Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TEKNIK RADIOGRAFI 2

THORAX

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah TR. Thorax, Abdomen, dan Kepala

Dosen Pengampu : Dartini, SKM., M.Kes.

Disusun Oleh Kelompok 1

1. Agustina Rachmawati P1337430220166

2. Dian Wisnu Adiyatma Pratiwi P1337430220148

3. Fadillah Muhammad Auliyaa’ R. P1337430220146

4. Fakhruddin Zaki P1337430220155

5. Milati Munawaroh P1337430220020

6. Olivia Pramesthi Andyah Putri P1337430220124

7. Qotrunnada Mahmudya P1337430220029

8. Syafiqotul Auliya P1337430220025

9. Wenty Priska Julita P1337430220131

10. Zulfa Khoirunnisa P1337430220019

Kelas 1C

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Jl. Tirto Agung Pedalangan Banyumanik Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah
50268 Telp./Fax. (024) 7460274

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
makalah “Makalah Teknik Radiografi Thorax”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok pada Mata kuliah Teknik Radiografi Thorax, Abdomen, dan
Kepala. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pemeriksaan radiografi Thorax

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dartini, SKM, M.Kes sebagai
dosen pengampu bidang Mata Kuliah Teknik Radiografi Thorax, Abdomen, dan
Kepala yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.

Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 25 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. ANATOMI....................................................................................................3
B. INDIKASI...................................................................................................11
C. PROYEKSI.................................................................................................17
D. TUJUAN.....................................................................................................18
E. PERSIAPAN PASIEN DAN ALAT..........................................................19
F. PP, PO, CR, CP, KRITERIA & GAMBARAN..........................................19
G. Gambaran Radiograf...................................................................................23
BAB III..................................................................................................................24
PENUTUP..............................................................................................................24
A. Kesimpulan.................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada


bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian
belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Rongga dada berisi
paru-paru dan mediastinum. Mediastinum adalah ruang di dalam rongga
dada di antara kedua paru-paru. Di dalam rongga dada terdapa beberapa
sistem diantaranya yaitu sistem pernafasan dan peredaran darah.
Organ pernafasan yang terletak dalam rongga dada yaitu esofagus
dan paru, sedangkan pada sistem peredaran darah yaitu jantung,
pembuluh darah dan saluran linfe. Pembuluh darah pada sistem
peredaran darah terdiri dari arteri yang membawa dara dari jantung, vena
yang membawa darah ke jantung dan kapiler yang merupakan jalan
lalulintas makanan dan bahan buangan.

Dalam dunia kedokteran, telah mendiaknosa beberapa gangguan


atau penyakit yang berhubungan dengan thorax. Salah satu cara
mendiagnosa hal tersebut adalah dengan melakukan pemeriksaan radiologi
foto thoraks. Pemeriksaan radiologi foto thoraks merupakan
pemeriksaan yang sangat penting. Pemeriksaan paru tanpa
pemeriksaan roentgen saat ini dapat dianggap tidak lengkap.
Suatupenyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum
dilakukan pemeriksaan radiologik. Selain itu,berbagai kelainan dini dalam
paru juga sudah dapat dilihat dengan jelas pada foto roentgen sebelum
timbul gejala-gejala klinis. Foto roentgen yang dibuat pada suatu saat
tertentu dapat merupakan dokumen yang abadi dari penyakit seorang
penderita, dan setiap waktu dapat dipergunakan dan diperbandingkan
dengan foto yang dibuat pada saat- saat lain.

Dengan semakin luas dan rumitnya cakupan untuk memahami


penyakit atau kelainan thorax ini maka seorang ahli radiologi perlu

1
memahami prinsip-prinsip dasar anatomi , fisiologi yang sangat diperlukan
dalam melakukan diagnosa secara tepat. Berbagai macam pemeriksaan
radiologi juga harus dikuasai oleh seorang ahli radiologi sehingga ia dapat
menentukan jenis pemeriksaan radiologi yang sesuai denagn indikasi
pasien sekaligus memberikan hasil diagnosa yang tepat. Setiap modalitas
pemeriksaan dalam bidang radiilogi memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing dan hal tersebut sebaiknya diketahui dengan baik oleh
seorang ahli radiologi

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan thorax?


2. Bagaimana anatomi thorax?
3. Bagaimana indikasi pada thorax?
4. Bagaimana persiapan pada pemeriksaan teknik radiografi thorax?
5. Apa tujuan pemeriksaan teknik radiografi pada thorax?
6. Bagaimana cara pemeriksaan pada thorax?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui anatomi thorax.


2. Mengetahui indikasi pemeriksaan teknik radiografi thorax.
3. Mengetahui tujuan pemeriksaan teknik radiografi thorax.
4. Mengetahui persiapan pemeriksaan teknik radiografi thorax.
5. Mengetahui proyeksi dalam pemeriksaan teknik radiografi thorax.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI

Thorax dapat didefinisikan


sebagai area yang dibatasi di
superior oleh thoracic inlet dan
inferior oleh thoracic outlet;
dengan batas luar adalah dinding
thorax yang disusun oleh vertebra
torakal, costae, sternum,
muskulus, dan jaringan ikat.
Rongga thorax dibatasi dengan
rongga abdomen oleh diafragma.
Gb. 1.1. Rongga Thorax secara umum
Rongga thorax dapat dibagi ke
dalam dua bagian utama, yaitu : paru-paru (kiri dan kanan) dan
mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam 3 bagian: superior, anterior,
dan posterior. Mediastinum terletak diantara paru kiri dan kanan dan
merupakan daerah tempat organ-organ penting thorax selain paru-paru
(yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena cava, esofagus, trakhea, dll.)

Thoracic inlet merupakan “pintu masuk” rongga thoraks yang


disusun oleh: permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian
medial dari iga I kiri dan kanan (lateral), serta manubrium sterni(anterior).
Thoracic inlet memiliki sudut deklinasi sehingga bagian anterior terletak
lebih inferior dibanding bagian posterior. Manubrium sterni terletak kira-
kira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah rongga thoraks atau thoracic
outlet (pintu keluar thoraks) adalah area yang dibatasi oleh sisi ventral
vertebra torakal XII, lateral oleh batas bawah costae dan anterior oleh
processus xiphoideus

a. Rangka Dada (Thorax)

3
Rangka dada atau thorax tersusun dari tulang dan tulang rawan.

Thorax berupa sebuah rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih besar

dari pada di atas dan di belakang lebih panjang dari pada bagian depan.

Dibagian belakang, thorax dibentuk oleh kedua belas vertebrae

thoracalis, di depan dibentuk oleh sternum, dibagian atas oleh

clavicula, dibagian bawah oleh diafragma , dan di samping kiri dan

kanan dibentuk oleh kedua belas pasang iga yang melingkari badan

mulai dari belakang dari tulang belakang sampai ke sternum di depan

(Pearce, 2011).

Keterangan :
1. Manubrium sterni
2. Klavikula
3. Skapula
4. Tulang rusuk
5. Vertebra torakalis
6. Prosessus xipoideus
7. Korpus sterni

b. Dinding Thorax

Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk


dinding toraksadalah costae, columna vertebralis torakalis, sternum,
tulang clavicula dan scapula. Jaringan lunak yang membentuk dinding
toraks adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah
intrerkostalis dan torakalis interna.

c. Kerangka dinding Thorax

Kerangka dinding toraks


membentuk sangkar toraks
osteokartilogenous yang melin-dungi

4
jantung, paru-paru dan beberapa organ abdomen (misalnya hepar).
Kerangka torak terdiri dari:

1. Vertebra toraksika (12) dan diskus intervertebralis.


2. Costae (12 pasang) dan cartilago kostalis.
3. Sternum.

Costae adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung, dan


membatasi bagian terbesar sangkar toraks terdiri dari:

a) Ketujuh (kadang-kadang delapan) kostae I disebut kosta sejati


(vertebrosternal) karena menghubungkan vertebra dengan sternum
melalui kartilago kostalis.
b) Kosta VIII sampai kosta X adalah kosta tak sejati (vertebrokondral)
karena kartilago kostalis masing-masing kosta melekat pada
kartilago kostalis tepat diatasnya.
c) Kosta XI dan kosta XII adalah kosta bebas atau kosta melayang
karena ujung kartilago kostalis masing-masing kosta berakhir
dalam susunan otot abdomen dorsal.

Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi


bagian ventral sangkar toraks. Sternum terdiri atas tiga bagian:
manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xiphoideus.

d. Dasar Toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus
dan merupakan struktur yang menyerupai kubah (dome-like structure).
Diafragma membatasi abdomen dari rongga torak serta terfiksasi pada
batas inferior dari sangkar toraks. Diafragma termasuk salah satu otot
utama pernapasan dan mempunyai lubang untuk jalan Aorta,Vana Cava
Inferior serta esophagus.

5
e. Rongga Thorax (Cavitas Thoracis)

Rongga thorax adalah suatu ruangan


yang ditutupi oleh dinding thorax, yang
terdiri dari 3 kompartemen:
a) Dua kompartemen lateral “cavum
pulmonal” yang terdiri dari paru-paru
dan pleura.
b) Satu kompartemen sentral
“mediastinum” yang terdiri dari :
jantung, pembuluh darah besar pars thorakalis, trakea pars thorakalis,
oesofagus, timus, dn struktur lainnya (Moore,2007).

Rongga mediastinum terdiri dari bagian superior dan inferior,


dimana bagian yang inferior dibagi menjadi : mediastinum anterior,
medius, dan superior.
1. Mediastinum Superior
Mediastinum superior dibatasi oleh :
- Superior : Bidang yang dibentuk oleh vertebrae Th I, costae I dan
incisura jugularis.
- Inferior : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke vertebrae
Th IV
- Lateral : Pleura mediastinalis
- Anterior : Manubrium sterni. (Rofiq, 2008)

2. Mediastinum Inferior
Mediastinum inferior dibagi menjadi : mediastinum anterior,
medius, dan superior.
a. Mediastinum anterior dibatasi oleh :
- Anterior : Sternum
- Posterior : Pericardium
- Lateral : Pleura mediastinalis
- Superior : Plane of sternal angle

6
- Inferior : Diafragma. (Rofiq, 2008)
b. Mediastinum anterior terdiri dari : Timus, lemak, dan kelenjar
limfe (Lawrence M).
Mediastinum medius dibatasi oleh :
- Anterior : Pericardium
- Posterior ; Pericardium
- Lateral : Pleura mediastinalis
- Superior : Plane of sternal angle
- Inferior : Diafragma (Rofiq, 2008)

c. Mediastinum medius terdiri dari : Jantung, pericardium, aorta,


trakea, bronkus primer, kelenjar limfe (Lawrence M).
Mediastinum posterior dibatasi:
- Anterior : Pericardium
- Posterior : Corpus VTh 5 – 12
- Lateral : Pleura mediastinalis
- Superior : Plane of sternal angle
- Inferior : Diafragma (Rofiq, 2008).

Pleura (selaput paru) adalah selaput tipis yang membungkus paru


paru, pleura terdiri dari 2 lapis yaitu:

a) Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru –


paru
b) Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding toraks

Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu


membentuk kantong tertutup yang disebut rongga pleura (cavum
pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura yang diproduksi
oleh selaput tersebut.

f. Kerangka Dada (Thorax)

7
Batas-batas yang membentuk rongga di dalam thorax adalah

sternum dan tulang rawan iga-iga di depan, kedua belas ruas tulang

punggung beserta cakram antar ruas (diskus intervertebralis) yang

terbuat dari tulang rawan belakang, iga-iga beserta otot interkostal di

samping, diafragma di bawah, dan dasar leher di atas. Sebelah kanan

dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus

pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan membentuk batas

lateral pada mediastinum. Mediastinum ialah ruang di dalam rongga

dada antar kedua paru-paru. Isinya jantung dan pembuluh-pembuluh

darah besar, esofagus, duktus torasika, aorta desendens, dan vena kava

superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe

(Pearce, 2015).

g. Paru-Paru

Paru-paru terdiri dari dua paru-paru besar yang seperti spons,

yang terletak di setiap sisi rongga thorax. Paru-paru kanan terdiri atas

tiga lobus, yaitu lobus superior (atas), tengah, dan inferior (bawah) yang

dibagi oleh dua celah yang dalam. Fisura inferior, yang memisahkan

lobus inferior dan tengah, disebut fisura oblik. Fisura horisontal

memisahkan lobus superior dan tengah. Paru-paru kiri hanya memiliki

dua lobus, yaitu lobus superior (atas) dan inferior (bawah) yang

dipisahkan oleh satu fisura oblik yang dalam.

Organ paru-paru tersusun atas sel-sel parenkim, mirip spons

yang ringan dan sangat elastis sehingga memungkinkan terjadinya

mekanisme pernafasan. Setiap paru-paru mengandung kantung

berdinding ganda yang halus, atau membran, yang disebut pleura, yang

8
dapat divisualisasikan baik dalam gambar bagian depan maupun bagian

melintang. Lapisan luar kantung pleura ini melapisi permukaan bagian

dalam dinding dada dan diafragma dan disebut parietal pleura. Lapisan

dalam yang menutupi permukaan paru-paru, yang juga masuk ke celah

di antara lobus disebut pleura paru atau viseral.

Ruang potensial antara pleura berdinding ganda yang disebut

rongga pleura, berisi cairan pelumas yang memungkinkan pergerakan

satu atau yang lainnya selama bernafas. Ketika udara atau cairan

terkumpul di antara dua lapisan ini, ruang ini dapat divisualisasikan

secara radiografi. Udara atau gas yang ada di rongga pleura ini

menghasilkan suatu kondisi yang disebut pneumotoraks. Akumulasi

cairan dalam rongga pleura (efusi pleura) menciptakan kondisi yang

disebut hemotoraks (Bontrager, 2018).

Keterangan :
1. Trakea
2. Kelenjar tiroid
3. Apek paru
4. Fisura
5. Dasar paru
6. Diafragma
7. Sudut kostoprenikus
8. Jantung
9. Kelenjar timus
10. Pembuluh darah besar

h. Jantung dan Pembuluh Darah Besar

Jantung dan akar pembuluh darah besar tertutup dalam kantung

berdinding ganda yang disebut kantung perikardial. Jantung terletak di

posterior korpus sterni dan anterior T5 sampai T8. Jantung terletak

miring di ruang mediastinum, dan sekitar dua pertiga jantung terletak

9
di sebelah kiri bidang median.

Pembuluh darah besar di mediastinum adalah vena cava inferior

dan vena cava superior, aorta, dan arteri dan vena pulmonalis besar.

Vena cava superior adalah vena besar yang mengembalikan darah ke

jantung dari bagian atas tubuh. Vena cava inferior adalah vena besar

yang mengembalikan darah dari bagian bawah tubuh.

Aorta adalah arteri terbesar di dalam tubuh (diameter 2,5 hingga

5 cm) pada orang dewasa rata-rata. Aorta membawa darah ke seluruh

bagian tubuh melalui berbagai cabang. Aorta dibagi menjadi tiga

bagian : aorta asenden (keluar dari hati); arkus aorta, dan aorta

desenden, yang melewati diafragma ke abdomen, di mana ia menjadi

aorta abdominalis. Arteri dan vena pulmonalis memasok darah dan

mengembalikan darah ke semua segmen paru-paru. Jaringan kapiler

mengelilingi kantung udara kecil, atau alveoli, tempat oksigen dan

karbon dioksida dipertukarkan dengan darah melalui kantung udara

berdinding tipis (Bontrager, 2018).

Keterangan :
1. Esofagus
2. Vena cava superior
3. Aorta asenden
4. Vena cava inferior
5. Aorta abdominalis
6. Jantung
7. Arteri pulmonalis
8. Arkus aorta
9. Kelenjar timus
10. Kelenjar tiroid
11. Trakea

Gambar Jantung dan pembuluh darah besar (Bontrager, 2018)

10
B. INDIKASI
Indikasi pemeriksaan Rontgen toraks dilakukan karena beberapa
manifestasi klinis berupa sesak napas akut/ kronis, batuk persisten, nyeri
dada, cedera/ trauma dada, hemoptisis, serta kecurigaan terhadap massa
dan keganasan. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai penunjang diagnosis,
seperti tuberkulosis dan pneumonia, serta monitor keberhasilan terapi.
Pemeriksaan Rontgen toraks dilakukan pada beberapa penyakit respiratori,
kardiovaskular, dan fraktur costae.

1. Indikasi Respiratori

Beberapa indikasi respiratori yang membutuhkan pemeriksaan


Rontgen toraks, antara lain tuberkulosis; pneumonia; benda asing pada
saluran napas, umumnya pada intrathoracic tracheobronchial tree untuk
menilai udara yang terperangkap dan kolaps paru; keganasan paru;
penyakit paru obstruktif kronis; trauma dada, untuk menilai adanya
kebocoran udara, hemothorax, atau pelebaran mediastinum;
pneumothorax; asthma; atau bronkiolitis, terutama jika diagnosis belum
jelas atau serangan akut dengan derajat berat yang tidak respons terapi.

2. Indikasi Kardiovaskular

Beberapa indikasi kardiovaskular yang membutuhkan pemeriksaan


Rontgen toraks adalah gagal jantung, hipertensi, nyeri dada akut pada
diseksi aorta, adanya murmur jantung. Rontgen toraks juga biasa
dilakukan setelah prosedur pemasangan pacemaker jantung.

3. Konfirmasi Posisi Endotracheal Tube (ETT)

Penggunaan Endotracheal Tube (ETT) dilakukan untuk membantu


ventilasi pada pasien-pasien dalam keadaan tertentu seperti gagal napas.
Insiden terjadinya malposisi dan komplikasi akibat posisi yang tidak

11
benar sebesar 3-14%. Posisi ETT dapat dikonfirmasi dengan
pemeriksaan foto Rontgen toraks.

Pada pemeriksaan Rontgen toraks, posisi ETT dikatakan benar apabila


ujung ETT berada 5-7 cm di atas carina dalam posisi netral di leher.
Ketika carina tidak terlihat, ujung ETT harus terletak pada vertebra
toraks kedua hingga keempat (T2-T4) atau pada tingkat ujung medial
klavikula karena carina terletak antara T5 dan T7. Ujung ETT harus
terletak di tengah antara laring dan carina untuk menghindari cedera
pada struktur apapun dan ekstubasi yang tidak disengaja.

4. Konfirmasi Posisi Nasogastric Tube (NGT)

Penggunaan Nasogastric Tube (NGT) diindikasikan untuk


dekompresi lambung, pemberian obat-obatan, dan pemberian nutrisi.
Ujung NGT harus terletak pada lambung atau usus dua belas jari.
Kedalaman ini dapat diperkirakan dengan mengukur jarak dari ujung
hidung pasien ke daun telinga dan kemudian ke proses xiphoid (sekitar
50-60 cm). Pemeriksaan Rontgen toraks merupakan standar baku emas
untuk konfirmasi posisi NGT walaupun dalam praktik masih jarang
dilakukan. Posisi NGT seharusnya berada pada garis tengah melintasi
diafragma dan ujung dari NGT berada di bawah diafragma.

5. Kontrol Pemasangan Chest Tube

Pemasangan chest tube paling sering dilakukan pada kasus


pneumothorax dan efusi pleura. Chest tube dipasang melalui ruang
interkostal ke-4 di anterior atau mid-axillary line lalu diarahkan
posterior-inferior dalam kasus efusi pleura dan antero-superior dalam
kasus pneumothorax.

12
Malposisi pemasangan chest tube terjadi pada sekitar 10% yang
membuat tube tidak berfungsi dan komplikasi dapat terjadi. Posisi chest
tube yang benar adalah triangle of safety dengan penempatan tube lebih
dekat ke batas superior dari tulang rusuk di bawah dalam ruang
interkostal sehingga menghindari cedera neurovaskuler interkostal.

Patologi dan Indikasi pada Thorax


A. Radang Paru

1. Radang bronkus

Radang bronkus akut ( bronkitis akut ) , berhubungan dengan infeksi


saluran pernafasan atas ( ISPA ). Penyakit ini biasanya tidak hebat dan
tidak ditemukan komplikasi. Radang bronkus kronik ( bronkitis kronik
), penyakit ini disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, misalnya
asma, infeksi dan lain sebagainya bergantung pada berat atau
ringannya gangguan pada bronkus.

2. Radang paru

Peradangan paru dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur,


bahan kimia, lesi kanker dan radiasi ion. Kelainan ini dapat meliputi
seluruh lobus atau hanya melibatkan satu atau beberapa segmen saja.
Umumnya pneumonia lobaris disebabkan oleh infeksi pneumokokus.

3. Abses paru

Abses paru adalah peradangan di jaringan paru yang menimbulkan


nekrosis dengan pengumpulan nanah. Lokasi abses paru umumnya 75
% berada dilobus bawah paru kanan bawah.

B. Emfisema

13
Emfisema adalah suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi udara
sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran
paru secar vertikal kearah diafraghma.
1. Emfisema lobaris
Biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir dengan kelainan tulang
rawan bronkus, mukosa bronkial yang tebal, sumbatan mukus,
penekanan bronkus dari luar oleh anomali pembuluh darah.
2. Hiperlusen idiopatik unilateral
Ialah emfisema yang unilateral dengan hipoplasi arteri pulmonalis dan
gambaran bronkiektasis.
3. Emfisema hipertrofik kronik

Terjadi sebagai akibat komplikasi penyakit paru seperti asma bronkial


yang parah, bronkiektasis, peradangan paru yang berat, pneumokoniosis
ganas, tuberkulosis.

4. Emfisema bulla
Merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran antara 1 – 2
cm atau lebih besar yang kadang-kadang sukar dibedakan dengan
pneumothoraks. Penyebabnya sering tidak diketahui, tapi dianggap
sebagai suatu penyakit paru yang menyebabkan sumbatan seperti
bronkiolitis atau peradangan akut lainnya dan peradangan / iritasi gas
terhisap.
5. Emfisema kompensasi
Keadaan ini merupakan usaha tubuh secara fisiologik menggantikan
jaringan paru yang tidak berfungsi ( atelektasis ) atau mengisi thorax
bagian paru yang terangkat pada pneumoektomi.
6. Emfisema senilis
Merupakan akibat proses degeneratif orang tua pada columnavertebralis
yang mengalami kyposis dimana ukuran anterior – posterior thorax
bertambah sedangkan tinggi thorax secara vertikal tidak berubah.
Keadaan ini akan menimbulkan atropi septa alveolar dan jaringan paru
berkurang dan akan diisi oleh udara.

14
C. Atelektasis
Adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna / collaps sehingga aerasi paru berkurang atau
sama sekali tidak berisi udara. Karena kondisi paru yang tidak normal,
maka daerah ini akan lebih radiodense dan bisa menyebabkan trachea dan
jantung bergeser kearah daerah yang mengalami kelainan. Penyebabnya :
bronkus tersumbat dan tekanan extrapulmoner.

D. Bronkiektasis
Pelebaran bronchi atau bronkiolus yang disebabkan oleh infeksi atau
obstruksi yang berulang. Daerah dinding bronchial rusak dan
mengakibatkan peradangan kronik yang menyebabkan peningkatan
produksi mucus, akibatnya timbul batuk kronis

E. Chronic obstructive pulmonary disease ( COPD )


Merupakan bentuk obstruksi persisten dari airway yang disebabkan oleh
emphysema atau bronchitis kronis ( merokok adalah penyebab yang paling
dominan terjadinya COPD )

F. Indikasi pada pleura

1. Efusi pleura

Atau sering juga disebut hydrothorax adalah kondisi abnormal karena


akumulasi cairan pada pleural cavity.

a. Tipe dari efusi pleura ini adalah :


b. Empyema, terjadi bila cairan yang ada berupa pus. Kemungkinan
timbul pada saat pneumonia atau abses paru menyebar ke rongga
pleura.

15
c. Chylothorax, terjadi bila cairan berbentuk seperti susu, hal ini
disebabkan oleh adanya perlukaan atau tersumbatnya main
lymphatic duct pada thorax.
d. Hemothorax, terjadi bila cairan berupa darah. Penyebab yang umum
adalah karena karena gagal jantung, trauma, pulmonary infark,
pancreatitis atau abses subphrenic.

2. Pneumothorax,

akumulasi udara pada rongga pleura, yang menyebabkan


partial/complete collaps paru dan menghasilkan nafas menjadi pendek
dari taraf yang paling ringan sampai yang peling berat serta chest pain.
Biasanya disebabkan oleh trauma atau kondisi patologi yang
menyebabkan ruptur secara spontan pada daerah paru yang paling
lemah.

3. Penebalan pleura

4. Tumor pleura

G. Indikasi pada mediastinum

1. Mediastinitis akut
2. Mediastinitis kronik
3. Tumor mediastinum

H. Tuberkulosis

Penyakit menular ( berpotensi fatal ) yang disebabkan oleh bakteri.

1. Tuberkulosis primer, terjadi pada orang yang sebelumnya belum


pernah terkena tuberkulosis. Pembesaran hilum sepanjang
mediastinal lymph nodes yang membesar adalah tanda-tanda yang
penting pada tuberkulosis primer.

16
2. Tuberkulosis sekunder, biasanya terjadi pada orang dewasa dan bisa
dilihat adanya kalsifikasi yang ireguler pada lobus atas paru.

I. Tumor jinak paru

1. Hamartoma
2. Massa jinak pada pulmo yang sering ditemui secara umum terdapat
pada daerah peripheral paru.
3. Kista paru

J. Tumor ganas paru

1. Tumor ganas epitelial


2. Sarkoma
3. Carcinosarcoma
4. RES dalam paru
5. Metastasis pada paru

F. PROYEKSI

1. Proyeksi PA
 Posisi Pasien :
Erect/duduk. (Pasien berdiri dengan dada menepel kasett / stand
chest dan batas atas kaset kira-kira 3-5 cm di atas shoulder joint)
 Posisi Objek :
1. Tempatkan MSP tubuh berada pada tengah kaset, letakkan dagu
pada atas kaset/chest stand.
2. Letakkan kedua punggung tangan di atas crista iliaka / hip dan
rotasikan kedua elbow ke anterior sehingga shoulder menyentuh
bagian kaset dan scapula tertarik ke arah lateral (untuk
menghindari superposisi scapula dengan paru-paru)
3. Usahakan pasien inspirasi penuh pada saat eksposi

17
4. Usahakan kedua shoulder simetris kanan kiri untuk menghindari
ketidaksimetrisan paru
 CR : Tegak lurus film
 CP : Pada MSP, kira-kira pada vertebra thoracal V/Angulus
Inferior Scapularis
 FFD : 120-180 cm
 FE : 63 kV, 16 mAs (dengan grid)

2. Proyeksi AP
 Posisi Pasien : Supine dengan kedua tangan di samping
tubuh
 Posisi Objek :
MSP tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan / tengah
kaset, batas atas 3-5 cm di atas shoulder joint.
1. Jika memungkinkan fleksikan elbow, pronasikankan tangan serta
letakkan kedua tangan pada hips untuk meminimalkan gambaran
scapula ke arah lateral.
2. Usahakan shoulder simetris kanan kiri dan inspirasi penuh jika
memungkinkan
 CR : Sinar tegak lurus film
 CP : Menuju manubrium (vertebra thoracal VII)
 SID : 120-180 cm
 FE : 63 kV, 16 mAs (dengan grid)

3. Proyeksi Lateral
 Posisi Pasien :
Pasien berdiri true lateral dengan bagian yang diperiksa menempel
film menempel kaset / stand chest dan batas atas kaset kira-kira 3-5
cm di atas shoulder joint. Batas atas servikal VII.
 Posisi Objek :
a) Tempatkan MSP pasien sejajar dengan garis tengah kaset.
Tempatkan tangan ke atas dengan elbow fleksi serta kedua

18
antebrachi bersilang diletakkan di belakang kepala seperti
bantalan dengan kedua tangan memegang elbow.
b) Usahakan pasien bernapas dan ekspirasi penuh untuk
memaksimalkan area paru-paru
 CR : Sinar tegak lurus film
 CP : 5 cm kearah anterior menuju mid axillary line pad
vertebra thoracal VII
 SID : 120-180 cm
 FE : 125 kV, 12 mAs (dengan grid) atau 60 kV, 50 mA
(dengan grid)

G. TUJUAN

Tujuan melakukan pemeriksaan radiograf pada thorax adalah untuk


mengetahui persiapan pemeriksaan teknik radiografi thorax. mengetahui
patologis yang ada pada pemeriksaan teknik radiografi thorax, dan
mengetahui kegunaan pemeriksaan teknik radiografi thorax dan
mengetahui macam – macam proyeksi dalam pemeriksaan teknik thorax
sehingga lebih tepat dalam memilih proyeksi yang akan digunakan

H. PERSIAPAN PASIEN DAN ALAT

1. Persiapan Pasien

1. Meminta kepada pasien untuk melepaskan aksesoris di sekitar


daerah pemeriksaan seperti anting-anting, kalung, jepit rambut, dll.
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan.
3. Mensimulasikan penggunaan alat proteksi radiasi.
4. Mengkonfirmasikan apakah sudah paham tentang penggunaan alat
proteksi radiasi.
5. Membantu memakaikan alat proteksi radiasi

2. Alat dan Bahan

19
1. Pesawat Sinar-X
2. Computed Radiography
3. Imaging Plate
4. Gonad shield
5. Softbag
6. Marker
7. Grid/ bucky

I. PP, PO, CR, CP, KRITERIA & GAMBARAN

1. Proyeksi PA
 Posisi Pasien :
Erect/duduk. (Pasien berdiri dengan dada menepel kasett / stand
chest dan batas atas kaset kira-kira 3-5 cm di atas shoulder joint)
 Posisi Objek :
a) Tempatkan MSP tubuh berada pada tengah
kaset, letakkan dagu pada atas kaset/chest
stand.
b) Letakkan kedua punggung tangan di atas
crista iliaka / hip dan rotasikan kedua elbow
ke anterior sehingga shoulder menyentuh
bagian kaset dan scapula tertarik ke arah
lateral (untuk menghindari superposisi scapula dengan paru-paru)
c) Usahakan pasien inspirasi penuh pada saat eksposi
d) Usahakan kedua shoulder simetris kanan kiri untuk menghindari
ketidaksimetrisan paru
 CR : Tegak lurus film
 CP : Pada MSP, kira-kira pada vertebra thoracal V/Angulus
Inferior Scapularis
 SID : 120-180 cm
 FE : 63 kV, 16 mAs (dengan grid)

20
 Kriteria Radiograf :
a) Tampak area paru dari apek sampai sinus
costophrenicus
b) Tidak ada rotasi, di tandai sterro clavicular
joint berjarak sama dari columna vertebrae
c) Tampak udara trakea pada pertengahan
d) Scapula di proyeksikan di luar area dari
pulmo
e) Diafragma bawah tampak sampai costae
posterior 10
f) Costae dan bagian superior vertebrae thorakal tampak superposisi
dengan gambaran jantung
g) Penanda paru tampak dari hilus pada perifer paru-paru

2. Proyeksi AP
 Posisi Pasien : Supine dengan kedua tangan di samping
tubuh
 Posisi Objek :

MSP tubuh sejajar dengan garis


tengah meja pemeriksaan / tengah
kaset, batas atas 3-5 cm di atas
shoulder joint.

1. Jika memungkinkan fleksikan


elbow, pronasikankan tangan
serta letakkan kedua tangan
pada hips untuk meminimalkan gambaran scapula ke arah
lateral.

2. Usahakan shoulder simetris kanan kiri dan inspirasi penuh jika


memungkinkan

 CR : Sinar tegak lurus film

21
 CP : Menuju manubrium (vertebra thoracal VII)
 SID : 120-180 cm
 FE : 63 kV, 16 mAs (dengan grid)
 Kriteria Radiograf :
a) Bagian medial pada clavicula berjarak
dari collum vertebrae
b) Tampak udara thacea pada
pertengahan
c) Clavicula tergambar di horizontal dan
apex lebih kabur daripada proyeksi PA
d) Costae dan vertebrae thoracal berada
pada bayangan jantung
e) Tampak darah paru, dari apex samapai sudut costo phrenicus

3. Proyeksi Lateral
 Posisi Pasien :
Pasien berdiri true lateral dengan bagian yang diperiksa menempel
film menempel kaset / stand chest dan batas atas kaset kira-kira 3-5
cm di atas shoulder joint. Batas atas servikal VII.
 Posisi Objek :
b. Tempatkan MSP pasien sejajar dengan
garis tengah kaset. Tempatkan tangan
ke atas dengan elbow fleksi serta
kedua antebrachi bersilang diletakkan
di belakang kepala seperti bantalan
dengan kedua tangan memegang
elbow.
c. Usahakan pasien bernapas dan ekspirasi penuh untuk
memaksimalkan area paru-paru
 CR : Sinar tegak lurus film

22
 CP : 5 cm kearah anterior menuju mid axillary line pad
vertebra thoracal VII
 SID : 120-180 cm
 FE : 125 kV, 12 mAs (dengan grid) atau 60 kV, 50 mA
(dengan grid)
 Kriteria Radiograf :
a) Costae posterior superposisi dengan columna
vertebrae
b) Lengan atau jaringan soft tissue tidak
superposisi dengan bagian superior paru-paru
c) Tidak ada rotasi sternum pada posisi lateral
d) Penetrasi pada daerah paru dan jantung
e) Hilus pada oertengahan radiograf

J. Gambaran Radiograf

23
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pemeriksaan radiografi thorax merupakan pemeriksaan paling sering


dan paling rutin dilakukan di setiap instalasi radiologi khususnya
radiodiagnostik.
Pemeriksaan radiografi foto thorax digunakan untuk mendiagnosis
banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur
yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-
saluran yang besar
Dalam pemeriksaan radiograf terdapat 3 teknik pemeriksaan
radiografi thoraks yaitu proyeksi PA, AP,dan Lateral. Teknik radiografi
tersebut harus dipilih dan disesuaikan dengan inidikasi pemeriksaan,
misalnya bronchitis kronis, KP, fleural effusion, pneumo thorax dan lain-lain.

24
2. Saran

1. Proteksi radiasi terhadap pasien dan petugas radiografer harus benar-benar


diperhatikan sesuai prosedur yang ada, karena sangat berpengruh terhadap
kesehatan fisik.
2. Pada saat dilakukan foto rontgen Inspirasi harus cukup
Pada inspirasi yang tidak kuat atau pada saat ekspirasi, jantung akan
terlihat lebar dan mendatar, corakan bronkovaskular akan terlihat ramai/
memadat karena terdorong oleh diafragma.

3. Densitas harus cukup dan pas


Densitas foto dikatakan cukup/ berkualitas jika corpus vertebra di belakang
jantung terlihat samar.
4. Pada radiografi toraks, jantung harus terlihat sebagai bayangan opak
(putih) di tengah dari bayangan lusen (hitam) paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

Yueniwati, Yuyun.(2014). Prosedur Pemeriksaan Radiologi Untuk Mentasi


Kelainan dan Cedera Tulang Belakang. Malang : Tim UB Press

Moore, Keith L. (2007). Thorax, Essential Clinical Anatomy, 3rd Edition.


America : Lippincott Williams & Wilkins

Bontrager’s Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy 9th


Edition

Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy Seventh Edition

Saksono, Dadang.(2010). Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax.

http://dadang-saksono.blogspot.com/2010/07/teknik-pemeriksaan-radiografi-
thorax.html?m=1 (diakses tanggal 22 Januari 2021)

Mashari, Ali.(2013). Pemeriksaan Radiografi Thorax.

25
https://radiologitop.wordpress.com/2013/12/26/pemeriksaan-radiografi-thorax/
(diakses tanggal 22 Januari 2021)

A Rofiq.(2008). Thorax. www.rofiqahmad.wordpress.com. (diakses tanggal 22 Januari


2021

26

Anda mungkin juga menyukai