LANSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II
Yang Diampuh Oleh Ns. Vik Salamanja, M.Kes
Oleh
Kelompok I
Kelas B
2018
KATA PENGANTAR
kami dapat mengerjakan tugas Teori-teori dan Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi
2.1.2 Batasan
2.1.3 Ciri-ciri
2.1.4 Klasifikasi Lansia
2.1.5 Teori Penuaan
2.1.6 Tahapan Proses Penuaan
2.1.7 Perubahan Fisik dan Psikosial Pada Lansia
2.2 Konsep Medis Reumatoid Arthritis (RA)
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
2.2.3 Manifestasi Klinis
2.2.4 Patofisiologi
2.2.5 Komplikasi
2.2.6 Klasifikasi
2.2.7 Penatalaksanaan
2.3 Konsep Keperawatan Reumatoid Arthritis (RA)
2.3.1 Pengkajian
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.3 Intervensi
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
perawatan agar mampu mencapai masa tua yang bahagia dan sejahtera.
2014 pada penduduk perempuan adalah 72,6 tahun dan laki-laki adalah
Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus
memelihara keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang
dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah meraka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan
dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri
dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan
interpersonal (Azizah, 2011).
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya
(Azizah, 2011).
2.1.6 Tahapan Proses Penuaan
Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila, 2007):
1) Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai
menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormon dan hormon
estrogen. Pembentukan radikal bebas dapat merusak sel dan DNA
mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari
luar, karena itu pada usia ini dianggap usia muda dan normal
2) Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot
berkurang sebanyak satu kilogram tiap tahunnya. Pada tahap ini orang
mulai merasa idak muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh
radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat
mengakibatkan penyakit seperti kanker, radang sendi, berkurangnya
memori, penyakit jantung koroner dan diabetes.
3) Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang
meliputi DHEA, melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan
juga hormon tiroid. Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan
penyerapan bahan makanan, vitamin dan mineral. Penyakit kronis
menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami kegagalan.
2.2.2 Etiologi
Rheumatoid arthritis disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh
yang keliru menyerang diri sendiri dan masih belum diketahui
pemicunya.
1. Usia.
Kebanyakan penderita rheumatoid arthritis berusia 40 tahun ke
atas, tapi bisa juga menjangkiti orang pada usia berapa pun.
2. Jenis kelamin.
9. Obesitas.
a. Stadium sinovitis.
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu
inflamasi pada membran sinovial yang membungkus sendi. Sendi
yang terlibat umumnya simetris, meski pada awal bisa jadi tidak
simetris. Sinovitis ini menyebabkan erosi permukaan sendi
sehingga terjadi deformitas dan kehilangan fungsi (Nasution,
2011). Sendi pergelangan tangan hampir selalu terlibat, termasuk
sendi interfalang proksimal dan metakarpofalangeal (Suarjana,
2009).
b. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial (Nasution, 2011).
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan gangguan fungsi yang terjadi secara menetap
(Nasution, 2011).
1. Manfestasi artikular RA
2. Manifestasi ekstraartikular
Jarang ditemukan pada RA (Syamsyuhidajat, 2010).
Secara umum, manifestasi RA mengenai hampir seluruh
bagian tubuh. Manifestasi ekstraartikular pada RA, meliputi
(Longo, 2012):
2.2.4 Patofisiologi
Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti
edema, kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, synovial menjadi menbal, terutama
pada sendi artiluar kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk panus atau penut yang menutupi kartilago. Panus masuk
ke tulang subchondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago
menjadi nekrosis, tingkat erosi dari kartilago menetukan tingkat
ketidak mampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka
menjadi adhesi di antara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari
tulang subchondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.
Lamanya athrtitis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Di tandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Dan ada juga klien terutama yang mempunyai faktor
rheumatoid (seropositif gangguan rheumatoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012)
2.2.5 Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arhtristis
menjadi 4 tipe, yaitu :
1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu
2) Rheumatoid arthritis deficit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu
3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu
4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 3 bulan
1) Stadium sinovisis
Pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi,edema karena kongesti,nyeri pada saat istirahat
maupun saat bergerak,bengkak dan kekakuan
2) Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi
tendon.
3) Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali ,deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
(Chabib, Lutfi. 2015)
2.2.6 Komplikasi
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan komplikasi
yang serius pada RA. Hal ini terjadi karena penutupan epifisis dini yang
sering terjadi pada tulang dagu metacarpal dan metatarsal. Kelainan tulang
dan sendi lain dapat terjadi, yang tersering adalah ankilosisi, luksasio,dan
fraktur. Komplikas-komplikasi ini terjadi tergantung berat, lama penyakit
dan akibat pengobatan dengan steroid. Komplikasi yang lain adalah
faskulitis, ensefalitis. Amiloidosisi sekunder dapat terjadi walaupun jarang
dan fatal karena gagal ginjal. Rheumatoid arthtritis adalah bukan hanya
penyakit kerusakan sendi. Hal ini dapat melibatkan hamper semua organ.
Masalah yang mungkin terjadi meliputi :
a. Nodulus rheumatoid ekstra sinofial dapat terbentuk pada katub
jantung atau pada paru-paru mata atau limfa. Fungsi pernapasan dan
jantung dapat terganggu.
b. Anemia karena kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan cukup
sel-sel darah merah baru
c. Kerusakan pada jaringan paru (paru arthtritis)
d. Cedera pada tulang belakang saat tulang leher menjadi tidak stabil
sebagai akibat dari RA.
e. Reunatouid faskulitis (radang pembuluh darah) yang dapat
menyebabkan bisul dan infeksi kulit, pendarahan tukak lambung, dan
masalah saraf yang menyebabkan nyeri, mati rasa, atau kesemutan.
Faskulitas juga dapat mempengaruhi otak, saraf, dan jantung. Yang
dapat menyebabkan stroke, serangan jatung, atau gagal jaunting.
f. Pembengkakan dan peradangan pada lapisan luar jantung atau
perikarditis dan dari otot jantung (miokarditis). Kedua kondisi ini
dapat menyebabkan gagal jantung kongestif.
g. Syndrome Sjorgen yang merupakan gangguan autoimun dimana
kelenjar yang memproduksi air mata dan ludah yang hancur. Kondisi
ini dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk ginjal dan
paru-paru.
(Wiley J dan Blackwell,2011)
2.2.7 Penatalaksanaan
a) Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas
untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum
jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-
obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b) Perlindungan sendi
c) Diet
d) Dukungan psikososial
e) Persoalan Seksual
f) Fisioterapi
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lansia merupakan suatu proses penuaan pada kehidupan seseorang
baik perempuan atau laki-laki saat berusia 60 tahun. Yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap
serangan penyakit.
Batasan lansia Menurut WHO:
e) Usia pertengahan : 45-59 tahun
f) Lanjut usia : 60 – 74 tahun
g) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun
h) Usia sangat tua : diatas 90 tahun
Ciri-ciri Lansia :
e. Lansia merupakan periode kemunduran
f. Lansia memiliki status kelompok minoritas
g. Menua membutuhkan perubahan peran
h. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Klasifikasi Lansia : Pra lansia, Lansia, Lansia resiko tinggi, Lansia
potensial & Lansia tidak potensial.
Teori Penuaan : Teori Biologi dan Teori Psikologis
Tahapan Proses Penuaan : Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun), Tahap
Transisi (usia 35-45 tahun, dan Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas
3.2 SARAN
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal
dari kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh
menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah
kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan
keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa
penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi,
gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Maka dari itu dari pembuatan makalah ini penulis menyarankan
untuk selalu memperhatikan mengenai lansia dan mengetahui dasar-dasar
mengenai lansia untuk pembuatana asuhan keperawatan dan pelayanan
kesehatan yang maksimal
DAFTAR PUSTAKA
SDKI DPP PNI, Tim Pokja. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI
https://www.academia.edu/34359444/ASUHAN_KEPERAWATAN_GERONTI
K_PADA_LANSIA_Ny._K_DENGAN_HIPERTENSI_DI_WISMA_A_BP
STW_YOGYAKARTA_UNIT_BUDHI_LUHUR?auto=download Diakses
pada tanggal 20 Oktober 2018
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=2
ahUKEwjcprPz4JPeAhUGvo8KHYm8DgEQFjADegQIBBAC&url=http%3
A%2F%2Feprints.ums.ac.id%2F16069%2F3%2FBAB_II.pdf&usg=AOvVa
w0S5DXYVGYY4a49wo7PnsXe Diakses pada tanggal 20 Oktober 2018
https://plus.google.com/115670175502342862199/posts/X5Fka2ceAtm Diakses
pada tanggal 20 Oktober 2018
https://www.researchgate.net/publication/322938911_PAPER_-
_ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_LANSIA_DENGAN_IMPECUNI
TY Diakses pada tanggal 20 Oktober 2018
Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Cetak Keperawatan : Keperawatan Gerontik.
Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
https://www.google.com/search?q=BAB%252520II.pdf&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b Diakses pada tanggal 20 Oktober 2018
https://www.scribd.com/presentation/366781236/Patofisiologi-Rheumatoid-
Artritis
https://media.neliti.com/media/publications/114397-ID-faktor-faktor-yang-
berhubungan-dengan-ke.pdf
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/163
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.academia
.edu/7579877/REUMATOID_ARTRITISLANSIA&ved=2ahUKEwixx4q
koZTeAhUDp48KHZcApQQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw3M96I3Do
pSNRztEhV2LWt0
https://www.alodokter.com/rheumatoid-arthritis.html
http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id
https://scribd.com/doc/69921302/Askep-Artritis-Reumatoid
http://www.academia.edu/11386763/LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTI
K_Rematik
https://www.edoc.site/lp-rheumatoid-arthritis-pdf
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000431.htm