“TUGAS RESUME 1”
OLEH
MELIA ENGLA PUTRI
183110260
III.C
DOSEN PEMBIMBING
Penulis menyadari resume ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan tugas
ini.
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………...
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia juga banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang harus segera
ditangani secara tepat dan terintegrasi.
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia.Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu,tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.Menjadi tua
merupakan suatu proses kehidupan alamiah yang berarti seseorang telah menjalani
tiga tahap kehidupan yaitu anak,dewasa,dan tua (Nugroho,2006).
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang berumur tua
dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007).
Menurut (Fatmah, 2010) lansia merupakan proses alamiah yang terjadi secara
berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua seseorang akan
mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan
fungsi dan kemampuan seluruh tubuh. Istilah manusia usia lanjut belum ada yang
mematenkan sebab setiap orang memiliki penyebutannya masing-masing seperti
manusia lanjut usia (manula), manusia usia lanjut (lansia), usia lanjut (usila), serta
ada yang menyebut golongan lanjut umur (glamur) (Maryam, 2008: 32).
2. Batasan Lansia
3. Ciri-Ciri lansia
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis.Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia.Misalnya lansia yang memiliki motivasi rendah dalam melakukan
kegiatan,maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,maka kemunduran fisik pada lansia
akan lebih lama terjadi.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik,misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif,tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
4. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia.Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.Lansia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan.Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua (Tahap Penuaan).
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik,mental,dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari hari lagi(tahap
penurunan),Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup,termasuk tubuh,jaringan,dan sel,yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional.Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif
pada kulit,tulang,jantung,pembuluh darah,paru paru,saraf,dan jaringan tubuh
lainnya.Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas,mereka lebih rentan
terhadap berbagai penyakit,sindroma,dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain.Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini,terdapat berbagai
perbedaan teori namun para ahli umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik.
5. Karakteristik Lansia
Menurut Nugroho (2008: 27) dan Aspiani (2014: 35) perubahan yang
terjadi pada lanjut usia di tingkat sel yaitu berubahnya ukuran sel dimana
ukuran sel menjadi lebih besar, namun jumlah sel menjadi lebih sedikit,
jumlah cairan tubuh dancairan intraselular berkurang, mekanisme
perbaikan sel terganggu, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan
hati mengalami penurunan, jumlah sel pada otak menurun sehingga otak
menjadi atrofi dan lekukan otak menjadi lebih dangkal dan melebar
akibatnya berat otak berkurang menjadi 5 sampai 20%.
4) Pembuluh darah
yang bergantian untuk memompa darah ke dalam arteri dan kemudian melemas untuk
diisi oleh vena. Ketika jantung dalam keadaan melemas dan terisi kembali maka
pada saat itu tidak ada darah yang dipompa keluar (Sherwood, 2014: 373).
Ketika jantung melemas dan berhenti memompa darah ke dalam arteri, dinding
arteri yang mengalami teregang secara pasif mengalami recoil, dimana recoil ini
menimbulkan tekanan pada darah ketika diastole (Ganong, 2008: 596) dan
(Sherwood, 2014: 373).
Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastik sehingga jaringan tersebut
bersifat elastis. Bentuk arteri yang sangat elastis inilah yang dapat berfungsi pula
sebagai pengangkut darah dari jantung ke organ-organ tubuh (Sherwood, 2014:
372). Elastisitas arteri memungkinkan pembuluh ini mengembang untuk secara
temporer menampung kelebihan volume darah yang disemprotkan oleh jantung,
menyimpan sebagian energi tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi jantung di
dinding yang teregang (Sherwood, 2014: 373).
Perubahan yang terjadi ketika seseorang mulai menua yaitu terjadinya perubahan
pada arteri, dimana arteri akan kehilangan elastisitasnya sehingga dapat
berpengaruh terhadap meningkatnya nadi dan tekanan darah pada sistem
kardiovaskuler (Sherwood, 2014: 373). Pembuluh darah arteri pun akan
mengalami kekakuan sehingga resistensi vaskuler pun meningkat dan akan
berdampak pada meningkatnya tekanan darah.
