Disusun Oleh :
Siska Salsabila Murfa
2014901042
1
LAPORAN PENDAHULUAN
KATARAK
2
c) Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan
mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari
pasangan. Contoh: mitos tentang aseksualitas
d) Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari
bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan
kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara
total.
e) Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun keluarga
menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.
c. Masalah kesehatan yang muncul pada tahap lansia
Perubahan system tubuh lansia menurut Nugroho (2010) adalah :
1. Sel
a) Pada lansia jumlah sel akan lebih sedikit dan ukuranya lebih besar.
b) Cairan tubuh dan cairan intraselular akan berkurang.
c) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati juga ikut berkurang.
d) Jumlah sel otak akan menurun.
e) Mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak menjadi atropi.
2. System persyarafan
a) Rata – rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 detik ( pakkenberg
dkk.2003)
b) Hubungan persyarafan cepat menurun.
c) Lambat dalam merespon, baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya
stress.
d) Mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. System pendengaran
a) Gangguan pada pendengaran ( presbiakusis)
b) Membrane timpani antropi.
c) Terjadi pengumpalan dan pengerasan serumen Karena peningkatan keratin.
3
d) Pendengaran menurun pada usia lanjut yang mengalami ketegangan jiwa atau
stress.
4. System penglihatan
e) Timbul sklerisis pada sfinter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar.
f) Kornea lebih berbentuk seperti bola ( sferis)
g) Lensa lebih suram ( keruh) dapat menyebabkan katarak.
h) Meningkatnya ambang.
i) Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat
dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap.
j) Hilangnya daya akomodasi.
a) Menurunya lapang pandang dan menurunya daya untuk membedakan antara
warna biru dengan warna hijau pada skala pemeriksaan.
5. System kardiovaskuler.
k) Elastisitas dinding aorta menurun.
l) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
m) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap jantung sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini memyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
a) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi.
b) Tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
6. System pengaturan suhu tubuh
a) Suhu tubuh menurun ( hipotermia) secara fisiologis. Hal ini diakibatkan oleh
metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan reflek mengigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas ototo.
7. Sistem pernapasan
a) Otot – otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunya aktivitas dari silia.
c) Paru – paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat.
4
d) Menarik napas lebih berat, kapasitas maksimum menurun, dan kedalaman
bernapas menurun.
e) Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada
arteri menurun menjadi 75mmhg. Kemampuan untuk batuk berkurang dan
penurunan kekuatan otot pernapasan.
8. System gastrointestinal
a) Kehilangan gigi, indera pengecapan mengalami penurunan.
b) Esophagus melebar.
c) Sensitivitas akan rasa lapar menurun.
d) Produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun.
e) Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi absorsi menurun.
g) Hati semakin mengecil dan menurunya tempat menyimpan.
h) Berkurangnya suplai aliran darah.
9. System genetalia
a) Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah keginjal menurun hingga
50%, fungsi tubulus berkurang ( berakibat pada penurunan kemmapuan ginjal
untuk mengonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, protein urine menurun,
BUN meningkat, nilai ambang ginjalterhadap glukosa meningkat.
b) Otot- otot kandung kemih (vesika urinaria) melemah kapasitasnya menurun
hingga hingga 200ml dan menyebabkan frekuansi BAK meningkat, kandung
kemih dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
c) Pria dengan usia 65th keatas sebagian besar mengalami pembesaran prostat
hingga 75% dari besar normalnya.
10. System endokrin.
Menurunya produksi ACTH,TSH,FSH,dan LH, aktivitas tiroid, basal metabolic rate
(BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosterone, serta sekresi hormone kelamin
seperti progesterone, estrogen dan tetstoteron.
11. Sitem integument.
a) Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik.
5
c) Menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d) Kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu.
e) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
f) Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi.
g) Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi mengeras dan rapuh, kuku
jari tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
h) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
i) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12. System musculoskeletal
a) Tulang kehilangan kepadatan ( density) dan semkain rapuh.
b) Kifosis.
c) Persendian membesar dan menjadi kaku.
d) Tendon mengkerut dan mengalami sclerosis.
e) Atropi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan
mejadi tremor.
