal, tempat
setiap pembentuk hukum di Indonesia mengambil atau menimba unsur-unsur
dasar yang diperlukan untuk tugasnya itu, dan merupakan tempat untuk
menemukan ketentuan-ketentuan yang akan menjadi sisi dari peraturan hukum
yang akan di buat, serta sebagai dasar-ukuran (maatstaf), untuk menguji apakah isi
suatu peraturan hukum yang berlaku sungguh-sungguh merupakan suatu hukum
yang mengarah kepada tujuan hukum negara Republik Indonesia.
Karena pertumbuhan kesadaran dan pengertian manusia Indonesia terhadap
kedudukan Pancasila bagi kehidupan bernegara dan bermasyarakat serta
pengalaman-pengalaman selama ini, maka dirasa perlu suatu pemantapan dan
penertiban dalam masalah tertib hukum indonesia. Untuk maksud tersebut, Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong-royong (DPRGR), telah menyampaikan sebuah
memorandum mengenai Sumber Tertib Hukum Indonesia pada tanggal 9 Juni
1996, kepada Majelis Permusyawaratan Sementara. Adapun menurut isi maksud
dari memorandum tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum bagi Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Dekrit 5 Juli 1959.
3. Undang-undang Dasar Proklamasi.
4. Surat perintah 11 Maret 1966.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum sering
disebut sebagai dasar filsafat atau ideologi Negara. Dalam pengertiannya ini
pancasila merupakan suatu dasar niala serta norma untuk mengatur pemerintahan
Negara. Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelengaraan Negara.
Konsekuensinya selurh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama segala

26
peraturan perundang=undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang
dewasa ini dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan kaidah hukum Negara
yang secara konstitusional mengatur Negara beserta seluruh unsur-unsurnya.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai,
norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum
dasar baik tertulis atau UUD maupun tidak tertulis atau dalam kedudukannya
sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia
maka setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD
1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, serta hukum positif lainnya.
Secara yuridis-konstitusional, pancasila adalah dasar Negara yang di gunakan
sebagai dasar mengatur atau menyelenggrakan pemerintahan Negara.

B. PANCASILA SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM

Sumber hukum ialah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan


peraturan perundang-undangan,baik berupa sumber hukum tertulis maupun tidak
tertulis.
Sejarah Pancasila sebagai dasar negara secara yuridis (hukum) tercantum
dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 menjelaskan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas
nama bangsa Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.Memorandum
DPR-GR disyahkan pula oleh MPRS melalui Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ( jo Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan Ketetapan No.
IX/MPR/1978 ).Dijelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum Indonesia yang hakikatnya adalah sebuah pandangan hidup.

27
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum juga diatur dalam pasal 2
UU No.10 tahun 2004 tentang pembentukan perundang-undangan yang
menyatakan Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara.
Dilihat dari materinya,Pancasila digali dari pandangan hidup bangsa Indonesia
yang merupakan jiwa dan kepribadian bangsaIndonsia sendiri.Dasar Pancasila
terbuat dari materi atau bahan dalam negeri yang merupakan asli murni dan
menjadi kebanggaan bangsa.Dasar negara Republik Indonesia tidak diimpor dari
luar,meskipun mungkin sajamendapat pengaruh dari luar.
Dalam ilmu pengetahuan hukum,pengertian sumber dari segala sumber hukum
dapat diartikan sebagai sumber pengenal ( kenbron van het recht ) dan diartikan
sebagai sumber asal,sumber nilai-nilai yang menjadi penyebab timbulnya aturan
hukum ( welbron van recht ).Maka pengertian Pancasila sebagai sumber bukanlah
dalam pengertian sumber hukum kenbron sumber tempat ditemukannya,tempat
melihat dan mengetahui norma hukum positif,akan tetapi dalam arti welbron
sebagai asal-usul nilai,sumber nilai yang menjadi sumber dari hukum
positif.Jadi,Pancasila merupakan sumber nilai dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya dibentuklah norma-norma hukum oleh negara.
Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
negara.konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan negara terutama
segala perundang-undangantermasuk proses reformasi dalam segala bidang
dewasa ini dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila.
Proklamasi kemerdekaan merupakan norma yang pertama sebagai penjelmaan
pertama dari sumber dari segala sumber hukum yaitu pancasila yang merupakan
jiwa dan pandangan hidup bangsa Indonesia.Pada tanggal 18 Agustus 1945
sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia itu dijelmakan dalam
pembukaan UUD 1945 dan pembukaan kecuali merupakan penjelmaan sumber
dari segala sumber hukum sekaligus juga merupakan pokok kaidah negara yang
fundamental seperti yang diuraikan oleh Notonegoro.Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa proklamasi kemerdekaan merupakan penjelmaan pertama dari
Pancasila sumber dari segala sumber hukum dan pembukaan merupakan UUD

28
1945 merupakan penjelmaan kedua dari Pancasila sumber dari segala sumber
hukum yang memberi tujuan dasar dan perangkat untuk mencapai tujuan itu.
Karena pembukaan UUD 1945 merupakan staatsfundamentalforms,yang
mengandung 4 pokok pikiran yang tidak lain adalah Pancasila itu sendiri,serta
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum,maka dapat disimpulkan
bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan filsafat hukum Indonesia.
Penjabaran tentang filsafat hukum Indonesia terdapat pada teori
hukumnya.Sesuai dengan bunyi kalimat kunci dalam penjelasan UUD 1945 :
Undang-Undang dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan dan pasal-pasalnya.
Apabila UUD 1945 merupakan filsafat hukum Indonesia,maka batang tubuh
berikut dengan penjelasan UUD 1945 adalah teoori hukumnya.Teori hukum
tersebut meletakkan dasar-dasar falsafatihukum positif kita. Dalam ilmu
pengetahuan hukum,pengertian sumber dari segala sumber hukum dapat diartikan
sebagai sumber pengenal[7] dan diartikan sebagai sumber asal, sumber nilai-nilai
yang menjadi penyebab timbulnya aturan hukum[8]. Maka pengertian Pancasila
sebagai sumber bukanlah dalam pengertian sumber hukum kenbron sumber
tempat ditemukannya,tempat melihat dan mengetahui norma hukum positif, akan
tetapi dalam arti welbron sebagai asal-usul nilai, sumber nilai yang menjadi
sumber dari hukum positif. Jadi, Pancasila merupakan sumber nilai dan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya dibentuklah norma-norma hukum oleh negara.
2. KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI HUKUM TERTINGGI

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia artinya bahwa
posisi Pancasila diletakkan pada posisi tertinggi dalam hukum di Indonesia, posisi
Pancasila dalam hal ini menjadikan pedoman dan arah bagi setiap bangsa
Indonesia dalam menyusun dan memperbaiki kondisi hukum di Indonesia.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum sering
disebut sebagai dasar filsafat atau ideologi Negara. Dalam pengertiannya ini
pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
Negara. Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelengaraan Negara.

29
Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama
segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala
bidang dewasa ini dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum, Sebagai dasar Negara, Pancasila
merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita
hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral
maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik tertulis atau UUD
maupun tidak tertulis atau dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sumber tertib hukum Indonesia maka setiap produk hukum harus
bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum
dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan
lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran

Dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur yang menjadi tujuan bangsa
dan rakyat Indonesia, Pancasila menjadi landasannya, untuk itulah perlu adanya
tatanan dan tertip hukum dalam mengatur masyarakat dan Negara untuk mencapai
tujuan tersebut. Arah dan acuan tersebut tentunya harus berpijak pada Pancasila.
Namun demikian dalam perjalanan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia tentunya banyak mengalami pasang surut hal ini disebabkan
bahwa di era globalisasi saat sekarang ini banyaknya permasalahan baru yang
muncul ditanah air khususnya masalah korupsi, nepotisme[9], dan masuknya
budaya dari luar yang berdampak pada perubahan budaya dalam masyarakat.
Perubahan perubahan tersebut akan berdampak pada kehidupan baru masyarakat
yang tentu saja membawa konsekwen baru dari segi hukum di Indonesia.
Maka hukum di Indonesia juga terus mengalami perubahan untuk
disesuaikan dengan permasalahan yang ada. Masalah terorisme dan organisasi
kejahatan internasional menjadikan masalah baru bagi hukum kita untuk
menanggulangi, disinilah permasalah baru selalu muncul dan Pancasila harus
tetap menjadi pijakan bangsa Indonesia dalam menghadapi persolan persoalan
baru hukum.

30
3. PANCASILA SEBAGAI LANDASAN HUKUM

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum juga mengandung arti semua
sumber hukum atau peraturan2, mulai dari UUD`45, Tap MPR, Undang- Undang,
Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang2), PP (Peraturan Pemerintah),
Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya,
harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan hukumnya.
Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh bertentangan
dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk hukum
yang ada di Negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang, secara otomatis produk
hukum itu tidak berlaku lagi. Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu
Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh diubah.

4. PENGAMALAN PANCASILA
Komitmen[10] bangsa Indonesia adalah melaksanakan atau mengamalkan
Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Artinya merupakan suatu kemauan bersama untuk mengaktualisasikan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari secara membumi[11], dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta bukan sekedar slogan.
Untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat di lakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Pengamalan secara objektif, yakni dengan melaksanakan atau mentaati
peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum negara yang berlandaskan
pada Pancasila. Hal ini memerlukan dukungan kekuasaan Negara untuk
menerapkannya, serta bersifat memaksa, dan akan mendapat sanksi bagi
pelanggarnya. Artinya bagi siapa saja, apakah itu perorangan maupun lembaga,
yang melanggar norma hukum maka akan mendapatkan sanksi hukum.

31
Pengamalan obyektif ini merupakan konsekuensi[12] dari mewujudkan nilai dasar
Pancasila sebagai norma hukum negara.
2. Pengamalan secara subjektif, yakni dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila
yang berwujud norma etika secara pribadi atau kelompok dalam bersikap dan
bertingkahlaku pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pengamalan secara subyektif ini mewajibkan setiap warga negara dan
penyelenggara negara untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam hal ini pancasila menjadi
sumber etika dalam bersikap dan bertingkah laku bagi setiap warga negara dan
penyelenggara negara. Melanggar norma etik tidak mendapat sanksi hukum tetapi
sanksi yang berasal dari diri sendiri. Pengamalan subyektif ini merupakan
konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma etik berbangsa
dan bernegara.

11-12 Pancasila Sebagai Ideologi nasional

Secara etimologis Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan
kata serapan dari bahasa Arab , yang juga diambil dari bahasa Yunani adalah
philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari
kata-kata philia(persahabatan, cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Sehingga arti
harafiahnya adalah seorang pencinta kebijaksanaan.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil renungan dan pemikiran seseorang atau
sekelompok orang, sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan, serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk
negara, dengan kata lain, unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila
tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri. Unsur-
unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai ideologi

32
bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa,
dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu,
Pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang
saja, yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu,
melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga
Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara
komprehensif.
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan.
Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota
masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan
kukuh, dan pola hubungan dalam system ini bersifat statis dan sukar berubah.
Suatu ideologi dapat digolongkan doktriner apabila ajaran-ajaran yang terkandung
dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis dan terinci dengan jelas,
diindoktrinasikan kepada warga masyarakat, dan pelaksanaannya diawasi secara
ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah. Biasanya sistem nilai atau ideologi
yang diperkenankan hidup dalam masyarakat seperti ini hanyalah ideologi yang
doktriner tersebut. Akan tetapi, apabila ajaran-ajaran yang terkandung dalam
ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, melainkan
dirumuskan secara umum (prinsip-prinsipnya saja) maka ideologi tersebut
digolongkan sebagai ideologi pragmatis. Dalam hal ini, ideologi itu tidak
diindoktrinasikan, tetapi disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan
keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama dan sistem
politik. Atas dasar itu, pelaksanaannya tidak diawasi oleh aparat partai atau
pemerintah, melainkan dengan pengaturan kelembagaan. Maksudnya, siapa saja
yang tidak menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi
tidak akan hidup secara wajar. Liberalisme merupakan salah satu contoh ideologi
pragmatis. Biasanya tidak satu ideologi saja yang diperkenankan berkembang
dalam masyarakat ini, tetapi ada satu yang dominan. Sebagai ideologi Pancasila
menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia dalam menjalankan aktivitas di

33
segala bidang sehingga sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel tidak tertutup
dan kaku melainkan harus mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa harus
mengubah nilai-nilai dasarnya. Pancasila memberikan orientasi ke depan dan
selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapi dan akan dihadapi di era
keterbukaan/globalisasi dalam segala bidang.
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia.Komunisme sebagai anti
kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan sebagai
Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran
rakyat secara merata. Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi
terhadap faham kapitalisme di awal abad ke-19an, dalam suasana yang
menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi
dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam
perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme
antara penganut komunis teori dengan komunis revolusioner yang masing-masing
mempunyai teori dan cara perjuangannya yang saling berbeda dalam pencapaian
masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai
masyarakat utopia.
Pancasila dianggap sebagai sebuah ideologi karena Pancasila memiliki nilai-nilai
filsafat mendasar juga rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai
sebuah landasan dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu
juga, Pancasila merupakan wujud dari konsensus nasional, itu semua karena
negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah sketsa negara moderen yang telah
disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai-nilai dari
kandungan Pancasila itu sendiri dilestarikan dari generasi ke generasi. Ideologi
pancasila sendiri adalah suatu pemikiran yang beracuan Pancasila. Pancasila
dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar
dan rasional.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila diangkat dari nilai-
nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara. Unsur-unsur
Pancasila tersebut, kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara,

34
sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan
negara Indonesia. Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan, serta unsur-
unsur bangsa secara komprehensif, ciri khas yang dimiliki oleh Pancasila,
kesesuaian dengan bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai ideologi
nasional Indonesia, yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara adalah Memperkokoh
persatuan bangsa, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk,
mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan, memelihara
dan mengembangkan identitas bangsa sebagai dorongan dalam pembentukan
karakter bangsa berdasarkan Pancasila, menjadi standar nilai dalam melakukan
kritik, mengenai keadaan bangsa dan Negara.

13-14 pancasila sebagai konteks ketatanegaraan RI


2.1 Pengertian

Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara maka dari itu semua peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas hukum,
oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
diatur dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam kontek
ketatanegaraan Republik Indonesia adalah pembagian kekuasaan lembaga
lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan lainnya diatur
dalam undang undang dasar negara. Pembukaan undang- undang dasar 1945
dalam kontek ketatanegaraan, memiliki kedudukan yang sangat penting
merupakan staasfundamentalnom dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi
di Negara Indonesia.

2.2 UUD dan Konstitusi serta Fungsinya

35
Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah
konstitusi dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara
harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis konstituer yang berarti
membentuk , dan diartikan sebagai pembentuk suatu negara. Sedangkan
Indonesia menggunakan istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet
dari belanda yang mempunyai pengertian suatu undang-undang yang menjadi
dasar (Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah
konstitusi dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD.
Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang tertulis (UUD)
maupun yang tidk tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi memuat
peraturan pokok yang fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama
dalam menegakan bangun yang disebut negara.

UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari
semua hukum yang belaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar
dalam berkehidupan di Indonesia. Negara dengan segala fungsi dan tujuannya
berusaha untuk dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena itu
sebagai pengintegrasian dari kekuatan politik, negara mempunyai bermacam-
macam sifat, seperti memaksa, memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan
sifat memaksa, negara dapat menggunakan kekerasan fisik secara sah untuk
ditaatinya semua keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan tujuan
bersama, sifat memaksa yang dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun
melampaui batas yang mungkin dapat menyengsarakan rakyatnya. Untuk
mencegah adanya kemungkinan tersebut, konstitusi atau UUD disusun dan
ditetapkan.

2.3 Undang-Undang Dasar 1945

36
Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan,
Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD
1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan,
Batang Tubuh, dan Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana
antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan.
Memahami pasal II Aturan Peralihan tersebut, maka secara yuridis jelas bahwa
Penjelasan sudah tidak berlaku lagi, dan tidak bisa menjadi bagian dari
pengertian UUD 1945. UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai
hukum, maka UUD 1945 adalah mengikat pemerintah, lembaga negara dan
lembaga masyarakat, juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimana saja
dan setiap penduduk yang berada di wilayah Indonesia. T dilaksanakan dan
ditaati. UUD bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar yang semua
tindakan dan perbuatan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan pada
ketentuan-ketentuan UUD 1945. Dalam kedudukan demikian, UUD dalam
kerangka tata urutan atau tata tingkat norma hukum yang berlaku, merupakan
hukum yang menempati kedudukan tinggi. Dalam hubungan ini, UUD juga
berfungsi sebagai alat kontrol atau alat mengecek norma hukum yang lebih
rendah.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum dasar,
disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat singkat,
sifat singkatnya itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja,
hanya memuat garis-gars besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang
masih harus berkembang, harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus
mengalami perubahan.
Semangat para penyelenggara negara dalm menyelenggarakan UUD 1945 sangat
penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui teks UUD
1945, juga harus menghayati semangat UUD 1945. Dengan semangat

37
penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera
dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.

2.4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


1. Makna pembukaan UUD 1945 bagi Perjuangan Bangsa Indonesia
Apabila UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku
di Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan
aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita
hukum dan cita moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional,
maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di Dunia.
2. Makna Alenia-Alenia Pembukaan UUD 1945
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan merupakan bunyi alenia pertama pembukaan
UUD 1945 yang menunjukan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia
menghadapi masalah kemerdekaan lawan penjajahan. Alenia ini
mengungkapkan suatu dalil obyektif, karena dalam alinea pertama terdapat letak
moral luhur dari pernyataan Indonesia. Alenia ini juga mengandung suatu
pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri
dari perjuangan. Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan, karena
bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal ini berarti setiap hal
atau sifat yang bertentangan atau bertentangan dengan pernyataan diatas juga
harus secara sadar ditentang oleh Bangsa Indonesia.
Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepda saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil
dan makmur merupakan bunyi alenia ke dua yang menunjukan kebangsaan dan
penghargaan kita atas perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Alenia ini juga
menunjukan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian :
1. Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang
menentukan

38
2. Momentum yng telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan.
3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus
diisi dengan mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil
dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya merupakan bunyi dari alenia ke tiga yang menjadi
motivasi riil dan materiil Bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya,
tetapi juga menjadi keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi spiritualnya,
karena menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah SWT, serta menunjukan
ketaqwaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa serta merupakam suatu pengukuhan
dari Proklamasi Kemerdekaan.
kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan Yang maha dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia merupakan bunyi dari
alenia ke empat yang merumuskan dengan padat sekali tujuan dari prinsip-prinsip
dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya
merdeka.
Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat Pembukaan Undang-
Undang dasar sekaligus menegaskan :
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya,
yaitu seperti yang tertuang dalam alenia ke empat tersebut.
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat.
3. Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.

39
3.Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan UUD
1945 itu sendiri, bahwa Pembukaan UUD 1945 itu mengandung pokok-pokok
pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam UUD, yaitu dalam pasal-pasalnya.
Ada 4 pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu :
1. Pokok pikiran pertama menunjukan pokok pikiran persatuan, dengan
pengertian yang lazim, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib
mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan golongan maupun
perorangan.
2. Pokok pikiran yang kedua adalah kesadaran bahwa manusia Indonesia
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
bangsa.
3. Pokok pikiran yang ketiga menyatakan bahwa kedaulatan berad ditangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa UUD mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral Rakyat yang luhur.
4.Hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945
Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian yang memiliki kedudukan
berbeda, yaitu :
1. Pembukaan UUD yag terdiri dari empat alinea, dimana alinea terakhir
memuat Dasar nagara Pancasila.
2. Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal Aturan
Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat
dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :

40
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD
1945
1. Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan
keadaan yang mendahului terbentuknya negara yang merupakan rumusan dasar-
dasar pemikiran yang mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan tersebut
tidak mempunyai hubungan organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.
2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah
negara Indonesia terwujud. Pernyataan tersebut mempunyai hubungan kausal dan
organis dengn Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek :

UUD itu ditentukan akan ada


Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan
negara yang memenuhi berbagai persyaratan
Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat
Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)
b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan
sebagai berikut :
1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam
Pembukaan itu mengehendaki persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan.
4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum
dasar negara, UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.
Itulah hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.
c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945

41
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara
Republik Indonesia, dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih
tinggi daripada Pasal-pasal UUD 1945.
5.Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Pancasila mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara dan merupakan unsur penentu berlakunya tertib hukum
Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan inti dari Pembukaan UUD
1945, itu terbukti pada alinea keempat yang menunjukan bahwa pancasila
merupakan dasar negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, yang
bentuk dan wujudnya tertuang dalam UUD. Pembukaan maupun pancasila tidak
bisa dirubah maupun diganti oleh siapapun, karena merubah ataupun mengganti
berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945 karena Pancasila
merupakan fundamental terbentuknya bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai substansi esensial daripada Pembukaan UUD 1945 adalah
sumber dari segala sumber hukum republik Indonesia. Hal terpenting yang bagi
bangsa Indonesia adalah mewujudkan cita-citanya sesuai dengan Pancasila,
artinya cara dan hasilnya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Sedangkan cita-cita bangsa Indonesia tertuang di
dalam Pembukaan UUD 1945 oleh karena itu Pancasila dan Pembukaan yang
memilki hubungan erat harus dilaksanakan secara serasi, seimbang, dan selaras.
6.Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
Apabila kita hubungkan antara isi pengertian Pembukaan UUD 1945 dengan
Proklamasi 17 Agustus 1945 maka keduanya memiliki hubungan azasi yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Pembukaan UUD 1945, terutama pada alinea
ketiga memuat pernyataan-pernyataan kemerdekaan dan aline keempat memuat
memuat tindakan yang harus dilaksanakan setelah adanya negara.
Dengan demikian dapat ditentukan letak dan sifat hubungan antara Pembukaan
UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai berikut :
1. Keduanya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
2. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI merupakan realisasi dari alinea/bagian kedua Proklamasi 17 Agustua 1945.

42
3. Pembukaan UUD pada hakekatnya merupakan pernyataan kemerdekaan
secara terperinci dengan memuat pokok-pokok pikiran adanya cita-cita luhur yang
menjadi semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan Indonesia.
Hal ini berarti antara Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945
merupakan satu kesatuan yang bulat, karena apa yang terkandung didalam
Pembukaan UUD 1945 merupakan amanat keramat dari Proklamasi 17 Agustus
1945.
2.5 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945
Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh
UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1
ayat 2). Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen , MPR tidak mempunyai
kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas
melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya dengan
GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk MPR.
Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan mengubah UUD (pasal 3 ayat
1) selain mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik
Indonesia (pasal 37 ayat 5).
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat
2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat
1).
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya
bersumpah atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).