Pada pembuluh darah arteri terdapat tiga lapisan dimana masing-masing dari
lapisan tersebut dipengaruhi oleh proses penuaan. Tunika intima yang
merupakan lapisan terdalam akan mengalami perubahan yang paling signifikan
termasuk
akumulasi fibrosis, kalsium dan lipid serta proliferasi seluler. Perubahan ini
dapat berkontribusi terhadap reaksi dan perkembangan aterosklerosis. Media
tunika yang merupakan lapisan tengah akan mengalami penipisan dan
pengapuran serat elastin dan peningkatan kolagen yang akan berdampak pada
terjadinya pengerasan pada pembuluh darah. Baroreseptor dan peningkatan
restriksi perifer pun akan mengalami gangguan fungsi yang berdampak pada
naiknya tekanan darah sistolik. Lapisan paling luar atau tunika adventitia ini
tidak berpengaruh terhadap proses penuaan (Eliopoulos, 2010: 54).
b) Arteriol
Pembuluh yang lainnya adalah arteriol dimana arteriol merupakan tempat utama
tahanan terhadap aliran darah. Tahanan terhadap aliran darah ditentukan oleh
jari-jari pembuluh darah dan viskositas darah. Dan viskositas dipengaruhi oleh
hematokrit yaitu persentase volume darah yang ditempati oleh sel darah merah.
Viskositas juga dipengaruhi oleh komposisi plasma dan ketahanan sel terhadap
deformasi. Tahanan perifer total akan mengalami perubahan yang signifikan
ketika terjadi sedikit perubahan pada diameter arteriol (Ganong, 2008: 604).
Pada dinding arteriol mengandung sedikit jaringan elastis dan banyak
mengandung jaringan otot polos. Lapisan otot polos yang tebal tersebut
dipersarafi oleh serat saraf simpatis, serabut saraf noradrenergik yang berfungsi
sebagai konstriktor dan serabut kolinergik yang dapat menimbulkan dilatasi
pembuluh darah. Lapisan otot polos berjalan disekitar arteriol sehingga ketika
lapisan otot polos berkontraksi, lingkaran pembuluh menjadi lebih kecil,
meningkatkan resistensi, dan mengurangi aliran melalui pembuluh.
Pembuluh arteriol ini memiliki cabang yang dinamai dengan
metaarteriol yang mana pembuluh ini akan meneruskan
untuk mengalirkan darahnya ke kapiler (Ganong, 2008:596).
Vasokontriksi merupakan penyempitan pembuluh arteriol dimana terjadi
peningkatan kontraksi otot polos sirkular di dinding arteriol yang menyebabkan
peningkatan resistensi dan penurunan aliran darah melalui pembuluh. Vasodilatasi
merupakan peningkatan keliling dan jari-jari pembuluh akibat melemasnya lapisan
otot polos yang menyebabkan penurunan kontraksi otot polos sirkular di dinding
arteriol, serta menyebabkan penurunan resistensi dan peningkatan aliran melalui
pembuluh. (Sherwood, 2014: 377).
c) Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh, yang bergantung pada volume darah, daya regang (distensibilitas), dan
dinding pembuluh. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan darah
merupakan tenaga dan tekanan yang digunakan oleh darah pada setiap satuan
daerah pada dinding pembuluh darah (Guyton, 2002: 165). Tekanan darah terbesar
terdapat pada arteri terbesar dan tekanan darah terendah terdapat dalam pembuluh
darah (Suprapto, 2014: 13).
Tekanan darah harus diatur tersebab oleh dua alasan. Alasan yang pertama yaitu
tekanan harus tinggi untuk menjamin tekanan pendorong mendarahi seluruh organ-
organ tubuh. Alasan lain yaitu tekanan harus tidak terlalu tinggi sehingga tidak
menimbulkan tambahan kerja bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan
pembuluh darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh darah halus (Sherwood,
2014: 399). Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan faktor dari
pengaturan tekanan arteri rerata.
Angka atau nilai dari tekanan darah dapat berubah sewaktu- waktu dalam sehari
tergantung dari peningkatan aktivitas, kondisi tubuh serta kondisi psikis seseorang
seperti ketika sedang bahagia sedih atau kecewa (Prasetyaningrum, 2014: 6).
Tekanan darah biasa diukur dengan menggunakan tensi meter dan menggunakan
satuan milimeterhidrogen (mmHg). Penentuan tekanan darah dilakukan ketika
terjadi pemompaan dari jantung menuju seluruh jaringan dan organ tubuh
(Suprapto, 2014: 10). Jumlah darah yang mengalir menuju organ tertentu pun
dapat ditentukan oleh besarnya diameter internal arteriol, dimana diameter internal
arteriol ini berada dibawah kontrol sehingga aliran darah ke organ tertentu dapat
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan (Sherwood, 2014: 367).
