Anda di halaman 1dari 11

KISI-KISI PENDIDIKAN PANCASILA

1. Baca tentang Landasan Pendidikan Pancasila mulai dari Historis


Kultural,Yuridis maupun Filosofis

A. LANDASAN HISTORIS

Berdasarkan dari landasan historis, Pancasila dirumuskan serta memiliki suatu tujuan
yang digunakan sebagai Dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya tersebut juga
diambil dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat.

Setiap bangsa tentu memiliki ideologi dan pandangan hidupnya masing-masing, alias
berbeda (tidaklah sama) yang mana diambil dari nilai-nilai yang hidup serta
berkembang di dalam bangsa itu sendiri. Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang
memang sudah tumbuh serta berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia.

Oleh para pendiri bangsa kita, dirumuskanlah dengan sederhana, namun memiliki arti
yang begitu mendalam yang mana mampu meliputi sebanyak 5 (lima) prinsip (sila)
yang diberi nama dengan Pancasila. Negara Indonesia merancang Dasar Negara yang
justru bersumber pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang di dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Nama Pancasila itu sendiri diberikan oleh salah seorang penggagasnya, yakni Ir.
Soekarno yang ada pada pidatonya, tepat pada tanggal 1 Juni 1945, dalam
persidangan Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang menjadi saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa.

Kesimpulan : Landasan historis memiliki arti Pancasila yang didasarkan pada sejarah
bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai Pancasila yang berhasil didapat itu berasal
dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia tak akan pernah bisa
dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila.
B.

LANDASAN KULTURAL

Pancasila menjadi salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus bisa
diwariskan kepada generasi penerus atau generasi selanjutnya. Secara kultural, unsur
unsur Pancasila itu terdapat dalam adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan, kesenian,
agama, kepercayaan dan kebudayaan dalam negara Indonesia secara umum.

Pandangan hidup dari suatu bangsa merupakan salah satu hal yang memang tak boleh
dipisahkan dengan kehidupan dari bangsa itu sendiri.

Suatu bangsa yang tak memiliki pandangan hidup merupakan bangsa yang memang
tak memiliki kepribadian serta jati diri, sehingga bangsa tersebut menjadi mudah
terombang-ambing dari berbagai macam pengaruh yang berkembang dari luar
negerinya.

Pancasila di sini memiliki sifat yang terbuka, sehingga bisa mengadaptasikan dirinya
dengan dan terhadap perkembangan zaman, di samping mempunyai dinamika internal
secara selektif dalam proses adaptasi yang dilakukan.

Dengan inilah, generasi penerus bangsa mampu memperkaya nilai-nilai Pancasila,


sesuai dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya
terutama dalam meraih suatu bentuk keunggulan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi) tanpa harus kehilangan jati dirinya.

Nilai-nilai kenegaraan dan nilai-nilai kemasyarakatan yang terkandung di dalam sila


sila Pancasila bukan hanya menjadi suatu hasil konseptual seseorang saja, melainkan
menjadi suatu hasil karya yang besar milik bangsa Indonesia itu sendiri, yang
diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan melalui
proses refleksi filosofis pada pendiri negara seperti Ir. Soekarno, M. Yamin, M.
Hatta, Soepomo, serta para tokoh pendiri negara yang lainnya.

Kesimpulan : Landasan kultural adalah Pancasila yang didasarkan pada nilai-nilai


budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Maka dari itu, di sinilah peran
penting dari generasi penerus bangsa, terutama pada kalangan intelektual kampus,
beserta dengan seluruh lapisan masyarakat yang memang sudah seharusnya bisa
C.

mendalami secara dinamis dalam arti mengembangkannya lebih dalam lagi di era
yang sudah kian modern ini.
LANDASAN YURIDIS

Landasan yuridis ini merupakan landasan yang berdasar atas aturan yang dibaut
setelah melalui perundingan dan permusyawarahan. Alinea ke-4 dalam Pembukaan
UUD 1945 yang menjadi landasan yuridis konstitusional antara lain yang ada di
dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang
sah, benar serta otentik, sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Batang tubuh UUD 1945 itu juga menjadi landasan yuridis konstitusional karena
dasar negara yang ada pada Pembukaan UUD 1945 dijabarkan menjadi lebih lanjut
dan lebih terperinci pada pasal-pasal dan ayat-ayat yang ada di dalam Batang Tubuh
UUD 1945 itu.

Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila yang ada di Perguruan


Tinggi sudah diatur dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 39 yang menyatakan, isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan.

Kesimpulan : Landasan yuridis adalah penyelenggaraan Pendidikan Pancasila yang


didasarkan dalam Perguruan Tinggi yang didasarkan di ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku di Indonesia.
D.

LANDASAN FILOSOFIS

Landasan filosofis bersumber dari adanya pandangan-pandangan di dalam filsafat


pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan mengenai
adanya sumber nilai, hakikat pengetahuan dan mengenai kehidupan yang lebih baik
dijalankan.

Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan suatu negara merupakan


bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, yang mana hal ini berdasar dari
kenyataan objektif jika manusia itu merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Syarat mutlak dari suatu negara ialah dengan adanya persatuan yang terwujud sebagai
rakyat (yang menjadi unsur pokok suatu negara), sehingga secara filosofis negara
berpersatuan dan berkerakyatan konsekuensinya rakyat menjadi dasar ontologism
demokrasi, karena memang rakyat ialah asal mula kekuasaan negara atas dasar
pengertian filosofis itulah maka dalam hidup bernegara, nilai Pancasila menjadi dasar
filsafat negara.

Konsekuensi dalam berbagai macam aspek penyelenggaraan negara haruslah


bersumber dari nilai-nilai Pancasila, termasuk itu pada sistem peraturan
perundangundangan yang ada di Indonesia.

Maka dari itu, realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi yang terjadi
dewasa ini menjadi suatu bentuk keharusan jika memang Pancasila menjadi salah satu
sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan baik itu di dalam pembangunan nasional,
ekonomi, sosial budaya, politik, hukum, hingga pertahanan dan keamanan.

Kesimpulan : Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar filsafat negara, maka dalam aspek
penyelenggaraannya, negara harus bersumber terhadap nilai-nilai Pancasila termasuk
juga dalam sistem perundang-undangan yang ada di Indonesia.
E.
2. Pengertian Pancasila, Tujuan mempelajari Pancasila di pt, relevansinya dengan
jurusan

Pendidikan Pancasila adalah suatu usaha sadar, yang terencana dan terarah,melalui
pendidikan formal, untuk mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mencerna nilai-nilai
Pancasila melalui akalnya, dan menumbuhkan rasionalitas sesuai dengan kemampuan,
sehingga mereka mencapai perkembangan penalaran moral seoptimal mungkin yang
dijiwai Pancasila.

Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah melahirkan mahasiswa yang


dapat memiliki pengetahuan dan memahami landasan dan tujuan Pendidikan
Pancasila. Selain itu agar mahasiswa mampu menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai
Paradigma dalam kehidupan kekaryaan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan, sehingga memperluas cakrawala pemikirannya, menumbuhkan sikap
demokratis pada mereka dalam mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Dengan demikian pembinaan dan pengembangan kepribadian mahasiswa
yang berkarakter kebangsaan juga menjadi perhatian dan fokus kajian Pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi demi terciptanya komunitas masyarakat Indonesia yang
bersaudara.

Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk


mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada
merupakan rangkaian konsep, program, tata cara, dan usaha untuk mewujudkan
tujuan nasional yang diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian,
tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari upaya
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Secara spesifik tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah:


1. Memperkuat implementasi Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi
bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasa kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (living Pancasila)

3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap


berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui
sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI tahun 1945.

4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai


ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal bangsa Indonesia.

Relavansinya : Mahasiswa dilatih untuk memiliki nilai – nilai Pancasila. Nilai – nilai
pengembangan diri yang terkait dengan hubungan intra- dan inter-personal dapat
dicapai melalui pendidikan Pancasila, yang memiliki tujuan untuk pengembangan
martabat dan integritas.

3. Sejarah Perumusan Pancasila beserta Pemikiran Para Tokoh


1. Mohammad Yamin, Mohammad Yamin lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Karirnya berawal saat bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond. Moh
Yamin juga terlibat menyusun ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan dalam
Kongres Pemuda II. Ia turut pula berperan dalam menetapkan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Pada 1945, Moh Yamin terpilih sebagai anggota Badan
Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang
BPUPKI, Moh Yamin menjelaskan gagasannya. Gagasan dasar negara yang
diutarakan Moh Yamin ada lima, di antaranya perikemanusiaan, periketuhanan,
perikerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Selain gagasan secara lisan, ia juga
menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar negara. Rancangan yang
diajukan Yamin adalah Ketuhanan Yang Maha Esa; kebangsaan persatuan
Indonesia; rasa kemanusiaan yang adil dan beradab; kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Dr Soepomo, Dr. Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah. Karena berasal dari
keluarga priyayi, ia mendapatkan kesempatan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Pendidikannya diawali di di ELS (Europeesche Lagere School) di Boyolali
(1917), MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Solo (1920), dan
menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool di
Batavia pada tahun 1923. Pada sidang BPUPKI 31 Mei 1945, giliran Soepomo
yang mengungkapkan rancangannya soal dasar negara. Rancangan versi Soepomo
meilputi persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, dan
keadilan rakyat.

3. Ir Soekarno, Ir Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur. Soekarno menempuh


pendidikan di Eerste Inlandse School, sekolah tempat ayahnya bekerja. Pada Juni
1911, Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk
memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS). Pada 1915, Soekarno
telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di
Surabaya, Jawa Timur Pemikiran dan perjuangannya ketika berada di Surabaya
terasah oleh HOS Cokroaminoto. Di sana, Soekarno banyak bertemu dengan
tokoh Sarekat Islam, kemudian tergabung dalam Tri Koro Dharmo dan Budi
Utomo.

Soekarno juga tercatat sebagai anggota BPUPKI. Saat sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Ir
Soekarno menyampaikan pidato dan mengemukakan gagasan mengenai dasar negara
yang terdiri dari 5 butir. Gagasan Soekarno yaitu kebangsaan Indonesia,
internasionalisme dan perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial,
dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada akhir pidatonya, Soekarno menamakan gagasan
tersebut dengan Pancasila. Panca yang berarti lima, dan sila yang berarti prinsip.
4. Pancasila sebagai dasar Negara, buktinya sebagai dasar negara, hubungan
pancasila dengan proklamasi dan pembukaan UUD 1945

Pancasila diperkenalkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila berasal
dari Bahasa Sansekerta, yakni Panca dan Sila. Panca berarti lima, dan Sila berarti
asas. Pancasila berarti sebuah rumusan berisi 5 asas yang digunakan oleh Bangsa
Indonesia untuk pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai Dasar Negara Indonesia, Pancasila memiliki kekuatan untuk mengatur


penyelenggaraan aparatur negara yang sesuai dengan pembukaan UUD 1945, juga
berfungsi sebagai ideologi yang memiliki nilai-nilai penting didalamnya

Hubungan Proklamasi dan Pembukaan UUD 1945 Dikutip dari situs resmi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pembukaan UUD 1945 juga merupakan
perincian cita-cita luhur proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Proklamasi
Kemerdekaan merupakan suatu "Proclamation of Independence", sedangkan

Pembukaan UUD 1945 adalah "Declaration of Independence". Pembukaan UUD 1945


adalah pernyataan kemerdekaan yang mengandung cita-cita luhur dari pada
proklamasi kemerdekaan. Mengubah pembukaan UUD 1945 berarti pembubaran
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembukaan UUD 1945 adalah
deklarasi kemerdekaan Indonesia yang memuat cita-cita luhur dari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Proklamasi tidak akan mempunyai arti tanpa deklarasi sebab
tujuan proklamasi menjadi semata-mata hanya kemerdekaan. Sebaliknya, deklarasi
baru mempunyai arti dengan adanya proklamasi yang melahirkan kemerdekaan
sebagai sumber hukum terbentuknya NKRI. Baca juga: Arti dan Makna Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia ialah titik
kulminasi perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Perjuangan
bukan hasil angkatan 45 saja, tetapi didahului para pejuang sebelumnya. Perjuangan
ialah proses estafet yang berkesinambungan. Keadaan ini didukung dalam alinea
kedua Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "...Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat
sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur". Hubungan
proklamasi kemerdekaan dengan pembukaan UUD 1945 dapat dilihat dari penyataan
kemerdekaan yang dijabarkan lebih lanjut dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu: Pada
alinea pertama pembukaan UUD 1945 berisi alasan pernyataan proklamasi
kemerdekaan. Bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Pada alinea kedua berisi perjuangan
untuk kemerdekaan. Diuraikan juga kebanggaan dan kehormatan terhadap perjuangan
dan adanya kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak bisa dipisahkan dari keadaan
sebelumnya. Pada alinea ketiga menjelasakan adanya motivasi moril dan motivasi
material bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya. Hubungan
Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
mempunyai korelasi jelas. Yaitu mengandung arti bahwa sejak tanggal 17 Agustus
1945 secara resmi bangsa dan negara Indonesia berdiri sendiri, terbebas dari belenggu
penjajah bangsa asing. Dengan demikian, sejak saat itu bangsa dan negara Indonesia
tidak terikat oleh pengaruh kekuasaan bangsa dan negara mana pun di dunia. Serta
berkedudukan sederajat dengan negara-negara di dunia.

5. Pengertian Ideologi, Sifat ideologi dan Tantangan Ideologi Pancasila

A. Pengertian Ideologi

Ideologi merupakan gabungan dari bahasa Yunani “ideos” dan “logos” yang berarti
tujuan, cita-cita, sudut pandang, pemikiran dan pengetahuan. Ideologi merupakan
seperangkat ide atau keyakinan yang menentukan cara pandang seseorang untuk
mencapai tujuan dengan berdasar kepada pengetahuan.

Dari penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa “ideologi pancasila merupakan
kumpulan nilai dan norma yang menjadi landasan keyakinan dan cara berpikir untuk
mencapai tujuan dengan berdasar kepada lima sila dalam pancasila”.

Sehingga negara yang memiliki ideologi pancasila juga memiliki sebuah dasar negara
yang berdasarkan pancasila. Dasar negara menjadi sebuah tatanan untuk mengatur
penyelenggaraan negara serta menjadi pedoman hidup bernegara.
B. Sifat Ideologi

Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi
fleksibilitas.

• Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga
mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik
mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.

• Dimensi Idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila bukan
saja memenuhi dimensi idealisme ini, melainkan juga berkaitan dengan dimensi
realitas.

• Dimensi Fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara, dan


memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu se hingga bersifat dinamis dan
demokratis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat
relevansinya dari masa ke masa.

Tantangan ideologi Pancasila pertama yang menjadi tantangan itu adalah


manusiamanusia atau masyarakat yang apatis terhadap ideologi Pancasila ini sendiri
dan tidak mengagungkan poin-poin dari Pancasila ini sendiri, jika masyarakat
mengagungkan poin 1-5. Logikanya ideologi ini itu pasti bertahan di terpaan ideologi-
ideologi yang lain. Contohnya seperti ideologi komunis liberalis dan yang lain-lain.
Nah Komunis dulu masuknya karena hasutan dan segala macam. Otomatis mereka
tuh menggoyahkan bisa dikatakan iman atau keyakinan terhadap ideologi Pancasila.
Nah jadi balik lagi ke masyarakatnya kalau masyarakatnya memang memahami betul
nilainilai dari poin 1-5 dan juga mengaplikasikan ke dalam hidupnya otomatis
Pancasila bertahanlah dari terpaan atau serangan ideologi lain.

Secara logika juga memang pada awalnya tidak akan terbiasa tetapi dari tidak biasa
itu dibiasakan sudah dibiasakan dia jadi hobi sudah dan menjadi hobi . Jadilah
kebudayaan yang mana kebudayaan kita melestarikan Pancasila dengan
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai