Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH HIPERTENSI

Disusun Oleh :

DADAN RAHMADI RAHMAT


201560311026

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI
2021

1
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN LANSIA

A. Konsep Lansia dan Proses Menua

1. Definisi Lansia dan Proses Menua

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari

fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi

suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau

lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan

tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai

dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit

yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler

dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain

sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga

terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran

kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh

pada activity of daily living (Fatimah, 2010).

2. Teori Proses Menua

Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu:

2
a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik

untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul/DNA

dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi sehingga

terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.

b. Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh

lelah (rusak).

c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi

suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan

terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan

sakit.

d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia

dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan

organ tubuh.

e. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha

dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

f. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal

3
bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

g. Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan

ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini

menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

h. Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang

membelah setelahsel-sel tersebut mati.

2) Teori kejiwaan sosial

a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat

dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari

lansia berupa mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan

individu agar tetap stabil.

b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada

lansia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi

pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe

personality yang dimiliki.

c. Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas

sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni: (1)

4
Kehilangan peran; (2) Hambatan kontak sosial; (3) Berkurangnya

kontak komitmen.

3. Batasan Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2008) ada beberapa pendapat para ahli mengenai

batasan lanjut usia diantaranya :

a. Menurut World Health Organization (WHO), ada empat tahapan

lanjut usia yaitu:

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

b. Menurut Koesoemanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan

sebagai berikut:

1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) yaitu usia 18/20-25 tahun

2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65


tahun)

3) Lanjut usia (geriatric age) yaitu usia lebih dari 65/70 tahun, terbagi:

4) Usia 70-75 tahun (young old)

5) Usia 75-80 tahun (old)

6) Usia lebih dari 80 tahun (very old)

c. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalm dua tahap yaitu:

1) Early old age (usia 60-70 tahun)

2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

4. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun,

kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi

maladaptif (Maryam, 2008).


5
5. Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:

a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan
masalah kesehatan

d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat mengahasilkan barang atau jasa

e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain

6. Ciri-Ciri Lansia

Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

a. Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan

faktor psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting

dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansiayang memiliki

motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka

akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga

lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik

pada lansia akan lebih lama terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak

menyenangkan terhadap lansiadan diperkuat oleh pendapat yang

kurang baik, misalnya lansia yang lebih senangmempertahankan

pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,

tetapiada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang

lain sehingga sikap sosialmasyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas

6
dasarkeinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

Misalnya lansiamenduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai

Ketua RW, sebaiknya masyarakattidak memberhentikan lansia

sebagai ketua RW karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka

cenderung mengembangkankonsep diri yang buruk sehingga dapat

memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan

yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.

Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan

untukpengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,

kondisi inilah yangmenyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,

cepat tersinggung dan bahkanmemiliki harga diri yang rendah.

7. Perubahan-perubahan pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada

diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,

sosial dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran:Prebiakusis (gangguan pada

pendengaran) oleh karenahilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutamaterhadap bunyi suara

atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulitdimengerti

kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

7
2) Sistem Integumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak

elastiskering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga

menjadi tipis danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi

glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen

berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

3) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan

penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.

Kolagen sebagai pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago

dan jaringan pengikat mengalamiperubahan menjadi bentangan

yang tidak teratur.

4) Kartilago: jaringan kartilagopada persendian menjadi

lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaansendi menjadi

rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang

dandegenerasi yang terjadi cenderung kearah

progresif,konsekuensinya kartilagopada persendiaan menjadi rentan

terhadap gesekan.

5) Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati

adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehinggaakan mengakibatkan

osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,deformitas

dan fraktur.

8
6) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan

sangatbervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,

peningkatan jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot

mengakibatkan efek negatif.

7) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti

tendon, ligamen dan fasiamengalami penuaan elastisitas.

8) Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah

massa jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi

sehingga peregangan jantungberkurang, kondisi ini terjadi karena

perubahan jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh

penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringankonduksi

berubah menjadi jaringan ikat.

9) Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,

kapasitas total parutetap tetapi volume cadangan paru bertambah

untuk mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang mengalir

ke paru berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan

peregangan toraks berkurang.

10) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti

penurunan produksisebagai kemunduran fungsi yang nyata karena

kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun

9
(kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makinmengecil dan

menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

11) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang

signifikan. Banyak fungsi yangmengalami kemunduran, contohnya

laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi olehginjal.

12) Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan

atropi yang progresifpada serabut saraf lansia. Lansia mengalami

penurunan koordinasi dankemampuan dalam melakukan aktifitas

sehari-hari.

13) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan

menciutnya ovary danuterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-

laki testis masih dapat memproduksispermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif: (1) Daya Ingat (Memory); (2) IQ

(Intellegent Quotient); (3) Kemampuan Belajar (Learning); (4)

Kemampuan Pemahaman (Comprehension); (5)Pemecahan

Masalah (Problem Solving); (6) Pengambilan Keputusan

(Decision Making); (7)Kebijaksanaan (Wisdom); (8)Kinerja

(Performance); (9)Motivasi (Motivation)

c. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

10
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman


dan keluarga.

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran


diri,perubahan konsep diri. Perubahan spiritual agama atau kepercayaan
makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakinmatang
(mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir
danbertindak sehari-hari.

d. Perubahan Psikososial
1) Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat

meninggal terutama jikalansia mengalami penurunan kesehatan,

seperti menderita penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau

gangguan sensorik terutama pendengaran.

2) Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan

hewan kesayangandapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah

rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu terjadinya gangguan

fisik dan kesehatan.

3) Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan

kosong, lalu diikuti dengankeinginan untuk menangis yang

berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresijuga dapat

disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya


11
kemampuanadaptasi.

4) Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan

cemas umum,gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif

kompulsif, gangguan-gangguantersebut merupakan kelanjutan dari

dewasa muda dan berhubungandengan sekunder akibat penyakit

medis, depresi, efek samping obat, atau gejalapenghentian

mendadak dari suatu obat.

5) Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan

waham (curiga), lansiasering merasa tetangganya mencuri barang-

barangnya atau berniatmembunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia

yang terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan sosial.

6) Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan

perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau

karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering

menumpuk barang dengan tidak teratur.Walaupun telah

dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

B. Tujuan Pelayanan Kesehatan pada Lansia

Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia menurut Depkes RI

(2016) terdiri dari :

1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-

tingginya,sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.

2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.

3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita

suatupenyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian


12
yang optimal.

4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia

yang beradadalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi

kematian dengan tenang danbermartabat.Fungsi pelayanan dapat

dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi

pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial

lansiadan pusat pemberdayaan lansia.

C. Konsep Spiritualitas dan Religiositas

1. Pengertian Spiritualitas dan Religiositas

Spiritualitas adalah konsep dua dimensi dengan dimensi

vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal mewakili hubungan dengan

Tuhan sedangkan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan

orang lain. Spiritual adalah hubungan transenden antara manusia

dengan yang Maha Tinggi, sebuah kualitas yang berjalan diluar afiliasi

agama, yang berjuang keras mendapatkan penghormatan, kekaguman,

inspirasi, dan memberikan jawaban mengenai sesuatu yang tak terbatas

(Mickey & Beare, 2007).

Religiositas merupakan sebuah perangkat kepercayaan yang

merujuk pada aktifitas yang didasarkan atas keyakinan dan keimanan,

baik yang dilakukan dengan kasat mata maupun tidak kasat mata.

Religiositas merupakan hal penting yang mana memiliki tiga focus

utama yaitu sebagai alat untuk mengidentifikasi praktek keagamaan

seseorang termasuk kegiatan ibadah, dan kepercayaan terhadap agama

yang dianutnya. (Bjarnason, 2012).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiositas

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap

kegamaan menurut Sari (2014) adalah:

a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan


13
sosial (faktor sosial).

b. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keagamaan,

terutama pengalaman-pengalaman mengenai keindahan,

kekerasan, kebaikan di dunia lain, konflik moral, dan

pengalaman emosional keagamaan.

c. Faktor-faktor yang selutuhnya atau sebagian timbul dari

kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama

kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri, dan

ancaman kematian.

d. Berbagai ptoses pemikiran verbal (faktor intelektual).

3. Karakteristik Spiritual

Karakteristik spiritual menjadi bagian misterius terkait upaya

seseorang untuk memahami makna dan tujuan hidup, keterkaitan yang

harmonis atau hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa,

hubungan dengan orang lain, serta kekuatan dari batin yang berkaitan

dengan spiritualitas yang muncul dari dalam diri individu dan rasa suci

(Marry, 2011)

a. Hubungan seseorang dengan diri sendiri

Kekuatan yang berasal dari dalam diri individu atau

kepercayaan pada diri sendiri dengan menyadari identitas dirinya

sehingga mampu menjawab siapa dirinya, apa perannya dalam

kehidupan dan sikap pada diri sendiri terkait percaya dengan masa

depan, ketenangan pikiran sehingga memiliki kepuasan dalam

menjalani hidup dan melihat pengalaman maupun kejadian dalam

hidup sebagai hal yang positif.

b. Hubungan individu dengan orang lain

Hubungan yang lahir dari kebutuhan dihargai dan

14
diperhatikan orang lain, keadilan dan kebaikan, rasa takut akan

kesepian. Hubungan dengan orang lain dapat dilakukan dengan

cara berbagi ilmu, waktu dan melakukan aktivitas bersama-sama

seperti peduli terhadap orang sakit, peduli pada anak jalanan dan

bertakziah pada tetangga yang meninggal dunia.

c. Hubungan individu dengan alam

Harmonisasi dengan alam meliputi pengetahuan dan

interaksi seseorang dengan alam.harmonisasi dengan alam dapat

dimenifestasikan dengan pengetahuan tentang ikan, cuaca, musim,

berbagai tanaman, satwa sehingga mendorong seseorang untuk

peduli dan ikut serta memelihara alam.

d. Hubungan individu dengan Tuhan

Hubungan dengan Tuhan dapat dilihat dari sisi religius

maupun tidak religius yang tampak dari aktivitas keagamaan

seperti beribadah, membaca kitab suci, dan mengikuti ritual

keagamaan.

4. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Pemenuhan kebutuhan spiritual individu dilakukan dengan cara:

a. Pemenuhan kebutuhan vertikal

Pemenuhan kebutuhan vertikel merupakan pemenuhan

kebutuhan spiritual yang berhubungan dengan Tuhan (Utami &

Supratman, 2009). Pemenuhan kebutuhan spiritual dilakukan

dengan cara berdoa dan ritual agama.

b. Pemunuhan kebutuhan horizontal

Menurut Utami & Supratman (2009) pemenuhan kebutuhan

horizontal meliputi:

c. Hubungan dengan diri sendiri

15
Pemenuhan kebutuhan spiritual yang bersumber pada

kekuatan diri sendiri untuk mengatasi atau menyelesaikan

masalah yang dihadapinya. Kekuatan spiritual yang muncul

dapat berupa kepercayaan, harapan, dan makna hidup.

d. Hubungan dengan orang lain

Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial. Maka dari

itu setiap individu harus dapat menjalin hubungan antar

individu harus dapat menjalin hubungan antar individu ataupun

kelompok secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan

spiritualitasnya. Pemenuhan kebutuhan spiritual dapat

dilakukan melalui cinta kasih dan dukungan sosial. Cinta kasih

dan dukungan sosial dapat memberikan efek yang positif pada

setiap individiu karena dapat memberikan bantuan dan

dukungan emosional untuk membantu dalam menghadapi

penyakitnya.

e. Hubungan dengan alam

Lingkungan atau suasana yang tenang dan nyaman

dapat memberikan kedamaian pada setiap individu dalam

memenuhi kebutuhan spiritualitasnya. Kedamaian tersebut

dapat meningkatkan status kesehatan individu karena sikap

curring dan empatinya.

5. Kesehatan dan Kesejahteraan Spiritual

Kesehatan spiritual atau disebut juga kesejahteraan spiritual

adalah rasa keharmonisan, saling adanya kedekatan antara diri sendiri

dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi. Rasa

keharmonisan ini tercapai ketika seseorang menemukan adanya

keseimbangan antara nilai, tujuan, dan keyakinan mereka akan


16
hubungannya dengan diri sendiri dan orang lain (Potter & Perry,

2004).

Ellison (1983) dan Pilch (1988) dalam Kozier, 2004)

mendefenisikan kesehatan spiritual adalah suatu cara hidupyang penuh

makna, berguna, menyenangkan dan bebas untuk memilih setiap ada

kesempatan yang sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Manusia

memelihara dan meningkatkan spiritualnya dengan berbagai cara, ada

yang memfokuskan pada pengembangan dirinya sendiri yaitu

dialognya dengan Tuhan melalui doa, meditasi, melalui mimpi,

berkomunikasi dengan alam, atau melalui ekspresi dibidang seni

seperti drama, musik dan menari, sementara yang lain lebih

memfokuskan pada dunia luar yaitu dengan mencintai orang lain,

melayani orang lain, gembira, tertawa, terlibat dalam pelayanan

keagamaan, persahabatan dan aktivitas bersama, rasa haru, empati,

pengampunan, dan harapan (Kozier, 2004).

6. Peran Keperawatan Dalam Spiritualitas

Peran keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas harus

bersifat individual dimana perawat harus bisa memberikan ketenangan

dan kepuasan batin dalam berhubungan dengan Tuhan atau agama

yang dianutnya. Dalam hal ini peran perawat menurut Yusuf (2013)

antara lain:

a. Pengkajian

Merupakan fungsi perawat yang terpenting. Data yang

diperoleh digunakan sebagai dasar bagi intervensi keperawatan.

Pengkajin yang terampil mencangkup mendengarkan dengan

penuh perhatiian, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan

terampil, mengobservasi dengan penuh pemikiran dan berpikir

17
kritis.

b. Teman

Perawat yang mengasuh harus menyediakan waktu untuk

lansia, membiarkan mereka menjadi diri mereka sendiri dan

mengenal nilai mereka. Keterampilan yang deperlukan adalah

menunjukkan kasih Tuhan, mendengarkan dengan penuh perhatian,

memulai percakapan yang mengarah pada topik spiritual adan

menyediakan diri secara teratur.

c. Advokat

Peran advokasi perawat dapat mencangkup menulis surat,

menelepon, atau melakukan pendekatan tentang sebab-sebab yang

mempengaruhi kesejahteraan klien

d. Pemberi asuhan

Keterampilan perawat meliputi bersifat sensitive terhadap

kebutuhan yang tidaak terungkap, meningkatkan sikap membantu,

mendengarkan adanya distress spiritual dan memeberikan

perawatan fisik dan spiritual secara bersamaan.

e. Manager kasus

Keterampilan keperawatan khusus yang diperlukan

mencangkup mengelola sumber-sumber yang terbatas untuk

mendapatkan manfaat yang maksimal mengelola bantuan untuk

klien guna meminimalkan keletihan akan ancietas, meningkatkan

penerimaan terhadap bantuan tanpa menjadi keterganutuan dan

meningkatkan ikatan asa? Komunitas agama seseorang.

f. Peneliti

Penyelikan secara prinsip melibatkan sikap religious

18
organisasi, sikap religious pribadi dan korelasi aktivitas religious

dengan kesehatan, penyesuain pribadi dan paktik-praktik lain.

Lebih lanjut lagi upaya penelitian spiritualitas belum sepenuhnya

dibantu oleh pemerintah atau sumber pendanaan swasta.

D. Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Maladaptif

Ekspresi kebutuhan spiritual adaptif dan maladaptif menurut Yani (2009) yaitu:

1. Rasa percaya dengan perilaku adaptif berupa percaya pada diri sendiri

dan kesabaran, menerima bahwa yang lain akan mampu memenuhi

kebutuhan, percaya terhadap kehidupan walau terasa berat, dan

keterbukaan terhadap Tuhan. Perilaku maladaptif berupa tidak nyaman

dengan kesadaran diri mudah tertipu, tidak mampu untuk terbuka dengan

orang lain, merasa bahwa orang dan tempat tentang yang aman,

mengharapkan orang yang tidak berbuat baik dan tidak tergantung, ingin

kebutuhan terpenuhi segera, tidak bisa menunggu, tidak terbuka kepada Tuhan,

dan takut terhadap maksud Tuhan.

2. Kemauam memberi maaf dengan perilaku adaptif berupa menerima diri

dan orang lain dapat membuat salah, tidak mendakwa dan berprasangka

buruk, memandang penyesalan sebagai sesuatu yang nyata,

memanfaatkan diri sendiri, memberi maaf orang lain, menerima

pengampunan dari Tuhan, dan pandangan yang realistic terhadap masa

lalu. Perilaku maladaptif berupa merasakan penyesalan sebagai suatu

hukuman, merasa Tuhan sebagai penghukum, tidak mampu menerima

diri sendiri, menyalahkan diri dan orang lain, dan merasa bahwa maaf

hanya diberikan berdasarkan perilaku.

3. Keyakinan dengan perilaku adaptif berupa ketergantungan dengan

anugrah Tuhan, termotivasi untuk tumbuh, mampu puas menjelaskan

kehidupan setelah kematian, dan mengekspresikan kebutuhan spiritual.

Perilaku maladaptif berupa perasaan ambivalens dg Tuhan, tidak percaya

19
dengan kekuasaan Tuhan, takut kematian dan kehidupan setelah mati,

merasa terisolasi dengan kepercayaan masyarakat, merasa pahit, frustasi

dan marah dengan Tuhan, keyakinan dan tujuan hidup yang tidak jelas,

konflik nilai, dan tidak punya komitmen.

4. Mencintai dan ketertarikan dengan perilaku adaptif berupa

mengekspresikan perasaan dicintai oleh orang laindan Tuhan,mampu

menerima bantuan, menerima diri sendiri, dan mencari kebaikan dari orang lain.

Perilaku maladaptif berupa takut untuk tergantung oranglain, menolak

kerjasama dengan tenaga kesehatan, cemas berpisah dengan keluarga, menolak

diri, angkuh atau mementingkan diri, tidak percaya bahwa diri dicintai Tuhan,

tidak mempunyai hubungan rasa cinta dengan Tuhan, dan merasa jauh dengan

Tuhan

5. Kreatifitas dan harapan dengan perilaku adaptif berupa minta info

tentang kondisi, bicara kondiri secara realistic, menggunakan waktu

secara konstruktif, mencari cara untuk mengekspresikan diri, mencari

kenyamanan batin dari pada fisik, dan mengekspresikan harapan tentang

masa depan. Perilaku maladaptif berupa mengekspresikan rasa takut

kehilangan kendali, ekspresi kebosanan, tidak mempunyai visi

alternative, takut terhadap terapi, putus asa, tidak dapat

menolong/menerima diri, tidak dapat menikmati apapun, dan menunda

keputusan.

6. Arti dan tujuan dengan perilaku adaptif berupa mengekspresikan

kepuasan hidup, menjalankan kehidupan sesuai dengan system nilai,

menggunakan penderitaan sebagai cara untuk memahami diri sendiri,

mengekspresikan arti kehidupan/kematian, mengekspresikan komitmen

dan orientasi hidup, dan jelas tentang apa yang penting. Perilaku

maladaptif berupa mengekspresikan tidak ada alas an untuk bertahan

hidup, tidak dapat menerima arti penderitaan yang dialami, mempertanyakan

arti kehidupan, bertanya tujuan penyesalan, penyalahgunaan obat/alcohol, dan


20
bercanda tentang hidup setelah kematian.

21
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Teori Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu

periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.

(Aspiani, 2014)

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Aspiani,

2014) :

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena

tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk

mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki

riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk

mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah

22
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki

lebih tinggi dari pada perempuan.

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan

berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita

dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,

ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih

banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang

tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang

dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah

bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding

pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam

keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan

dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat

dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan

merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari

dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok

berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,

atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien

sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk

11
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan

pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa

terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh

hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat

stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat

aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke

ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan

pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara

langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung

meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat

dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena

diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

3. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah

jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari

perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan

tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.

Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara

lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin

angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah (Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi

masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis

hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,

jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan

air (Syamsudin, 2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan

keadaan hipertensi (Padila, 2013).

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan

gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak

sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara

umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami

nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat

dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan

vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe

tengkuk pada klien hipertensi.

5. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah

sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80

mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.


Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai
Patokan dan Diagnosis Hipertensi (mmHg)
Kategori Tekanan darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg


(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 : Guideline For The
Prevention, Detection, Evaluation And Management Of High Blood Pressure In Adults
2013)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan

tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi

merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat

badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena

suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan

tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus

munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,

kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stres (Aspiani,

2014).

6. Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam

jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ

yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.


Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani,

2014)

a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak

dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan

tekanan darah tinggi.

b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12

trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah.

Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium

tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita

hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan

mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya

jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang

dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.

d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak

sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat

yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan dalam tubuh.


7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat

penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam

cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

(Aspiani, 2014)

b. Pengaturan diet

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada

klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi

stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai

anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau

setara dengan 3-6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya

belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan

vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding

vaskular.

3) Diet kaya buah sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

c. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat

badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban

kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa

obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel

kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat

dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu

menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan

berat badan yang terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik,

sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau

gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

d. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga

isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan

mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit

sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan

tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi

terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok

dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka

oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke

berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

f. Penatalaksanaan Farmakologis

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan :

(a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic

bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung


dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik

(tiazid) juga dapat menurunkan TPR.

Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk

menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk

mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara

langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunakan

sekresi aldosterne, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Ny.S
b. Tempat tanggal lahir : Karawang 27 November 1943
c. Jenis kelamin : Perempuan,
d. Usia :78 th
e. Status perkawinan : Menikah
f. Agama : Islam
g. Suku : Sunda
h. Tanggal pengkajian : 08 – 02 – 2021

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi


a. Perkerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
b. Pekerjaan sebelumnya : Ibu Rumah Tangga
c. Sumber pendapatan : Brjualan kredit baju
d. Kecukupan pendapatan : Cukup

3. Lingkungan tempat tinggal


a. Kebersihan dan kerapihan ruangan: ruangan bersih, rapih dan sejuk
b. Penerangan: penerangan tidak terlalu terang
c. Sirkulasi udara : sirkulasi kamar baik, terdapat jendela dan dibuka setiap pagi
d. Keadaan kamar mandi dan WC: kamar mandi bersih, lantai kamar mandi
keramik,terdapat lap depan pintu kamar mandi
e. Pembuangan air kotor : pembuangan air kotor ke selokan
f. Sumber air minum : minum air galon
g. Pembuangan sampah : terdapat tempat sampah didapur dan di depan rumah lalu
sampah nya dibakar
h. Sumber pencemaran : rumah jauh dari jalan raya

4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :

pasien mengatakan selama 1 tahun terakhir sering pusing, Batuk, pilek


2. Gejala yang dirasakan :

Pusing
3. Faktor pencetus :

Klien mengatakan tidak tahu faktor penyebabnya apa


4. Timbulnya keluhan :

( ) mendadak (√) Bertahap


5. Upaya mengatasi :

Berobat ke puskesmas
6. Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktik/bidan/perawat :

Pergi ke Puskesmas atau dokter praktik


7. Mengkonsumsi obat-obatan sendiri/obat tradisional (pilih salah satu) :

Pasien mengatakan mengkonsumsi obat amlodipine

b. Riwayat kesehatan masa lalu


1. Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi
2. Riwayat alergi (obat,makanan,binatang,debu,dll) : Tidak ada
3. Riwayat kecelakaan : tidak pernah
4. Riwayat pernah dirawat di RS :Tidak Pernah
5. Riwayat pemakaian obat : tidak ada

5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. TTV :
1) TD: 170/95 mmHg
2) S: 360C
3) RR: 24x/menit
4) N: 100x/menit
c. BB/TB : 63 kg, TB: 148cm
d. Kepala : Bentuk kepala simetris, rambut terlihat beruban, tidak terdapat kelainan,
tidak terdapat benjolan, tidak ada luka/lesi, kepala bersih, klien membersihkan
kepala 1 kali dalam seminggu
1) Mata : Bentuk kedua mata simetris, klien tidak menggunakan alat bantu
baca
2) Telinga : Telinga klien kanan dan kiri berfungsi dengan baik, telinga
bersih, klien tidak menggunakan alat bantu dengar
3) Mulut dan tenggorokan : Mulut klien bersih, tidak ada tanda
peradangan, gigi klien tidak lengkap
e. Payudara : tidak ada masalah
f. Sistem pernafasan: Normal
g. Sistem Kardiovaskuler : Normal
h. Sistem gastrointestinal : Normal
i. Sistem perkemihan : Normal
j. Sistem genitoreproduksi : Tidak ada masalah
k. Sistem musculoskeletal : Normal
l. Sistem saraf pusat : Normal
m. Sistem endokrin : Normal
6. Pengkajian psikososial dan spiritual
a. Psikosial

Sosialisasi klien baik, Klien mampu berkomunikasi dengan baik kepada suami, saudara
dan teman-teman yang ada di lingkungan sekitar klien. Klien berharap orang lain
dapat bersikap baik juga, klien berharap agar cepet sembuh agar bisa lebih
nyaman seperti dahulu.

b. Identifikasi Masalah Emosional

PERTANYAAN TAHAP 1

a. Apakah klien mengalami sukar tidur?


Tidak, klien mengatakan tidak sukar tidur hanya sesekali saja klien suka
merasa kegerahan di siang hari

b. Apakah klien sering merasa gelisah?


Tidak, klien mengatakan setiap malam ataupun siang hari tidak merasa gelisah
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
Tidak, klien mengatakan tidak pernah murung atau menangis sendiri karena
klien merasa senang bisa kumpul bersama anak dan cucunya
d. Apakah klien sering merasa was-was atau kuatir?
Tidak, karena klien selalu bersama suami anak dan cucunya

Lanjutkan ke pertanyaan Tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1


jawaban“YA”
PERTANYAAN TAHAP 2

a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
Ya, klien mengatakan kepala sering merasakan pusing berulang-ulang,
terlebih saat melakukan aktivitas dan ketika bangun pagi, klien mengatakan
terkadang sakitnya berasa muter-muter.
b. Ada masalah atau banyak pikiran?
Tidak, klien selalu merasa senang karena bisa kumpul bersama suami, anak
dan cucunya
c. Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain?
Tidak, klien mengatakan hubungan dengan keluarganya baik
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Tidak, klien mengatakan tidak menggunakan obat tidur
e. Apakah cenderung mengurung diri?
Tidak, klien selalu bermain dengan cucunya ataupun main ke rumah tetangga

c. Spiritual
Klien beragama Islam, rajin beribadah, terkadang klien shalat berjamaah di
mushola, dan suka ikut pengajian Klien berharap akhir hidupnya khusnul
khotimah

7. Pengkajian fungsional klien

KATZ Indeks
No Aktivitas Mandiri Tergantung

1. Mandi √
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian
mandi (seperti punggung atau
ekstermitas yang tidak mampu)
atau mandi sendiri sepenuhnya

Tergantung :

Bantuan mandi lebih dari satu


bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri
2 Berpakaian √
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian

Tergantung :

Tidak dapat memakai baju sendiri


atau sebagian

3. Ke kamar kecil √

Mandiri :

Masuk dan keluar dari kamar


kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri

Tergantung :

Menerima bantuan untuk masuk


ke kamar kecil dan menggunakan
pispot
4. Berpindah √
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat
tidur untuk duduk, bangkit dari
kursi sendiri

Bergantung :

Bantuan dalam naik atau turun


dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan

5. Kontinen √
Mandiri
BAB dan BAK seluruhnya
terkontrol sendiri

Bergantung

Inkontinensia parsial atau total;


pengginaan kateter, pispot,
pembalut/pempers
6 Makan √
Mandiri
Mengambil makanan dari piring
dan menyuapinya sendiri

Bergantung :

Bantuan dalam hal mengambil


makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan melalui
parenteral (NGT)

Keterangan:
Beri tanda (√) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil:
a. Pasien mandiri dalam makan, kontinensia (BAK dan BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet,berpindah, dan mandi.

8. Modifikasi dari Barthel Indeks

Termasuk yang manakah klien?

NO KRITERIA DENGAN MANDIR KETERANGA N


BANTUA I
.
N
1 Makan 5 10 Frekuensi : sebelum
√ sakit : 3x1 hari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : Nasi,
sayur, ikan
goreng, buah
pisang

2 Minum 5 10 Frekuensi : 1 hari


√ Jumlah : 1 teko
kecil air
mineral, 2
gelas kopi
Jenis : air
putih, Teh
3 Berpindah dari kursi 5 – 10 15 Tanpa bantuan
roda ke tempat tidur √
dan sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi : 2
muka, menyisir √ ( pagi dan malam
rambut, gosok gigi) hari )
5 Keluar masuk toilet 5 10

(membuka pakaian,
menyeka tubuh,
Mandiri
menyiram)

6 Mandi 5 15 Frekuensi :
√ 2x sehari

7 Jalan di permukaan 0 5
√ Mandiri
Datar
8 Naik turun tangga 5 10 Mandiri

9 Mengenakan pakaian 5 10 Mandiri

10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
√ 3xsehari

Konsistensi :
setengah padat
11 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi : 4

(BAK) Warna : kuning
keruh
12 Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi : 1
√ Jenis : jalan-jalan
di pagi hari (± 2
jam)

13 Rekreasi/pemanfaata 5 10
Jenis : kerajinan

n waktu luang (membuat tikar
dari daun pandan)

Frekuensi:1 bulan
kali
Total :125 (Ketergantungan sebagian)
Keterangan :
Hasil dari pengkajian mengggunakan KARTZ index pasien mendapatkan skor 130, yang
menandakan pasien mandiri
a. 130: Mandiri
b. 60-125: Ketergantungan sebagian
c. 55 : Ketergantungan total

9. Pengkajian Status Mental Gerontik

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan Short Portable Mental Status Questioner
(SPSMQ)
Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.

Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan dan masukkan dalam interpretasi.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 01 Tanggal berapa hari ini ?
√ 02 Hari apa sekarang ?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Dimana alamat anda ?
√ 05 Berapa umur anda ?
√ 06 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
√ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama Ibu anda ?
√ Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
10
angka baru, semua secara menurun.
Interpretasi hasil :
Hasil dari pengkajian SPSMQ pasien salah 6 dari 10 pertanyaan yang diajukan, artinya
pasiennya mengalami kerusakan intelektual sedang
a. Salah 0 -2 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 3 -4 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 5 – 7 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah ≥ 8 : Kerusakan intelektual berat

10. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
 Orientasi
 Registrasi
 Perhatian
 Kalkulasi
 Mengingat kembali
 Bahasa

`No.
Aspek Kognitif Nilai Maks Nilai Klien Kriteria
1. Orientasi 5 4 MenSebutkan dengan benar :

 Tahun X
 Musim √
 Tanggal √
 Hari √
 Bulan √

Dimana kita sekarang berada ?

Orientasi 5 1  Negara Indonesia √


 Propinsi Jawa Barat X
 Kota Bekasi X
 PSTW….

Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik


untuk mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga
obyek tadi. Untuk disebutkan)

 Obyek Pulpen
 Obyek Teko
 Obyek Pintu

Perhatian dan kalkulasi 5 3 Minta klien mengeja 5 kata dari belakang, misal
“BAPAK”

 K X
 A √
 P √
 A √
 B X

Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada


No.2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 poin
untuk masing-masing obyek.
 Pulpen
 Teko
 Pintu

Bahasa 9 6 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan


namanya pada klien.

 Papan ujian (X)


 Tikar daun pandan (√)

Minta klien untuk mengulang kata berikut :


“Tak ada jika, dan, atau, tetapi.” Bila
benar, nilai satu poin.

 Pernyataan benar 2 buah (√)

(contoh : tak ada, tetapi)

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah : Ambil
kertas di tangan anda, lipat dua, dan taruh
di lantai.

 Ambil kertas di tangan anda (√)


 Lipat dua (√)
 Taruh di lantai (√)

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)

 “Tutup mata anda” (√)

Perintahkan pada klien untuk menulis satu


kalimat dan menyalin gambar.

 Tulis satu kalimat (X)


 Menyalin gambar (X)
TOTAL NILAI 30 20 Kerusakan aspek fungsi mental sedang

Interpretasi hasil : aspek kognitif dari fungsi mental pasien sedang.

26-30: Aspek kognitif dan fungsi mental baik

21-25: Aspek kognitif dari fungsi mental ringan

11-20: Kerusakan aspek fungsi mental sedang

0-10: Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

11. Pengkajian Keseimbangan


1) Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak dari kedua
komponen tersebut dibagi dalam bebrapa gerakan yang perlu di observasi oleh
perawat. Kedua komponen tersebut adalah :
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi dibawah ini dan 1 bila menunjukkan
kondisi berikut ini :
 Bangun dari tempat duduk (dimasukkan dalam analisis) dengan mata terbuka

Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi lansia mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali (0)

 Duduk ke kursi (dimasukkan ke dalam analisis) dengan mata terbuka

Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi (1)


Bangun dari tempat duduk (dimasukkan ke dalam analisis) dengan mata tertutup

Tidak bangun dari tempat duduk dengan sekali gerakan akan tetapi lansia
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali (1)

 Duduk ke kursi (dimasukkan ke dalam analisis) dengan mata tertutup


Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk ke tengah kursi
Keterangan : Kursi harus yang keras tanpa lengan (1)
 Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum sebanyak 3
kali dengan hati-hati) dengan mata terbuka
Klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisinya (1)
 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum sebanyak 3
kali dengan hati-hati) dengan mata tertutup
 Klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya (1)
 Perputaran leher (klien sambil berdiri)
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki; keluhan
vertigo, pusing, atau keadaan tidak stabil (0)
 Gerakkan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu
untuk dukungan (0)
 Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi dan memerlukan
usaha-usaha yang keras untuk bangun (0)
2) Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, atau beri nilai 1 jika
klien menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah ini :
 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk pegangan (1)
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (˃ 5cm) (1)
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik di observasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat
satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai (0)
 Kesimetrisan langkah (lebih baik di observasi dari samping klien)
Langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit (1)
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik di observasi dari samping
kiri klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi (0)
 Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang
objek untuk dukungan (0)

