1. Defenisi Asma
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan
jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi (Brunner dan
Suddart, 2015).
Asma bronkhial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang
ditandai inflamasi saluran nafas dan spasme akut otot polos bronkiolus.
Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan
menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus
(Elizabeth J. Corwin, 2012).
Asma bronkhial adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh
adanya penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel, dan
diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi
yang lebih normal (Price dan Wilson, 2012).
Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa asma
bronkhial adalah penyakit jalan nafas yang ditandai dengan adanya
mengi, sesak nafas dan batuk akibat respon trakea dan bronki terhadap
suatu stimuli.
2. Klasifikasi
Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, non alergik, atau
gabungan
a. Asma alergik disebabkan oleh alergen misalnya serbuk sari,
binatang, amarah, makanan, dan jamur. Kebanyakan alergen terdapat
di udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya
mempunyai riwayat keluarga yang alergi dan riwayat medis masa
8
9
Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization, selain itu juga
berfungsi sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing dan
memfasilitasi batuk.
4) Trakea
Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian
tulang vertebrata torakal ke-7 yang mana bercabang menjadi dua
bronkus. Ujung dari cabang trakea disebut carina. Trakea ini
sangat fleksibel dan berotot, panjangnya 12cm dengan C-shaped
cincin kartilago. Pada garis ini mengandung sekresi mukus.
5) Bronkus dan bronkiolus
6) Alveoli
Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru, dimana
pada daerah tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolar.
Alveoli bentuknya sangat kecil. Alveoli merupakan kantong udara
pada akhir bronkiolus yang memungkinkan terjadinya pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Seluruh unit alveolar (zona respirasi)
terdiri atas bronkiolus. Duktus alveolar, dan kantong alveoli.
Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi baru lahir.
Pada saat seseorang menginjak usia 8 tahun, jumlahnya bertambah
seperti usia dewasa, yaitu 300 juta. Setiap unit alveolar menyuplai
9-10 prepulmonari kapiler. Fungsi utama alveolar adalah
pertukaran oksigen dan karbondioksida diantara kapiler pulmoner
dan alveoli.
7) Paru-paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang
menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding
sangkar toraks dan dasarnya, yaitu diafragma. Efek dari gerakan
ini adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan
kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara
masuk melalui trakea (inspirasi), karena penurunan tekanan di
dalam, dan mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan
diafragma kembali ke ukurannya semula (ekspirasi), paru-paru
yang elastis tersebut mengempis dan mendorong udara keluar
melalui bronkus dan trakea. Setiap paru mempunyai apeks
(bagian atas paru) dan dasar. Paru kanan lebih besar daripada paru
kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri
dibagi menjadi dua lobus. Kedua paru-paru dipisahkan oleh ruang
disebut mediastinum. Jantung, aorta, vena, pembuluh paru-paru,
esofagus, bagian dari traea, bronkus, dan kelenjar timus terdapat di
mediastinum ini.
13
4. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronkhial belum diketahui. Suatu
hal yang menonjol adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan misalnya
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
b) Ingestan : yang masuk melalui mulut misalnya makanan,
pengawet makann : sulfit dan obat-obatan aspirin, penyeka
beta, anti inflamasi non steroid
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit misalnya
perhiasan, logam dan jam tangan
d) Perubahan cuaca : cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, dan musim bunga
2) Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
3) Lingkungan kerja
17
5. Patofisiologi
Suatu serangan asma akibat obstruksi jalan napas difusi
reversibel. Faktor pencetus reversibel seperti bulu binatang, serbuk sari
mengakibatkan mukosa bronkial menjadi senstif. Oleh igE dan terjadi
peningkatan mast cell pada trakeobronkial. Pada non alergi, ketika ujung
saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,
cuaca, emosi dan polutan, jumlah asetikolin yang dileaskan meningkat.
Pelepasan asetikolin ini secara langsung menyebabkan bronko kontriksi
juga merangsang pembentukan mediator kimiawi. Peningkatan igE
dalam serum. Antibodi yang dihasilkan(IgE) kemudian menyerang sel-
sel mast dalam paru. Pemajanan tulang terhadap antigen mengakibatkan
ikatan antigen dalam antibodi, menyebabkan pelepasan sel-sel mast
(disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta
anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini
dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas,
menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.
Setelah pasien terpapar alergen penyebab atau faktor pencetus,
segera akan timbul dispnea. Pasien akan merasa seperti tercekik dan
harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk
bernapas. Berdasarkan perubahan-perubahan anatomis yang telah
dijelaskan bahwa kesulitan utama terletak pada saat ekspirasi.
18
6. Pathway
Alergen (makanan,
Psikososial, latihan,
debu, binatang, dll)
lingkungan kerja, dll
Bronkospasme
Respon dinding bronkus
Edema mukosa
Mengi
Hiperseksresi
Bronkus menyempit mukosa
Ketidakefektifan
pola nafas
Obstruksi
saluran napas Penumpukan sekret
kental
Gangguan Abnormalitas
pertukaran gas ventilasi Sekret sulit keluar
Hipoksemia Ketidakefektifan
Hiperkapnia bersihan jalan
nafas
Kelelahan
Keletihan
20
8. Pemeriksaan Diagnosik
Menurut Aru W.Sudoyo, dkk (2010) pemeriksaan penunjang pada
penderita asma adalah
a. Pengukuran fungsi paru (spirometri)
Cara yang paling tepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosa
asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan bronkodilator dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator hirup (inhaler atau nebulizer). Peningkatan VEP
sebanyak >12% atau (>200mL) menunjukkan diagnosis asma. Tetapi
respon yang kurang dari >12% atau (200mL) tidak berarti bukan
21
asma. Hal-hal tersebut dapat dijumpai pada pasien yang sudah normal
atau mendekati normal.
Pada tes ini digunakan alat spirometrer yang dapat
menggambarkan fungsi paru.
9. Komplikasi
Menurut mansjoer (2010) komplikasi yang terjadi pada asma
dapat berupa :
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan udara atau gas dalam rongga pleura.
Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, sehingga paru-
paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.
b. Pneumomediastinum
24
c. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) yang
menyebabkan kolaps jaringan baru atau unit fungsional paru.
d. Gagal napas
Gagal napas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel
tubuh sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
e. Bronkhitis
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis
berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit
dalam 2 tahun berturut-turut.
f. Faraktur iga
Fraktur ada iga (costae) adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang/tulang rawan yang disebabkan oleh ruda paksa pada spesifikasi
lokasi pada tulang costa.
10. Penatalaksanaan
Menurut Barbara Rowland (2010), penatalaksanaan asma bronkhial
dapat dilakukan dengan :
a. Farmakologi
Obat-obat ini bekerja cepat karena bereaksi pada otot saluran
pernapasan, mengendurkan dan melebarannya. Bronkodilator
biasanya berbentuk inhaler, tetapi juga dapat berbentuk tablet atau
sirup.
25
1) Beta agonis
Bronkodilator yang paling terkenal merupakan kelompok obat yang
dikenal sebagai beta-adrenoreseptor agonis yang memiliki masa
kerja singkat, diantaranya salbutamol dan tarbutalin yang paling
dikenal.
Adrenalin membuat napas lebih cepat, mengendurkan pernapasan
sehingga dapat menghirup oksigen lebih banyak. Agonis adalah
obat yang bekerja di sel reseptor dan meniru sifat asinya. Dengan
kata lain, bekerja seperti adrenalin sehingga saluran pernapasan
mengendur.
2) Agen antikolinergik
Obat ini menjaga saluran pernapasan tetap terbuka dengan
mengurangi kecenderungan untuk menutup di bawah pengaruh
asetikolin, sehingga efeknya berkebalikan dengan adrenalin dan
cenderung menyempitkannya. Dengan mengurangi efek asetikolin,
obat-obatan ini mengendurkan saluran pernapasan. Obat ini
terutama berfungsi untuk menangani asma kronis saat obat anti
inflamsi dan beta-agonis tidak berhasil.
3) Stabilisator sel mast
Bronkodilator ini bekerja dengan menstabilkan sel mast yang
berada di sekeliling paru-paru, mencegahnya mengeluarkan bahan
kimia untuk alergi. Semakin sedikit bahan kimia dalam tubuh,
reaksi alergi akan melemah. Natrium kromolin sangat bermanfaat
diberikan antar serangan atau sementara asma dalam remisi.
4) Kortikosteroid-steroid
Obat ini mencegah saluran pernapasan meradang. Obat ini hanya
bekerja jika teratur digunakan. Kortikosteroid dibentuk dari
hormon alami tubuh, kortisol, yang dihasilkan kelenjar adrenal.
Medikasi ini mungkin diberikan secara intravena (hidrokortison),
secara oral (orednison, prednisolon), atau melalui inhalasi
(beklometason, deksametason). Steroid sangat efektif pada asma
26
b. Non farmakologi
1) Edukasi pasien
Instruksi penggunaan obat-obatan bronkodilator dan
kortikosteroid yang diresepkan juga diberikan dan pasien
disarankan untuk mencari perawatan tindak lanjut sesuai
kebutuhan.
2) Istirahat dan menghindari faktor pencetus asma
Energi pasien harus dihemat dan ruangan harus tenang serta bebas
dari iritan pernapasan termasuk debu, asap tembakau, serbuk
bunga dan lain-lain.
3) Latihan pernapasan
Pernapasan efektif
Relaksasi adalah kunci untuk pernapasan yang baik dan emosi
semakin baik emosi semakin baik pula pernapasan.
Kegelisahan, ketakutan, stres dan ketegangan mempercepat
pernapasan dan membuatnya lebih dangkal. Kesenangan,
kepuasan hati, dan keadaan emosional dan fisik yang baik
memperdalam dan memperkuat pernapasan.
Yoga
Efek dari yoga adalah pengaturan napas yang baik. Irama dan
ritme jantung menjadi stabil dan tekanan darah menurun.
Orang yang sedang kambuh mengakibatkan otot pernapasan
menegang, dengan beryoga akan membantu mencapai kondisi
27
Dispnea, mengalami batuk dan nyeri pada dada, cepat lelah, dari
auskultasi paru-paru terdengar ronchi atau wheezing, adanya
retraksi dan otot-otot pernapasan, perkusi (adanya cairan pada
paru).
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi peningkatan vena sentral ditandai dengan peningkatan
vena jugularis, frekuensi meningkat, akral teraba dingin, tampak
sianosi, Capilary Refill Time lebih dari 3 detik.
5) Sistem gastrointestinal
Klien mengeluh tidak nafsu makan, peristaltik usus lemah, adanya
nyeri tekan pada daerah epigastrium.
6) Sistem integumen
Terdapat sianosis pada ekstremitas atau seluruh tubuh, akral teraba
dingin, CRT lebih dari 3 detik.
7) Sistem muskuloskletal
Terdapat kelemahan otot, kekuatan otot kurang dari 5, pada
umumnya klien mengeluh lemah setelah beraktifitas.
8) Sistem perkemihan
Penurunan pola berkemih, urine berwarna pekat. Nilai
laboratorium ureum kreatinin dan elektrolit meningkat.
9) Sistem persyarafan
Klien mengeluh pusing, tremor, terjadi hipokia berat
menyebabkan penurunan kesadaran (Irman Somantri, 2009).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
31
3. Perencanaan/Intervensi
Tabel 2.1
38
4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan tindakan tersusun, selanjutnya
diharapkan dalam tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Tindakan harus mendetail dan bersifat khusus agar semua tenaga
keperawatan dapat menjalankan dengan cara yang baik dalam waktu yang
telah ditentukan. Dengan demikian agar terjalin interaksi baik antara klien,
perawat dan keluarga.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan haruslah menggunakan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan perawat yang harus terkoordinasi
dengan baik. Asuhan keperawatan meliputi variasi yang luas, perawat harus
melihat klien secara unik dan utuh atau bio-psiko-sosial-spiritual-kultural.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat mencari kepastian keberhasilan rencana atau proses yang
dilakukan dan juga mengetahui jumlah sejauh mana masalah yang dipecahkan
dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Keberhasilan keperawatan adalah
tercapainya kriteria yang ditetapkan dalam tujuan keperawatan pada
perencanaan.