Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Batuk merupakan mekanisme pertahanan paru yang alami untuk
menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan mencegah masuknya benda
asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang
abnormal dari dalam saluran nafas (1).
Batuk melindungi sistem pernafasan dengan membersihkan zat asing
atau kelebihan sekresi mukus dalam saluran pernafasan. Batuk juga
merupakan manifestasi awal dari penyakit serius seperti pneumonia,
peradangan pada saluran pernafasan atau neoplasia, tuberculosis, asma
atau infeksi paru (2).
Batuk

dapat

terjadi

akibat

berbagai

penyakit

/proses

yang

merangsang reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada
keadaan-keadaan psikogenik tertentu. Dalam hal ini perlu dilakukan
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain seperti tes
sputum, rontgen toraks, tes fungsi paru, dan lain-lain (3).
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan yang
menyebabkan perasaan yang tidak nyaman, gangguan tidur, gangguan
untuk beraktivitas dan menurunkan kualitas hidup olehnya itu diperlukan
swamedikasi untuk mengatasi batuk tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembelajaran mengenai batuk adalah :
1. Memahami definisi batuk dan faktor-faktor yang menyebabkan
2.
3.
4.
5.
6.

batuk
Mengetahui etiologi dan patofisiologi batuk
Mengetahui mekanisme terjadinya batuk
Mengetahui jenis-jenis batuk
Mengetahui gejala- gejala yang menyertai batuk
Mengetahui penatalaksanaan terhadap batuk
BAB II
TINJAUAN1 PUSTAKA

II. 1 Definisi Batuk


Batuk dalam bahasa latin disebut tussis yang dapat terjadi secara
tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu
membersihkan salurann pernapasan dari lendir, iritasi, partikel asing dan
mikroba. Batuk merupakan suatu gejala dari berbagai penyakit yang
menyangkut saluran pernapasan dan paru-paru (4).
Batuk juga merupakan ekspresi eksplosif yang menyediakan
mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial
dari sekret dan zat-zat asing (5).
Batuk merupakan mekanisme pertahanan ekspulsif refleks alami
tubuh, untuk membersihkan kelebihan sekresi atau mukosa ataupun iritan
yang terhirup atau racun atau zat asing pada saluran pernapasan. Batuk
melindungi

sistem

pernapasan

dengan

mengosongkan

atau

membersihkan sistem pernapasan (6).


II.2

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

II.2.1 Anatomi Sistem Pernafasan


Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang
ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paruparu kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri mempunyai
dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit
terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan
kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum (7).
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi
menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput
yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput
yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat
2
rongga yang disebut kavum pleura (8).

Sistem pernafasan dapat dibagi ke dalam sistem pernafasan bagian


atas dan pernafasan bagian bawah.
1. Pernafasan bagian atas meliputi, hidung, rongga hidung, sinus
paranasal, dan faring.
2. Pernafasan bagian bawah meliputi, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveolus paru (8).
Pergerakan dari dalam ke luar paru terdiri dari dua proses, yaitu
inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke
dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke
atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi
yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot
pernafasan dibagi menjadi dua yaitu,
1. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
2. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus
(9).

Gambar 1. Anatomi Paru


Sumber : Pearce, Anatomi dan Fisiologi)

II. 2 Fisiologi Paru-Paru

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam


keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding
dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada.
Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di
bawah tekanan atmosfer (8).
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan
karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara
kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut (10).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang
menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paruparu utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung
paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana
oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia
bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka
oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan kecenderungan
alveoli untuk mengempis (11).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi
menjadi empat mekanisme dasar, yaitu: 1. Ventilasi paru, yang berarti
masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer 2. Difusi dari
oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah 3. Transport dari
oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel
4. Pengaturan ventilasi (8).
Pada waktu menarik nafas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi
pengeluaran pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma
menutup dalam, penarikan nafas melalui isi rongga dada kembali
memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma
dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernafas merupakan

dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernafas dalam dan
volume udara bertambah (12). Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi
otot-otot. Inspirasi menaikkan volume intratoraks. Selama bernafas
tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap
atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -6mmHg dan paruparu ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan
udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paruparu. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi
dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan
dalam jalan pernafasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga udara
mengalir ke luar dari paru-paru (12). Selama pernafasan tenang, ekspirasi
merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru.
Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan
lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan
volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan
tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara
saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir
keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama
kembali pada akhir ekspirasi (13). Proses setelah ventilasi adalah difusi
yaitu, perpindahan oksigen dari alveol ke dalam pembuluh darah dan
berlaku sebaliknya untuk karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah
yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang
berpengaruh pada difusi gas dalam paru yaitu, faktor membran, faktor
darah dan faktor sirkulasi. Selanjutnya adalah proses transportasi, yaitu
perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan
bantuan aliran darah (8).

II.3 Etiologi Batuk


Menurut Chen dan Kellman dalam studi prospektif menyatakan
etiologi dari batuk kronis banyak dan mungkin termasuk patologi dari
hidung dan nasofaring bronkial distal. Adanya involunter akibat dari iritasi
terhadap infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah,
asap rokok, abu dan bulu hewan terutama kucing. Antara lain penyebab
akibat penyakit respiratori adalah seperti asma, postnasal drip, penyakit
pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis
interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus atau
terapi inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme). Selain itu, paralisis
pita suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi
nervus laryngeus misalnya akibat tumor (4).

II.4

Patofisiologi Batuk
Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor

ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam
maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara
lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor
akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan
sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah
percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga,
lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma.
Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang
mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan
juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus.
Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus
glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus
menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.

Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang


terletak di medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah.
Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen nervus vagus, nervus
frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus
fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini
berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal,
dan lain-lain (4).
II.5

Mekanisme Terjadinya Batuk


Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase

yaitu (Cough) (4) :


1. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea,
bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus
dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan
faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat
kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam
dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak
masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat
kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada
membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke
dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan
memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta
memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan
mekanisme pembersihan yang potensial.
3. Fase kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot


adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase
ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH 2O agar terjadi batuk
yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis
terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap
terbuka.
4. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot
ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar
dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda
asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan
cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase
mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara
batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran
nafas atau getaran pita suara.

Fase I

Fase II

Fase III

Gambar 2 . Gambar Skematik tiga fase terjadinya batuk


Fase I : Fase Inspirasi (Inspirasi dalam, peningkatan volume paru
Fase II : Fase Kompresi ( Penutupan Glotis, udara dalam paru
terperangkap tertekan
Fase III : Fase Ekspirasi (Glotis terbuka tiba-tiba, pengeluaran udara
secara cepat, diikuti pengeluaran sekret dan bahan bahan yang lain

II.6 Jenis- Jenis Batuk (14).


Dapat dibedakan 2 jenis batuk, yakni batuk produktif (dengan dahak)
dan batuk non-produktif (kering).

1. Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan


fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan dahak
dari batang tenggorok seperti diuraikan diatas. Batuk ini pada
hakekatnya tidak boleh ditekan oleh obat pereda. Tetapi dalam
praktek sering kali batuk yang hebat mengganggu tidur dan
meletihkan

pasien

ataupun

berbahaya,

misalnya

setelah

pembedahan. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk


umumnya dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat batuk
(antitussive) yakni zat pelunak, ekspektoransia, mukolitika dan
pereda batuk.
2. Batuk non-produktif bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya
pada

batuk

rejan

(pertussis,

kinkhoset)

atau

juga

karena

pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti pada tumor. Batuk


menggelitik ini tidak ada manfaatnya, menjengkelkan dan sering
kali mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk demikian akan
berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu batuk
akan kembali merangsang mukosa tenggorok dan faring.
Jenis lain dari batuk batuk berdasarkan frekuensinya yaitu (4):
1. Batuk akut adalah batuk dengan durasi 3 minggu yang biasanya
disebabkan karena infeksi pernafasan yang disebabkan oleh virus ,
asma, pnemonia. Batuk subakut yaitu dengan periode batuk 3-8
minggu yang biasanya disebabkan karena infiksi yang berulang,
sinusistis karena bakteri.
2. Batuk kronis adalah batuk dengan durasi lebih dari 8 minggu. Batuk ini
biasanya disebabkan karena Gastrointestinal reflux disease (GERD),
PPOK, kanker, kegagalan vantikel kiri, efek samping penggunaan
ACE-inhibitor.
II.7 Penyebab batuk (15,16).

10

Batuk disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor faktor tersebut


meliputi faktor infeksi, faktor internal, faktor eksternal dan faktor
psikogenik.
a. Faktor infeksi meliputi infeksi

dari bakteri, virus dan beberapa

kelompok fungi (infeksi Aspergillus).


b. Faktor eksternal disebabkan oleh paparan debu, suhu yang dingin,
merokok dan. Beberapa obat-obatan juga menginduksi terjadinya
batuk, seperti pengguanaan ACE-Inhibitor yang menyebabkan
batuk.
c. Faktor internal meliputi berbagai penyakit yang dapat mencetuskan
terjadinya batuk. Seperti pada penderita sinusitis, gagal jantung
kongestif, asma, kanker, radang paru-paru, tuberculosis, dan
refluks gastroesofagus
d. Faktor psikogenik seperti kebiasaan membersihkan mukus.

II. 8

Tanda dan Gejala Batuk


Batuk itu sendiri merupakan gejala, biasanya berhubungan dengan

sakit tenggorokan, suara yang serak, sesak napas, nyeri ulu hati, pusing,
yang akan menghasilkan sekret yang putih/kuning-kehijauan, atau dahak
yang berwarna merah (17).

II.9

Penatalaksanaan Batuk (14).

II.9.1 Terapi Non Farmakologi


Tindakan

penting

adalah

terutama

berhenti

merokok

guna

menghindarkan perangsangan lebih lanjut dari saluran nafas. Disamping


itu dapat dilakukan inhalasi uap air (mendidih) yang dihirup guna

11

memperbanyak secret yang diproduksi di tenggorokan. Metode ini efektif


dan murah, terutama pada batuk dalam yang artinya bila rangsangan
batuk timbul dari pangkal tenggorok. Seringkali minum banyak air juga
menghasilkan efek yang sama
Guna meningkatkan efek inhalasi seringkali dibubuhkan minyak
atsiri atau mentol pada air mendidih, agar

uapnya turut dihirup dan

menimbulkan vasodilatasi dan perasan lega di saluran nafas.


II.9.2 Terapi Farmakologi
Antitusiva (L. tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk
sebagai gejala dan dapat dibagi dalam sejumlah kelompok dengan
mekanisme kerja yang sangat beragam-ragam, yaitu :
1. Zat pelunak batuk (emolliensia) yang memperlunak rangsangan
batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering dan melunakkan
mukosa yang teriritasi.
a. Succus liquiritae (obat batuk hitam). Serbuk yang berwarna
hitam ini diperoleh dari ekstrak akar tumbuhan Glycyrrhiza
glabra (akar manis) dan mengandung dua asam (glycrrhizic acid
dan glycyrrhetic acid), liquiritn yang bersifat spasmolitis dan
flavanoida lain, seperti fyto-estrogen. Obat ini banyak digunakan
sebagai salah satu komponen dari sediaan obat batuk guna
mepermudah pengeluaran dahak dan sebagai bahan untuk
memperbaiki rasa (corrigens rasa)
Efek sampingnya pada dosis lebih tinggi dari 3 g sehari berupa
nyeri kepala, udema, dan teganggunya keseimbangan elektrolit,
akibat efek mineralokortikoid dan hipernatrimia dari asam
glycryrrizinat. Yang terkenal adalah hipertensi pada mereka
yang makan terlalu banyak drop(gula-gula dari succcus). Dosis :
oral 1-3 g sehari
2. Ekspektoransia. Zat zat ini memperbanyak produksi dahak (yang
encer) dan dengan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga
mempermudah

pengeluarannya

dengan

batuk.

Mekanisme

kerjanya adalah merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung

12

yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari


saluran lambung-usus dan sebagai reflex memperbanyak saluran
napar. Diperkirakan bahwa kegiatan ekspektoransia juga dapat
dipicu dengan meminum banyak air
a. Kalium iodida
Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorok dan
mencairkannya. Tetapi obat batuk (hampir) tidak efektif. Namun
obat ini banyak digunakan dalam sediaan batuk, khususnya
pada asma. Meskipun resiko akan efek samping besar sekali.
Kalium iodida terutama digunakan untuk profilaksis dan terapi
struma (gondok) dan hipertirosis, serta untuk obat tetes mata
(larutan

1%),

pada

lensa

mata

keruh

(katarak).

Efek

sampingnya kuat dan berupa gangguan tiroid, strauma, urticaria


juga hiperkalemia. Dosis : pada batuk oral 3 kali sehari 0,5-1 g
maksmila 6 g sehari. Bagi pasien yang tidak boleh diberikan
kalium, obat ini dapat diganti dengan natriumiodida dengan
khasiat yang sama.
b. Amonium klorida
Memiliki efek diuretik lemah yang menyebabkan acidosis, yakni
kelebihan asam dalam darah. Darah yang bersifat asam akan
merangsang pusat pernafasan, sehingga frekuensi nafas akan
meningkat dan getaran silia di saluran napas akan distimulasi.
Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaan sirup
batuk, misalnya obat batuk hitam. Efek sampingnya hanya
terjadi pada dosis tinggi dan berupa asidosis dan gangguan
lambung,

berhubung

dengan

sifatnya

yang

merangsang

mukosa. Dosis oral adalah 100-150 mg tiga sampai empat kali


sehari , maksimal 3 g seharinya
c. Guaifenesin
Adalah derivat guaiakol yang banyak digunakan sebagai
ekpektroan dalam berbagai jenis sediaan batuk popular. Pada
dosis tinggi bekerja merelaksasi otot, seperti mefenesin. Efek
sampingnya kadang kala berupa iritasi lambung yang dapat

13

dikurangi bila diminum dengan segelas air. Dosis oral yaitu 100200 mg empat sampai enam kali sehari
d. Minyak atsiri
Minyak atsiri berkhasiat menstimulasi sekresi dahak, bekerja
spasmolisis (melawan kejang) , antiradang dan juga bersifat
antibakteriostatik lemah. Berdasarkan pada sifat ini, minyak
atsirih banyak digunakan dalam sirup obat batuk atau sebagai
obat inhalasi.
3. Mukolitik. Zat-zat ini melarutkan dahak sehingga viskositasnya
dikurangi dan pengeluarannya dipermudah. Lendir memiliki gugus
sulfhidril (-SH) yang saling mengikat makromolekulnya. Senyawa
sistein dan mesna ini membuka jembatan disulfide ini dengan jalan
memutuskan serat-serat (rantai panjang) dari mucopolysaccharida.
Mukolitika digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak
yang kental sekali, seperti pada bronchitis, emfisema dan
mucoviscidosis. Tetapi pada umumya zat-zat ini tidak berguna bila
gerakan bulu getar terganggu seperti pada perokok atau akibat
infeksi.
a. Bromheksin
Derivat sikloheksil ini berkhasiat mukolitik pada dosis yang
cukup

tinggi.

Viskositas

dahak

dikurangi

dengan

jalan

depolimerisasi serat-serat mukopolisakaridanya. Resopsinya


dari usus baik, mulai kerjanya per oral setelah 5 jam sedangkan
sebagai inhalasi setelah 15 menit. Dalam hati, zat ini dirombak
menjadi

metabolit

aktif

ambroxol

yang

juga

sebagai

mukolitikum.Efek sampingnya berupa gangguan saluran cerna,


perasaan pusing dan berkeringat, tetapi jarang terjadi. Pada
inhalasidapat terjadi bronkokontriksi ringan. Dosis oral 3-4 kali
sehari 8-16 mg. anak anak 3 kali sehari 1,6-8 mg.
4. Antihistamin
Obat-obat ini seringkali efektif pula berdasarkan efek sedatifnya
dan

juga

menekan

perasaan

menggelitik

di

tenggerokan.

14

Antihistamin banyak digunakan dikombinasi dengan obat batuk lain


dalam bentuk sirup.
a. Prometazin
Derivate fenotiazin ini sebagai antihistamin untuk meredakan
rangsangan batuk karena efek sedatif dan antikolinergik nya
yang kuat. Obat ini tertama digunakan dalam obat batuk yang
menggelitik pada anak-anak. Perlu diperhatikan bahwa obat ini
jangan diberikan kepada anak kecil dibawah usia 1 tahun,
karena dapat mengakibatkan depresi pernafasan dan kematian
mendadak. Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan
gangguan buang air kecil. Dosis 25-50 mg tiga kali sehari.
b. Difenhidramin
Sebagai zat antihistamin senyawa ini bersifat hipnotik-sedatif
dan dengan demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi
dapat

menimbulkan

perangsangan

paradoksal,

misalnya

mengeringnya selaput lendir karena efek antikolinergiknya.


Dosis 25-50 mg tiga sampai empat kali sehari.
Penggolongan lain antitusif dapat dibedakan berdasarkan tempat
kerjanya, yaitu dalam obat (SSP) dan diluar SSP. Yaitu zat-zat sentral dan
zat-zat di perifer.
1. Zat-zat sentral.
Kebanyakan antitusif bekerja sentral dengan menekan pusat batuk
di sumsum-lanjutan dan mungkin juga bekerja terhadap pusat saraf
yang lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan. Dengan
demikian zat-zat ini menaikkan ambang bagi impuls batuk. Dapat
dibedakan

antara

zat-zat

yang

dapat

menimbulkan

adiksi

(ketagihan) dan zat-zat yang bersifat non adiktif.


a. Zat adiktif. Zat-zat ini termasuk dalam kelompok obat yang
disebut opioid yaitu obat-obat yang memiliki sifat farmakologi
dari morfin atau opium. Berhubung adanya resiko ketagihan
yang agak besar, kodein hanya dalam dosis tinggi dan bila
digunakan untuk jangka waktu yang lama akan meningkatkan
resiko adiksi.

15

b. Zat non adiktif. Dekstrometorfan, antihistamin termasuk dalam


kelompok ini. Obat-obat ini tidak termasuk dalam daftar
narkotika, bahkan dijual bebas tanpa resep.
2. Zat-zat perifer. Obat-obat ini bekerja diluar SSP dan dapat dibagi
pula dalam beberapa kelompok yaitu emolliensia, ekspektoransia,
mukolitika, san zat-zat pereda.

16

II. 10 Terapi Pengobatan Swamedikasi Batuk (18,19).


II.10.1 Batuk Produktif (berdahak)
Mukolitik
Bisolvon
Golongan
Obat
Contoh
Sediaan

Deskripsi

Bisolvon

Komposisi

Tiap 5 ml mengandung
Bromhexine

HCl 4 mg, Paracetamol

150 mg,

Chlorpheniramine maleat 2 mg, Phenilperine HCl 4


Indikasi

mg
Bekerja sebagai mukolitik untuk meredahkan batuk
berdahak, misalnya pada keadaan batuk pada waktu
infulenza

Bentuk

dan

batuk

karena

radang

saluran

pernafasan.
Sirup, tablet

sediaan
Untuk sirup : Anak-anak : dibawah 2 thn : 1,25 ml
Aturan pakai

3x12-5 thn : 2,5 ml, 3 kali sehari5-10 thn : 5 ml, 3 kali

Efek Samping

sehari Dewasa dan Anak > 10 thn : 10 ml, 3x1


Rasa mual, diare dan perut kembung dan reaksi
alergi, gangguan gastrointestinal ringan

17

Kontra

Hipersensitivitas terhadap bromheksin HCl

Indikasi
Kemasan

Sirup botol 60 ml

Produsen

Boehringer Ingelhiem

No. Registrasi

DTL 0733703837 A1

Mukolitik
Mucohexin tablet
Golongan
Obat
Contoh
Sediaan

Deskripsi

Mucohexin

Komposisi

1 tablet Bromhexin HCl setara 8 mg Bromhexin

Indikasi

Bekerja sebagai mukolitik untuk meredahkan batuk


berdahak, misalnya pada keadaan batuk pada waktu
infulenza

Bentuk

dan

batuk

karena

radang

saluran

pernafasan.
Tablet

sediaan
Dewasa: 1 tablet (8 mg) diminum 3 x sehari (setiap 8
Aturan pakai

jam) ; Anak

: Di atas 10 tahun: 1 tablet (8 mg)

diminum 3 kali sehari (setiap 8 jam) 5-10 tahun : 1/2


Efek Samping

tablet (4 mg) diminum 2 kali sehari (setiap 8 jam)


Rasa mual, diare dan perut kembung dan reaksi

18

alergi, gangguan gastrointestinal ringan


Kontra

Hipersensitivitas terhadap bromheksin HCl

Indikasi
Kemasan

1 catch cover @ 4 tablet

Produsen

Sanbe Farma

No. Registrasi

DTL8322202010 A1

Mukolitik
Ambroxol
Golongan
Obat
Contoh
Sediaan

Deskripsi

Tablet : Ambroxol 30 mg

Indikasi

Sirup : Ambroxol sirup 60 ml


Penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai
sekresi bronkial yang abnormal, khususnya pada
eksaserbasi dan bronkitis kronis, bronkitis asmatik,

Aturan pakai

asma bronkial.
Sirup : Dewasa & anak berusia di atas 12 tahun : 3
kali sehari 10 ml.
Anak berusia 5-12 tahun : 2-3 kali sehari 5 ml.
Anak berusia 2-5 tahun : 3 kali sehari 2,5 ml.
Anak berusia kurang dari 2 tahun : 2 kali sehari 2,5
ml.
Tablet :

19

Dewasa : sehari 3 kali 1 tablet.


Efek Samping

Anak-anak 5-12 tahun : sehari 3 kali 1/2 tablet.


Gangguan pada saluran pencernaan yang bersifat

Kontra

ringan, reaksi alergi.


Hipersensitivitas terhadap ambroxol

Indikasi
Kemasan

Tablet 300 mg x 100 biji

Produsen
No. Registrasi
No.Batch

Sirup 60 ml
Kimia farma
GKL 1106313037A1
S2951020

20

Ekspektoran
Cohistan
Golongan Obat

Contoh Sediaan

Deskripsi

Tiap 5 ml mengandung
Guaiafenesin 50 mg

Indikasi

Klorfeniramin Maleat 1 mg
Mencairkan sekret yang
mempermudah

kental

pengeluarannya

untuk
dan

meredakan batuk produktif dan batuk karena


Kontraindikasi

alergi
Penyakit infeksi saluran napas bawah, bayi

Aturan pakai

baru lahir atau bayi premature, laktasi


Dewasa : 1 sdm 3 4 kali sehari.

Efek Samping

Anak-anak 2-6 tahun : 1 sdt, 3 4 kali sehari.


Mual,

Kemasan

1 botol 100 ml

Produsen

PT. Media Farma

No. Registrasi

DTL 8914704137A1

21

Ekspektoran
Glyceril Guaiacolat
Golongan Obat

Contoh Sediaan

Deskripsi

Tiap

Tablet

Indikasi

Guaiacolat
Mencairkan

mengandung
sekret

yang

100

mg

Glyceril

kental

untuk

mempermudah pengeluarannya dan meredakan


Kontraindikasi

batuk produktif dan batuk karena alergi


Penyakit infeksi saluran napas bawah, bayi baru

Aturan pakai

lahir atau bayi premature, laktasi


Bagi Dewasa : 2-4 tablet setiap 4 jam maksimum
24 tablet sehari
Bagi Anak 6-12 tahun : 1-2 tablet setiap 4 jam
maksimum 12 tablet sehari
Bagi Anak 2-6 tahun : 1/2-1 tablet setiap 4 jam

Efek Samping

maksimum 6 tablet sehari


Mual dan mengantuk

Kemasan

1 botol 1000 Tablet

Produsen

PT. Kimia Farma

No. Registrasi

DBL 9504000510 A1

Obat Traditional

22

Komix Herbal Original


Golongan Obat

Contoh
Sediaan

Deskripsi

Vitex Negundo Folium Extract (Lagundi) 200 mg


Zingiberis Officinale Rosch Rhizoma Extract (jahe
merah) 30 mg
Thymus Vulgaris Herba Extract (Thymi Herba) 100
mg
Glycyrrhiza Glabra Radix Extract (Licorice) 167 mg
Oleum Menthae Piperitae (Peppermint Oil) 11 mg

Indikasi

Mel Depuratum (Madu) 3000 mg


Membantu meredakan batuk berdahak

Aturan pakai

Dewasa : 3 x sehari 1 tube botol

Kemasan

Anak-anak : dosis dewasa


4 tube botol @ 15 ml

Produsen
No. Registrasi
No.Batch

Bintang Toedjoe
POM TR. 131 668 331
EE 002

23

II.10.2 Batuk Non Produktif (Kering)


Antitusiv
Vicks Formula 44
Golongan
Obat
Contoh
Sediaan

Deskripsi

Tiap 5 ml mengandung
Dextromethorphan Hydrobromide 15 mg

Indikasi

Alkohol 10% v/v


Meredakan batuk yang tidak berdahak atau yang

Kontraindikas

menimbulkan rasa sakit.


Penderita hipersensitif, terhadap Dextromethorphan

i
aturan pakai

Dewasa: 12 tahun ke atas: 1 sendok takar 3 kali


sehari.
Anak-anak: 6 - 11 tahun: sendok takar 3 kali

Efek Samping

sehari.
Mual, Mengantuk dan Gangguan Gastrointestinal,

Kemasan

mulut kering
1 botol 54 ml

Produsen

PT. Darya Varia Laboratoria

No. Registrasi

DTL 0304518837A1

Antitusiv Tablet

24

Mextril
Golongan
Obat
Contoh
Sediaan

Deskripsi

Tiap tablet mengandung


Dextromethorphan HBr 15 mg
Phenylpropanolamine HCl 12,5 mg
Glyceryl Guaiacolate 100 mg

Indikasi

Chlorpheniramine Maleate 1 mg
Untuk meringankan batuk dan pilek.

Kontraindikas

Penderita hipersensitif, terhadap Dextromethorphan

i
aturan pakai

Dewasa: 3-4 kali sehari 1 tablet.

Efek Samping

Mengantuk, gangguan pencernaan,


gangguan psikomotor, takikardi,

Kemasan

aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urine.


1 Strip @4 tablet

Produsen

PT. Kalbe Farma

No. Registrasi

DTL7621706810A1

Antitusiv
OBH Combi

25

Golongan
Obat
Contoh
Sediaan

Deskripsi

Indikasi

Tiap 5 ml mengandung
Succus Liquiritae 167ml
Paracetamol 150 mg
Ammonium Chloride 50 mg
Ephedrine HCl 2.5 mg
Chlorpheniramine Maleate 1 mg
Batuk berdahak disertai sakit kepala

Kontraindikas

Penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal

i
Aturan pakai

Dewasa 1 sendok makan 15 ml 1-4 kali sehari

Efek Samping

Anak-anak 1 sendok teh 5 ml 1-4 kali sehari


Mengantuk, Gangguan Gastrointestinal, Gelisah,

Kemasan

Takikardi, mulut kering


1 botol 100 ml

Produsen

PT. Combiphor

No. Registrasi

DTL 9804123737B1

26

Obat Traditional
Laserin Sirup
Golongan Obat

Contoh Sediaan

Deskripsi

Tiap sendok makan ( 15 ml ) mengandung :


Herba Euphorbia Hirta 0,15 g
Rhizoma Zingiberis officinale 6,00 g
Cortex Ciaoi 0,60 g
Cardamomum Fructus 0,15 g
Caryophyllum 0,60 g
Piper betie Folium 1,80g
Abri Precatorius Folium 0,30 g
Mentha Arvensis Folim 0,015 g
Hibiscus Tileacius Folium 0,15 g
OL. Mentha piperiteae 0,015 ml

Indikasi

Succus Liquiriteae 0,015 g


Batuk, masuk angin, asthma,
gangguan

alat

pencernaan

gangguan-

(kolik),

muntah-

muntah sakit perut, sesak nafas, selesma dan


Aturan pakai

kurang nafsu makan.


Dewasa
: 3 kali sehari 1 2 sendok
makan

27

Anak-anak

: 3 kali sehari 1 2 sendok teh

Kemasan

1 botol 60 ml

Produsen
No. Registrasi

PT. Mecosin Indonesia


POM TR. 082 688 981

II.10.3 Batuk dengan Manifestasi Klinik lain


Sanadryl
Golongan Obat

Contoh Sediaan

Deskripsi

Tiap 5 ml mengandung
Dyphenhidramine HCl 12,5 mg,
Ammonium Klorida 100 mg,
Kalium guaiacosulfonate 30 mg,
Natrium citrate 50 mg, dan

Indikasi

Mentol 1 mg
Untuk meringankan gejalal batuk dan pilek pada

Kontraindikasi

saluran pernafasan dan tenggorok.


Penderita yang hipersensitif atau alergi salah satu

Aturan pakai

komposisi obat
Dewasa : 5 10 ml, 3 4 kali sehari.
Anak-anak 6 12 tahun : 2,5 5 ml, 3 4 kali

Kemasan

sehari.
1 botol 100 ml

28

Produsen

PT. Sanbe

No. Registrasi

DTL 782231237A1

Anti Histamin
Zenirex
Golongan Obat

Contoh
Sediaan

Deskripsi

Zenirex

Komposisi

Tiap 5 ml mengandung
Promethazine HCl 5 mg
Ipeacuanhae extractum 4 mg

Indikasi

Guaifenesin 50 mg
Meredakan batuk yang berdahak atau batuk yang

Bentuk sediaan

disebabkan karena alergi


Sirup
Dewasa : sehari 2-4 sendok teh setiap 4 jam

Aturan pakai

Anak-anak 6-12 tahun : 1-2 sendok teh setiap 4 jam


2-6 tahun : sendok teh setiap 4 jam
Dibawah 2 tahun harus dibawah pengawasan

Efek Samping

dokter
Mengantuk, iritasi gastrointestinal, mual, muntah,
mulut kering, penglihatan kabur, meningkatnya
tekanan darah.

29

Kontra Indikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu

Kemasan

komponen
Sirup botol 60 ml

Produsen

Pharmasi Zenith

No.Registrasi

DTL 9932004337A1

Ikadryl
Golongan Obat

Contoh
Sediaan

Deskripsi

Ikadryl

Komposisi

Tiap 5 ml mengandung
Difenhidramin HCl 12,5 mg, Ammonium Klorida 125

Indikasi

mg, Natrium sitrat 50 mg.


Batuk yang berhubungan dengan masuk angin, flu,

Aturan pakai

dan iritasi pernafasan lain, bronkitis alergi


Dewasa & anak 1-2 sendok obat tiap 4 jam.

Efek Samping

Gangguan saluran pencernaan, kehilangan nafsu


makan

atau

meningkatnya

nafsu

makan,

mengantuk, pandangan kabur, kesulitan berkemih,


mulut kering, dada terasa sesak, hipotensi, lemah
otot, telinga berdenging tanpa rangsang dariluar,
Kontra Indikasi

sakit kepala, kejang seperti epilepsi, fotosensitifitas.


Bayi prematur atau bayi baru lahir, serangan asma
akut.

30

Kemasan

Sirup 60 ml

Produsen

Ikapharmindo.

No.Registrasi

DTL 7809322737A1

31

II.11 OBAT TRADISIONAL UNTUK BATUK (20,21).


Adas (Foeniculum vulgare Mill.)
Kingdom
: Plantae

Cara Pembuatan

Divisi

: Spermathophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Umbellales

Familia

: Umbelliferae

Genus

: Foeniculum

Spesies

: Foeniculum vulgare

Mill.
Dewasa : 5 g serbuk buah adas direbus
dengan

250 ml air. Dinginkan dan

saring, lalu tambahkan 1 sdm madu.1-2


kali sehari
Anak anak : 3 g serbuk buah adas
direbus dengan 100 ml air. Dinginkan
dan saring, lalu tambahkan 1 sdm
Kandungan kimia

madu.1-2 kali sehari


Anisaldehidia , atenol 50-60%, limomen,

Efek Farmakologi

dipenten, felandren.
Komponen aktif adas,

anisaldehida

berkhasiat untuk mengobati batuk rejan,


sulit tidur dan menstruasi yang tidak
teratur.

32

Alang-alang (Imperata cylindrica L.)


Kingdom

: Plantae

Divisi

Cara Pembuatan

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Poales

Familia

: Poaceae

Genus

: Imperata

Spesies
: Imperata cylindrica L.
10 g alang alang direbus dengan 500 ml
air.

Setelah

mendidih,

saring

dan

tambahkan madu 3 sendok makan.


Dewasa : Air rebusan alang alang
sebanyak 300 ml diminum 1-2 kali
sehari
Anak :

Air

rebusan

alang-alang

sebanyak 100 ml diminum 1-2 kali


sehari
Kandungan kimia

Akar

alang

alang

mengandung

arundoin, fernenol, isoarborinol, silindril,


simiarenol, kompesterol, stigmasterol,
skopoletin,
Efek Farmakologi

skopolin,

asam

isoklorogenat
Menghilangkan batuk, penurun panas,
peluruh air seni, mengatasi panas
dalam

33

Daun sendok (Plantago major L.)


Kingdom
Divisi

Cara Pembuatan

: Plantae
: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Plantaginales

Familia

: Plantaginaceae

Genus

: Plantago

Spesies
: Plantago major L.
Dewasa : Siapkan herba daun sendok segar
60 g, gula batu 30 g. Cuci herba daun
sendok hingga bersih, lalu masukkan ke
dalam wadah berisi air bersih dan biarkan
sampai terendam. Tambahkan gula batu,
kemudian tim sampai mendidih. Minum
sekaligus selagi hangat
Anak : Siapkan herba daun sendok segar 30
g, gula batu 15 g. cuci herba daun sendok
hingga

bersih

dan

biarkan

sampai

terendam. Tambahkan gula batu, kemudian


tim sampai mendidih. Minum sekaligus
Kandungan kimia

selagi hangat
Daun sendok

mengandung

plantagin,

aukubin, asam ursolik, beta-sitosterol, asam


Efek Farmakologi

galakturonat , linoleat dan flavanon glikosida


Mengobati batuk berdahak, infeksi saluran
nafas, diare, batu ginjal , kencing berdarah,
disentri

34

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.)


Kingdom

Cara Pembuatan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Geraniales

Familia

: Oxalidaceae

Genus

: Averrhoa

Spesies
: Averrhoa bilimbi L
Dewasa :10 belimbing wuluh dan 5 g gula
batu. direbus bersama-sama dengan 250
ml air sampai mendidih. Minum pada pagi
dan sore hari secara rutin
Anak : 4-5 belimbing wuluh dan 3 g gula
batu direbus dengan 250 ml air sampai
mendidih. Minum pada pagi dan sore hari

Kandungan kimia

secara rutin
Belimbing wuluh

Efek Farmakologi

oksalat dan kalium.


Mengobati batuk, batuk rejan, hipertensi,

mengandung

asam

diabetes mellitus, gondok, bisul


Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Cara Pembuatan

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Angiosperms

Kelas

: Eudicots

Ordo

: Sapindales

Familia

: Rutaceae

Genus

: Citrus

Spesies
: Citrus aurantifolia
Siapkan jeruk nipis yang telah masak 1
buah, kecap atau madu secukupnya.
Potong jeruk nipis yang akan digunakan,
lalu

peras

airnya

kedalam

gelas.

35

Tambahkan kecap atau madu dengan


jumlah yang sama banyak dengan air
perasan jeruk nipis. Aduk sampai merata.
Minum ramuan ini sekaligus, Lakukan 2
Kandungan kimia

kali sehari sampai sembuh.


Minyak atsirih , herperidin aurantiamarin,
limonene, linalin asetat, geranil asetat,

Efek Farmakologi

fellandren
mengobati amandel, malaria, ambeien,
sesak napas, influenza, batuk, sakit
tenggerokan, mual, lelah

Beluntas (Pluchea indica)

Cara Pembuatan

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Asterales

Familia

: Asteraceae

Genus

: Pluchea

Spesies
: Pluchea indica
Dewasa : Daun beluntas 15 lembar
ditambah 750 ml air (3 gelas air), rebus
sampai mendidih, minum tambahkan 1
sdm madu. Diminum 2-3 kali sehari
Anak : Sebanyak 7 lembar daun beluntas
ditambahkan 300 ml air. Diminum 2-3 kali

Kandungan kimia
Efek Farmakologi

sehari
Mengandung alkaloid dan minyak atsirih
Menurunkan panas, mengobati skabies,
batuk, dan menghilangkan bau badan

Jahe (Zingiber officinale Rosc)

36

Cara Pembuatan

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Zingeberales

Familia

: Zingeberaceae

Genus

: Zingeber

Spesies
: Zingeber officinale Rosc.
Dewasa :Jahe dibakar dan dimemarkan,
direbus bersama-sama adas, kayu manis,
cengkeh, dan gula aren, saring. Ramuan
lainnya adalah dengan membakar 15
gram jahe selama 15 menit kemudian
dimemarkan.Seduh dengan 500 ml air
panas dan tambahkan 1 sendok makan
madu. Minum 1-2 kali sehari
Anak :

Dapat digunakan 5 gram jahe

yang dimemarkan kemudian dibakar dan


direbus

dengan

150

ml

air

dan

tambahkan 1 sdm madu. Minum 1-2 kali


Kandungan kimia

sehari
Gingerol,

limonene,

1,8

gingerdione, arginine,
capsaicin,chorogenic
Efek Farmakologi

farnese, farnesol
Batuk, antiulcer, obat flu.

cineole,

6-

betha-sitosterol,
acid,

farnesal,

37

BAB III
PEMBAHASAN
Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapatkan penyakit,
dan tidak merasakan sakit sudah tentu tidak akan bertindak apa-apa
terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka terkena penyakit dan juga
merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan
usaha. Respon sesorang bila sakit adalah sebagai berikut :
1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa.
2. Mengobati sendiri.
3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional.
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung
obat dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu.
5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang
diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang
dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
6.

Mencari

pengobatan

ke

fasilitas

pengobatan

modern

yang

diselenggarakan oleh dokter praktik


Swamedikasi menurut World Health Organization (WHO) adalah
pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat
tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan
gejalanya. Swamedikasi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan secara rasional. Namun bila
tidak dilakukan secara benar justru menimbulkan resiko munculnya
penyakit baru karena penggunaan obat yang salah.
Menurut Permenkes No 919/Menkes/PER/X/1993, kriteri obat yang
dapat diserahkan tanpa resep adalah :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas usia 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan
resiko pada kelanjutan penyakit

36

38

3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang


harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Adapun obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat bebas
terbatas, obat bebas, obat wajib apotek (OWA) dan suplemen makanan
Untuk melakukan swamedikasi pada batuk, diperlukan pemahaman
tentang batuk itu sendiri. Batuk terjadi karena rangsangan tertentu,
misalnya debu yang berada direseptor akan mengalirkan lewat saraf ke
pusat batuk yang berada di otak. Sehingga respon tubuh untuk
mengeluarkan benda asing tersebut sehingga terjadilah batuk.
Batuk yang dibiarkan berlarut-larut tanda dilakukannya swamedikasi
akan menimbulkan komplikasi penyakit. Beberapa komplikasi yang sering
timbul pada batuk yang tidak diobati yaitu serangan tiba-tiba yang dapat
menyebabkan sinkop (pingsan/hilang kesadaran sementara), batuk yang
sangat kuat akan menyebabkan pecahnya alveoli.
Adapun pengobatan sendiri yang bisa dilakukan untuk mengobati
batuk yaitu terapi non farmakologi maupun terapi farmakologi. Untuk
terapi non-farmakologi yaitu :
1. Memperbanyak minum air putih untuk membantu mengencerkan
dahak, mengurangi iritasi dan rasa gatal.
2. Menghindari paparan debu, minuman

atau

makanan

yang

merangsang tenggorokan seperti makanan yang berminyak dan


minuman dingin.
3. Menghindari paparan udara dingin.
4. Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat mengiritasi
tenggorokan sehingga dapat memperparah batuk.
5. Menggunakan zat zat emoliensia seperti kembang gula, madu,
atau permen hisap pelega tenggorokan. Ini berfungsi untuk
melunakkan rangsangan batuk, dan mengurangi iritasi pada
tenggorokan dan selaput lendir.

39

6. Menghirup uap mentol atau minyak atsiri juga dapat meringankan


batuk produktif, tetapi cara pengobatan ini tidak boleh diberikan
kepada anak-anak di bawah usia 2 tahun karena dapat myebabkan
kejang
Untuk terapi farmakologi penggunaan obat batuk dibagi berdasarkan
titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu
a. Zat zat sentral (Antitusif) Obat-obat ini menekan rangsangan
batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan dan mungkin
bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi di otak dengan efek
menenangkan (sedatif). Zat-zat ini dibedakan antara zat-zat yang
menimbulkan adiksi (kodein) dan non adiktif (dekstrometorfan,
noskapin, antihistamin, dll)
b. Zat- zat perifer yang terbagi dalam beberapa kelompok yaitu
ekspektoran dengan merangsang pengeluaran dahak dari saluran
pernafasan melalui suatu reflex dari lambung yang menstimulasi
batuk (ammonium klorida, gliceryl guaiacolat, dll), mukolitik dengan
mengencerkan secret saluran pernafasan dengan jalan memecah
benang-benang mukoprotein dan mukopolisakaridia dari dahak
(bromhexin,

ambroxol),

dan

emoliensia

yaitu

memperlunak

rangsangan batuk dan memperlicin tenggerokan agar tidak kering


(Succus liquiritae).
c. Beberapa bahan obat tradisional juga digunakan untuk mengobati
batuk seperti jeruk nipis, madu, alang-alang, dan lain-lain

40

BAB IV
PENUTUP
IV.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam makalah ini yaitu :
1. Batuk

merupakan

mekanisme

pertahanan

tubuh

untuk

mengeluarkan zat asing dalam saluran pernafasan.


2. Jenis jenis batuk berdasarkan produktivitasnya yaitu dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuk produktif (berdahak) dan
batuk non produktif (kering). Berdasarkan durasinya

dapat

dibedakan menjadi batuk akut, batuk subakut, dan batuk kronis


3. Swamedikasi batuk yaitu
a. Batuk berdahak : Ekspektoran + Mukolitik
b. Batuk kering : Antitusif
c. Batuk Berdahak karena alergi : ekspektoran + mukolitik + Anti
Histamin
d. Batuk Kering karena Alergi : Antitusif + Anti Histamin
e. Batuk disertai penyumbatan Hidung : dekongestan
IV.2. SARAN
Sebaiknya masyarakat mengetahui penyebab batuk agar swamedikasi
yang dilakukan berjalan dengan efektif.

39

41

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi kedokteran 11thed.
Jakarta: ECG. 2008
2. Schroeder, K. and Fahey, T. 2002 Systematic review of
randomized controlled trials of over the counter cough
medicines for acute cough in adults. Br. Med. J. 324, 329331
3. Rahardjo, R. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2.
Jakarta. 2004.

EGC.

4. Kian Fan Chung, and John G.Widdicomde. 2003. Cough:


Causes, Mechanisms and Therapy. University of London.
Blackwell Publishing
5. Weinberger, S. E., 2005. Cough and Hemoptysis. In: Kasper,
D. L., Braunwald, E., Fauci, A. S., Hauser, S. L., Longo, D. L.,
Jameson, J. L., Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th
ed. USA: McGraw Hill, 205-206.
6. Parihar M, Chouhan A, Harsoliya MS, Pathan JK, Banerjee S,
Khan N, Patel VM. A review- cough and treatments.
International Journal of Naural Produts Research. 2011. 1(1):918
7. Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
8. Guyton AC, John EH. 2007. Pernapasan, Ventilasi Paru.
Dalam: Luqman YR, Huriawati H, Andita N, Nanda W,
penyunting. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC. hlm. 495-552.
9. Alsagaff, Hood dan A, Mukty. 2005. Dasar Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Cetakan Ketiga. Surabaya: Airlangga University
Press.
10. John B. West. 2004. Respiratory physiology the essentials, 7th
ed. Pennysylvania: Lippincott Williams and Wilkins.
11. McArdle WD. 2006. Exercise Physiology: Energy, Nutrition, and
Human Performance. 4 th Edition. USA: Williams and Wilkins.
12. Syaifuddin H. 2001. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta:
Widya Medika.

40

42

13. Price S, Wilson L. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
14. Tjay, T.H., dan Kirana R.OBAT-OBAT PENTING: Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampngnya Edisi Ke VI. Elex
Media Komputindo. Jakarta. 2007.
15. Lee, L.Y. and Pisarri, T.E. (2001) Afferent properties and reflex
functions of bronchopulmonary C-fibers. Respir. Physiol. 125,
4765)
16. Widdicombe, J.G. and Undem, B.J. (2002) Summary: central
nervous pharmacology of cough. Pulm. Pharmacol. Ther. 15,
251252)

17. Eccles R, Morris S, Jawad M. 1992; Lack of effect of codeine in


the treatment of cough associated with acute upper respiratory
tract infection. J Clin Pharm Ther 17:17580.
18. Gunawan, S.G. Farmakologi dan Terapi Edisi Ke V. Depatemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2008.
19. Ikawati, Z. Farmakoterapi Penyakit
Pustaka Adipura: Yogyakarta. 2008.

Sistem

Pernapasan.

20. Pripti Utami. 2008. 431 Jenis Tanaman Penggempur Aneka


Penyakit. Tanggerang. PT Agromedia Pustaka
21. Dalimartha, Setiawan dan Felix Adrian. 2013. Ramuan Herbal
Tumpas Penyakit. Jakarta. PT Penebar Swadaya

43

Anda mungkin juga menyukai