Interpretasi hasil : 7 (resiko jatuh pasien sedang)

Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, kemudian di interpretasikan sebagai


berikut :

0-5 : resiko jatuh rendah

6-10 : resiko jatuh sedang

11-15: resiko jatuh tinggi

The timed up and go (tug) Test

No. Langkah
Total
:1.11 detik (Resiko jatuh pasien sedang)
Posisi klien duduk di kursi

Interpretasi :
Minta klien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke kursi,
2.
ukur waktu dalam detik

≤ 10 detik : Resiko jatuh rendah


11-19 detik : Resiko jatuh sedang
20-29 detik : Resiko jatuh tinggi
≥ 30 detik : Gangguan mobilitas dan resiko jatuh tinggi

12. Penilaian potensi dekubitus (Skor NORTON)

Nama Penderita : Ny. S


Kondisi Fisik Umum : baik
a. Baik 4
b. Lumayan 3
c. Buruk 2
d. Sangat buruk 1

Kesadaran : composmentis
a. Composmentis 4
b. Apatis 3
c. Sopor 2
d. Koma 1

Aktifitas : ambulan
a. Ambulan 4
b. Ambulan dengan bantuan 3
c. Hanya bisa duduk 2
d. Tiduran 1

Inkontinen : kadang-kadang
a. Tidak 4
b. Kadang-kadang 3
c. Sering Inkontinensia urin 2
d. Inkontinensia alvi & urin 1

Interpretasi : 15 (Kecil sekali/tak terjadi)


15-20 : Kecil sekali/tak terjadi
12-15 : Kemungkinan kecil terjadi
< 12 : Kemungkinan besar terjadi

13. APGAR KELUARGA

No Item Penilaian Selalu (2) Kadang-kadang Tidak pernah


(1) (0)
1 A : Adaptasi √
Saya puas bahwa saya dapat
kembali pada keluarga
karena mereka akan
membantu saya pada waktu
saya membutuhkan
pertolongan
2 P : Partnership √
Saya puas dengan cara
keluarga membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah
saya
3 G : Growth √
Saya puas dengan keluarga
menerima dan mendukung
keinginan saya dalam
melakukan aktifitas
4 A : Afek √
Saya puas dengan cara
keluarga merespon saat saya
emosi, seperti marah, sedih
ataupun jatuh cinta
5 R : Resolve √
Saya puas dengan cara
keluarga menyediakan waktu
bersama-sama
untuk menyelesaikan
masalah
Jumlah 10

Interpretasi :
Jadi nilai Disfungsi keluarga sedang dengan
jumlah 10

14. Geriatric Depression Scale (GDS)

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda √
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan √
minat/kesenangan anda
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong √
4 Apakah anda sering merasa bosan √
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap Saat √
6 Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi √
pada anda
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup √
anda
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya √
9 Apakah anda lebih sering dirumah dari pada pergi keluar √
dan mengerjakan sesuatu hal yang baru
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan √
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan Orang
11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda saat ini √
Menyenangkan
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda √
saat ini
13 Apakah anda merasa penuh semangat √
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada √
Harapan
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik keadaanya √
dari pada anda
Interpretasi :

Skor 0-5 = normal

Skor ≥ 6 = depresi
ANALISA DATA
No.
Analisis Data Diagnosa Keperawatan
1. DS : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
(D.0077)
 Klien mengatakan sering pusing
 Klien mengatakan terkadang
penglihatan kabur
 P : Pasien mengatakan nyeri
Q : Nyerinya seperti ada beban
R : Nyeri dibagian belakang leher
S:5
T : Nyeri saat beraktivitas
DO :
 Keadaan umum : sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis
 TD: 170/95 mmHg
S: 360C
RR: 24x/menit
 N: 100x/menit
2 DS : Resiko Jatuh b.d Usia ≥65 Tahun
00155
- Ny. N mengatakan sering merasakan
sakit kepala mendadak.
- Ny. N mengatakan penerangan cukup
redup.
DO :
- Pengkajian keseimbangan (MFS) :
Interpretasi hasil : 7 (resiko jatuh sedang)
The Time Up Ana Go (TUG Test): 11-19
detik : Resiko jatuh sedang .
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S Nama Mahasiswa : Yuli Kurniawati
Dx : Hipertensi NPM :
No Kriteria batasan Diagnosa keperawatan Noc Nic
Karakteristik Dx. Kep Kode Hasil Kode Intervensi Kode
1 Definisi : Nyeri akut 00132 Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri 1400
Hambatan kemampuan keperawatan selama 3x24jam - Monitor tanda tanda
untuk mengubah gaya diharapkan pasien : vital
hidup atau perilaku Kontrol nyeri : - Lakukaan kaji ulang
dalam cara yang - Mengenali kapan nyeri 1605 nyeri secara
memperbaiki tingkat terjadi (4-2) 160502 komprehensif
kesejahteraan - Menggambarkan faktor - Observasi reaksi non
Batasan kriteria : penyebab (4-1) 160501 verbal dari
 Perilaku ekspresif
- Melaporkan gejala yang ketidaknyamanan
 Ekpsresi wajah
nyeri tidak terkontrol pada - Anjurkan klien istiraht
 Sikap melindungi profesional kesehatan (4- 160507 tidur yang cukup
area nyeri 2) - Anjurkan teknik
Faktor :
Agen cedera fisik - Mengenali apa yang 160509 relaksasi tarik nafas
terkait dengan gejala dalam
nyeri (3-1) - Gali pengetahuan dan
- Melaporkan nyeri yang 160511 kepercayaan pasien
terkontrol (4-2) mengenai nyeri
- Gali bersama pasien
faktor faktor yang dapat
menurunkan nyeri
- Evaluasi bersama
pasien mengenai
efektivitas tindakan
pengontrolan nyeri yang
pernah digunakan
sebelumnya
- Beri informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri dirasakan
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
- Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
mengenai nyerinya
dengan tepat
2. Definisi : Perilaku 00155 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Lingkungan 0450
Kesehatan  Identifikasi
Peningkatan rentan keperawatan selama 3x24jam
cenderung keamanan dan
jauh, yang dapat beresiko diharapkan pasien : kenyamanan
0200
menyebabkan bahaya Ambulasi lingkungan
 Berjalan dalam jarak  Atur posisi
fisik dan gangguan 020012
jauh (5 blok atau
Kesehatan. lebih) furniture/kebutuha
Batasan  Berjalan dengan n pasien dengan
kecepatan sedang 020004 rapih dan
Karakteristik:
terjangkau
Berjalan dalam jarak Prilaku Pencegahan Jatuh  Sediakan ruang
1909
jauh (5 blok atau lebih)  Memberikan 190922 berjalan yang
pencahayaan yang cukup dan aman
Faktor : memadai  Jelaskan cara
Pusing saat berjalan  Menyesuaikan membuat
ketinggian tempat 190913
lingkungan rumah
tidur sesuai yang yang aman (missal,
diperlukan pencahayaan yang
- Control (kemampuan cukup lantai yang
beristirahat) tidak licin)

