RULLY MAIDY
11141092
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu
saluran
pernapasan
(nasofarings)
c. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi
olehotot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paruparu ada dua bagian yaitu paru-paru kanan ( pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan
paru-paru kiri( pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua
dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut
pleuraluar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang
berfungsi
sebagai
pelumas
paru-paru.
Cairan
pleura
berasal
dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel
terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah.
Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang
sangatlebar untuk pertukaran gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm,
dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki
gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang
tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran,
terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang
rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia.
Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah
satusisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena
alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan
terjadinya difusi gas pernapasan.
(Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu, Yogyakarta.)
Neuron motorik untuk ekspirasi akan dihambat apabila neuron motorik untuk otot
inspirasi diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun refleks spinal ikut berperan pada
persarafan timbal-balik (reciprocal innervation). Aktivitas pada jaras descendens-lah
yang berperan utama. Impuls melalui descendens akan merangsang otot agonis dan
menghambat yang antagonis. Satu pengecualian kecil pda inhibasi timbul balik ini
adalah terdpatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson N.phrenicus untuk jangka waktu
singkat, setelah proses inspirasi. Funsi keluaran pasca inspirasi ini nampaknya adalah
untuk meredam daya rekoil elastik jaringa paru dan menghasilkan pernafasan yang
halus (smooth).
c. Pengaturan Aktivitas Pernafasan
Baik peningkatan PCO2 atau kosentrasi H+ darah arteri maupun penurunan PO2 akan
membesar derajat aktivitas neuron pernafasan di medulla oblongata, sedangkan
perubahan ke arah yang berlawanan mengakibatkan efek inhibisi ringan. Pengaruh
perubahan kimia darah glomus karotikum dan aortikum serta sekumpulan sel di
medulla oblongata maupun di lokasi lain Yng peka terhadapperubahan kimiawi dalam
darah. Reseptor tersebut membangkitkan impuls yang merangsang pusat pernafasan .
bersamaan dengan dasar pengendalian pernafasan kimiawi, berbagai aferen lain
menimbulkan pengaturan non kimiawi yang memengaruhi pernafasan pada keadaan
tertentu. Untuk berbagai rangsang yang memengaruhi pusat pernafasan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Berbagai rangsang yang memengaruhi pusat pernafasan:
1. Pengendalian kimia
a. CO2 (melalui konsetrasi H+ di LCS dan cairan dan aortikum)
b. O2 ( melalui glomus karotikum dan aortikum)
c. H+ (melalui glomus karotikum dan aortikum)
2. Pengendalian non-kimia
a. Aferen nervus vagus dari reseptor di saluran pernafasan dan paru
b. Aferen dari pons, hipothalamus dan sistem limbik
c. Aferen dan proprioseptor
d. Aferen dari baroreseptor : arteri, atrium, ventrikel, pulmonal
d. Pengendalian Kimiawi Pernafasan
Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi sedemikian rupa
sehingga PCO2 alveoli pada keadaan normal dipertahankan tetap. Dampak kelebihan
H+ di dalam darah akan dilawan, dan PO2 akan ditingkatkan apabila terjadi penurunan
mencapai tingkat yang membahayakan. Volume pernafasan semenit berbanding lurus
dengan laju metabolisme, tetapi penghubung antar metabolisme dan ventilasi adalah
CO2 bukan O2. Resptor di glomus karotikum dan aortikum terangsang oleh
peningkatan PCO2 ataupun kosentrasi H+ darah arteri atau oleh penurunan PO2.
Setelah denervasi kemoreseptor karotikum, respons terhadap penurunan PO2 akan
hilang, efek utama hipoksia setelah deverasi glomus karotikum adalah penekanan
langsung pada pusat pernafasan. Respons terhadap perubahan kosentrasi H+ darah
arteri pada pH 7,3-7,5 juga dihilangkan , meskipun perubahan yang lebih besar masih
dapat menimbulkan efek. Sebaliknya respons terhadap perubahan PCO 2 darah arteri
hanya sedikit di pengaruhi, dengan penurunan tidak lebih dari 30-35%.
e. Pengangkutan Oksigen Ke Jaringan
Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuhterdiri atas paru dan sistem kardiovaskuler.
Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu bergantung pada, jumlah oksegen
yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas dalam yang adekuat. Aliran darah
bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler di dalam jaring an serta curah
jantung. Jumlah oksigen di dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen yang larut,
jumlah hemoglobin dalam darah dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9134186/Anatomi_Sistem_Pernapasan_Pernapasan
https://www.scribd.com/doc/246417814