Anda di halaman 1dari 22

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

DOSEN PEMBIMBING :
ARY KURNIAWATI, S.ST., M.Si

MATA KULIAH :
ANATOMI SISTEM ORGAN

DISUSUN OLEH :
Aura Alifiah Midya (P1337430220002)
Naurah Zalfa Indiawan (P1337430220011)
Rizma Mafudhotul Ilmiah (P1337430220013)
Regita Intan Natasya (P1337430220021)
Nofia Nur Rahmadany (P1337430220028)
Kemala Mustika Ratri (P1337430220031)
Seccio Achmad Suryandaru (P1337430220128)
M.Adi Masrukhin (P1337430220144)
Risna Putri Ashari (P1337430220177)

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


PRODI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN PROGRAM SARJANA
TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

A. Pengantar Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan


Anatomi berasal dari bahasa yunani yang berarti memotong, merupakan cabang ilmu
pengetahuan mengenai struktur tubuh pada manusia, hewan dan mahluk lainnya. Sedangkan
fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang berlangsungnya sistem kehidupan.

Sistem respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan
parameter kesehatan manusia. Jika salah satu sistem respirasi terganggu maka secara sistem lain
yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses
homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Proses Pernapasan terdiri dari beberapa proses penting yaitu pada sistem pernapasan, sistem
saraf pusat, serta sistem kardiovaskular . Sistem respirasi berperan untuk menukar udara
kepermukaan dalam paru-paru. Udara masuk dan menetap dalam system pernafasan dan masuk
dalam pernafasan. Sistem saraf pusat memberikan dorongan ritmik dari dalam untuk bernafas,
dan secara refleks merangsang toraks dan otot-otot diafragma, yang akan memberikan tenaga
pendorong gerakan udara. Sistem kardiovaskuler menyediakan pompa, jaringan pembuluh darah
yang diperlukan untuk mengangkut gas-gas antara paru-paru dan sel tubuh. Orang tergantung
pada oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan biasanya pasien meninggal.
Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi, warna merahnya hilang dan menjadi kebiru-biruan
dan ia disebut menderita sianosis.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

 Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
 Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke selsel
tubuh. Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
 Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
 Tulang rusuk terangkat ke atas
 Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
 Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
 Diafragma datar
 Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada
mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh
bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa
sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan
mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.

Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc
oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa 2
dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di
mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan
akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

 Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2


 Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
 Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
 Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan


mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan
yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi. Sistem
Pernapasan pada manusia terdiri atas:

a. Hidung
b. Faring
c. Trakea
d. Bronkus
e. Bronkiouls
f. Paru-paru

B. Pengertian Sistem Pernafasan


Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung (oksigen) serta mengehmbuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut
inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
System respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan
metabolism sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran system respirasi oksigen
diambil dari atmosfir, di transport masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen
dengan karbondioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi masuk kapiler darah
untuk dimanfaatkan olehsel dalam proses metabolisme.

C. Anatomi Sistem Pernafasan


1. Nasal

Hidung adalah organ indera penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi


penciuman berada di atap (langit-langit) hidung di area lempeng kribriformis
tulang etmoid dan konka superior. Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di udara.
Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak di mana sensasi bau
dipersepsikan. Ketika masuk dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan. Hal ini dilakukan oleh sel epitel yang memiliki lapisan mukus
sekresi sel goblet dan kelenjar mukosa. Lalu gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior didalam rongga hidung dan ke superior saluran pernapasan
bagian bawah menuju faring. Nares anterior adalah saluransaluran didalam lubang
hidung. Saluran-saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan selaput.

Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut nasopharing
dengan rongga hidung berhubungan dengan :
a. Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang kranial, yang berhubungan
dengan rongga hidung melalui ostium (lubang). Dan terdapat beberapa sinus
paranasalis, sinus maksilaris dan sinus ethmoidalis yang dekat dengan permukaan
dan sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis yang terletak lebih dalam.
b. Duktus nasolacrimalis, yang meyalurkan air mata kedalam hidung.
c. Tuba eustachius, yang berhubungan dengan ruang telinga bagian tengah.

2. Faring

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Bila
terjadi radang disebut pharyngitis. saluran faring rnemiliki panjang 12-14 cm dan
memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra servikalis ke-6. Faring berada di
belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar di bagian atasnya. Dari sini
partikel halus akan ditelan atau di batukkan keluar. Udara yang telah sampai ke
faring telah diatur kelembapannya sehingga hampir bebas debu, bersuhu
mendekati suhu tubuh. Lalu mengalir ke kotak suara (Laring).
Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan
laringofaring.
a. Nasofaring Bagian nasal faring terletak di belakang hidung dan di atas palatum
molle. Pada dinding lateral, terdapat dua saluran auditori, tiap saluran mengarah
ke masing-masing bagian tengah telinga. Pada dinding posterior, terdapat tonsil
faringeal (adenoid), yang terdiri atas jaringan limfoid.
b. Orofaring Bagian oral faring terletak di belakang mulut, memanjang dari
bagian bawah palatum molle hingga bagian vertebra servikalis ke-3. Dinding
lateral bersatu dengan palatum molle untuk membentuk lipatan di tiap sisi. Antara
tiap pasang lipatan, terdapat kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil
palatin. Saat menelan, bagian nasal dan oral dipisahkan oleh palaturn molle dan
uvula. Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur
kebawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak. Amandel palatinum
terletak pada kedua sisi orofaring posterior.
c. Laringofaring Bagian laringeal faring memanjang dari atas orofaring dan
berlanjut ke bawah esofagus, yakni dari vertebra servikalis ke-3 hingga 6.
Mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk system
respiratorik selanjutnya.
3. Laring

Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-
otot yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai
pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan
nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain
oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya difteri) dan tumor. pada
waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis (pemisah saluran
pernapasan bagian atas dan bagian bawah) seperti pintu epiglotis yang berbentuk
pintu masuk. Jika benda asing masuk melampaui glotis batuk yang dimiliki laring
akan menghalau benda dan sekret keluar dari pernapasan bagian bawah.

Di bagian larynk terdapat beberapa organ yaitu :


a. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan untuk menutup laring sewaktu orang
menelan. Bila waktu makan kita berbicara (epiglottis terbuka), makanan bisa
masuk ke laring (keslek) dan terbatuk - batuk. Pada saat bernafas epiglotis terbuka
tapi pada saat menelan epiglotis menutup laring. Jika masuk ke laring maka akan
batuk dan dibantu bulu-bulu getar silia untuk menyaring debu, kotoran-kotoran.
b. Jika bernafas melalui mulut udara yang masuk ke paru-paru tak dapat disaring,
dilembabkan atau dihangatkan yang menimbulkan gangguan tubuh dan sel - sel
bersilia akan rusak adanya gas beracun dan dehidrasi.
c. Pita suara, terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan dikendurkan,
sehingga lebar sela - sela antara pita - pita tersebut berubah-ubah sewaktu
bernafas dan berbicara. Selama pernafasan pita suara sedikit terpisah sehingga
udara dapat keluar masuk.

4. Trakea

Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20


cincin kartilago yang terdiri dari tulang - tulang rawan yang terbentuk seperti C.
Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel
cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung ke bronkus. Dimana
bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial.
tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di karina menjadi
bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri dan
kanan), Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan
batuk berat jika dirangsang
Trakea terdiri atas tiga lapis jaringan yaitu:
a. Lapisan luar terdiri atas jaringan elastik dan fibrosa yang membungkus
kartilago.
b. Lapisan tengah terdiri atas kartilago dan pita otot polos yang membungkus
trakea dalam susunan helik. Ada sebagian jaringan ikat, mengandung pembuluh
darah dan limfe, serta saraf otonom.
c. Lapisan dalam terdiri atas epitelium kolumnar penyekresi mucus.

5. Paru - Paru

Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan


tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur
blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung,
arteri dan vena besar, esofagus dan trakea.

Paru-paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan pembagaian


ruang sebagai berikut :

a. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior.

b. paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus yaitu
lobus superior dan inferior Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,
sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung
150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.

6. Bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer
bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan
diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah
percabangan bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki,
bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan
alveoli. Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai
memasuki paru-paru disebut intrapulmonar.

Bronkus Dua bronkus primer terbentuk oleh trakea yang membentuk


percabangan
a. Bronkus kanan, bronkus ini lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal
daripada bronkus kiri sehingga cenderung sering mengalami obstruksi oleh benda
asing. Panjangnya sekitar 2,5 cm. Setelah rnemasuki hilum, bronkus kanan terbagi
menjadi tiga cabang, satu untuk tiap lobus. Tiap cabang kemudian terbagi menjadi
banyak cabang kecil.
b. Bronkus kiri, panjangnya sekitar 5 cm dan lebih sempit daripada bronkus
kanan. Setelah sampai di hilum paru, bronkus terbagi menjadi dua cabang, satu
untuk tiap lobus. Tiap cabang kemudian terbagi menjadi saluran-saluran kecil
dalam substansi paru.
Bronkus bercabang sesuai urutan perkembangannya menjadi Bronkiolus,
bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorik, duktus alveolus, dan akhirnya,
alveoli.

7. Bronkiolus
Bronkiolus adalah jalan nafas intralobular bergaris tengah 5 mm atau
kurang, tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar dalam mukosanya
(Junqueira, 1997). Bronkiolus merupakan cabang kecil yang membawa udara dari
bronkus ke alveoli paru-paru (Nordmann, 2012). Bronkiolus didefinisikan sebagai
melakukan saluran udara berdiameter kurang dari 1 mm yang tidak memiliki
tulang rawan di dindingnya

a. Bronkiolus Terminalis (bagian melintang).

Bronkiolus terminal (membran bronkiolus) adalah bronkiolus yang paling


distal yang tidak mengandung alveoli dan memiliki kolumnar ephitelium
sederhana (mukosa bronchiolar) yang tersusun dari sel kolumnar bersilia dan
sel clara yang tidak bersilia, lapisan otot polos, dan jaringan ikat adventitia
(Cagle, 2008). Bronkiolus terminalis juga memiliki sel clara. Sel ini tidak
memiliki silia, pada bagian apikalnya terdapat kelenjar sekretorik dan
diketahui mensekresi glikosaminoglikan yang mungkin melindungi lapisan
bronkiolus (Junqueira, 1997).

b. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus terminalis adalah bronkiolus yang paling distal, tidak
mengandung alveoli, dan memiliki kolumnar ephitelium sederhana yang
tersusun dari sel kolumnar bersilia, sel clara yang tidak bersilia, lapisan otot
polos, dan jaringan ikat adventitia. Bronkus terminalis bercabang menjadi
bronkiolus repiratorius yang ditandai dengan mulai adanya kantongkantong
udara (alveolus) berdinding tipis.

c. Bronkiolus Respiratorius

Bronkiolus respiratorius merupakan saluran pendek bercabang-cabang


dengan panjang 1-4 mm, biasanya bergaris tengah kurang dari 0,5 mm berasal
dari bronkiolus terminalis. Adapun fungsi dari bronkiolus respiratorius ini
sebagai peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari sistem
pernapasan.

d. Duktus Alveolaris
Duktus alveolaris merupakan saluran berdinding tipis, berbentuk kerucut,
dilapisi oleh epitel selapis gepeng. Duktus alveolaris dan alveolus keduanya
dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus (Junqueira, 1997). Duktus
alveolaris bermuara kedalam atrium, yang berhubungan dengan sakus
alveolaris, dua atau lebih sakus alveolaris timbul dari setiap atrium. Banyak
serat elastin dan retikulin membentuk jalinan rumit sekitar muara atrium,
sakus alveolaris, dan alveoli. Serat-serat elastin memungkinkan alveolus
mengembang sewaktu inspirasi dan berkontraksi secara pasif selama
ekspirasi. Serta-serat retikulin berfungsi sebagai penunjang yang mencegah
pengembangan yang berlebihan dan pengerusakan pada kapiler-kapiler halus
dan septa alveolaris yang tipis (Junqueira, 1997).

8. Alveolus

Alveolus adalah benjolan dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,


dan sakus alveolaris yang berbentuk menyerupai kantung, bergaris tengah
kurang dari 200 µm.

Alveoli dikelilingi oleh jaringan kapiler padat. Pertukaran gas di paru


(respirasi eksternal) berlangsung di membran yang disusun oleh dinding
alveolar dan dinding kapiler yang bergabung bersama. Membran ini disebut
membran respiratorik. Di antara sel skuamosa terdapat sel septal yang
menyekresi surfaktan, suatu cairan fosfolipid yang mencegah alveoli dari
kekeringan. Selain itu, surfaktan berfungsi mengurangi tekanan dan mencegah
dinding alveolus mengalami kolaps saat ekspirasi. Sekresi surfaktan ke
saluran napas bawah dan alveoli dimulai saat janin berusia 35 minggu.
9. Pleura

Paru-paru dibungkus oleh pleura yang menempel langsung ke paru,


disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada
dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga
memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada
gesekan dengan dinding dada

D. Fisiologi Sistem Pernafasan


1. Paru – Paru
Memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2 untuk pertukaran
udara. Tiap paru memiliki: apeks yang mencapai ujung sternal kosta pertama,
permukaan costovertebral yang melapisi dinding dada, basis yang terletak di atas
diafragma dan permukaan mediastinal yang menempel dan membentuk struktur
mediastinal di sebelahnya.
Paru kanan terbagi menjadi lobus atas, tengah, dan bawah oleh fissura obliqus dan
horizontal. Paru kiri hanya memiliki fissura obliqus sehingga tidak ada lobus tengah.
Segmen lingular merupakan sisi kiri yang ekuivalen dengan lobus tengah kanan.
Namun, secara anatomis lingual merupakan bagian dari lobus atas kiri. Struktur yang
masuk dan keluar dari paru melewati hilus paru yang diselubungi oleh kantung pleura
yang longgar.
Setiap paru diselubungi oleh kantung pleura berdinding ganda yang membrannya
melapisi bagian dalam toraks dan menyelubungi permukaan luar paru. Setiap pleura
mengandung beberapa lapis jaringan ikat elastik dan mengandung banyak kapiler.
Diantara lapisan pleura tersebut terdapat cairan yang bervolume sekitar 25-30 mL
yang disebut cairan pleura. Cairan pleura tersebut berfungsi sebagai pelumas untuk
gerakan paru di dalam rongga.
Bronki dan jaringan parenkim paru mendapat pasokan darah dari arteri bronkialis
cabang-cabang dari aorta thoracalis descendens. Vena bronkialis, yang juga
berhubungan dengan vena pulmonalis, mengalirkan darah ke vena azigos dan vena
hemiazigos. Alveoli mendapat darah deoksigenasi dari cabang-cabang terminal arteri
pulmonalis dan darah yang teroksigenasi mengalir kembali melalui cabang-cabang
vena pulmonalis. Dua vena pulmonalis mengalirkan darah kembali dari tiap paru ke
atrium kiri jantung.
Drainase limfatik paru mengalir kembali dari perifer menuju kelompok kelenjar
getah bening trakeobronkial hilar dan selanjutnya menuju trunkus limfatikus
mediastinal. Paru dipersyarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal paru.
Pleksus ini terdiri dari serabut simpatis (dari truncus simpaticus) dan serabut
parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut eferen dari pleksus mensarafi otot-otot
bronkus dan serabut aferen diterima dari membran mukosa bronkioli dan alveoli.

2. Saluran Napas
Saluran pernapasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernapasan menjadi dua bagian, yakni
saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah. Setelah melalui saluran
hidung dan faring, tempat udara pernapasan dihangatkan dan dilembabkan oleh uap
air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui bronkiolus, bronkiolus
respiratorius, dan duktus alveolaris sampai alveolus. Antara trakea dan kantong
alveolar terdapat 23 kali percabangan saluran udara. Enam belas percabangan
pertama saluran udara merupakan zona konduksi yang meyalurkan udara dari dan ke
lingkungan luar. Bagian ini terdiri atas bronkus, bronkiolus, dan bronkiolus
terminalis. Tujuh percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dan zona
respirasi, dimana proses pertukaran gas terjadi, terdiri atas bronkiolus respiratorius,
duktus alveolaris, dan alveolus. Adanya percabangan saluran udara yang majemuk ini
meningkatkan luas total penampang melintang saluran udara, dari 2,5 cm2 di trakea,
menjadi 11. 800 cm2di alveoli. Akibatnya, kecepatan aliran udara di dalam saluran
udara kecil berkurang ke nilai yang sangat rendah.

Tiap alveolus dikelilingi oleh pembuluh kapiler paru. Di sebagian besar daerah,
udara dan darah hanya dipisahkan oleh epitel alveolus dan endotel kapiler sehingga
keduanya hanya terpisah sejauh 0,5 μm. Tiap alveolus dilapisi oleh 2 jenis sel epitel,
yaitu sel tipe 1 dan sel tipe 2. Sel tipe 1 merupakan sel gepeng sebagai sel pelapis
utama, sedangkan sel tipe 2 (pneumosit granuler) lebih tebal, banyak mengandung
badan inklusi lamelar dan mensekresi surfaktan. Surfaktan merupakan zat lemak yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan.
3. Otot Pernapasan
Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratoraks sebesar 75%
selama inspirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekeliling bagian dasar rongga
toraks, yang membentuk kubah diatas hepar dan bergerak ke arah bawah seperti
piston pada saat berkontraksi. Jarak pergerakan diafragma berkisar antara 1,5 cm
sampai 7 cm saat inspirasi dalam.
Otot inspirasi utama lainnya adalah musculus interkostalis eksternus, yang
berjalan dari iga ke iga secara miring ke arah bawah dan ke depan. Poros iga bersendi
pada vertebra sehingga ketika musculus intercostalis eksternus berkontraksi, iga-iga
dibawahnya akan terangkat. Gerakan ini akan mendorong sternum ke luar dan
memperbesar diameter anteroposterior rongga dada. Diameter transversal juga
meningkat, tetapi dengan derajat yang lebih kecil. Musculus interkostalis eksternus
dan diafragma dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat pada keadaan istirahat.
Musculus scalenus dan musculus sternocleidomastoideus merupakan otot inspirasi
tambahan yang ikut membantu mengangkat rongga dada pada pernapasan yang sukar
dan dalam.
Otot ekspirasi akan berkontraksi jika terjadi ekspirasi kuat dan menyebabkan
volume intratoraks berkurang. Musculus intercostalis internus bertugas untuk
melakukan hal tersebut karena otot-otot ini berjalan miring ke arah bawah dan
belakang dari iga ke iga sehingga ketika berkontraksi, otot-otot ini akan menarik
rongga dada ke bawah. Kontraksi otot dinding abdomen anterior juga membantu
proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga ke bawah dan ke dalam serta dengan
meningkatkan tekanan intra-abdomen yang akan mendorong diafragma ke atas.

E. Mekanisme Pernafasan
1. Inspirasi dan Ekspirasi
Paru dan dinding dada merupakan struktur yang elastis. Pada keadaan normal,
hanya ditemukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada (ruang
intrapleura). Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan
meningkatkan volume intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan
turun dari sekitar -2,5 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi,
menjadi -6 mmHg. Jaringan paru akan semakin teregang. Tekanan didalam saluran
udara menjadi sedikit lebih negatif dan udara akan mengalir ke dalam paru. Pada
akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan
ekspirasi sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya recoil jaringan paru dan
dinding dada. Tekanan di saluran udara menjadi lebih positif dan udara mengalir
meninggalkan paru. Ekspirasi selama pernapasan tenang merupakan proses pasif yang
tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks. Namun, pada
awal ekspirasi, sedikit kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini bertujuan
untuk meredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.
Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun menjadi -30 mmHg sehingga
pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar. Bila ventilasi meningkat, derajat
pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yang
menurunkan volume intratoraks.

2. Volume dan Kapasitas Paru


Volume paru dan kapasitas paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem
pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat
diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi paru.

a. Volume Paru
Empat macam volume paru tersebut jika semuanya dijumlahkan, sama dengan
volume maksimal paru yang mengembang atau disebut juga total lung capacity, dan
arti dari masing-masing volume tersebut adalah sebagai berikut :
1. Volume tidal merupakan jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap kali
inspirasi atau ekspirasi pada setiap pernapasan normal. Nilai rerata pada
kondisi istirahat = 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat masuk
ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa dan diatas
volume tidal, digunakan pada saat aktivitas fisik.
3. Volume cadangan inspirasi dicapai dengan kontraksi maksimal diafragma,
musculus intercostalis eksternus dan otot inspirasi tambahan. Nilai rerata =
3000 ml.
4. Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan
secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi secara maksimal,
setelah ekspirasi biasa. Nilai rerata = 1000 ml.
5. Volume residual merupakan udara yang masih tertinggal di dalam paru setelah
ekspirasi maksimal. Volume ini tidak dapat diukur secara langsung
menggunakan spirometri. Namun, volume ini dapat diukur secara tidak
langsung melalui teknik pengenceran gas yang melibatkan inspirasi sejumlah
gas tertentu yang tidak berbahaya seperti helium. Nilai rerata = 1200 ml.

b. Kapasitas Paru

Kapasitas paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam


paru seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke
dalam paru akan ditentukan oleh kemampuan compliance sistem pernapasan.
Semakin baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh
semakin banyak.

1. Kapasitas vital yaitu jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru
dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital
mencerminkan perubahan volume maksimal yang dapat terjadi di paru.
Kapasitas vital merupakan hasil penjumlahan volume tidal dengan volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi. Nilai rerata = 4500 ml.
2. Kapasitas inspirasi yaitu volume udara maksimal yang dapat dihirup pada
akhir ekspirasi biasa. Kapasitas inspirasi merupakan penjumlahan volume
tidal dengan volume cadangan inspirasi. Nilai rerata = 3500 ml.
3. Kapasitas residual fungsional yaitu jumlah udara di paru pada akhir ekspirasi
pasif normal. Kapasitas residual fungsional merupakan penjumlahan dari
volume cadangan ekspirasi dengan volume residual. Nilai rerata = 2200 ml.
4. Kapasitas total paru yaitu jumlah udara dalam paru sesudah inspirasi
maksimal. Kapasitas total paru merupakan penjumlahan dari keseluruhan
empat volume paru atau penjumalahan dari kapasitas vital dengan volume
residual. Nilai rerata = 5700 ml.

F. Frekuensi Pernapasan
Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut
sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan manusia setiap
menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi
pernapasannya.Hal ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita.Kebutuhan akan oksigen serta produksi
karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
3. Suhu Tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin cepat frekuensi
pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses metabolism
yang terjadi dalam tubuh.
4. Posisi atau Kedudukan Tubuh
Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan berbeda dibandingkan
dengan ketika sedang berjongkok atatu berdiri.Hal ini berhubungan erat
dengan energy yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat
tubuh.

5. Aktivitas
Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan akan
membutuhkan lebih banyak energi daripada orang yang diamatau santai, oleh
karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan
frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak.
Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida
(CO₂) dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA

jiptummpp-gdl-nurilzakiy-50487-3-babii.pdf

http://perpus.poltekkesgorontalo.ac.id//index.php?p=show_detail&id=2431

http://eprints.undip.ac.id/46168/3/Adisty_Octaviyani_22010111140171_Lap.KTI_Bab2.pd
f

anatomi-dan-fisiologi-sistem-respirasi.pdf (wordpress.com)

1267ef1a6941f10cd436af892efd71b1.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1267ef1a6941f10cd436af892efd71
b1.pdf

Bronkus : Pengertian, Struktur Bagian, Fungsi, Gangguan dan Penyakit Pada Bronkus
Lengkap – Sekolahan.Co.Id

VETERINER: histologi sistem respirasi (farhan-gibran.blogspot.com)

Keperawatan Medikal Bedah 1: Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


(kmb1desyridhamulyani.blogspot.com)

6. Pleura and lung (slideshare.net)

Anda mungkin juga menyukai