13. Beberapa masalah psokologis yang sering terjadi pada lansia
a) Demensia
Demensia adalah gangguan intelektual/ daya ingat yang umumnya progresif dan
ireversibel. Biasanya terjadi pada usia > 65 tahun. Faktor resiko yang sering
menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah : usia, riwayat keluarga, jenis
kelamin perempuan. Demensia merupakan suatu penyakit degeneratif primer
pada susunan sistem saraf pusat dan merupakan penyakit vaskuler.
Kriteria derajat demensia :
Ringan : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial,
kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan
penilaian umum yang baik.
Sedang : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.
Berat : aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak
berkesinambungan, inkoherensi.
6
b) Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia
bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit
medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka
depresi.
Gejala depresi pada lansia, yaitu :
1. Gejala utama :
a) Afek depresi
b) Kehilangan minat
c) Berkurangnya energi (mudah lelah)
2. Gejala lain :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Kurang percaya diri
c) Sering merasa bersalah
d) Pesimis
e) Ide bunuh diri
f) Gangguan pada tidur
g) Gangguan nafsu makan
3. Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa
bentuk berdasarkan berat ringannya :
a) Depresi ringan : 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
b) Depresi sedang : 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak
terganggu.
c) Depresi berat : 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.
4. Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor
psikologik, sosial dan biologik.
a) Biologik : sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti
hipertensi, DM, stroke, keterbatasan gerak, gangguan pendengaran /
penglihatan.
b) Sosial : kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian,
isolasi sosial.
7
c) Psikologis : kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.
5. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda dan
menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat
dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya
skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.
Sekurang-kurangnya satu gejala berikut :
a) Thought echo, insertion, broadcasting.
b) Delution of control, influence, passivity, perseption
c) Halusinasi auditorik
d) Waham yang menetap
8
dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”). Kerapuhan
sistem saraf anotomik yang berperan dalam perkembangan kecemasan setelah
suatu stressor yang berat. Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama
jenis stres pasca traumatik karena pada lansia akan mudah terbentuk suatu
cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan secara individu tergantung beratnya dan
dapat diberikan obat anti anxietas seperti : hydroxyzine, Buspirone.
7. Gangguan penggunaan alcohol dan zat lain.
Riwayat minum / ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat
minum berlebihan yang dimulai pada masa remaja / dewasa. Mereka
biasanya memiliki penyakit hati. Sejumlah besar lansia dengan riwayat
penggunaan alkohol terdapat penyakit demensia yang kronis seperti
ensefalopati wernicke dan sindroma korsakof. Presentasi klinis pada lansia
termasuk terjatuh, konfusi, higienis pribadi yang buruk, malnutrisi dan efek
pemaparan. Zat yang dijual bebas seperti kafein dan nikotin sering disalah
gunakan. Di sini harus diperhatikan adanya gangguan gastrointestiral kronis
pada lansia pengguna alkohol maupun tidak obat-obat sehingga tidak terjadi
suatu penyakit medik.
8. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan
lansia daripada usia dewasa muda adalah :
a) Gangguan tidur,
b) Ngantuk siang hari,
c) Tidur sejenak di siang hari,
d) Pemakaian obat hipnotik.
9
(REM). Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala
nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri perut. Keluhan utama pada lansia
sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari dibandingkan
dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi adalah perubahan
waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada
lansia.Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai
dengan kondisi masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau
adanya gejala fungsi kognitif, perilaku, psikomotor, gangguan daya ingat,
insomnia rebound dan gaya jalan.
B. Konsep Katarak
a. Defenisi Katarak
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal
ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh
air terjun didepan matanya (Ilyas, 2010) hal 2. Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah
kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
b. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan
tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya. Didalam mata
ada 3 lapisan yaitu
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
a. Sclera
b. Kornea
a. Koroid
10
c. Iris
a. Retina
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola
mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata
yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea
sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu
gambaran (Istiqomah, 2010).
c. Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
a) Fisik
b) Kimia
c) Penyakit predisposisi
d) Genetik dan gangguan perkembangan
e) Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
f) Usia (Tamsuri, 2008)
d. Patofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,
nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
11
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkanpenglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
12
e. Pathway Katarak
CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa
KATARAK
Post op Nyeri
13
f. Klasifikasi Katarak
1. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
b) Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
c) Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
2. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
a) Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,
dan benda asing.
b) Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
c) Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,
katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan
miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
3. Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
a) Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak
bercak kekeruhan yang tidak teratur.
b) Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
c) Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
14
d) Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri,
2008).
Tabel Perbedaan Karakteristik Katarak :
Insipien Imatur Matur Hipermatur
g. Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a) Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b) Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
2. Gejala objektif biasanya meliputi:
a) Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b) Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c) Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
3. Gejala umum gangguan katarak meliputi:
15
a) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b) Gangguan penglihatan bisa berupa :
Peka terhadap sinar atau cahaya.
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Kesulitan melihat pada malam hari
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
h. Penatalaksanaan Katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran
uvea) terdiri dari 3 struktur:
a) Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
b) Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
c) Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung
otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi
katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum.
Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan
katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.
Indikasi dilakukannya operasi katarak yaitu :
16
a) Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan.
b) Indikasi medis : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c) Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3m
didapatkan hasil visus 3/60.
17
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata
lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan
kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi
katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang
keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
i. Pencegahan Katarak
Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah :
1. Menjaga penyakit yang memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya menghindari
factor yang mempercepat terbentuknya pnyakit katarak.
2. Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda pembentukkan atau
mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak suplemen dapat
memperlambat petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya bisa diatasi dengan
operasi. Berikut ini beberapa suplemen yang jika dikonsumsi dapat mencegah
terjadinya katarak :
a) Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok dan
sinar Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi dosis jika
mengalami diare. Vitamin E 200 IU 2 kali sehari.
b) Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.
c) Billberry, membantu membuang racun dari lensa maata dan retina. Kombinasi
billberry dan vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan pertumbuhan katarak
pada 48 dari 50 orang yang di teliti. Dosis yang tepat adalah 80 mg dan
dikonsumsi 3 kali sehari.
d) Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg sehari (pagi
sebelum makan)
e) Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan pembuluh darah halus dibagian
mata, 100 mg 2 kali sehari.
3. Kebiasaan yang perlu dilakukan adalah :
a) Stop merokok jika anda merokok
b) Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung, dengan menggunakan kacamata
matahari.
18
c) Gunakan topi yang lebar, saat anda berada diluar.
d) Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan
sayuran segar.
j. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka dapat juga dilakuakan dengan :
a) Scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001)
b) Kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
c) Lapang penglihatan, penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
d) Pengukira tonograpi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)
e) Pengukuran gonoskopi, membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma
f) Pemeriksaan oftalmologis
mengkaji struktur internal okuler,pupil oedema,perdarahan retina,dilatasi &
pemeriksaan.belahan lampu memastikan Dx Katarak
k. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
a) Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
b) Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
A. Pengkajian
19
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer
pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau
hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya
hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah
mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata
atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak
dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?,
bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan
lateral atau perifer?
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
e) Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid
20
umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata
sebelumnya (James, 2005).
3. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan
skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu
bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui :
Aktifitas 0 1 2 3 4
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan
atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang
drastis dalam 3 bulan terakhir.
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau
dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat,
membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu
hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
21
g) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal
diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah
saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di
rumah sakit.
B. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.
b) Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
c) Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
d) Nyeri b.d Luka pasca operasi.
e) Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan penglihatan.
f) Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi katarak )
g) Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan,
kurang sumber pendukung.
22
C. Intervensi Keperawatan
23
aktivitas
6. Monitor kualitas Nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10.Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11.Monitor sianosis perifer
12.Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, brakikardi, peningkatan
sistolik)
24
12. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
25
komunitas local, dengan cara yang tepat
12. Intruksikan pasien mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat
26
11.Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
27
6 Risiko infeksi b.d Prosedur NOC NIC
invansif ( operasi katarak )
Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Knowledge : Infection control
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
Risk control
lain
Kriteria Hasil: 2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
2. Mendeskripsikan proses penularan tangan saat berkunjung dan setelah
penyakit, faktor yang mempengaruhi berkunjung meninggalkan pasien
penularan serta penatalaksanaannya 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
3. Menunjukkan kemampuan untuk tangan
mencegah timbulnya infeksi 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
4. Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan keperawatan
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
9. Tingktkan intake nutrisi
10.Berikan terapi antibiotik bila perlu
11.Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)
12.Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
13.Monitor kerentangan terhadap infeksi
14.Batasi pengunjung
15.Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
16.Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
17.Dorong masukan cairan
28
18.Dorong istirahat
19.Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
20.Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
21.Ajarkan cara menghindari infeksi
22.Laporkan kecurigaan infeksi
23.Laporkan kultur positif
29
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis & Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2, Jakarta : Mediaction Publishing
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
30
31