DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat taufik dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pancasila tentang “Pancasila Dalam Arus
Sejarah Bangsa Indonesia?”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliahPancasila, yaitu
Bapak William Hendri, S.H.,M.H. dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi baik
moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dan sebagai kajian
terhadap pemahaman dan penguasaan materi tentang Pancasila dalam arus sejarah bangsa.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak terkait dengan
relevansi makalah ini agar bisa menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
Penulis,
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
A. LATAR BELAKANG............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 1
C. TUJUAN PEMBAHASAN .................................................................................... 1
A. KESIMPULAN......................................................................................................... 11
B. SARAN ...................................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila sebagai dasar filsafat negara merupakan hasil kesepakatan bersama yang
kemudian disebut sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, didalamnya terkandung
semangat kekeluargaan sebagai inti ajaran pancasila. Dasar filsafat negara yang diberi nama
pancasila ini resmi dirumuskan dalam UUD 1945, walaupun istilah ”pancasila” tidak
disebutkan secara eksplisit dalam pembukaan tersebut. Namun secara jelas dicantumkan
didalamnya.
Oleh karena itu, pemmbukaan UUD 1945 disebut sebagai tempat terdapatnya
rumusan pancasila. Nilai-nilai pancasila telah ada pada bangsa indonesia sejak zaman dulu
kala sebelum bangsa Indonesia mmendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia,
melalui sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-
kerajaan pada abad ke-IV pancasila pada dasarnya telah ada pada zaman nenek moyang kita,
dan pada zaman kerajaan-kerajaan Indonesia berjaya. Walaupun dulu bukan nama pancasila
tapi isi dan kandungannya sama. Pancasila yang menjadi dasar negara perlu diadakan
peninjauan terhadap perkembangan budaya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah Bangsa Indonesia ?
2. Apa alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia ?
3. Apa sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia?
4. Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila dalam kajian sejarah
Bangsa Indonesia?
5. Bagaimana deskripsi esensi dan urgensi Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia untuk masa depan ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah Bangsa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian
sejarah Bangsa Indonesia.
4. Untuk mengetahui argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila dalam kajian
sejarah Bangsa Indonesia.
5. Untuk mengetahui deskripsi esensi dan urgensi Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia untuk masa depann.
1
BAB II
PEMBAHASAN
dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada
hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:
2
Ketuhanan yang berkebudayaan.
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama Pancasila.
Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai
angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme,
(2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga
menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan
nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan
Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut.
3. Persatuan Indonesia
Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945.
Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta
mengeluarkan maklumat yang berisi:
Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal Terauchi
(Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon,
Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan
oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon,
ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh.
Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo,
Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi
Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan
(Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17).
3
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu akhirnya
menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan kota tersebut
sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah,
memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula
dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin
nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang penting. Keputusan politis
penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat
rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.
Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta,
dan Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke
Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah
dijanjikan. Namun, di luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada
Sekutu tanpa syarat. Pada 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke
Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok
pemuda dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri
Soekarno dan M. Hatta ke Rengas Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu
“mengamankan”), tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada
pukul 24.00 WIB menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk.,
1975: 26).
Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD „45) yang terdiri atas Pembukaan
dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah
perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah
perubahan pula.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).
Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah
tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus 1945
4
dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo. Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD
1945 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Setelah pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949, maka
Indonesia pada 17 Agustus 1950 kembali ke negara kesatuan yang sebelumnya berbentuk
Republik Indonesia Serikat (RIS). Perubahan bentuk negara dari Negara Serikat ke Negara
Kesatuan tidak diikuti dengan penggunaan Undang-Undang Dasar 1945, tetapi dibuatlah
konstitusi baru yang dinamakan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950).
Permasalahannya ialah ketika Indonesia kembali Negara Kesatuan, ternyata tidak
menggunakan Undang-Undang Dasar 1945 sehingga menimbulkan persoalan kehidupan
bernegara dikemudian hari. pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengambil langkah
“darurat” dengan mengeluarkan dekrit.
Pertentangan antarpihak begitu keras, seperti yang terjadi antara tokoh PKI dengan
perwira Angkatan Darat (AD) sehingga terjadilah penculikan dan pembunuhan sejumlah
perwira AD yang dikenal dengan peristiwa Gerakan 30 September (G30S PKI). Peristiwa
G30S PKI menimbulkan peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Peralihan kekuasan
itu diawali dengan terbitnya Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal
Soeharto, yang di kemudian hari terkenal dengan nama Supersemar (Surat Perintah Sebelas
Maret). Surat itu intinya berisi perintah presiden kepada Soeharto agar “mengambil
langkahlangkah pengamanan untuk menyelamatkan keadaan”. Supersemar ini dibuat di
Istana Bogor dan dijemput oleh Basuki Rahmat, Amir Mahmud, dan M. Yusuf.
Salah satu defisini kebudayaan adalah sebagai berikut: ”suatu desain untuk hidup
yang merupakan suatu perencanaan dan sesuai dengan perencanaan itu masyarakat
mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial, dan gagasan” (Sastrapratedja, 1991:
144). Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses perpaduan
berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadikan masyarakat
berkembang secara dinamis. (J.W.M. Bakker, 1984: 22) menyebutkan adanya beberapa
saluran inkulturasi, yang meliputi: jaringan pendidikan, kontrol, dan bimbingan keluarga,
struktur kepribadian dasar, dan self expression. Kebudayaan bangsa Indonesia juga
merupakan hasil akulturasi sebagaimana yang ditengarai Eka Dharmaputera dalam bukunya
Pancasila: Identitas dan Modernitas. Haviland menegaskan bahwa akulturasi adalah
perubahan besar yang terjadi sebagai akibat dari kontak antarkebudayaan yang berlangsung
lama. Hal-hal yang terjadi dalam akulturasi meliputi:
5
Substitusi; penggantian unsur atau kompleks yang ada oleh yang lain yang
mengambil alih fungsinya dengan perubahan struktural yang minimal;
Sinkretisme; percampuran unsur-unsur lama untuk membentuk sistem baru;
Adisi; tambahan unsur atau kompleks-kompleks baru;
Orijinasi; tumbuhnya unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan situasi
yang berubah;
Rejeksi; perubahan yang berlangsung cepat dapat membuat sejumlah besar
orang tidak dapat menerimanya sehingga menyebabkan penolakan total atau
timbulnya pemberontakan atau gerakan kebangkitan (Haviland, 1985: 263).
Pemaparan tentang Pancasila sebagai identitas bangsa atau juga disebut sebagai jati
diri bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai literatur, baik dalam bentuk bahasan
sejarah bangsa Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang pemerintahan di Indonesia.
As‟ad Ali dalam buku Negara Pancasila; Jalan Kemashlahatan Berbangsa mengatakan bahwa
Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku
dalam masyarakat Indonesia. Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia dapat diitelusuri
melalui peran agama-agama besar, seperti: peradaban Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.
Agama-agama tersebut menyumbang dan menyempurnakan konstruksi nilai, norma, tradisi,
dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat.
6
mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158). Pancasila sebagai pandangan
hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan norma
dalam bersikap dan bertindak. Ketika Pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila dimanifestasi ke dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian
bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai dasar negara
Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan para pendiri negara tentang Pancasila sebagai
dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu
yang tepat.
2. Sumber Sosiologis
Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara merupakan hasil philosophical consensus
(konsensus filsafat), karena membahas dan menyepakati suatu dasar filsafat negara dan
7
political consensus. (Kaelan, 2013) Sebagaimana, dalam teori perjanjian masyarakat, maka
Pancasila merupakan sebuah kesepakatan luhur dari para pendiri bangsa yang berasal dari
berbagai golongan dan perbedaan menjadi satu kesatuan untuk mendirikan suatu negara
berdasarkan Pancasila.
Dalam perspektif sosiologis suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki
nilai-nilai tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini juga diharapkan dapat mengkaji struktur
sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah-masalah sosial yang
patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai Pancasila dasar negara.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas yang dimiliki dan
melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil
karya besar bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara
(Kaelan, 2000).
Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi
Indonesia. Ini berarti bahwa nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis bangsa
Indonesia. Dengan demikian materi mata kuliah Pancasila jelas berasal dari kenyataan hidup
masyarakat Indonesia bukan diadopsi dari budaya lain sehingga masyarakat Indonesia adalah
Causa Prima Pancasila dasar negara.
3. Sumber Politis
Pancasila merupakan wujud dari sikap politis bangsa Indonesia dalam menentang berbagai
bentuk penindaasan dari penjajahan. Sila-sila Pancasila merupakan pernyataan yang jelas
bahwa: pertama, Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragama yaitu mengakui nilai-
nilai Ketuhanan, sehingga bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius. Kedua,
Pancasila merupakan sebuah bangsa yang menujunjung tinggi kemanusiaan, dan menentang
segala bentuk penjajahan yang tidak seusuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Ketiga, pernyata politis bahwa masyarakat Nusantara telah bersatu menjadi bangsa Indonesia
dan bersepakat mendirikan negara Indonesia diatas berbagai perbedaaan. Keempat, Bangsa
Indonesia menyatakan secara politis bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
menjunjung tinggi musyawarah yang penuh hikmat dan kebijaksanaan dalam mengambil
berbagai kebijakan. Kelima, Indonesia didirikan merupakan cita-cita bangsa Indonesia untuk
mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam perjuangan bangsa Indonesia
merupakan perjuangan politis dalam hal menentang berbagai kebijakan pemerintah Hindia
Belanda yang tidak berorientasi kepada nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat Nusantara.
Jika kita tilik sejarah, bahwa masyarakat Indonesia telah memiliki pengalaman panjang
dalam bidang politik. Hal ini dapat kita lihat bahwa di Nusantara telah berdiri berbagai
kerajaan di bumi Nusantara dengan berbagai coraknya. Pada masa awal, muncul kerajaan
Hindu dan Budha. Selanjutnya dengan perkembangan agama Islam muncul kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantaraa, serta munculnya beberapa negara yang dipengaruhi agama Kristen dari
Eropa. Selanjutnya berdiri wilayah yang dikenal dengan Hindia Belanda. Pergantian
kekuasaan di bumi Nusantara telah memberikan pengalaman bagi bangsa Indonesia sebagai
sumber politis Pancasila.
Pancasila sebagai paradigma kehidupan berarti Pancasila merupakan dasar, kerangka berpikir,
fondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia memandang dunia
8
dalam kerangka Pancasila yang menjadi dasar negara Republik Indonesia. Misalnya dalam
melaksanakan pembangunan nasional, bangsa Indonesia menjadikan Pancasila sebagai
barometer keberhasilan pembangunan. Apakah pembangunan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah sesuai dan sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila? Ataukah
malah bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila? Begitu pula dalam
hal pengembangan ilmu pengetahuan. Segala perkembangan ilmu pengetahuan termasuk
teknologi harus selalu disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila.
Kegagalan dalam pelaksanaan pembangunan nasional bisa dimungkinkan oleh
ketidakselarasan penyelenggaraan dengan nilai-nilai Pancasila yang telah dianut bangsa
Indonesia. Misalnya saja tindak pidana korupsi yang menimbulkan kerugian besar terhadap
keuangan negara merupakan contoh ketidaksesuaian penyelenggaraan pemerintahan dengan
nilai-nilai Pancasila, khususnya nilai ketuhanan dan nilai keadilan.
Selain itu realitas sejarah yang terjadi di negara-negara lain seperti pertempuran
ideologi antara Blok Barat dan Blok Timur yang mengusung lahirnya ideologi komunisme
oleh Blok Timur dan ideologi liberalisme oleh Blok Barat. Hal ini membuktikan bahwa
kedudukan ideologi nasional suatu negara sangat berperan dalam mengembangkan
kemampuan bersaing antar negara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai paradigma
kehidupan Pancasila menjadi pedoman dan pegangan bagi tercapainya persatuan dan pertalian
batin antar masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Fungsi Pancasila sebagai ideologi nasional yang menatap seluruh dinamika sosial
budaya, dan politik yang terjadi, dapat diarahkan untuk menciptakan peluang positif bagi
pertumbuhan kesejahteraan bangsa. Dimulainya Orde Reformasi merupakan kesempatan
emas yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk membangun semangat Indonesia yang
berkarakter. Meskipun dewasa ini terlihat penurunan dan melemahnya kesadaran hidup
berbangsa terutama dalam bidang politik. Realitasnya dapat terlihat dari kemunculan gerakan-
gerakan separatisme, dan tidak diindahkannya konsensus nasional, pelaksanaan otonomi
daerah yang menyuburkan etnosentrisme dan desentralisasi korupsi. Pancasila sebagai dasar
negara memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah paradigma dan metode
bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita menuju masyarakat adil, makmur,
dan sentosa.
Pancasila yang benar yakni yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara yuridis-
kontitusional maupun secara obyektif-ilmiah.
1) Secara yuridis konstitusional, karena Pancasila adalah dasar negara yang dipergunakan
sebagai dasar mengatur-menyelenggarakan pemerintahan Negara, maka tidak setiap
orang boleh memberikan pengertian atau tafsiran menurut pendapatnya sendiri.
2) Secara obyektif-ilmiah, karena Pancasila adalah suatu faham filsafat, suatu philosophical
way of thinking atau philosophical system, maka uraiannya harus logis dan dapat diterima
oleh akal sehat (Darmodihardjo, 1979).
Pancasila merupakan kristalisasi nilai yang hidup dan tumbuh berkembang serta digali
dari dalam masyarakat Indonesia, sehingga Pancasila memiliki kebenaran secara rasional hal
ini dapat dibuktikan bahwa Pancasila merupakan suatu sistem filsafat karena kebenaran nilai-
nilai yang ada di dalam Pancasila dapat diterima secara rasional. Pancasila harus dapat
dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Warga negara Indonesia dewasa ini menghadapi kehidupan yang semakin mengglobal
sehingga Pancasila harus mampu menjadi filter. Pancasila sebagai sebuah filter maka
Pancasila harus benar-benar diakui, dibenarkan, serta diamalkan oleh warga negara. Pancasila
harus menjadi landasan berfikir warga negara dalam menghadapai berbagai tantangan di masa
depan. Mengingat Pancasila adalah dasar negara, maka mengamalkan dan mengamankan
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif/memaksa, artinya setiap
9
warganegara Indonesia harus tunduk-taat kepada Pancasila. (Darmodihardjo, 1979). Pancasila
harus benar-benar diakui kebenarannya dalam artian sebuah proses mempertahankan
eksistensi negara Indonesia.
Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4%
responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila secara
benar dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi, 60%
responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila Pancasila. Fenomena tersebut
sangat memprihatinkan karena menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang ada
dalam masyarakat tidak sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat terhadap
Pancasila (Ali, 2009: 2). Selain data tersebut, pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa
Indonesia dikarenakan hal-hal berikut: pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain,
penyalahgunaan Pancasila sebagai alat justifikasi kekuasaan rezim tertentu, melemahnya
pemahaman dan pelaksanaan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia merupakan karya besar bangsa Indonesia
dan merupakan lambang ideologi bangsa Indonesia yang setingkat dengan ideologi besar di
dunia lainnya. Bangsa Indonesia menggunakan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam
kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila juga dijadikan
pedoman dalam pelaksaan pemerintahan. Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa
Indonesia menunjukkan bahwa Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia
(The Founding fathers). Kedua, nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai agama,
kebudayaan, dan adat istiadat. Ketiga, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan
dasar filsafat kenegaraan.
B. Saran
Generasi muda merupakan generasi penerus yang eksistensinya sangat menentukan
langkah kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia ke depan. Sebagai generasi
penerus, pemuda diharapkan mampu memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing. Peran generasi muda sangat menentukan dalam sejarah perjalanan bangsa
Indonesia. Untuk itu perlu dibangun karakter generasi muda yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki.
Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjunjung tinggi pancasila serta
selalu memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang ada di Pancasila sebagai upaya
perwujudan cita-cita dan tujuan nasional untuk menciptakan Indonesia yang penuh dengan
kedamaian dan keteraturan sehingga mendorong Indonesia menjadi negara yang maju baik
dalam pola pikir masyarakat dan kondisi negaranya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Syamsir dkk. 2017. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. BKS PTN-Barat.
12