Pencegahan Jatuh
 Identifikasi faktor 6490
resiko jatuh (missal,
usia ≥65 tahun,
deficit kognitif,
gangguan
keseimbangan,
gangguan
penglihatan,
neoropati)
 Identifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan
resiko jatuh (missal,
lantai licin,
penerangan kurang)
 Hitung resiko jatuh
dengan
menggunakan skala
(missal, The Time
Up Ana Go (TUG
Test) )
 Monitor
kemampuan
berpindah dari
tempat tidur ke
kursi dan
sebaliknya
 Atur posisi tempat
tidur pada posisi
terendah
 Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin
CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx. Keperawatan Tgl/Jam Implementasi Evaluasi TTD
1 Nyeri akut 18/01/2021 1. Mengindetifkasi lokasi Subyektif
13:00 karakteristik, durasi, :
frekuensi, kualitas dan 1. Pasien mengatakan masih nyeri
intensitas nyeri P : Pasien mengatakan nyeri
Hasil : pasien Q : Nyerinya seperti ada beban
mengatakan masih nyeri R : Nyeri dibagian belakang leher
P : Pasien mengatakan S:3
nyeri T : Nyeri saat beraktivitas
Q : Nyerinya seperti ada 2. Pasien mengatakan belum mengetahui
beban yang dapat menurunkan nyeri.
R : Nyeri dibagian 3. pasien mengatakan ketika melakukan
belakang leher kompres hangat nyeri yang dirasakan
S:3 sedikit berkurang
T : Nyeri saat beraktivitas 4. Pasien mengatakan nyaman, kamarnya
Pasien tampak meringis, terasa sejuk dan pencahayaan baik.
pasien tampak
memegang bagian yang
sakit Objektif:
TTV : 1. Pasien tampak meringis, pasien tampak
TD: 170/95 mmHg memegang bagian leher belakangnya
S: 360C 2. Kamar terasa sejuk dan pencahayaan baik
13:30 RR: 24x/menit 3. TTV :
N: 100x/menit TD: 170/95 mmHg
2. Menggali bersama S: 360C
pasien faktor-faktor RR: 24x/menit
yang dapat menurunkan N: 100x/menit
atau memperberat nyeri.
Hasil : pasien Analisis :
mengatakan belum Masalah keperawatan nyeri akut teratasi
14:00 dapat menunkan nyeri. sebagian
3. Mengajarkan
penggunaan teknik non Perencanaan:
farmakologi (teknik Intervensi dilanjutkan
kompres hangat)
Hasil : pasien
mengatakan ketika
melakukan teknik
kompres hangat nyeri
sedikit berkurang.
Pasien terlihat
kooperatif dan
14:20 mengikuti instruksi.
4. Mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising )
Hasil : pasien
mengatakan nyaman,
kamarnya terasa sejuk
dan pencahayaan cukup.
Kamar terasa sejuk,
pencahayaan baik.

2 Nyeri akut 18/01/2021 1. Mengindetifkasi lokasi Subyektif


16:00 karakteristik, durasi, :
frekuensi, kualitas dan 1. Pasien mengatakan masih nyeri
intensitas nyeri P : Pasien mengatakan nyeri
Hasil: pasien Q : Nyerinya seperti ada beban
mengatakan masih R : Nyeri dibagian belakang leher
nyeri. S:3
P : Pasien mengatakan T : Nyeri saat beraktivitas
nyeri 2. Pasien mengatakan yang dapat
Q : Nyerinya seperti ada menurunkan nyeri teknik kompres hangat,
beban dan yang memperberat nyeri nya ketika
R : Nyeri dibagian banyak melakukan aktifitas.
belakang leher 3. pasien mengatakan ketika melakukan
S:3 kompres hangat nyeri sedikit berkurang
T : Nyeri saat beraktivitas 4. Pasien mengatakan nyaman, kamarnya
Pasien tampak meringis, terasa sejuk dan pencahayaan baik.
pasien tampak
memegang bagian yang Objektif:
sakit dibagian leher 1. Pasien tampak meringis, pasien tampak
belakang. memegang bagian yang sakit dibagian b
TTV : 2. Pasien dikompres hangat dengan
TD: 170/95 mmHg menggunakan buli-buli di bagian perut
S: 360C Kamar terasa sejuk dan pencahayaan baik
RR: 24x/menit 3. TTV :
N: 100x/menit TD: 170/95 mmHg
16:20 2. Menggali bersama S: 360C
pasien faktor-faktor RR: 24x/menit
yang dapat menurunkan N: 100x/menit
atau memperberat nyeri
Hasil : pasien Objektif:
mengatakan dapat 1. Pasien tampak menyeringai
menurunkan nyeri 2. Pasien melakukan teknik kompres hangat
dengan teknik kompres 3. Kamar terasa sejuk dan pencahayaan
hangat. baik
16:50 3. Mengajarkan 4. TTV :
penggunaan teknik non S : 36,1oC
farmakologi (teknik N : 103x/menit
kompres hangat) TD : 110/90 mmHg
Hasil : pasien RR : 21x/menit
mengatakan ketika
melakukan teknik tarik Analisis :
nafas nyeri berkurang Masalah keperawatan nyeri akut teratasi
Pasien kooperatif dan sebagian
mengikuti instruksi
17:00 4. Mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat Perencanaan:
mempengaruhi respon Intervensi dilanjutkan
pasien terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising )
Hasil : pasien
mengatakan nyaman,
kamarnya sejuk
Kamar terasa sejuk, ada
suara bising dari anak-
anak yang sedang
bermain, pencahayaan
baik.

3 Nyeri akut 19/01/2021 1. Mengindetifkasi lokasi Subyektif


13:00 karakteristik, durasi, :
frekuensi, kualitas dan 1. Pasien mengatakan masih nyeri
intensitas nyeri P : Pasien mengatakan nyeri
Hasil : pasien Q : Nyerinya seperti ada beban
mengatakan masih nyeri R : Nyeri dibagian belakang leher
P : Pasien mengatakan S:2
nyeri T : Nyeri saat beraktivitas
Q : Nyerinya seperti ada 2. Pasien mengatakan yang dapat
beban menurunkan nyeri kompres hangat, dan
R : Nyeri dibagian yang memperberat nyeri nya ketika
belakang leher banyak beraktifitas
S:3 3. pasien mengatakan ketika melakukan
T : Nyeri saat beraktivitas teknik nafas dalam nyeri berkurang
Pasien tampak rileks 4. Pasien mengatakan nyaman, kamarnya
TTV : terasa sejuk dan pencahayaan baik.
S : 36,1oC
N : 103x/menit Objektif:
TD : 110/90 mmHg 1. Pasien tampak rileks
RR : 21x/menit 2. Pasien melakukan dikompres hangat
13:30 2. Menggali bersama 3. Kamar terasa sejuk dan pencahayaan baik
pasien faktor-faktor 4. TTV :
yang dapat menurunkan S : 36,1oC
atau memperberat nyeri N : 103x/menit
Hasil : pasien TD : 110/90 mmHg
mengatakan dapat RR : 21x/menit
menurunkan nyeri
menggunakan kompres Analisis :
hangat, dan yang Masalah keperawatan nyeri akut teratasi
memperberat nyerinya
ketika banyak Perencanaan :
beraktifitas. Intervensi dihentikan
14:00 3. Mengajarkan
penggunaan teknik non
farmakologi (teknik
relaksasi nafas dalam)
Hasil : pasien
mengatakan ketika
melakukan teknik nafas
dalam nyeri berkurang
Pasien kooperatif dalam
melakukan teknik tarik
nafas dalam.
14:30 4. Mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising di sekitar
rumah )
Hasil : pasien
mengatakan nyaman,
kamarnya sejuk
Kamar terasa sejuk, jauh
dari suara bising
terdengar di luar rumah
karna banyak anak-anak
bermain, pencahayaan
baik.

4 Perilaku kesehatan 19/01/2021 1. Mengidentifikasi dalam Subyektif


cenderung beresiko 15:00 mengenal masalah yang :
di derita. 1. Suami klien mengatakan mengatakan
Hasil : klien belum mengetahui banyak tentang
mengatakan belum tahu penyakit hipertensi
banyak tentang penyakit 2. Klien mengatakan belum mengetahui
yang dideritanya. sedikit tentang penyakit yang dideritanya.
15:30 2. Memberikan informasi 3. Klien mengatakan belum mengetahui
tentang penyakit yang di tanda dan gejala penyakit hipertensi.
derita yaitu tentang 4. pasien mengatakan masih mengkonsumsi
hipertensi. Seperti : makananan yang banyak mengandung
pegertian dari garam.
hipertensi, tanda dan 5. Pasien mengatakan lingkungan selalu
gejala, penyebab, dan bersih dan bebas dari bau. .
makanan yang harus
dihindari.
Hasil : klien belum Objektif:
memahami tentang 1. Klien memahami sedikit tentang
penyakit yang diderita, pengertian hipertensi
klien tampak masih 2. Klien memahami sedikit tentang tanda
bingung. dan gejala penyakit yang diderita yaitu
16:00 3. Menganjurkan makanan hipertensi
yang harus dihindari 3. Klien mengkonsumsi makanan yang
oleh klien. Seperti : banyak mengandung garam dan
makanan yang banyak terkadang mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam, kalengan
makanan instan atau
kalengan (fast food)
Hasil : klien tampak Analisis :
mengikuti penjelasan Masalah keperawatan Perilaku kesehatan
yang diberikan. cenderung beresiko teratasi sebagian
16:30 4. Menciptakan
lingkungan yang Perencanaan :
optimal misal rumah Intervensi di lanjutkan
bersih, berventilasi,
santai, dan bebas dari
bau yang menyengat.
Hasil : klien
mengatakan lingkungan
selama tinggal selalu
bersih, dan bebas dari
bau.

5 Perilaku kesehatan 20/01/2021 1. Mengidentifikasi dalam Subyektif


cenderung beresiko 13:00 mengenal masalah yang :
di derita. 1. Klien mengatakan mengetahui sebagian
Hasil : klien tentang penyakit yang dideritanya.
mengatakan sebagian 2. Klien mengatakan memahami tanda dan
tentang penyakit yang gejala penyakit hipertensi.
dideritanya. 3. Klien mengatakan mengurangi makananan
13:30 2. Memberikan informasi yang banyak mengandung garam.
tentang penyakit yang di 4. klien mengatakan lingkungan selalu bersih
derita yaitu tentang dan bebas dari bau. .
hipertensi. Seperti :
pegertian dari
hipertensi, tanda dan Objektif:
gejala, penyebab, dan 1. Klien memahami sebagian tentang
makanan yang harus pengertian hipertensi
dihindari. 2. Klien memahami sebagian tentang tanda
Hasil : klien memahami dan gejala penyakit yang diderita yaitu
sebagian tentang hipertensi
penyakit yang diderita, 3. Klien mengurangi makanan yang banyak
klien tampak belum mengandung garam dan terkadang
memahami. mengkonsumsi makanan yang kaleng
14:00 3. Menganjurkan makanan
yang harus dihindari
oleh klien. Seperti : Analisis :
makanan yang banyak Masalah keperawatan Perilaku kesehatan
mengandung garam, cenderung beresiko teratasi sebagian
makanan instan atau
kalengan (fast food) Perencanaan :
Hasil : klien tampak Intervensi di lanjutkan
mengikuti penjelasan
yang diberikan.
14:30 4. Menciptakan
lingkungan yang
optimal misal rumah
bersih, berventilasi,
santai, dan bebas dari
bau yang menyengat.
Hasil : klien
mengatakan lingkungan
selama tinggal selalu
bersih, dan bebas dari
bau.
6 Resiko Jatuh b.d 20/01/2021 Manajemen Lingkungan Subyektif
Usia ≥65 Tahun 15:30  Mengidentifikasi :
00155 keamanan dan 1. Klien mengatakan mengatur kemanan dan
kenyamanan lingkungan kenyamanan lingkungan.
2. Klien mengatakan sudah mengatur
 Mengatur posisi furniture dengan posisi rapih dan
furniture/kebutuhan pasien terjangkau
dengan rapih dan 3. Klien mengatakan lantai sudah tidak licin
terjangkau
 Menyediakan ruang
berjalan yang cukup dan Objektif:
1. Klien memahami memahami tentang
aman
pengertian resiko jatuh
 Menjelaskan cara membuat 2. Klien memahami tentang cara membuat
lingkungan rumah yang lingkungan rumah yang aman
aman (missal, pencahayaan
yang cukup lantai yang
tidak licin) Analisis :
Masalah keperawatan Resiko jatuh teratasi
Pencegahan Jatuh
Perencanaan :
 Mengidentifikasi faktor Intervensi dihentikan.
resiko jatuh (missal, usia
≥65 tahun, deficit kognitif,
gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan,
neoropati)
 Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh
(missal, lantai licin,
penerangan kurang)
 Hitung resiko jatuh dengan
menggunakan
 Skala (missal, The Time
Up Ana Go (TUG Test) )
 Memonitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur ke kursi dan
sebaliknya
 Mengatur posisi tempat
tidur pada posisi
terendah
 Menganjurkan
menggunakan alas kaki
yang tidak licin
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai