Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

“ LANDASAN HISTORIS, LANDASAN KULTURAL, LANDASAN YURIDIS, LANDASAN FILOSOFIS “

BERNADETH LOURENZA MEGA PANGEMANAN


Semester 1
Program Studi Manajemen

STIE PIONEER Manado


2020
1. Landasan Historis
Berdasarkan dari landasan historis, Pancasila dirumuskan serta memiliki suatu tujuan
yang digunakan sebagai Dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya tersebut
juga diambil dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat. Setiap bangsa tentu
memiliki ideologi dan pandangan hidupnya masing-masing, alias berbeda (tidaklah
sama) yang mana diambil dari nilai-nilai yang hidup serta berkembang di dalam
bangsa itu sendiri. Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang memang sudah
tumbuh serta berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia.
Oleh para pendiri bangsa kita, dirumuskanlah dengan sederhana, namun memiliki
arti yang begitu mendalam yang mana mampu meliputi sebanyak 5 prinsip (sila) yang
diberi nama dengan Pancasila. Negara Indonesia merancang Dasar Negara yang
justru bersumber pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang di
dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Nama Pancasila itu sendiri diberikan oleh salah seorang penggagasnya, yakni Ir.
Soekarno yang ada pada pidatonya, tepat pada tanggal 1 Juni 1945, dalam
persidangan Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang menjadi saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa.
Pancasila adalah "warisan genius " para pendiri bangsa. Pancasila merupakan fakta
sejarah sebagian bagian dari proses berbangsa dan bernegara Indonesia. Pancasila
dalam hasil sejarah yang sangat berharga sehingga kita mampu bersepakat
mendirikan dan mempertahankan Negara kesatuan republik Indonesia sampai
dengan saat ini. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan UUD
dan UUD bagi Negara Republik Indonesia.  Dengan ditetapkannya pembukaan UUD
yang di dalamnya  memuat lima dasar Negara, maka Pancasila secara resmi menjadi
Dasar  Negara Republik Indonesia.

2. Landasan Kultural
Pancasila menjadi salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus bisa
diwariskan kepada generasi penerus atau generasi selanjutnya. Secara kultural,
unsur-unsur Pancasila itu terdapat dalam adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan,
kesenian, agama, kepercayaan dan kebudayaan dalam negara Indonesia secara
umum.
Pandangan hidup dari suatu bangsa merupakan salah satu hal yang memang tak
boleh dipisahkan dengan kehidupan dari bangsa itu sendiri. Suatu bangsa yang tak
memiliki pandangan hidup merupakan bangsa yang memang tak memiliki
kepribadian serta jati diri, sehingga bangsa tersebut menjadi mudah terombang-
ambing dari berbagai macam pengaruh yang berkembang dari luar negerinya.
Pancasila di sini memiliki sifat yang terbuka, sehingga bisa mengadaptasikan dirinya
dengan dan terhadap perkembangan zaman, di samping mempunyai dinamika
internal secara selektif dalam proses adaptasi yang dilakukan. Dengan inilah,
generasi penerus bangsa mampu memperkaya nilai-nilai Pancasila, sesuai dengan
tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya terutama dalam
meraih suatu bentuk keunggulan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) tanpa
harus kehilangan jati dirinya.
Nilai-nilai kenegaraan dan nilai-nilai kemasyarakatan yang terkandung di dalam sila-
sila Pancasila bukan hanya menjadi suatu hasil konseptual seseorang saja, melainkan
menjadi suatu hasil karya yang besar milik bangsa Indonesia itu sendiri, yang
diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan melalui
proses refleksi filosofis pada pendiri negara seperti Ir. Soekarno, M. Yamin, M. Hatta,
Soepomo, serta para tokoh pendiri negara yang lainnya. Maka dari itu, generasi
penerus atau generasi selanjutnya, terutama dalam kalangan intelektual kampus ini
sudah seharusnya bisa mendalami serta mengkaji karya besar itu dalam upaya guna
melestarikan secara dinamis dalam artian untuk mengembangkannya sesuai dengan
tuntutan zaman.
Nilai-nilai Pancasila yang merupakan lokal wisdom bangsa dan realitas objektif dalam
diri bangsa Indonesia. Selain itu, Pancasila juga telah menjadi living reality bagi
bangsa Indonesia. Bangsa yang besar ialah bangsa yang peduli akan pewarisan
budaya luhur bangsanya. Oleh karena itu, perlu ada upaya pewarisan nilai-nilai
falsafah Pancasila melalui pendidikan Pancasila. Pendidikan Pancasila merupakan
proses pembudayaan atau pewarisan budaya luhur bangsa dari generasi tua kepada
generasi muda bangsa.

3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis ini merupakan landasan yang berdasar atas aturan yang dibaut
setelah melalui perundingan dan permusyawaratan. Alinea ke-4 dalam Pembukaan
UUD 1945 yang menjadi landasan yuridis konstitusional antara lain yang ada di
dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara
yang sah, benar serta autentik, sebagai berikut :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Batang tubuh UUD 1945 itu juga menjadi landasan yuridis konstitusional karena
dasar negara yang ada pada Pembukaan UUD 1945 dijabarkan menjadi lebih lanjut
dan lebih terperinci pada pasal-pasal dan ayat-ayat yang ada di dalam Batang Tubuh
UUD 1945 itu.
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila yang ada di Perguruan
Tinggi sudah diatur dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 39 yang menyatakan, isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan
wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan.
Pancasila sebagai norma dasar negara dan dasar negara Republik Indonesia yang
berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 945 (Pembukaan UUD RI tahun 1945) junctis
Keputusan Presiden RI No. 150 tahun 1959 mengenai Dekrit Presiden RI / Panglima
Tertinggi Angkatan Perang tentang kembali kepada Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Naskah Pembukaan UUD NRI 1945 yang berlaku
adalah Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang disahkan / ditetapkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Sila-sila Pancasila
yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945 secara filosofis-sosiologis
berkedudukan sebagai norma dasar Indonesia dan dalam konteks politis-yuridis
sebagai dasar negara Indonesia. Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam
Pembukaan UUD NRI tahun 1945, secara yuridis konstitusional mempunyai kekuatan
hukum yang sah, kekuatan hukum berlaku, dan kekuatan hukum mengikat.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perkembangan zaman. Sedangkan dalam
pasal 37 undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
disebutkan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. Pendidikan Agama
b. Pendidikan Kewarganegaraan
c. Bahasa
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menetapkan lulusan program
magister untuk mengajar program diploma dan sarjana. Peraturan pemerintah No.
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menetapkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan tinggi, wajib memuat mata kuliah pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan dan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris. Sedangkan
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi program Diploma dan Sarjana, wajib
memuat mata kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan serta mata kuliah
statistika dan atau matematika.

4. Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari adanya pandangan-pandangan di dalam filsafat
pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan mengenai
adanya sumber nilai, hakikat pengetahuan dan mengenai kehidupan yang lebih baik
dijalankan.
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan suatu negara merupakan
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, yang mana hal ini berdasar dari
kenyataan objektif jika manusia itu merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Syarat mutlak dari suatu negara ialah dengan adanya persatuan yang terwujud
sebagai rakyat (yang menjadi unsur pokok suatu negara), sehingga secara filosofis
negara berpersatuan dan berkerakyatan konsekuensinya rakyat menjadi dasar
ontologism demokrasi, karena memang rakyat ialah asal mula kekuasaan negara atas
dasar pengertian filosofis itulah maka dalam hidup bernegara, nilai Pancasila menjadi
dasar filsafat negara.
Konsekuensi dalam berbagai macam aspek penyelenggaraan negara haruslah
bersumber dari nilai-nilai Pancasila, termasuk itu pada sistem peraturan perundang-
undangan yang ada di Indonesia. Maka dari itu, realisasi kenegaraan termasuk dalam
proses reformasi yang terjadi dewasa ini menjadi suatu bentuk keharusan jika
memang Pancasila menjadi salah satu sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan
baik itu di dalam pembangunan nasional, ekonomi, sosial budaya, politik, hukum,
hingga pertahanan dan keamanan.
Pancasila mengandung konsep religiusitas, humanitas, nasionalitas, dan sosialitas
yang dapat dipertanggungjawabkan dari tinjauan teoritis-filsafat. Pendidikan
Pancasila secara filosofis sangatlah logis dan strategis sebagai landasan untuk
mengkaji, mengembangkan, melaksanakan, dan mengamankan nilai-nilai filosofis
bangsa. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila yang bersifat abstrak akan lebih
memiliki peluang untuk dikonkretkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai