Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KMB

PASIEN TN. “Y” DENGAN ASMA

NAMA : SUSANTY

NIM : 20149011301

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

TAHUN AJARAN 2020 / 2021


ASMA

A. PENGERTIAN

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napasa
yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada
terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat revrsibel baik dengan atau
tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Smeltzer&Bare, 2002).
Asma Bronkial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus (Huddak & Gallo, 1997).
Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan napas obstruktif yang
disebabkan oleh berbagai stimulan, yang ditandai dengan spasme otot polos bronkiolus.
B. ANATOMI FISIOLOGI

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

Gambar 1. Anatomi sistem pernapasan

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

Gambar 2. Anatomi keadaan normal dan Asma Bronkhial

Organ Pernapasan
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke
atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama
koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke
belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat
ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang
terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C) sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari
jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah
dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung
paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini
terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri
dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus
pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus.
Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-
cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu,
yang pertama pleura visceral (selaput
dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara
keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.

C. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi


timbulnya serangan asthma bronkial.
1. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
a. Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
• Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
• Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti : makanan dan obat-obatan.
• Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, seperti : perhiasan, logam
dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk
bunga dan debu.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/aktifitas jasmani yang berat.
f. Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Gejala awal berupa:
a. Batuk terutama pada malam atau dini hari
b. Sesak napas
c. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya
d. Rasa berat di dada
e. Dahak sulit keluar.
f. Belum ada kelainan bentuk thorak
g. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
h. BGA belum patologis
2. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa atau disebut juga
stadium kronik. Yang termasuk gejala yang berat adalah:
a. Serangan batuk yang hebat
b. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
c. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
d. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
e. Kesadaran menurun
f. Thorak seperti barel chest
g. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
h. Sianosis
i. BGA Pa O2 kurang dari 80%
j. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)menurut Smeltzer & Bare (2002)
manifestasi klinis dari asma, diantaranya:
k. Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi. Serangan asma biasanya
bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan
pernapasan lambat, mengi dan laborius.
l. Sianosis karena hipoksia
m. Gejala retensi CO2 : diaforesis, takikardia, pelebaran tekanan nadi.

E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Asma ekstrinsik ditandai dengan adanya reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus spesifik (alergen), seperti serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma
ekstrinsik. Pasien dengan asma ekstrinsik biasanya sering dihubungkan dengan
adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi dalam keluarganya.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002
F. FATOFISIOLOGI

Pathway

Faktor pencetus

Alergi Idiopatik

Edema dinding Spasme otot polos Seksresi mukus kental


Bronkiolus bronkiolus di dalam lumen bronkiolus

Pola nafas Bersihan jalan nafas


Tidak efektif tidak efektif

Ekspirasi Menekan sisi luar diameter bronkiolus mengecil


Bronkiolus

Tidak nafsu makan Dispnea Gangguan


pertukaran gas

Resiko ketidak seimbangan nutrisi


Kurang dari kebutuhan tubuh

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal, terdengar bunyi
mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar
mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas)
b. Pemeriksaan Fungsi Paru
a. Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP) dan
volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat tergantung
kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan
kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari
2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 < 80%
nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%.
Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma, yaitu adanya
perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah
pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
b. Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi. Selain itu juga
dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan perbaikan nilai APE > 15 %
setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari,
atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam yang berbeda
nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.
Cara pemeriksaan variabilitas APE
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam hari untuk
mendapatkan nilai tertinggi.
APE malam – APE pagi
Variabilitas harian = ------------------------------------- x 100%
½ (APE malam + APE pagi)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)
c. Pemeriksaan Tes Kulit (Skin Test)
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
d. Pemeriksaan Darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada penderita dengan
serangan asma berat atau status asmatikus.

H. TINDAKAN UMUM YANG DI LAKUKAN

Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.

3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus


a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka
drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas
g. Nebulaizer pemberian Ventolin

4. Penatalaksanaan keperawatan
a. Memberikan Penyuluhan pendidikan kesehatan
b. Pemberian O2 bila perlu
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Riwayat kesehatan masa lalu : klien memiliki riwayat ASMA keturuan dari orang
tua, alergi dingin, dan makanan yang terlalu manis, bila terlalu capek berkerja
b. Riwayat kesehatan sekarang : Klien datang ke puskesmas dengan keluhan sesak
nafas, bernafas terasa singkat, batuk berdahak susah untuk di kelurkan karna
kental, klien mengatakan dahak berwarna kuing dan kental, wheezing, ronchi,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, mual.
Pemeriksaan Vital sign :
- TD : 120 / 70 mmhg
- RR : 30 x / menit
- Nadi : 98 x / menit
- Temp : 37,2 C
c. Status mental : Lemas, gelisah, pucat
d. Pernapasan : Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan, sesak
e. Gastro intestinal : nyeri, mual, tidak nafsu makan
f. Pola aktivitas : Kelemahan tubuh, cepat lelah, lesu

