Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

Disusun Oleh :
Siska Salsabila Murfa
2014901042

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Ledia Restipa, M.Kep) (Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ALIFAH PADANG
2020/2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN
KATARAK

A. Konsep Lanjut Usia


a. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat
perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat
hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2011).
Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut para ahli :
a) Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu: young
old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
b) Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari
65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old);
dan lebih dari 80 tahun (very old).
c) Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
d) Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah
mencapai usia 60-74 tahun.
e) Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika
usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.
b. Tugas Perkembangan Lansia
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
mendukung kesejahteraan lansia misalnya Perpindahan tempat tinggal lansia.
b) Penyesuaian terhadap pendapatan menurun
Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan semakin
tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan
berkurang.

2
c) Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan
mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari
pasangan. Contoh: mitos tentang aseksualitas
d) Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari
bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan
kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara
total.
e) Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun keluarga
menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.
c. Masalah kesehatan yang muncul pada tahap lansia
Perubahan system tubuh lansia menurut Nugroho (2010) adalah :
1. Sel
a) Pada lansia jumlah sel akan lebih sedikit dan ukuranya lebih besar.
b) Cairan tubuh dan cairan intraselular akan berkurang.
c) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati juga ikut berkurang.
d) Jumlah sel otak akan menurun.
e) Mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak menjadi atropi.
2. System persyarafan
a) Rata – rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 detik ( pakkenberg
dkk.2003)
b) Hubungan persyarafan cepat menurun.
c) Lambat dalam merespon, baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya
stress.
d) Mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. System pendengaran
a) Gangguan pada pendengaran ( presbiakusis)
b) Membrane timpani antropi.
c) Terjadi pengumpalan dan pengerasan serumen Karena peningkatan keratin.

3
d) Pendengaran menurun pada usia lanjut yang mengalami ketegangan jiwa atau
stress.
4. System penglihatan
e) Timbul sklerisis pada sfinter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar.
f) Kornea lebih berbentuk seperti bola ( sferis)
g) Lensa lebih suram ( keruh) dapat menyebabkan katarak.
h) Meningkatnya ambang.
i) Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat
dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap.
j) Hilangnya daya akomodasi.
a) Menurunya lapang pandang dan menurunya daya untuk membedakan antara
warna biru dengan warna hijau pada skala pemeriksaan.
5. System kardiovaskuler.
k) Elastisitas dinding aorta menurun.
l) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
m) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap jantung sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini memyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
a) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi.
b) Tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
6. System pengaturan suhu tubuh
a) Suhu tubuh menurun ( hipotermia) secara fisiologis. Hal ini diakibatkan oleh
metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan reflek mengigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas ototo.
7. Sistem pernapasan
a) Otot – otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunya aktivitas dari silia.
c) Paru – paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat.

4
d) Menarik napas lebih berat, kapasitas maksimum menurun, dan kedalaman
bernapas menurun.
e) Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada
arteri menurun menjadi 75mmhg. Kemampuan untuk batuk berkurang dan
penurunan kekuatan otot pernapasan.
8. System gastrointestinal
a) Kehilangan gigi, indera pengecapan mengalami penurunan.
b) Esophagus melebar.
c) Sensitivitas akan rasa lapar menurun.
d) Produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun.
e) Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi absorsi menurun.
g) Hati semakin mengecil dan menurunya tempat menyimpan.
h) Berkurangnya suplai aliran darah.
9. System genetalia
a) Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah keginjal menurun hingga
50%, fungsi tubulus berkurang ( berakibat pada penurunan kemmapuan ginjal
untuk mengonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, protein urine menurun,
BUN meningkat, nilai ambang ginjalterhadap glukosa meningkat.
b) Otot- otot kandung kemih (vesika urinaria) melemah kapasitasnya menurun
hingga hingga 200ml dan menyebabkan frekuansi BAK meningkat, kandung
kemih dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
c) Pria dengan usia 65th keatas sebagian besar mengalami pembesaran prostat
hingga 75% dari besar normalnya.
10. System endokrin.
Menurunya produksi ACTH,TSH,FSH,dan LH, aktivitas tiroid, basal metabolic rate
(BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosterone, serta sekresi hormone kelamin
seperti progesterone, estrogen dan tetstoteron.
11. Sitem integument.
a) Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik.

5
c) Menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d) Kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu.
e) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
f) Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi.
g) Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi mengeras dan rapuh, kuku
jari tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
h) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
i) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12. System musculoskeletal
a) Tulang kehilangan kepadatan ( density) dan semkain rapuh.
b) Kifosis.
c) Persendian membesar dan menjadi kaku.
d) Tendon mengkerut dan mengalami sclerosis.
e) Atropi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan
mejadi tremor.
13. Beberapa masalah psokologis yang sering terjadi pada lansia
a) Demensia
Demensia adalah gangguan intelektual/ daya ingat yang umumnya progresif dan
ireversibel. Biasanya terjadi pada usia > 65 tahun. Faktor  resiko yang sering
menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah : usia, riwayat keluarga, jenis
kelamin perempuan. Demensia merupakan suatu penyakit degeneratif primer
pada susunan sistem saraf pusat dan merupakan penyakit vaskuler.
Kriteria derajat demensia :
 Ringan : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial,
kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan
penilaian umum yang baik.
 Sedang : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.
 Berat : aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak
berkesinambungan, inkoherensi.

6
b) Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia
bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit
medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka
depresi.
Gejala depresi pada lansia, yaitu :
1. Gejala utama :
a) Afek depresi
b) Kehilangan minat
c) Berkurangnya energi (mudah lelah)
2. Gejala lain :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Kurang percaya diri
c) Sering merasa bersalah
d) Pesimis
e) Ide bunuh diri
f) Gangguan pada tidur
g) Gangguan nafsu makan
3. Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa
bentuk berdasarkan berat ringannya :
a) Depresi ringan : 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
b) Depresi sedang : 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak
terganggu.
c) Depresi berat : 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.
4. Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor
psikologik, sosial dan biologik.
a) Biologik  : sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti
hipertensi, DM, stroke, keterbatasan gerak, gangguan pendengaran /
penglihatan.
b) Sosial      : kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian,
isolasi sosial.

7
c) Psikologis : kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.
5. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda dan
menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat
dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya
skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.
Sekurang-kurangnya satu gejala berikut :
a) Thought echo, insertion, broadcasting.
b) Delution of control, influence, passivity, perseption
c) Halusinasi auditorik
d) Waham yang menetap

Paling sedikit 2 gejala berikut :

a) Halusinasi panca indera yang menetap


b) Arus pikir yang terputus
c) Perilaku katatonik
d) Gejala negatif
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih. Terapi dapat diberikan obat anti psikotik seperti
haloperidol, chlorpromazine, dengan pemberian dosis yang lebih kecil.
6. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut,
gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik pada lansia
adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang
serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak lebih,
menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori eksistensial
menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi
secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis. Kecemasan yang
tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin
menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan

8
dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”). Kerapuhan
sistem saraf anotomik yang berperan dalam perkembangan kecemasan setelah
suatu stressor yang berat. Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama
jenis stres pasca traumatik karena pada lansia akan mudah terbentuk suatu
cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan secara individu tergantung beratnya dan
dapat diberikan obat anti anxietas seperti : hydroxyzine, Buspirone.
7. Gangguan penggunaan alcohol dan zat lain.
Riwayat minum / ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat
minum berlebihan yang dimulai pada masa remaja / dewasa. Mereka
biasanya memiliki penyakit hati. Sejumlah besar lansia dengan riwayat
penggunaan alkohol terdapat penyakit demensia yang kronis seperti
ensefalopati wernicke dan sindroma korsakof. Presentasi klinis pada lansia
termasuk terjatuh, konfusi, higienis pribadi yang buruk, malnutrisi dan efek
pemaparan. Zat yang dijual bebas seperti kafein dan nikotin sering disalah
gunakan. Di sini harus diperhatikan adanya gangguan gastrointestiral kronis
pada lansia pengguna alkohol maupun tidak obat-obat sehingga tidak terjadi
suatu penyakit medik.
8. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan
lansia daripada usia dewasa muda adalah :
a) Gangguan tidur,
b) Ngantuk siang hari,
c) Tidur sejenak di siang hari,
d) Pemakaian obat hipnotik.

Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan


dengan tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi
dibanding dewasa muda. Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis,
penyebab gangguan tidur primer pada lansia adalah insomnia. Selain itu
gangguan mental lain, kondisi medis umum, faktor sosial dan lingkungan.
Ganguan tersering pada lansia pria adalah gangguan rapid eye movement

9
(REM). Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala
nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri perut. Keluhan utama pada lansia
sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari dibandingkan
dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi adalah perubahan
waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada
lansia.Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai
dengan kondisi masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau
adanya gejala fungsi kognitif, perilaku, psikomotor, gangguan daya ingat,
insomnia rebound dan gaya jalan.

B. Konsep Katarak
a. Defenisi Katarak
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal
ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh
air terjun didepan matanya (Ilyas, 2010) hal 2. Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah
kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
b. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan
tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya. Didalam mata
ada 3 lapisan yaitu
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
a. Sclera

b. Kornea

2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :

a. Koroid

b. Badan (korpus) siliare

10
c. Iris

3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :

a. Retina

b. Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola
mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata
yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea
sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu
gambaran (Istiqomah, 2010).
c. Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
a) Fisik
b) Kimia
c) Penyakit predisposisi
d) Genetik dan gangguan perkembangan
e) Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
f) Usia (Tamsuri, 2008)
d. Patofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,
nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke

11
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkanpenglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.

12
e. Pathway Katarak

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit metabolik


proses penuaan (misalnya DM)
bisa diturunkan.

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri

13
f. Klasifikasi Katarak
1. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
b) Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
c) Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
2. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
a) Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,
dan benda asing.
b) Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
c) Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,
katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan
miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
3. Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
a) Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak
bercak kekeruhan yang tidak teratur.
b) Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
c) Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.

14
d) Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri,
2008).
Tabel Perbedaan Karakteristik Katarak :
Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test (-) (+) (-) +/-

Visus (+) < << <<<

Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

g. Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a) Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b) Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
2. Gejala objektif biasanya meliputi:
a) Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b) Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c) Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
3. Gejala umum gangguan katarak meliputi: 

15
a) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b) Gangguan penglihatan bisa berupa :
 Peka terhadap sinar atau cahaya.
 Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
 Kesulitan melihat pada malam hari
 Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
 Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
h. Penatalaksanaan Katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran
uvea) terdiri dari 3 struktur:
a) Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
b) Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
c) Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung
otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi
katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum.
Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan
katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.
Indikasi dilakukannya operasi katarak yaitu :

16
a) Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan.
b) Indikasi medis : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c) Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3m
didapatkan hasil visus 3/60.

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

a) ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)


Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun
1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
b) ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:
 Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar
sehingga penyembuhan lebih lama.
 Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga
material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi
katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes
mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani
rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh
dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa
buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen.
Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10
menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah
sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien
akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan
kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa
intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

17
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata
lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan
kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi
katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang
keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
i. Pencegahan Katarak
Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah :
1. Menjaga penyakit yang memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya menghindari
factor yang mempercepat terbentuknya pnyakit katarak.
2. Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda pembentukkan atau
mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak suplemen dapat
memperlambat petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya bisa diatasi dengan
operasi. Berikut ini beberapa suplemen yang jika dikonsumsi dapat mencegah
terjadinya katarak :
a) Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok dan
sinar Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi dosis jika
mengalami diare. Vitamin E 200 IU 2 kali sehari.
b) Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.
c) Billberry, membantu membuang racun dari lensa maata dan retina. Kombinasi
billberry dan vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan pertumbuhan katarak
pada 48 dari 50 orang yang di teliti. Dosis yang tepat adalah 80 mg dan
dikonsumsi 3 kali sehari.
d) Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg sehari (pagi
sebelum makan)
e) Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan pembuluh darah halus dibagian
mata, 100 mg 2 kali sehari.
3. Kebiasaan yang perlu dilakukan adalah :
a) Stop merokok jika anda merokok
b) Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung, dengan menggunakan kacamata
matahari.

18
c) Gunakan topi yang lebar, saat anda berada diluar.
d) Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan
sayuran segar.
j. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka dapat juga dilakuakan dengan :
a) Scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001)
b) Kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
c) Lapang penglihatan, penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
d) Pengukira tonograpi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)
e) Pengukuran gonoskopi, membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup  glukoma
f) Pemeriksaan oftalmologis
mengkaji struktur internal okuler,pupil oedema,perdarahan retina,dilatasi &
pemeriksaan.belahan lampu memastikan Dx Katarak
k. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
a) Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

b) Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2010).

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

19
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer
pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau
hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya
hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah
mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata
atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak
dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?,
bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan
lateral atau perifer?
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
e) Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid

20
umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata
sebelumnya (James, 2005).
3. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan
skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu
bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui :
Aktifitas 0 1 2 3 4
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun. 
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan
atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang
drastis dalam 3 bulan terakhir.
e) Pola eliminasi       
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau
dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat,
membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu
hal, jika ada kaji kualitas nyeri.

21
g) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal
diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah
saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di
rumah sakit.
B. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.
b) Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
c) Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
d) Nyeri b.d Luka pasca operasi.
e) Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan penglihatan.
f) Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi katarak )
g) Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan,
kurang sumber pendukung.

22
C. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Gangguan persepsi sensori- Setelah dilakukan tindakan keperawatan NEUROLOGIK MONITORING :


perseptual selama 1 x 24 jam, diharapakan gangguan
penglihatan b.d Gangguan persepsi sensori teratasi. 1. Monitor tingkat neurologis
penerimaan sensori/status organ 2. Monitor fungsi neurologis klien
indera ditandai Kriteria hasil:  Sensori function : vision 3. Monitor respon neurologis
dengan menurunnya ketajaman 4. Monitor reflek-reflek meningeal
1. Menunjukan tanda dan gejala persepsi 5. Monitor fungsi sensori dan persepsi :
dan sensori baik : penglihatan baik. penglihatan, penciuman, pendengaran,
2. Mampu mengungkapkan fungsi persepsi pengecapan, rasa
dan sensori dengan tepat 6. Monitor tanda dan gejala penurunan
neurologis klien
EYE CARE :
1. Kaji fungsi penglihatan klien
2. Jaga kebersihan mata
3. Monitor penglihatan mata
4. Monitor tanda dan gejala kelainan
penglihatan
5. Monitor fungsi lapang pandang, penglihatan,
visus klien
MONITORING VITAL SIGN :
1. Monitor TD, Suhu, Nadi dan pernafasan klien
2. Catat adanya fluktuasi TD
3. Monitor vital sign saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR sebelum dan setelah

23
aktivitas
6. Monitor kualitas Nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10.Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11.Monitor sianosis perifer
12.Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, brakikardi, peningkatan
sistolik) 

2 Ansietas b.d Perubahan pada status NOC NIC


kesehatan.
 Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
 Anxiety level 
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Coping
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil : pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
1. Klien mampu mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas. 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan stres
menunjukkan tehnik untuk mengontol 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan
cemas. dan mengurangi takut
3. Vital sign dalam batas normal. 6. Lakukan back / neck rub
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
tubuh dan tingkat aktivfitas menunjukkan 8. Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya kecemasan. 9. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
10. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
11. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi

24
12. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

3 Kurang pengetahuan b.d Kurang NOC NIC


informasi tentang penyakit
 Knowledge : Disease Process Teaching : Disease Proses
 Knowledge : Health Hehavior
1. Berikan penilaian tentang tingkat
Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
1. Pasien dan keluarga menyatakan 2. Jelaskan patofisiologidari penyakit dan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, bagaimana hal ini berhubungan dengan
prognosis, dan program pengobatan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksakan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prosedur yang dijelaskan secara benar  muncul pada penyakit, dengan cara yang
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 4. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
kesehatan lainnya cara yang tepat 
5. Sediakan informasi pada pasien
tentang  kondisi, dengan cara yang tepat
6. Hindari jaminan yang kosong
7. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat.
8. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan datang dan ata
proses pengontrolan penyakit
9. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
10. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
11. Rujuk pasien pada grup atau agensi di

25
komunitas local, dengan cara yang tepat
12. Intruksikan pasien mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

4 Nyeri b.d Luka pasca operasi. NOC : NIC :

 Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


 pain control, komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
 comfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
selama 1x24 jam Pasien tidak mengalami ketidaknyamanan
nyeri, dengan kriteria hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri, mampu menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, pencahayaan dan kebisingan
mencari bantuan)  5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
dengan menggunakan manajemen nyeri intervensi
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri hangat/ dingin
berkurang 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Tanda vital dalam rentang normal 9. Tingkatkan istirahat
6.  Tidak mengalami gangguan tidur 10.Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur

26
11.Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali

5 Resiko tinggi terhadap cidera NOC NIC


b.d Keterbatasan penglihatan.
 Risk Kontrol Environment Management (Manajemen
lingkungan)
Kriteria Hasil :
1. Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
1. Klien terbebas dari cedera 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
2. Klien mampu menjelaskan cara/metode sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
untuk mencegah injury/cedera kognitif pasien dan riwayat penyakit
3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko terdahulu pasien
dari lingkungan/perilaku personal 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
4. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk (misalnya memindahkan perabotan)
mencegah injury 4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
ada bersih
6. Mampu mengenali perubahan status 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang
kesehatan mudah dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
9. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
10. Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
11. Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab penyakit.

27
6 Risiko infeksi b.d Prosedur NOC NIC
invansif ( operasi katarak )
 Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
 Knowledge : Infection control
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
 Risk control
lain
Kriteria Hasil: 2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
2. Mendeskripsikan proses penularan tangan saat berkunjung dan setelah
penyakit, faktor yang mempengaruhi berkunjung meninggalkan pasien
penularan serta penatalaksanaannya 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
3. Menunjukkan kemampuan untuk tangan
mencegah timbulnya infeksi 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
4. Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan keperawatan
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
9. Tingktkan intake nutrisi
10.Berikan terapi antibiotik bila perlu
11.Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)
12.Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
13.Monitor kerentangan terhadap infeksi
14.Batasi pengunjung
15.Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
16.Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
17.Dorong masukan cairan

28
18.Dorong istirahat
19.Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
20.Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
21.Ajarkan cara menghindari infeksi
22.Laporkan kecurigaan infeksi
23.Laporkan kultur positif

29
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahjudi. 2010. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC

Brunner dan Suddarth.(2011). Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta

Barbara C, Long.(2009). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta

Corwin, J Elizabeth.(2012). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta

Doenges, E. Marilynn. (20011). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta

Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa

Medis & Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2, Jakarta : Mediaction Publishing

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

30
31

Anda mungkin juga menyukai