43
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal 24C
ayat 1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh
Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).
3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat
1). Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.
5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. Presiden
memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan
Presiden diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang
bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Preisden.
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu
kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara
mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak.
Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana kontrol DPR
atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.
8. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1
dan pasal 18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintah daerah.

2.6 Kelembagaan Negara menurut UUD 1945


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu, dengan
suara terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali daalam lima tahun di
ibukota negara.Kewenangan MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD (pasal
3)

44
2.Presiden dan Wakil Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam melakukan
kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak mengajukan
RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU (pasal 5).
Presiden memegang masa jabatan selama lima tahun. Syarat untuk menjadi
Presiden dan Wakil Presiden adalah :
1. WNI sejak kelahirannya
2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah menghianati negara
4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan keajibannya
5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat lainnya
akan diatur dengan UU (pasal 6).
Kewenangan lain dari presiden selaku kepala negara adalah dimilikinya hal
prerogatif, antara lain :
Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, AU (pasal 10)
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi negara (pasal 11)
Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan
UU (pasal 12).
Mengangkut dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (pasal 13).
Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan
amnesti dan abolisi dengan pertimbangan DPR (pasal 14).
Presiden memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, dan lain-lain
menurut UU (pasal 15).
3.Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki
fungsi legislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak

45
interpelasi, angket, menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas (pasal 20).
4.Dewan Perwakila Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap
provinsi. DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak
mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai dengan bidangnya.
5.Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas
(luberjurdil).
6. Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
7.Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan
negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk ditindklanjuti (pasal
23E).
8.Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan
dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.
9.Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku hakim.
10.Mahkamah Konstitusi
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang
putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.

15 Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat berbangsa


bernegara

46
A. Pengertian Paradigma

Awalnya istilah Paradigma berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama


yang kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan
istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam
bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970: 49). Inti sari
paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum dan
dijadikan sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan
sehingga sangat menentukan sifat, ciri dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Dengan adanya kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial kemudian


dikembangkanlah metode baru yang berdasar pada hakikat dan sifat paradigma
ilmu, yaitu manusia yang disebut metode kualitatif. Kemudian berkembanglah
istilah ilmiah tersebut dalam bidang manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya
politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainya. Dalam kehidupan
sehari hari paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung arti
sebagai sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolak ukur,
parameter serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses
dalam bidang tertentu termasuk bidang pembangunan, reformasi, maupun
pendidikan. Dengan demikian paradigma menempati posisi dan fungsi yang
strategis dalam proses kegiatan. Perencanaan, pelaksanaan dan hasil- hasilnya
dapat diukur dengan paradigma tertentu yang diyakini kebenaranya.

B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat adil dan


makmur. Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam
meningkatkan harkat dan martabat manusia indonesia sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-
undang Dasar 1945 dengan rincian sebagai berikut:

47
Tujuan negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah indonesia
Tujuan negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau
nasional, adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Tujuan Internasional, adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Yang
perwujudanya terletak pada tatanan pergaulan masyarakat internasional.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu


konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus berdasar
pada hakikat nilai sila-sila Pancasila yang didasari oleh ontologis manusia sebagai
subjek pendukung pokok negara. Dan ini terlihat dari kenyataan obyektif bahwa
pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia.
Dalam mewujudkan tujuan negara melalui pembangunan nasional yang
merupakan tujuan seluruh warganya maka dikembalikanlah pada dasar hakikat
manusia monopluralis yang unsurnya meliputi : kodrat manusia yaitu rokhani
(jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial, dan kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk TuhanYME. Kedudukan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional harus mmperlihatkan konsep berikut ini :

* Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai


bangsa
* Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional
* Pancasila merupakan arah pembangunan nasioanl
* Pancasila merupakan etos pembangunan nasional
* Pancasila merupakan moral pembangunan

48
Masyarakat Indonesia yang sedang mengalami perkembangan yang amat pesat
karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan globalisasi,
memerlukan pedoman bersama dalam menanggapi tantangan demi keutuhan
bangsa. Oleh sebab itu pembangunan nasional harus dapat memperlihatkan
prinsip-prinsip sebagai berikut:

-Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang


-Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek (manusia
seutuhnya)

Sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia maka pembangunan


nasional harus meliputi aspek jiwa, seperti akal, rasa dan kehendak, raga
(jasmani), pribadi, sosial dan aspek ketuhanan yang terkristalisasi dalam nilai-
nilai pancasila. Selanjutnya dijabarkan dalam berbagai bidang pembangunan
antara lain politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta bidang kehidupan agama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hakikatnya Pancasila sebagai paradigma pembangunan mengandung arti atas
segala aspek pembangunan yang harus mencerminkan nilai-nilai pancasila.

1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek

Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)


merupakan salah satu syarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa
yang maju dan modern. Pengembangan dan penguasaan iptek menjadi sangat
penting, manakala dikaitkan dengan kehidupan global yang ditandai dengan
persaingan. Namun demikian pengembangan iptek bukan semata-mata untuk

49
mengejar kemajuan meterial melainkan harus memperlihatkan aspek-aspek
spiritual. Artinya, pengembangan iptek harus diarahkan untuk mencapai
kebahagiaan lahir dan batin. Dengan pemikiran diatas dapat kita ketahui adanya
tujuan essensial daripada iptek, yaitu demi kesejahteraan umat manusia, sehingga
pada hakikatnya iptek itu tidak bebas nilai, melainkan terikat oleh nilai.

Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila silanya harus merupakan sumber
nilai, kerangka pikir serta asas moralitas bagi pembangunan iptek. Sebagai bangsa
yang memiliki pandangan hidup pancasila, maka tidak berlebihan apabila
pengembangan iptek harus didasarkan atas paradigma pancasila. Apabila kita
melihat sila demi sila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan,


mencipta, perimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan
kehendak. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan merupakan
pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya (T.
Jacob, 1986), dapat disimpulkan berdasarkan sila ini iptek selalu
mempertimbangkan dari apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan, adakah
kerugian bagi manusia.

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, menekankan bahwa iptek haruslah
bersifat beradab dan bermoral, sehingga terwujud hakikat tujuan iptek yaitu, demi
kesejahteraan umat manusia. Bukan untuk kesombongan dan keserakahan
manusia melainkan harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat
manusia.

Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa indonesia bahwa


rasa nasionalime bangsa indonesia akibat dari adanya kemajuan iptek, dengan
iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan
dan persahabatan antar daerah diberbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari
faktor kemajuan iptek. Oleh sebab itu iptek harus dikembangkan untuk

50
memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya dapat
dikembangkan dalam hubungan manusia indonesia dengan masyarakat
internasional.

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis.
Disini ilmuwan tidak hanya ditempatkan untuk memiliki kebebasan dalam
pengembangan iptek, namun juga harus ada saling menghormati dan menghargai
kebebasan orang lain dan bersikap terbuka untuk menerima kritikan, atau dikaji
ulang dan menerima perbandingan dengan penemuan teori lainya.

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, iptek didasarkan pada
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubunganya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara,
serta manusia dengan alam lingkunganya (T. Jacob, 1986).
Jadi dapat disimpulkan bahwa sila-sila pancasila harus merupakan sumber nilai,
kerangka pikir serta basis moralitas bagi pengembangan iptek.

2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUD HANKAM

Dalam bidang kenegaraan penjabaran pembangunan dituangkan dalam GBHN


yang dirinci dalam bidang-bidang operasional serta target pencapainya, bidang
tersebut meliputi POLEKSOSBUD HANKAM. Dalam mewujudkan tujuan
seluruh warga harus kembali berdasar pada hakikat manusia yaitu monopluralis,
yang artinya meliputi berbagai unsur yaitu rokhani-jasmani, individu-makhluk
sosial, serta manusia sebagai pribadi-makhluk Tuhan YME. Maka hakikat
manusia merupakan sumber nilai bagi pengembangan POLEKSOSBUD
HANKAM, guna membangun martabat manusia itu sendiri.

a. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

51
Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia,
karena sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan, atau yang
lebih dikenal dengan hak asasi manusia. Sehingga sistem politik negara pancasila
mampu memberikan dasar-dasar moral, diharapakan supaya para elit politik dan
penyelenggaranya memiliki budi pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita
moral rakyat yang luhur. Sebagai warga negara indonesia manusia harus
ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik, bukan sekedar objek politik yang
diharapkan kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Karena Pancasila sebagai paradigma dalam
berpolitik, maka sistem politik di indonesia berasaskan demokrasi, bukan otoriter.

Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di indonesia harus berlandaskan


atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan,
dan moral keadilan, apabila pelaku politik baik warga negara maupun
penyelenggaranya berkembang atas dasar moral tersebut maka akan menghasilkan
perilaku politik yang santun dan bermoral yang baik.

b. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka sistem


dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara
khusus, sistem ekonomi harus mandasarkan pada moralitas ketuhanan, dan
kemanusiaan. Hal ini untuk menghindari adanya pengembangan ekonomi yang
cenderung mengarah pada persaingan bebas, yaitu yang terkuat dialah yang akan
menang, seperti yang pernah terjadi pada abad ke-18, yaitu tumbuhnya
perekonomian kapitalis. Dengan adanya kejadian pada abad ke-18 tersebut, maka
eropa pada awal abad ke-19 bereaksi untuk merubah perkembangan ekonomi
tersebut menjadi sosialisme komunisme, yang berjuang untuk nasib rakyat
proletar yang sebelumnya ditindas oleh kaum kapitalis.

52
Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi mensejahterakan rakyat
luas, sistem ekonomi ini di kembangkan oleh mubyarto, yang tidak hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan dan kesejahteraan
seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia, agar
manusia menjadi lebih sejahtera, oleh sebab itu kita harus menghindarkan diri dari
persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya yang berakibat pada penderitaan
manusia dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya.

c. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang Pancasila berdasar


pada hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana
tertuang dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, yang diharapkan
menghasilkan manusia yang berbudaya dan beradab.

Dalam rangka melakukan reformasi disegala bidang, hendaknya indonesia


berdasar pada sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh bangsa indonesia itu sendiri yaitu nilai pancasila yang merupakan sumber
normatif bagi peningkatan humanisasi khususnya dalam bidang sosial budaya.
Sebagai kerangka kesadaran pancasila dapat merupakan dorongan untuk ;

1. Universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur


2. Transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan
kebebasan spiritual (koentowijoyo,1986)

Dengan demikian proses humanisasi universal akan dehumanisasi serta aktualisasi


nilai hanya demi kepentingan kelompok sosial tertentu yang diharapkan mampu
menciptakan sistem sosial budaya yang beradab.

Berdasar sila Persatuan Indonesia pembangunan sosial budaya dikembangkan atas


dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di

53
seluruh wilayah nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai
bangsa. Pengakuan serta penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial
berbagai kelompok bangsa sangat diperlukan sehingga mereka merasa dihargai
dan diterima sebagai warga bangsa, dengan demikian pembangunan sosial budaya
tidak akan menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan
ketidakadilan sosial.

d. Pancasila sebagai Paradigma Hankam

Salah satu tujuan bernegara adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung
jawab tidak hanya terletak pada penyelenggara negara semata, akan tetapi juga
rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut sistem pertahanan dan
keamanan adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem partahanan
dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(sishankamrata).
Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan
dan keamanan negara. Maka dari itu pertahanan dan keamanan negara harus
mendasarkan pada tujuan demi terjaminya harkat dan martabat manusia, terutama
secara rinci terjaminya hak-hak asasi manusia. Dengan adanya tujuan tersebut
maka pertahanan keamanan negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila, guna mencapai tujuan yaitu demi tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan YME (sila II), Pancasila
juga harus mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga sebagai warga
negara (Sila III), pertahanan keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar,
persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila IV) dan akhirnya pertahanan
keamanan haruslah diperuntukkan demi terwujudnya keadilan keadilan dalam
hidup masyarakat atau terwujudnya suatu keadilan sosial, dan diharapkan negara
benar-benar meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai negara hukum dan
bukannya suatu negara yang berdasarkan atas kekuasaan sehingga mengakibatkan
suatu pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

54
e. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama

Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia mengalami adanya suatu


kemunduran, yaitu kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. hal ini dapat
kita lihat adanya suatu kenyataan banyak terjadinya konflik sosial pada masalah-
masalah SARA, terutama pada masalah agama, sebagai contoh tragedi di Ambon,
Poso, Medan, Mataram, Kupang, dan masih banyak lagi daerah yang lain yang
terlihat semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan beragama sehingga
menyimpang dari asas kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa
untuk dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia
tercinta ini. Sebagai makhluk Tuhan YME manusia wajib untuk beribadah kepada
Tuhan YME dimanapun mereka hidup. Akan tetapi Tuhan menghendaki
kehidupan manusia yang penuh kedamaian dengan hidup berdampingan, saling
menghormati, meskipun Tuhan menciptakan adanya perbedaan, berbangsa-
bangsa, bergolong-golong, berkelompok, baik sosial, politik, budaya maupun etnis
tidak lain untuk kehidupan yang damai berdasar pada kemanusiaan.

Dalam Pokok Pikiran IV, negara menegaskan bahwa, Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, hal ini
berarti bahwa kehidupan dalam negara berdasar pada nilai-nilai ketuhanan,
dengan memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan menjamin
atas demokrasi dibidang agama. Setiap agama memiliki dasar-dasar ajaran yang
sesuai dengan keyakinan masing-masing dengan mendasarkan pergaulan
kehidupan dalam beragama atas nilai-nilai kemanusiaan yang beradab dan
berdasar bahwa pemeluk agama adalah bagian dari umat manusia di dunia. Maka
sudah seharusnya negara Indonesia mengembangkan kehidupan beragama ke arah
terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasar
pada nilai kemanusiaan yang beradab.

55
C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi

Saat ini Indonesia tengah berada pada era reformasi yang telah diperjuangkan
sejak tahun 1998. ketika gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh
tatanan kehidupan dan praktik politik pada era Orde Baru banyak mengalami
keruntuhan. Bangsa Indonesia ingin menata kembali (reform) tatanan kehidupan
yang berdaulat, aman, adil, dan sejahtera. Tatanan kehidupan yang berjalan pada
era orde baru dianggap tidak mampu memberi kedaulatan dan keadilan pada
rakyat. Namun dalam mencapai terwujudnya reformasi bangsa Indonesia harus
mangalami berbagia dampak, baik dampak sosial, politik, ekonomi, terutama
kemanusiaan. Berbagai gerakan bermunculan yang disertai dengan akibat tragedi
kemanusiaan, yang banyak menelan korban terlebih rakyat kecil yang tidak
berdosa yang mendambakan adanya kehidupan penuh kedamaian ketentraman
serta kesejahteraan.

Banyak sekali tragedi yang melanda bangsa Indonesia akibat dari pergolakan
reformasi, antara lain peristiwa amuk masa diJakarta, Tangerang, Solo, Jawa
Timur, Kalimantan serta daerah lainya. Bahkan tragedi pembersihan etnis juga
terjadi di beberapa daerah, antara lain Dili, Kupang, Ambon, Kalimantan Barat
dan masih banyak lagi daerah lainnya. Dampak yang sangat mencolok adalah
perekonomian semakin memprihatinkan, banyak p[erusahaan maupun perbankan
yang gulung tikar sehingga banyak pekerja atau tenaga kerja potensial di PHK,
jumlah pengangguran meningkat. Yang sangat disayangkan adalah kalangan elit
politik sama sekali tidak menghiraukan jeritan kemanusiaan tersebut.

Namun demikian ada satu yang tersisa dari keterpurukan bangsa Indonseia, yaitu
keyakinan akan nilai yang dimilikinya, yaitu nilai yang berakar dari pandangan
hidup bangsa indonesia yaitu nilai-nilai Pancasila. Jadi reformasi yang dilakukan
bangsa Indonesia adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem
negara dibawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan

56
bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu Pancasila sangat tepat sebagai
paradigma, acuan, kerangka dan tolak ukur gerakan reformasi di Indonesia.

Dengan Pancasila sebagai paradigma reformasi, gerakan reformasi harus


diletakkan dalam kerangka Perspektif sebagai landasan sekaligus sebagai cita-cita.
Sebab tanpa suatu dasar dan tujuan yang jelas reformasi akan mengarah pada
suatu gerakan anarki, kerusuhan, disintegrasi, dan akhirnya mengarah pada
kehancuran bangsa. Reformasi dengan Paradigma Pancasila rincianya sebagai
berikut :

a. Reformasi yang berketuhanan YME, artinya gerakan reformasi berdasarkan


pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan yang baik sebagai
manusia makhluk Tuhan.
b. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan
reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan yang luhurdan sebagai upaya
penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat manusia.
c. Reformasi yang berdasarkan nilai Persatuan. Artinya, gerakan reformasi harus
menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan.
Gerakan reformasi yang menghindarkan diri dari praktik dan perilaku yang dapat
menciptakan perpecahan dan disintegrasi bangsa.
d. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat menempatkan
rakyat sebagai subyek dan pemegang kedaulatan. Gerakan reformasi bertujuan
menuju terciptanya pemerintahan yang demokratis yaitu rakyat sebagai pemegang
kedaulatan.
e. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu demi terwujudnya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Perlu disadari bahwa ketidakadilanlah
penyebab kehancuran suatu bangsa.

57
Oleh karena itu bilamana bangsa Indonesia meletakkan sumber nilai, dasar filosofi
serta sumber norma kepada nilai-nilai tersebut bukanlah suatu keputusan yang
politisi saja melainkan keharusan yang bersumber pada kenyataan obyektif pada
bangsa indonesia sendiri. Perubahan yang dilakukan reformasi dalam berbagai
bidang sering diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan
perubahan terhadap sumbernya itu sendiri. Opleh karena itu reformasi harus
memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform atau landasan yang jelas dan bagi
bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan Paradigma
Reformasi Total tersebut.

1. Gerakan Reformasi

Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini bangsa Indonesia
menghadapi bencana hebat, yaitu krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara
yang mengakibatkan stabilitas politik menjadi goyah. Ditambah dengan adanya
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme pada hampir seluruh instansi serta lembaga
pemerintahan dan penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang para kalangan
pejabat, semakin memperburuk kondisi bangsa Indonesia. Pada sisi lain rakyat
dikelabui dengan berbagai macam program yang mengatasnamakan rakyat,
namun pada kenyataannya hanya menguntungkan pada sekelompok kecil yaitu
para elit ekonomi dan para pejabat, untuk melakukan praktek KKN untuk
kepentingan pribadi.

Pancasila yang seharusnya menjadi sumber nilai dasar moral etik bagi negara dan
aparat pelaksana negara pada kenyataanya digunakan sebagai alat legitimasi

58
politik, semua kebijakan diatas namakan pancasila oleh penguasa, bahkan untuk
kebijakan dan tindakan yang sudah jelas bertentangan dengan nilai pancasila.
Puncak dari peristiwa tersebut ditandai semakin hancurnya perekonomian
nasional, yang mengakibatkan berbagai kegiatan masyarakat yang dipelopori oleh
mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang
menuntut adanya reformasi di segala bidang , terutama bidang politik, ekonomi,
dan hukum.

Sebagai keberhasilan gerakan reformasi tersebut terbukti dengan mundurnya


Presiden Soeharto pada tanggal 21 mei 1998 yang kemudian disusul dilantiknya
wakil presiden Prof. Dr. B.J. Habibie guna menggantikan kedudukan presiden,
kemudian dibentuk kabinet reformasi pembangunan, pemerintahan Habibie inilah
yang mengantarkan masyrakat Indonesia untuk melakukan reformasi secara
menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Dibidang ekonomi juga dilakukan
adnya perubahan yaitu diwujudkanya UU Anti monopoli, UU persaingan sehat,
UU kepailitan, UU usaha kecil, UU bank sentral, UU Perlindungan konsumen,
UU Perlindungan buruh, dan lain sebagainya (Nopiri,1998 ; 1)

Reformasi juga dilakukan pada kelembagaan tertinggi, yaitu susunan DPR, dan
MPR yang dengan sendirinya dilakukan melalui Pemilu secepatnya dan diawali
dengan pengubahan :
a. UU tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD (UU no. 16/1969
jis. UU no. 2/1985)
b. UU tentang partai politik dan golongan karya (UU no. 3/1975, jo. UU no.
3/1985
c. UU tentang Pemilihan Umum (UU no.16/1969 Jis UU no. 4/1975, UU no.
2/1980, dan UU no. 1/1985)

Reformasi UU politik diatas diharapkan mampu mewujudkan iklim politik yang


demokratis sesuai dengan kehendak pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa kedaulatan
adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR (mardjono.1998:57)

59
a. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Makna reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dengan akar
kata reform yang secara semantik bermakna make or become better by
removing or putting right what is bad or wrong (oxford advanced learneds
divtionary of current english,1980, dalam wibisono,1998;1)sedangkan secara
harfiah reformasi memiiliki makna suatu gerakan untuk memformat ulang hal-hal
yang menyimpang untuk dikembalikan pada bentuk yang sesuai dengan nilai-nilai
ideal yg dicita-citakan oleh rakyat (riswanda, 1998). Maka dari itu, suatu gerakan
reformasi harus memiliki kndisi syarat2 sebagai berikut:
1. Adanya suatu penyimpangan-penyimpangan.
2. Reformasi harus dilakukan dgn suatu cita-cita yang jelas (landasan ideologis)
tertentu, yaitu Pancasila sebagai landasanya.
3. Reformasi dilakukan harus berdasar pada suatu kerangka struktural
tertentu,yaitu UUD sebagai acuan.
4. Reformasi dilakukan untuk suatu perubahan ke arah yang lebih baik.
5. Reformasi dilakukan atas dasar moral dan etika sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, Serta terjaminya persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi

Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa indonesia dalam perjalanan
sejarah ternyata tidak diletakkan dalam kedudukan dan fungsi yang sebenarnya.
Sejak Orde Lama banyak sekali hal-hal yang menyimpang, sebagai contoh
nasakom, presiden seumur hidup serta praktek kekuasaan diktator. Maka dari itu
dgn adanya reformasi akan sangat diharapkan adanya perubahan yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila yang berkedudukan sebagai landasan cita-cita dan
ideologi (hamengkubuwono x, 1998/8). Reformasi dalam perspektif pancasila
pada hakikatnya harus berdasar pada nilai-nilai Ketuhanan YME, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan indonesia,berkerakyatan yang dipimpin oleh

60
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia.

Dalam perspektif pancasila gerakan reformasi sebagai suatu upaya untuk menata
ulang dengan melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi kedinamisan dan
keterbukaan pancasila dalam kebijaksanaan dan penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai sumber nilai yang memiliki sifat reformatif,artinya memiliki
aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika
aspirasi rakyat. Dalam mengantisipasi perkembangan zaman dengan menata
kembali kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat tanpa merubah
nilai esentialnya, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan.

2. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum

Dalam proses rformasi sudah seharusnya dilakukan adanya perubahan terhadap


perundang-undangan. Hal ini berdasar pada adanya kenyataan setelah peristiwa 21
mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah satu subsistem yang
dampaknya sangat parah adalah dibidang hukum. Subsistem hukum tidak mampu
menjadi pelindung bagi kepentingan masyarakat dan cenderung bersifat imperatif
bagi penyelenggara pemerintah. Jadi untuk melakukan adanya reformasi harus
memiliki dasar, landasan serta sumber nilai yang terkandung dalam pancasila
yang merupakan dasar cita2 reformasi.

a. Pancasila sebagai sumber nilai perubahan hukum

Dalam negara indonesia staatsfundamentalnorm ny adalah Pancasila, yang


artinya Pancasila merupakan pokok kaidah sumber hukum positif. Dalam
pengertian inilah maka Pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum terutama
yang berkaitan dengan berbagai macam upaya perubahan hukum. Maka dari itu

61
supaya hukum berfungsi sebagai pelayanan kebutuhan masyarakat, harus
senantiasa diperbaharui agar tetap sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan
pembaharuan tersebut harus tetap meletakkan Pancasila sebagai kerangka pikir,
sumber norma, dan sumber nilai-nilainya.

Sebagai paradigma dalam pembaharuan tatana hukum pancasila dipandang


sebagai cia-cita hukum, dan sebagai cita-cita hukum Pancasila dapat memenuhi
fungsi konstitutif maupun fungsi regulatif. Sebagai fungsi konstitutif Pancasila
menentukan dasar suatu tatanan hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum
itu sendiri, sehingga hukum sangat bergantung pada dasar-dasar yang diberikan
oleh nilai-nilai Pancasila. Begitu pula dengan fungsi regulatif, Pancasila
menetukan apakah suatu hukum positif itu sebagai produk yang adil atau tidak.
Sebagai staatsfundamentalnorm pancasila merupakan pangkal sumber penjabaran
dari tertib hukum di indonesia termasuk juga UUD 1945. Dalam pengertian inilah
istlah ilmu hukum disebut sumber dari segala peraturan perundang-undangan di
indonesia (mahfud, 1999;59). Sumber hukum meliputi dua macam pengertian ;
1. Sumber Hukum Formal, yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara
penyusunan hukum yang bersifat mengikat terhadap komunitasnya, misalnya
Undang-undang, perda dll.
2. Sumber materila hukum, yaitu sumber hukum yang menentukan materi atau isi
suatu norma hukum (Darmodihardjo, 1996:206)

Selain sumber nilai yang terkandung dalam Pancasila reformasi dan pembaharuan
hukum juga bersumber pada kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat
terutama dalam wujud aspirasi yg dikehendakinya. Menurut Johan Galtung suatu
perubahan serta pengembangan secara ilmiah harus mempertimbangkan tiga
unsur, yaitu nilai, teori (norma), fakta atau realitas empiris (Galtung,1980:30-33).
Dengan demikian maka upaya untuk terwujudnya suatu reformasi hukum akan
mampu mengantarkan manusia ke tingkatan harkat dan martabat yang lebih
tinggi, sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab.

62
b. Dasar Yuridis Reformasi Hukum

Dalam upaya reformasi telah banyak dilontarkan berbagai macam pendapat


tentang aspek-aspek yang dapat dilakukan dalam perubahan hukum di Indonesia,
bahkan semakin banyak bermunculan usulan tentang amandemen atau perubahan
secara menyeluruh terhadap Pasal-pasal UUD 1945, namun harus dipahami secara
obyektif, apabila terjadi suatu amandemen terhadap seluruh pasal UUD 1945,
maka tidak terjadi pula perubahan terhadap Pembukaan UUD 1945, karena
pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental,
sebagai sumber positif, memuat Pancasila sebagai dasar filsafat negara yang
melekat pada kelangsungan hidup negara proklamasi 17 agustus 1945. Oleh
karena itu apabila ada perubahan pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan
menghilangkan eksistensi bangsa dan negara Indonesia, atau sama halnya dengan
pembubaran negara Indonesia.

Dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah Tap


no.XX/MPRS/1996, yang menyatakan Panacasila adalah sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta proses
penegakan hukum harus selalu bersumber pada niali-nilai yang terkandung dalam
pancasila, dan secar eksplisit dirinci tata urutan peraturan perundang-undangan di
Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Ada beberapa macam produk
peraturan perundang-undangan yang telah dihasilkan dalam reformasi hukum,
antara lain undang-undang politik tahun 1999, yaitu UU no.2 tahun 1999, tentang
partai politik, UU no.3 tahun 1999, tentang Pemilu, dan UU no.4 tahun 1999
tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, Dan DPRD, kemudian UU pokok
Pers yang diharapkan menghasilkan pers yang bebas dan demokratis, lalu UU
otonomi daerah yang meliputi UU no.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah,
UU no. 25 tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah, dan UU no.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang
bersih dan bebas dari KKN.

63
Demikian juga terjadi pada tingkatan ketetapan MPR yang telah dilakukan
reformasi hukum melalui sidang istimewa MPR pada bulan November 1998 yang
menghasilkan berbagai macam ketetapan antara lain Tap No. VII/MPR/1998
tentang pencabutan referendum, karena dianggap menghambat demokrasi, Tap
No. IX/MPR/1998 tentang GBHN yang tidak mungkin dilaksanakan karena krisis
ekonomi serta politik, Tap no. X/MPR/1998 tentang poko-pokok reformasi
pembangunan, Tap no. XI/MPR/1998 tentang negara yang bebas KKN, Tap No.
XIII/MPR/1998 tentang masa jabatan presiden , Tap No. XIV/MPR/1998 tentang
Pemilu Tahun 1999, Tap No. XV/MPR/1998 tentang otonomi daerah dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah, Tap No. XVI/MPR/1998 tentang
Demokrasi Ekonomi, Tap No. XVII/MPR/1998 tentang Hak asasi manusia, serta
Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan P4, serta berbagai macam
peraturan perundang-undangan lainya.

c. Pancasila sebagai Paragidma Reformasi Pelaksanaan Hukum

Dalam Era reformasi pelaksanaan hukum harus didasarkan pada suatu nilai
sebagai landasan operasionalnya guna mencapai tujuan daripada reformasi itu
sendiri yaitu melindungi bangsa dan seluruh tumpah darah. Pelaksanaan hukum
pada masa reformasi ini harus benar-benar dapat mewujudkan negara demokratis
dengan suatu supremasi hukum, yang artinya pelaksanaan hukum harus mampu
mwujudkan jamina atas terwujudnya keadilan (sila V) dalam suatu negara yaitu
keseimbangan antara hak dan kewajiban setipa warga negara, tanpa memandang
pangkat, jabatan ataupun golongan maupun agama. Konsekuensi dari pelaksanaan
hukum aparat penegak hukum terutama pihak kejaksaan adalah sebagai ujung
tombaknya sehingga harus benar-benar bersih dari praktek KKN.