2. Pemeriksaan Fisik
- Contour dada simetris
- Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat, distribusi warna merata
- RR : 30 x/ menit
- Inspeksi : Pengembangan dada
- Palpasi : cekung
- Perkusi : redup
- Auskultasi : Wheezing, mengi
- Temperatur kulit : 37,2 C

3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan sputum. BTA : ( - )
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Gangguan Pertukaran Gas
4. Resiko Ketidak seimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pola napas klien kembali efektif
Kriteria Hasil:
a. Klien tidak mengeluh sesak
b. RR 16-20 x/menit
c. Wajah rileks
d. Tidak ada penggunaan otot bantu napas

Intervensi
a. Kaji frekuensi nafas, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, kedalaman pernafasan
bervariasitergantung derajat asma
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
Rasional: Ronkhi dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional: Memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
d. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
Rasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
e. Kolaborasi pemberian obat
Bronkodilator golongan B2, Nebulizer (via inhalasi) dg golongan terbutaline 0,25
mg, fenoterol HBr 0,1% solution, orciprenaline sulfur 0,75 mg.
Rasional: Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus
yg mengalamin spasme shg lebih cepat berdilatasi
2. Diagnosa 2 : Pola nafas tidak efektif
Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi bersihan jalan nafas
kembali efektif
Kriteria Hasil:
a. Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
b. Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
c. Tidak ada suara nafas tambahan
d. Pernafasan klien normal (16-20x/mnt) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas
Intervensi:
a. Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, kedalaman pernafasan
bervariasitergantung derajat asma Karakteristik sputum dpt menunjukkan berat
ringannya obstruksi.
b. Atur posisi semi flowler
Rasional: Meningkatkan ekspansi dada
c. Ajarkan cara batuk efektif
Rasional: Batuk yg terkontrol & efektif dpt memudahkan pengeluaran sekret yg
melekat di jalan nafas
d. Bantu klien latihan nafas dalam
Rasional: Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas & meningkatkan gerakan
sekret ke dalam jalan nafas besar u/ dikeluarkan
e. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan
Rasional: Hidrasi yg adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan
pembersihan jalan nafas
e. Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik postural drainase, perkusi, & fibrasi dada
Rasional: Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.

3. Diagnosa 3 : Gangguan pertukaran gas


Tujuan: Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi nafas 16 – 20 kali/menit
b. Frekuensi nadi 60 – 120 kali/menit
c. Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas normal
Intervensi
a. Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan dan haluaran
Rasional: Kecepatan Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau
penyimpangan dari hasil klien
b. Tempatkan klien pada posisi semi fowler
Rasional: Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik
c. Berikan terapi intravena sesuai anjuran
Rasional: Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan
vaskular untuk pemberian obat – obat darurat.
d. Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya sesuaikan dengan hasil
PaO2
Rasional: Pemberian oksigen mengurangi beban otot – otot pernafasan.
e. Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda – tanda
toksisitas
Rasional: Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti kondisi
sebelumnya

4. Diagnosa 4 : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam intake dan output cairan seimbang setelah dilakukan
intervensi.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi BB meningkat
b. Nafsu makan (+)
c. Malnutrisi (-)
d. Intake dan output dalam batas normal
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini.
Rasional: Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.
b. Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai.
Rasional: Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan
mual atau muntah dengan peningkatan kesulitan nafas
c. Auskultasi bising usus
Rasional: Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster
dan konstipasi
d. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori
e. Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi
Rasional: Pengobatan Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan,
meningkatkan masukan.
f. Konsul dengan ahli gizi mengenai kebutuhan nutrisi pasien
Rasional: Kebutuhan kalori didasarkan pada kebutuhan pasien untuk memperoleh
nutrisi yg maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Indonesia.


