NAMA : SUSANTY
NIM : 20149011301
A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napasa
yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada
terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat revrsibel baik dengan atau
tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Smeltzer&Bare, 2002).
Asma Bronkial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus (Huddak & Gallo, 1997).
Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan napas obstruktif yang
disebabkan oleh berbagai stimulan, yang ditandai dengan spasme otot polos bronkiolus.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Organ Pernapasan
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke
atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama
koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke
belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat
ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang
terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C) sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari
jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah
dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung
paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini
terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri
dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus
pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus.
Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-
cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu,
yang pertama pleura visceral (selaput
dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara
keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
C. ETIOLOGI
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Asma ekstrinsik ditandai dengan adanya reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus spesifik (alergen), seperti serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma
ekstrinsik. Pasien dengan asma ekstrinsik biasanya sering dihubungkan dengan
adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi dalam keluarganya.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002
F. FATOFISIOLOGI
Pathway
Faktor pencetus
Alergi Idiopatik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal, terdengar bunyi
mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar
mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas)
b. Pemeriksaan Fungsi Paru
a. Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP) dan
volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat tergantung
kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan
kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari
2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 < 80%
nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%.
Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma, yaitu adanya
perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah
pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
b. Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi. Selain itu juga
dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan perbaikan nilai APE > 15 %
setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari,
atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam yang berbeda
nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.
Cara pemeriksaan variabilitas APE
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam hari untuk
mendapatkan nilai tertinggi.
APE malam – APE pagi
Variabilitas harian = ------------------------------------- x 100%
½ (APE malam + APE pagi)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)
c. Pemeriksaan Tes Kulit (Skin Test)
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
d. Pemeriksaan Darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada penderita dengan
serangan asma berat atau status asmatikus.
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
4. Penatalaksanaan keperawatan
a. Memberikan Penyuluhan pendidikan kesehatan
b. Pemberian O2 bila perlu
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Riwayat kesehatan masa lalu : klien memiliki riwayat ASMA keturuan dari orang
tua, alergi dingin, dan makanan yang terlalu manis, bila terlalu capek berkerja
b. Riwayat kesehatan sekarang : Klien datang ke puskesmas dengan keluhan sesak
nafas, bernafas terasa singkat, batuk berdahak susah untuk di kelurkan karna
kental, klien mengatakan dahak berwarna kuing dan kental, wheezing, ronchi,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, mual.
Pemeriksaan Vital sign :
- TD : 120 / 70 mmhg
- RR : 30 x / menit
- Nadi : 98 x / menit
- Temp : 37,2 C
c. Status mental : Lemas, gelisah, pucat
d. Pernapasan : Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan, sesak
e. Gastro intestinal : nyeri, mual, tidak nafsu makan
f. Pola aktivitas : Kelemahan tubuh, cepat lelah, lesu
2. Pemeriksaan Fisik
- Contour dada simetris
- Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat, distribusi warna merata
- RR : 30 x/ menit
- Inspeksi : Pengembangan dada
- Palpasi : cekung
- Perkusi : redup
- Auskultasi : Wheezing, mengi
- Temperatur kulit : 37,2 C
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan sputum. BTA : ( - )
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Gangguan Pertukaran Gas
4. Resiko Ketidak seimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pola napas klien kembali efektif
Kriteria Hasil:
a. Klien tidak mengeluh sesak
b. RR 16-20 x/menit
c. Wajah rileks
d. Tidak ada penggunaan otot bantu napas
Intervensi
a. Kaji frekuensi nafas, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, kedalaman pernafasan
bervariasitergantung derajat asma
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
Rasional: Ronkhi dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional: Memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
d. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
Rasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
e. Kolaborasi pemberian obat
Bronkodilator golongan B2, Nebulizer (via inhalasi) dg golongan terbutaline 0,25
mg, fenoterol HBr 0,1% solution, orciprenaline sulfur 0,75 mg.
Rasional: Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus
yg mengalamin spasme shg lebih cepat berdilatasi
2. Diagnosa 2 : Pola nafas tidak efektif
Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi bersihan jalan nafas
kembali efektif
Kriteria Hasil:
a. Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
b. Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
c. Tidak ada suara nafas tambahan
d. Pernafasan klien normal (16-20x/mnt) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas
Intervensi:
a. Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, kedalaman pernafasan
bervariasitergantung derajat asma Karakteristik sputum dpt menunjukkan berat
ringannya obstruksi.
b. Atur posisi semi flowler
Rasional: Meningkatkan ekspansi dada
c. Ajarkan cara batuk efektif
Rasional: Batuk yg terkontrol & efektif dpt memudahkan pengeluaran sekret yg
melekat di jalan nafas
d. Bantu klien latihan nafas dalam
Rasional: Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas & meningkatkan gerakan
sekret ke dalam jalan nafas besar u/ dikeluarkan
e. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan
Rasional: Hidrasi yg adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan
pembersihan jalan nafas
e. Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik postural drainase, perkusi, & fibrasi dada
Rasional: Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.
NamaMahasiswa : SUSANTY
Semester/Tingkat : I ( SATU )
TempatPraktek : PUSKESMAS NAGASWIDAK KOTA PALEMBANG
TanggalPengkajian : SENIN, 23 NOVEMBER 2020
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. NamaInisialKlien : Tn. Y
2. Umur : 31 th
3. Alamat : Jln. Batu dua Lrg. Manggis Rt.31 Rw.06 No.753 13 Ulu
4. Agama : Islam
5. TanggalMasukRS/RB: 22 November 2020
6. NomorRekamMedis : 000552
7. Bangsal : Poli Umum
1. HEALTH PROMOTION
a. KesehatanUmum :
- Alasan masuk rumah sakit : sesak nafas, nafsu makan menurun, batu berdahak
kental susah untuk di keluarkan, mengi, mual, nyeri ulu hati
- Tekanandarah : 120 / 70 mmHg - Inspeksi : tariakan diding dada
- Nadi : 98 x / menit - Palpasi : cekung
- Suhu : 37,2 C - Perkusi : Redup
- Respirasi : 30 x / menit - Auskultasi : Ronchi, Wheezing
- Terpasang O2 dengan perhitungan
j. Pengobatan sekarang :
2. NUTRION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB biasanya : 56 kg dan BB sekarang 54 kg
2) Lingkarperut : 72 cm
3) Lingkar kepala : 52 cm
4) Lingkar dada : 88 cm
5) Lingkar lengan atas : 32 cm
6) IMT :
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :
- Pemeriksaan BTA : (-)
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,
Conjungtiva anemis/tidak : pucat
3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan) dalam batas
normal
b. Sistem Gastrointestinal
1) Polaeliminasi : klien BAB satu kali sehari
c. SistemIntegumen
1) Kulit (integritaskulit/hidrasi/turgor/warna/suhu) : elastis
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 10 .00
2) Insomnia : sering terbangun
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : bila sesak berkurang, klien bisa tidur
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Buruh
2) Kebiasaan olah raga : Tidak
3) ADL
a) Makan : tidak nafsu makan
b) Toileting : setiap pagi klien mau BAK
c) Kebersihan : bersih
d) Berpakaian : mandiri
4) Bantuan ADL : tidak
5) Kekuatan otot : baik
6) ROM : dalam batas normal
7) Resiko utuk cidera : tidak ada
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : tidak ada
2) Edomaesktremitas : tidak ada kelainan
3) Tekanan darah dan nadi: TD : 120/70 mmHg, Nadi : 98x/menit
a) Berbaring : bantal agak di tinggikan ( posisi Semi Fowler )
b) Duduk : baik
4) Tekanan vena jugulari : dalam batas normal
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : tidak ada kelainan
b) Palpasi : tidak ada kelainan
c) Perkusi : tidak ada kelainan
d) Auskultasi : tidak ada kelainan
d. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : Asma
2) Penggunaan O2 : 3 liter / menit
3) Kemampuan bernafas : sesak
4) Gangguan pernafasan (batu, suaranafas, sputum, dll)
Sputum yang kental dan susah untuk di keluarkan.
5) Pemeriksaanparu-paru
a) Inspeksi : tarikan dinding dada
b) Palpasi : cekung
c) Perkusi : redup
d) Auskultasi : ronchi dan wheezing
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMA
2) Kurang pengetahuan : klien kurang memahami makanan apa saja yang
bisa menyebabkan penyakit asmanya sering kambuh
3) Pengetahuan tentang penyakit: klien memahami tentang penyakit yang di
deritanya sebagaian
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) :
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
2) Sakit kepala : sering hilang timbul
3) Penggunaanalat bantu : tidak
4) Penginderaan : tidak ada kelaianan
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa daerah
2) Kesulitanberkomunikasi : tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : ada cemas
2) Perasaan putus asa/kehilangan: tidak
3) Keinginan untuk menciderai : tidak
4) Adanya luka/cacat : tidak ada
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : lajanag
2) Orang terdekat : orang tua
3) Perubahan konflik/peran : klien selam sakit, tidak melakukan aktifitas rutn
4) Perubahan gaya hidup : klien selama sakit tidak kemana-mana
5) Interaksi dengan orang lain : baik
8. SEXUALITY
a. Identitasseksual
1) Masalah/disfungsiseksual : masih lajang
2) Perioden menstruasi :-
3) Metode KB yang digunakan : -
4) Pemeriksaan SADARI :-
5) Pemeriksaanpasmear :-
9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : cemas
2) Kemampuan untuk mengatasi : klien mampu memahami dan mengatasi bila
penyakitnya kambuh
3) Perilaku yang menampakkan cemas : bila penyakit tidak sembuh-sembuh
12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkannyeri) : nyeri lambung karna , assupan nutrisi
yang kurang
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : ringan
3) Regio (dimana letaknya) : ulu hati
4) Scala (berapas kalanya) :
5) Time (waktu) :
b. Rasa tidaknyamanlainnya : badan terasa lesu
c. Gejala yang menyertai : nafsu makan menurun
13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan :
b. DDST (Form dilampirkan) :
B. DATA LABORATORIUM
Tanggal& Harga
JenisPemeriksaan HasilPemeriksaan Satuan Interpretasi
Jam Normal
15-11-20 - BTA - (-) (-) - -
ANALISIS DATA
MASALAH KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Resiko keidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus kental di dalam
bronchiolus yang berlebih
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 menurun
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan diameter bronchiolus yang mengecil
4. Resiko ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dyspneu / anoreksia
NURSING PLANING
2. Prosedur :
a. Peralatan
- Tabung oksigen lengkap dengan manometer
- Pengukur aliran flowmeter dan humidifier
b. Tahap Pra Interaksi
- Melakukan verifikasi data sebelumnya, bila ada.
- Mencuci tangan
- Menyiapkan alat
c. Tahap orientasi
- Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
- Menempatkan alat didekat pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien.
- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
d. Tahap kerja
- Menjaga privasi pasien
- Memastikan tabung masih berisi oksigen
- Mengisi botol pelembab dengan aqua sesuai batas
- Menyambungkan selang binasal oksigen dengan humidifier
- Mengatur posisi semi fowler
- Membuka flowmeter dengan ukuran sesuai kebutuhan dan
memastikan ada aliran udara.
- Memasang kanula pada hidung pasien dengan hati-hati
- Memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien
- Merapihkan pasien
e. Tahap terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan
- Berpamitan dengan pasien
- Membereskan alat-alat
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan
3. Unit Terkait :
a. Instalasi Farmasi
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Rawat Inap
d. IGD
e. ICU
f. Ok