3. Pancasila sebagai Paradigma reformasi politik

Landasan aksiologi (sumber nilai) bagi sistem politik Indonesia adalah


sebagaimana terkandung dalam Deklarasi Bangsa Indonesia yaitu pembukaan

64
UUD 1945 alinea IV yang berbunyi ..maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai
demokrasi politik yang terkandung dalam Pancasila merupakan fondasi bangunan
negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataanya tidak
dilaksanakan berdasarkan suasana kerokhanian berdasarkan nilai-nilai tersebut,
dan pada realisasinya baik pada masa orde lama maupun orde baru negara lebih
mengarah pada praktek otoritarianisme yang mengarah pada porsi kekuasaan yang
terbesar kepada presiden. Nilai demokrasi politik tersebut secara normatif terjabar
dalam pasal-pasal UUD 1945 yaitu pasal 1 ayat 2 menyatakan :
kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan rakyat
Pasal 2 ayat 2 menyatakan,
Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota dewan
paerwakilan rakyat, ditambah utusan dari daerah dan golongan menurut aturan
yang ditetapkan dengan undang-undang
Pasal 5 ayat 1 menyatakan,
Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 6 ayat 2 menyatakan,
Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
dengan suara terbanyak
Adapun esensi dari pasal-pasal tersebut berdasarkan UUD 1945 adalah :
a. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara
b. Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh MPR
c. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, dan bertanggung jawab kepada
MPR

65
d. Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh presiden baik sendiri maupun
bersama dengan lembaga lain, kekuatanya berada dibawah MPR atau produk-
produknya.

Perlu diketahui pula bahwa rakyat adalah asal mula kekuatan negara, oleh sebab
itu paradigma ini merupakan dasar pijak dalam reformasi politik. Dan reformasi
politik atas sistem politik harus melalui Undang-undang yang mengatur sistem
politik tersebut, dengan tetap mendasarkan pada paradigma nilai-nilai kerakyatan
sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

Susunan Keanggotaan MPR

Untuk melakukan suatu perubahan terhadap susunan keanggotaan MPR, DPR dan
DPRD , terlebih dahulu harus melakukan reformasi terhadap peraturan
perundang-undangan yang merupakan dasar acuan penyusunan keanggotaan MPR
DPR. Susunan MPR yang termuat dalam Undang-undang politik no.2/1985
dianggap tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila bahwa kedaulatan adalah
ditangan rakyat seperti yang tertuang dalam semangat UUD 1945. maka dari itu
rakyat bertekad melakukan reformasi dengan mengubah sistem politik tersebut
melalui sidang istimewa MPR tahun 1998 yang kemudian dituangkan dalam UU
Politik tahun 1999, adapun perubahan yang telah dilakukan antara lain pasal 2
ayat 2 yang menyatakan bahwa :
* Jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang
* Jumlah anggota DPR hasil Pemilu sebanyak 500 orang
* Utusan Daerah sebanyak 135 orang, yaitu 5 orang dari setiap Daerah Tingkat 1
* Utusan Golongan sebanyak 65 orang
Kemudian perubahan yang mendasar berikutnya pasal 2 ayat 3 yaitu utusan
daerah dipilih oleh DPR. Dan DPR dipilih berdasarkan hasil pemilu yang bersifat
demokratis.

Susunan Keanggotaan DPR

66
Perubahan keanggotaan DPR tertuang dalam UU no.4 pasal 11 adalah sebagai
berikut :
Pasal 4 ayat 2 menyatakan keanggotaan DPR terdiri atas,
a. anggota partai politik hasil pemilu
b. anggota ABRI yang diangkat
Pasal 11 ayat 3 menjelaskan,
a. anggota partai hasil pemilu sebanyak 462 orang
b. anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang
namun berkaitan dengan keanggotaan ABRI di DPR masih ada sebagian
masyarakat yang menolak, akhirnya berdasarkan sidang istimewa MPR tahun
1998 anggota ABRI dikurangi secara bertahap. hal ini berdasar pada pertimbangan
dan hasil musyawarah masih perlu partisipasi ABRI dalam sistem demokrasi demi
persatuan dan kesatuan bangsa.

- Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat 1

Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat I yang tertuang dalam UU Politik no.4


tahun 1999, sebagai berikut :
a. Pasal 18 ayat 1 bahwa pengisian anggota DPRD Tingkat I dilakukan melalui
Pemilu dan pengangkatan
b.Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa DPRD I terdiri atas anggota partai politik
hasil pemilihan umum, dan anggota ABRI yang diangkat
c. Pasal 18 ayat 3 menyatakan jumlah anggota DPRD I ditetapkan sekurang-
kurangnya 45 orang dan sebanyak-banyaknya 100 orang
termasuk 10% anggota ABRI yang diangkat.

- Susunan Keanggotaan DPRD II

Susunan keanggotaan DPRD II yang tertuang dalam UU Politik No. 4 Tahun 1999
adalah :

67
a. Pasal 25 ayat 1, menyatakan pengisian anggota DPRD II dilakukan berdasar
pada hasil Pemilu dan pengangkatan
b. Pasal 25 ayat 2 menyatakan, DRPD II terdiri atas anggota partai politik hasil
Pemilu, dan anggota ABRI yang diangkat
c. Pasal 25 ayat 3 menyatakan, jumlah anggota DPRD II ditetapkan sekurang-
kurangnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 45 orang termasuk 10% anggota
ABRI yang diangkat

Demikian perubahan atas UU tentang susunan Anggota MPR, DPR, dan DPRD
yang diharapkan mencerminkan nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam
sila keempat Pancasila yang merupakan Paradigma demokrasi.

- Reformasi Partai Politik

Dalam UU Politik no.3 tahun 1975, Jo UU No.3 tahun 1985 ditentukan bahwa
partai politik dan golongan karya hanya meliputi 3 macam, yaitu, Partai Persatuan
Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia, ketentuan ini
tidak mencerminkan nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam sila keempat
Pancasila, dan tidak sesuai pula dengan semangat UUD 1945 pasal 28, serta
hakikat nilai Pancasila yang bermakna keaneka ragaman akan tetapi tetap satu
kesatuan. Dalam mengatur adanya partai politik tertuang dalam UU no.2 tahun
1999 tentang partai politik yang lebih demokratis dan memberikan kebebasan
serta keleluasaan untuk menyalurkan aspirasinya. Adapun ketentuanya adalh
sebagai berikut:
a. Pancasila sebagai dasar negara dari NKRI dalam anggaran dasar partai
b. Asas atau ciri, aspirasi dan program partai politik tidak bertentangan dengan
pancasila
c. Keanggotaan partai politik bersifat terbuka untuk setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah mempunyai hak pilih

68
d. Partai politik tidak boleh menggunakan nama atau lambang yang sama dengan
lambang negara asing, bendera kesatuan RI sang merah putih, bendera negara
asing gambar perorangan dan nama serta lambang partai lain yang telah ada.

Atas ketentuan UU tersebut maka semakin banyak partai-partai politik baru yang
hingga saat ini mencapai 114 partai politik, namun pada kenyataanya, yang
memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu hanya 48 partai politik. Dan partai
itulah yang ikut dalam pemilu tahun 1999. dalam pelaksanaan pemilu juga
dilakukan adanya perubahan yang diatur dalam UU no. 3 tahun 1999 tentang
pemilu, yang berisi tentang kejujuran, keadilan, langsung, umum, bebas, dan
rahasia. Dan untuk penyelenggaraan pemilu dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) yang bebas dan mandiri, yang terdiri atas unsur-unsur partai politik
peserta pemilu dan unsur pemerintah yang bertanggung jawab terhadap Presiden.
Dengan adanya ketentuan UU tersebut sistemik pelaksanaan Pemilu tahun 1999
akan bersifat demokratis, bahkan ditambah dengan adanya kebebasan untuk
membentuk pemantau Pemilu baik dari dalam maupun luar negeri.

b. Reformasi atas Kehidupan Politik

Untuk mencapai kehidupan politik yang benar-benar demokratis maka harus


dilakukan dengan cara Revitalisasi politik yaitu dengan mengembalikan Pancasila
pada kedudukan serta fungsi yang sebenarnya seperti yang tertuang pada UUD
1945.

69

Anda mungkin juga menyukai