Hudack&Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Direktorat BIna Farmasi dan Klinik. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Asma.616.238 Ind P. Departemen Kesehatan RI.
Doengoes, Marilyn E, et al. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing,
and Documenting Client Care 3th Edition . Philadelphia: F. A. Davis Company
Mulia, J Meiyanti. 2000. Perkembangan Patogenesis Dan Pengobatan Asma Bronkial.
Jurnal Kedokteran Trisakti Vol 19 No. 3. Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
Smeltzer & Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma
Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 5
Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006
Jakarta: Prima Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto
BAB VI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

NamaMahasiswa : SUSANTY
Semester/Tingkat : I ( SATU )
TempatPraktek : PUSKESMAS NAGASWIDAK KOTA PALEMBANG
TanggalPengkajian : SENIN, 23 NOVEMBER 2020

DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. NamaInisialKlien : Tn. Y
2. Umur : 31 th
3. Alamat : Jln. Batu dua Lrg. Manggis Rt.31 Rw.06 No.753 13 Ulu
4. Agama : Islam
5. TanggalMasukRS/RB: 22 November 2020
6. NomorRekamMedis : 000552
7. Bangsal : Poli Umum

- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olahraga, dll) : klien sekali-sekali sering minum


alkohol bersama teman-temanya, jarangan berolahraga, bila keluar rumah untuk
bekerja dan berkumpul bersama teman-temanya
PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION
a. KesehatanUmum :
- Alasan masuk rumah sakit : sesak nafas, nafsu makan menurun, batu berdahak
kental susah untuk di keluarkan, mengi, mual, nyeri ulu hati
- Tekanandarah : 120 / 70 mmHg - Inspeksi : tariakan diding dada
- Nadi : 98 x / menit - Palpasi : cekung
- Suhu : 37,2 C - Perkusi : Redup
- Respirasi : 30 x / menit - Auskultasi : Ronchi, Wheezing
- Terpasang O2 dengan perhitungan

MV : (54kg x 6ml) x 30 x/menit


MV : VT x RR
: 324 ml/kg BB x 30 x/menit
: 9720 ml/kg BB
- MV : Minute Ventilation
- VT : Volume Tidal ( 6-7 ml / kg BB )
- RR : Respiration Rate

b. Riwayatmasalalu (penyakit, kecelakaan, dll) :


- Riwayat kesehatan masa lalu : klien memiliki riwayat ASMA keturuan dari
orang tua, alergi dingin, dan makanan yang terlalu manis, bila terlalu capek
berkerja
- Riwayat kesehatan sekarang : Klien datang ke puskesmas dengan keluhan sesak
nafas, bernafas terasa singkat, batuk berdahak susah untuk di kelurkan karna
kental, klien mengatakan dahak berwarna kuning dan kental, wheezing, ronchi,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, mual.
- Pemeriksaan Vital sign :
TD : 120 / 70 mmhg BB : 54 Kg
RR : 30 x / menit Temp : 37,2 C
Nadi : 98 x / menit
c. Status mental : Lemas, gelisah, pucat
d. Pernapasan : Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan, sesak
e. Gastro intestinal : nyeri, mual, tidak nafsu makan
f. Pola aktivitas : Kelemahan tubuh, cepat lelah, lesu
g. Riwayat pengobatan

No NamaObat/Jamu Dosis Keterangan


1. Simbod Obat sesak
2. Ambrolxol 3x sehari setiap Obat batuk
3. Metilprednison 2x sehari setiap 12 Obat sesak
jam
4. Salbutamo 2x sehari setiap 12 Obat sesak
jam

h. Kemampuan mengontrol kesehatan :


- Yang dilakukan bila sakit ; bila sakit klien kambuh, klien selalu datang ke
puskesmas untuk berobat, dan stirahat dirumah, tidak beraktifitas.

i. Faktor social ekonomi (penghasilan/asuransikesehatan, dll) :


Klien bekerja sebagai buruh , klien berobat menggunakan kartu Jaminan Kesehatan
dari pemerintah (JKN)

j. Pengobatan sekarang :

No NamaObat Dosis Kandungan Manfaat


1. Salbutamol 2x sehari Salbutamol Mengurangi
setiap 12 jam sesak nafas
2. Paracetamol 3x sehari setiap Analgeti Penurun
8jam panas dan
rasa nyeri
3. Gualfenesin 3x sehari setiap 8 Obat Batuk
jam
4. Chlorphenamne 3x sehari setiap 8 Anti histamin Obat alergi
maleate jam
5. Simbicod 2x sehari setiap Pelega nafas
hari 12 jam
k. RiwayatImunisasi (padaanak) :
JenisImunisasi Ke-1 Ke-2 Ke-3
BCG Umur :
Oleh :
Komplikasi :
Hepatitis B Umur : Umur : Umur :
Oleh : Oleh : Oleh :
Komplikasi : Komplikasi : Komplikasi :
DPT Umur : Umur : Umur :
Oleh : Oleh : Oleh :
Komplikasi : Komplikasi : Komplikasi :
Polio Umur : Umur : Umur :
Oleh : Oleh : Oleh :
Komplikasi : Komplikasi : Komplikasi :
Campak Umur :
Oleh :
Komplikasi :
Imunisasi lain yang Jelaskan :
pernahdijalani

2. NUTRION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB biasanya : 56 kg dan BB sekarang 54 kg
2) Lingkarperut : 72 cm
3) Lingkar kepala : 52 cm
4) Lingkar dada : 88 cm
5) Lingkar lengan atas : 32 cm
6) IMT :
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :
- Pemeriksaan BTA : (-)
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,
Conjungtiva anemis/tidak : pucat

d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuen simakanan yang diberikan selama


Dirumah sakit : Nafsu makan menurun dan berkurang

e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifias selama di rumah


sakit : klien istirahat di rumah tidak melakukan aktifitas seperti biasanya.
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan,
mengunyah, dll) : tidak nafsu makan, mual.
g. Penilaian Status Gizi : status gizi cukup baik
h. Pola Asupan Cairan : semenjak sakit klien agak kurang minum
i. Cairan Masuk : klien minum air putih 1500 – 2000 ml/ hari
j. Cairan Keluar : 1000ml / hari atau sekitar 20-30 ml / jaam
k. Penilaian Status Cairan (Balance Cairan)
l. Pemeriksaan Abdomen : dalam batas normal

3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan) dalam batas
normal

2) Riwayat kelainan kandung kemih : tidak ada kelainan

3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau) : dalam batas normal

4) Distensi kandung kemih/retensi urine : dalam batas normal

b. Sistem Gastrointestinal
1) Polaeliminasi : klien BAB satu kali sehari

2) Konstipasidan factor penyebabkonstipasi : tidak ada kelainan

c. SistemIntegumen
1) Kulit (integritaskulit/hidrasi/turgor/warna/suhu) : elastis

4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 10 .00
2) Insomnia : sering terbangun
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : bila sesak berkurang, klien bisa tidur
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Buruh
2) Kebiasaan olah raga : Tidak
3) ADL
a) Makan : tidak nafsu makan
b) Toileting : setiap pagi klien mau BAK
c) Kebersihan : bersih
d) Berpakaian : mandiri
4) Bantuan ADL : tidak
5) Kekuatan otot : baik
6) ROM : dalam batas normal
7) Resiko utuk cidera : tidak ada

c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : tidak ada
2) Edomaesktremitas : tidak ada kelainan
3) Tekanan darah dan nadi: TD : 120/70 mmHg, Nadi : 98x/menit
a) Berbaring : bantal agak di tinggikan ( posisi Semi Fowler )
b) Duduk : baik
4) Tekanan vena jugulari : dalam batas normal
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : tidak ada kelainan
b) Palpasi : tidak ada kelainan
c) Perkusi : tidak ada kelainan
d) Auskultasi : tidak ada kelainan

d. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : Asma
2) Penggunaan O2 : 3 liter / menit
3) Kemampuan bernafas : sesak
4) Gangguan pernafasan (batu, suaranafas, sputum, dll)
Sputum yang kental dan susah untuk di keluarkan.
5) Pemeriksaanparu-paru
a) Inspeksi : tarikan dinding dada
b) Palpasi : cekung
c) Perkusi : redup
d) Auskultasi : ronchi dan wheezing

5. PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMA
2) Kurang pengetahuan : klien kurang memahami makanan apa saja yang
bisa menyebabkan penyakit asmanya sering kambuh
3) Pengetahuan tentang penyakit: klien memahami tentang penyakit yang di
deritanya sebagaian
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) :
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
2) Sakit kepala : sering hilang timbul
3) Penggunaanalat bantu : tidak
4) Penginderaan : tidak ada kelaianan

c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa daerah
2) Kesulitanberkomunikasi : tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi

6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : ada cemas
2) Perasaan putus asa/kehilangan: tidak
3) Keinginan untuk menciderai : tidak
4) Adanya luka/cacat : tidak ada
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : lajanag
2) Orang terdekat : orang tua
3) Perubahan konflik/peran : klien selam sakit, tidak melakukan aktifitas rutn
4) Perubahan gaya hidup : klien selama sakit tidak kemana-mana
5) Interaksi dengan orang lain : baik

8. SEXUALITY
a. Identitasseksual
1) Masalah/disfungsiseksual : masih lajang
2) Perioden menstruasi :-
3) Metode KB yang digunakan : -
4) Pemeriksaan SADARI :-
5) Pemeriksaanpasmear :-

9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : cemas
2) Kemampuan untuk mengatasi : klien mampu memahami dan mengatasi bila
penyakitnya kambuh
3) Perilaku yang menampakkan cemas : bila penyakit tidak sembuh-sembuh

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : klien rutin beribadah sesuai agama yang
di anutnya
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : klien selalu mengikuti kegiaataan
bersama kelurgaa dan lingkungan sekitar
3) Kegiatan kebudayaan : klien jaraang mengikuti kegiatan kebudayaan
4) Kemampuan memecahkan masalah : bila ada masaalah klien minta bantuan
orang tua dan saudara yang lai
11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : klien alergi bila minuman dingin, terlalu manis,
makanan berminyak, terlalu capek.
b. Penyakit autoimmune : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada tanda infeksi
d. Gangguan thermoregulasi : tidak ada kelaianan
e. Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi neurovaskuler
peripheral, kondisihipertensi, perdarahan, hipoglikemia, syndrome disuse,
gayahidup yang tetap) : tidak ada resiko komplikasi

12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkannyeri) : nyeri lambung karna , assupan nutrisi
yang kurang
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : ringan
3) Regio (dimana letaknya) : ulu hati
4) Scala (berapas kalanya) :
5) Time (waktu) :
b. Rasa tidaknyamanlainnya : badan terasa lesu
c. Gejala yang menyertai : nafsu makan menurun

13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan :
b. DDST (Form dilampirkan) :

B. DATA LABORATORIUM
Tanggal& Harga
JenisPemeriksaan HasilPemeriksaan Satuan Interpretasi
Jam Normal
15-11-20 - BTA - (-) (-) - -
ANALISIS DATA

Nama Pasien : Tn. Y Diagnosa Medis : ASMA


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 000552
No. Kamar Bed : Poli Lansia Hari/tanggal : Senin, 23 November 2020

No Data Senjang Etiologi Masalah Nama dan


Keperawatan Paraf Perawat
1. DS : klien mengatakan Allergen (cuaca dingin) Bersihan jalan Ellena L, SKM
batuk berdahak dan nafas tidak
kental, sulit untuk di batuk berdahak efektif
keuarkan
sekresi mukus kental di dalam lumen
DO : bronkiolus
- Nampak sesak
- Terdapat bunyi
suara nafas / Mucus berlebih, batuk, wheezing, sesak
ronchi nafas
- Pernafasan 28x/
menit Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Irama nafas cepat
- Nampak batuk
berdahak, dengan
konsistensi
kentaldan
berwarna kuning
- TD : 120/70
mmhg
- Nadi : 98x / menit
- Suhu : 37,2 C

2. DS : Pencetus rasangan (alergen) Pola nafa tidak Ellena L, SKM


- klien mengatakan efektif
sesak nafas Reaksi antigen &antibodi
- klien tampak
tersengal-sengal Dikelurkanya substansi vasoaktif (histamin
- terpasang O2 bradikinin & anafilaksin)

DO : oedame dinding broncus


TD : 120/70 mmHg
Nadi : 98x/ menit Suplai O2 menuru
RR : 30x/ menit
Temp.: 37,2 C Pola nafas tidak efektif
3. DS : Faktor prncetus Ganguan Ellena L, SKM
- klien mengatakan pertukaran gas
sesak nafas Alergi (batuk, setres , kelelahan,dll)
- dada terasa sempit
- ada suara mengi Spasme otot polos bronchiolus

DO : Menekan sisi luar broncus


- klien tampak
tersengal2 Diameter bronkiolus mengecil
- tarikan didnding
dada Gangguan pertukaran gas
- terpasangnya O2
- Inspeksi : tarikan
dinding dada
- Palpasi : cekung
- Perkusi : redup
- Auskultasi :
ronchi dan
wheezing

4. DS : Faktor pencetus Resiko ketidak Ellena L, SKM


- Klien mengatakan seimbangan
tidak nafsu makan Alergi (batuk sesak) nutrisi : kurang
- Nyeri ulu hati dari kebutuhan
- Klien mengatakan Dispnea tubuh
badan terasa
lemas Tidak nafsu makan
DO :
- Klien tampak Resiko ketidak seimbangan nutrisi :
pucat kurang dari kebutuhan tubuh
- Klien tampak lesu

MASALAH KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Resiko keidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus kental di dalam
bronchiolus yang berlebih
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 menurun
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan diameter bronchiolus yang mengecil
4. Resiko ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dyspneu / anoreksia

NURSING PLANING

Nama Pasien : Tn. Y Diagnosa Medis : ASMA


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 000552
No. Kamar Bed : Poli Umum Hari/tanggal : Senin, 22 Nopember 2020

No Diagnosa Jam Tujuan Rencana Keperawatan Nama dan


Keperawatan (SMART) TT
perawat
1. Bersihan jalan Setelah di lakukan tindakan Manajen jalan nafas :
nafas tidak keperawatan selama 3x 34 jam - Buka jalan nafas, gunakan
efektif pasien mampu : teknik chin lift atau jaw thrust
berhubungan - Status pernapasan : ventilasi bila perlu
dengan sekresi - Status pernafasan : patensi - Posisikan pasien untuk
mukus kental jalan nafas memaksimalkan ventilasi
di dalam - Kontrol aspirasi - Identifikasi pasien perlunya
bronchiolus pemasangan alat jalan nafas
yang yang Kriteria hasil : buatan
berlebi - Mendemontrasikan batuk - Pasang mayo bila perlu
efektif dan suara nafas yang - Lakukan fisioterapi dada jika
bersih, tidak ada syanosis dan perlu
dyspneu (mampu - Kelurkan secret dengan batuk
mengeluarkan sputusm, atau suction
mampu bernafas dengan - Auskultasi suara nafa, catat
mudah tidak ada bibir yang di adanya suara tambahan
kerutkan) - Berikan broncodilator bila
- Menunjukan jalan nafas yang perlu
paten (klien tidak merasa - Berikan pelembab udara kassa
tercekik, irama nafas, basah NaCL lembab
frekuensi pernafasan dalam - Atur asupan untuk cairan
rentang normal, tidak ada optimal keseimbangan
suara nafas yang abnormal - Pantau respirasi dan status O2
- Mampu mengdentifikasikan
dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan nafas

2. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas :


tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 jam - Buka jalan nafas, gunakan
berhubungan pasien mampu ; teknik chin lift atau jaw thrust
dengan - Status pernapasan : ventilasi bila perlu
oedame / - Status pernafasan : patensi - Posisikan pasien untuk
penyempitan jalan nafas memaksimalkan ventilasi
bronchoilus - Status tanda vital - Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
Dengan kriteria hasil : buatan
- Mendemontrasikan batuk - Pasang mayo bila perlu
efektif dan suara nafas yang - Lakukan fisioterapi dada jika
bersih, tidak ada syanosis dan perlu
dyspneu (mampu - Kelurkan secret dengan batuk
mengeluarkan sputusm, atau suction
mampu bernafas dengan - Auskultasi suara nafa, catat
mudah tidak ada bibir yang di adanya suara tambahan
kerutkan) - Berikan broncodilator bila
- Menunjukan jalan nafas yang perlu
paten (klien tidak merasa - Berikan pelembab udara kassa
tercekik, irama nafas, basah NaCL lembab
frekuensi pernafasan dalam - Atur asupan untuk cairan
rentang normal, tidak ada optimal keseimbangan
suara nafas yang abnormal - Pantau respirasi dan status O2
- Tanda-tanda Vital dalam Terapi Oksigen :
rentang normal ( tekanan - Bersihkan mulut, hidung dan
darah, nadi, pernafasan) trakea rahasia
- Pertahankan jalan nafas yang
paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Pantau aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Obserfasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
- Memantau adanya korban
terhadap oksigenasi

Pemantauan tanda vital :


- Pantau TD,Nadi,suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasiTD
- Monitor kwalitas nadi
- Pantau TD, Nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktifitas
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas :
pertukaran gas keperawatan selama 3 x 24 jam - Buka jalan nafas, gunakan
berhubungan pasien mampu ; teknik chin lift atau jaw thrust
dengan - Status pernapasan : ventilasi bila perlu
diameter - Status pernafasan : patensi - Posisikan pasien untuk
bronchoilus jalan nafas memaksimalkan ventilasi
yang mengecil - Status tanda vital - Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
Dengan kriteria hasil : buatan
- Mendemontrasikan batuk - Pasang mayo bila perlu
efektif dan suara nafas yang - Lakukan fisioterapi dada jika
bersih, tidak ada syanosis dan perlu
dyspneu (mampu - Kelurkan secret dengan batuk
mengeluarkan sputusm, atau suction
mampu bernafas dengan - Auskultasi suara nafa, catat
mudah tidak ada bibir yang di adanya suara tambahan
kerutkan) - Berikan broncodilator bila
- Menunjukan jalan nafas yang perlu
paten (klien tidak merasa - Berikan pelembab udara kassa
tercekik, irama nafas, basah NaCL lembab
frekuensi pernafasan dalam - Atur asupan untuk cairan
rentang normal, tidak ada optimal keseimbangan
suara nafas yang abnormal - Pantau respirasi dan status O2
- Tanda-tanda Vital dalam Memantau pernafasan :
rentang normal ( tekanan - Pantau rata-rata kedalaman,
darah, nadi, pernafasan) irama dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan,penggunaan otot
tambahan, retrasi otot,
supraclavicular dan intercostal
- Pantau suara nafas, seperti
dengkur
- Pantau pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi
- Chyne stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor latihan otot digfrahma
- Auskultasi suara nafas
- Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk beraktifitas

4. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi :


ketidak keperawatan selama 3 x 24 jam, - Kaji adanya alergi makanan
pasien mampu : - Kolaborasi dengan ahli gizi
seimbangan - Status gizi : makanan dan - Anjurkan pasien untuk
nutrisi : asupan cairan meningkatkan asupan Fe
- Status gizi : asupan gizi - Anjurkan pasien untuk
kurang dari
- Kontrol berat badan meningkatkan protein dan
kebutuhan vitamin C
tubuh Dengan kriteria hasil ; - Berikan substansi gula
berhubungan - Adanya peningktatan berat - Yakinkan makanan yang
badan sesuai dengan tujuan mengandung makanan tinggi
dengan
- Berat badan ideal sesuai serat
dyspneu / dengan tinggi badan - Berikan makanan yang
anoreksia - Mampu mengidentifikasi terpilih
kebuthan nutrisi - Pantau jumlah nutrisi dan
- Tidak ada tanda-tanda mal kandungan kalori
nutrisi - Berikan informasi tentang
- Menunjukan peningkatan kebutuhan nutrisi
fungsi pengecapan - Kaji kemampuan pasien
- Tidak terjadi penurunan berat untuk mendapatkan nutrisi
badan yang berarti Pemantauan Nutrisi :
- BB pasien dalam batas
normal
- Pantau adanya pemantauan
berat badan
- Pantau dan jumlah aktifitas
yang biasa di lakukan
- Pantau lingkungan selama
makan
- Pantau kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Pantau turgor kulit
- dll
NURSING IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Tn. Y Diagnosa Medis : Asma


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 000552
No. Kamar Bed : Poli Umum Hari/tanggal : Senin, 23 November 2020

No Nomor Jam Tindakan Respon Nama dan


Diagnosa Keperawatan TT
Perawat
1. Diagnosa : Manajen jalan nafas : Respon Manajemen jalan
No.01,02,03 - membuka jalan nafas, gunakan nafas
teknik chin lift atau jaw thrust - Klien bisa bernafas
bila perlu dengan lega , tanpa ada
No.01,02,03 - memposisikan pasien untuk yang menghalangi
memaksimalkan ventilasi - Dengan mengatur posisi
semi fowler klien bisa
No.01,02,03 - mengidentifikasi pasien merasa nyaman
perlunya pemasangan alat jalan - Dengan pemberian O2
nafas buatan sebanyak 3 liter / menit,
No.01,02,03 - Menguluarkanlurkan secret sesak klien berkurang
dengan batuk efektif - Klien mampu melakukan
batuk efektif dan mampu
mengeluarkan dahak
No.01,02,03 - mengauskultasi suara nafas, kental kuning
catat adanya suara tambahan - Auskultasi dada dalam
No.01,02,03 - memantau respirasi dan status batas normal
O2 - Pemberian O2 terpantau
No.01,02,03 baik, sesak berkurang
- memertahankan jalan nafas yang - Dengan posisi senyaman
paten pasien sehingga dapat
mempertahankan jalan
No.01,02,03 nafas
- mengatur peralatan oksigenasi - Peralatan pemasangan O2
No01,02,03 terpasang dengan baik
- memantau aliran oksigen - Alieran oksigen berjalan
dengan baik dan pasien
No.01,02,03 merasa nyaman
- mempertahankan posisi pasien - Klien mampu
mempertahankan posisi
No,02,02,03,04 senyaman mungkin
- memantau TD,Nadi,suhu, dan - Observasi TTD :
RR TD : 120/80 mmhg
RR : 24 x/ menit
Nadi : 78 x / menit
Temp : 36,4 C
No.01,02,03
Memantau pernafasan : - Pergerakan dada (dalam
- mencatat pergerakan dada, amati batas normal), tampak
kesimetrisan,penggunaan otot simetris
tambahan, retrasi otot,
No.02,03 supraclavicular dan intercostal - Suara nafas, masih ada
- memantau suara nafas, seperti wheezing, namun tidak
No.01,02,03 dengkur begitu kuat
- memantau pola nafas - Pola nafas terataur, RR :
20 x/ menit
No.04 Manajemen nutrisi : - Klien mengatakan sesak
- mengkaji adanya alergi makanan akan kembali berulang
bila, minum es, makanan
terlalu manis atau terlalu
capek bekerja
No.04 - Klien akan konsumsi
- menanjurkan pasien untuk telur dan buah jeruk
meningkatkan protein dan
No.04 vitamin C - Klien mengatakan banyak
- meyakinkan makanan yang makan sayur
mengandung tinggi serat
No.04 - Klien memahami tentang
- memberikan informasi tentang asupan nutrisi yang
kebutuhan nutrisi seimbang setiap harinya

No.04 Pemantauan Nutrisi : - BB : 54 , namun nafsu


- menimbang BB pasien dalam makan sudah mulai ada
batas normal
No.01,02,03,04 - Klien beraktifitas ringan ,
- memantau jumlah aktifitas yang selama penyakit belum
biasa di lakukan pulih
No.01,02,03,04
- memantau lingkungan selama - Klien akan selalu
makan menjaga lingkungan
teteap bersih
No.04
- memantau kulit kering dan - Kulit tampak normal
No.04 perubahan pigmentasi
- memantau turgor kulit - Turgor kulit elastis
dll
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. Y Diagnosa Medis : ASMA


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 000552
No. Kamar Bed : Poli Umum Hari/tanggal : Jum’at, 26 November 2020

No Diagnosa Jam Evaluasi Nama dan


Keperawatan TT
Perawat
1. Bersihan jalan nafas tidak S:
efektif berhubungan dengan - klien mengatakan sesak dan batuknya sudah
sekresi mukus kental di dalam berkurang, dahaknya juga sudah di
bronchiolus yang yang berlebi keluarkan dan sudah encer
O:
- batuk klien berkurang, sputum mudah di
keluarkan , berwarna bening dan encer
- ronchi dan wheezing tidak terdengar
- tidak ada penggunaan otot bantu nafas
- ekspresi klien normal
- TD : 120 / 70 mmHg RR : 20 X/ menit
Nadi : 88 x/menit S : 36,5 C
- O2 sudah tidak terpasang
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Intervensi di lanjutkan
- Kaji fungsi pernafasan (irama, bunyi nafas ,
kecepatan, kedalaman nafas)
- Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan nafas dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi dengan tim medis, bila klien
mengalami sesak berulang

2. Pola nafas tidak efektif S:


berhubungan dengan oedame / - Klien mengatakan sesaknya hilang , klien
penyempitan bronchoilus bernafas seperti biasa
O:
- Klien nampak tidak sesak
- Klien bernafas seperti biasa
- Oksigen tidak terpasang lagi
- Suara wheezing dan romchi hilang
- Klien tampak cerah
- TD : 110/80 mmHg RR : 24 x/ menit
Nadi : 80 x/menit T : 36,6
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Observasi TTV setiap ada keluhan
- Hindarai makanan pencetus batuk / sesak

3. Gangguan pertukaran gas S:


berhubungan dengan diameter - Klien mengatakan sesaknya sudah
bronchoilus yang mengecil berkurang
O:
- TD : 110/80 mmHg RR : 24 x/ menit
Nadi : 80 x/menit T : 36,6 C
- Sianosis tidak ada
- Ronchi dam wheezing tidak terdengar
A:
- Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
- Observasi bunyi nafas
- Berikan oksigen bila sesak berulang
- Berikan therapy sesuai prosedur
s
4. Resiko ketidak seimbangan S:
nutrisi : kurang dari kebutuhan - Klien mengatakan nafsu makanya mulai
meningkat
tubuh berhubungan dengan
O:
dyspneu / anoreksia - Klien makan habis ¾ porsi
- Berat badan masih 54 kg
- Tugor kulir elastis
A:
- masalah teratasi
P:
- intervensi di hentikan
SOP PEMBERIAN OKSIGENASI KANULA

1. Kebijakan : Ketentuan yang di tetapkan oleh Pelayanan kesehatan

2. Prosedur :
a. Peralatan
- Tabung oksigen lengkap dengan manometer
- Pengukur aliran flowmeter dan humidifier
b. Tahap Pra Interaksi
- Melakukan verifikasi data sebelumnya, bila ada.
- Mencuci tangan
- Menyiapkan alat
c. Tahap orientasi
- Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
- Menempatkan alat didekat pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien.
- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
d. Tahap kerja
- Menjaga privasi pasien
- Memastikan tabung masih berisi oksigen
- Mengisi botol pelembab dengan aqua sesuai batas
- Menyambungkan selang binasal oksigen dengan humidifier
- Mengatur posisi semi fowler
- Membuka flowmeter dengan ukuran sesuai kebutuhan dan
memastikan ada aliran udara.
- Memasang kanula pada hidung pasien dengan hati-hati
- Memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien
- Merapihkan pasien
e. Tahap terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan
- Berpamitan dengan pasien
- Membereskan alat-alat
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan

3. Unit Terkait :
a. Instalasi Farmasi
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Rawat Inap
d. IGD
e. ICU
f. Ok

Anda mungkin juga menyukai