Sewaktu sistole ventrikel, satu isi sekuncup darah masuk ke arteri dari ventrikel,
sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri
untuk masuk ke arteriol. Sedangkan selama diastole, tidak ada darah yang masuk
ke arteri sementara darah terus keluar dari arteri yang didorong oleh rekoil elastis
(Sherwood, 2014: 369).
Darah mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan lebih
rendah. Kontraksi pada jantung pun menjadi faktor pencetus terjadinya tekanan
pada darah. Faktor lain yang mempengaruhi laju aliran darah melalui suatu
pembuluh adalah resistensi. Resistensi merupakan tahanan atau hambatan terhadap
aliran darah melalui suatu pembuluh akibat dari gesekan anatara cairan darah yang
mengalir dan dinding vaskuler yang diam (Sherwood, 2014: 369).
Darah akan semakin sulit melewati pembuluh jika terjadi peningkatan resistensi
sehingga laju aliran darah pun akan berkurang. Jika resistensi meningkat, jantung
harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat.
Resistensi aliran darah dipengaruhi oleh viskositas darah dan juga pembuluh darah. Semakin
besar viskositas, semakin besar resistensi dan semakin kental cairan semakin besar pula
viskositasnya. Viskositas darah ditentukan oleh jumlah sel darah merah (Sherwood, 2014: 369).
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah manusia. Faktor yang mempengaruhi tekanan
darah diantaranya adalah gaya hidup, aktivitas fisik, lingkungan, dan pola makan yang
dikonsumsi. Penentuan angka tekanan darah dilakukan dengan menggunakan tensimeter, yang
tentunya dilakukan dengan cara yang benar, pasti dan akurat yaitu ketika seseorang berada pada
posisi duduk dan berbaring (Suprapto, 2014: 11).
d) Sistem persarafan menurut (Aspiani, 2014: 36)
2) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4) Mengecilnya saraf panca indera: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Kurang sensitif terhadap sentuhan
Menurut (Azizah, 2011: 11) perubahan pada sistem panca indera lainnya adalah
perubahan pada sistem pendengaran. Dimana perubahan ini meliputi presbiakusis yaitu
gangguan yang terjadi pada pendengaran akibat hilangnya kemampuan daya dengar
pada telinga dalam, khususnya terhadap suara dan nada yang tinggi, terhadap suara yang
tidak jelas, terhadap kata-kata yang sulit dimengerti.
f) Sistem Penglihatan
Pada lansia terjadi perubahan pada sistem indera salah satu gangguannya adalah
perubahan pada sistem penglihatan, dimana daya akomodasi dari jarak dekat maupun
jauh berkurang serta ketajaman penglihatan pun ikut mengalami penurunan. Perubahan
yang lain adalah presbiopi. Lensa pada mata pun mengalami kehilangan elastisitas
sehingga menjadi kaku dan otot penyangga lensa pun lemah (Azizah, 2011: 11).
g) Sistem Kardiovaskuler
Terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu perubahan
pada pembuluh-pembuluh leher, curah jantung, bunyi jantung dan murmur. Memanjang
dan berkelok-keloknya pembuluh di leher khususnya pada aorta dan cabang-cabangnya
kadang menyebabkan arteri karotis berkelok- kelok atau tertekuk di pangkal leher,
khususnya di sisi kanan. Masa berdenyut yang terjadi pada penderita hipertensi
khususnya lansia perempuan seringkali dikaitkan sebagai kondisi aneurisma karotis atau
bisa disebut sebagai dilatasi sejati arteri. Aorta yang berkelok-kelok kadang
meningkatkan tekanan di vena jugularis sebelah kiri leher dengan mengganggu drainase
vena ini di dalam thoraks.
Perubahan sistem kardiovaskuler pun dijalaskan oleh (Azizah, 2011: 12) yang meliputi
bertambahnya massa jantung, pada ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan
peregangan jantung berkurang akibat terjadinya perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA node serta akibat dari berubahnya jaringan
konduksi menjadi jaringan ikat. Perubahan yang lainnya yaitu asupan oksigen pada
tingkat maksimal berkurang yang akan mengakibatkan kapasitas pada paru menurun.
Dalam hal ini aktivitas fisik maupun kegiatan olahraga sangat diperlukan guna
meningkatkan Volume O2
(oksigen) maksimum, mengurangi tekanan darah dan guna menurunkan tekanan darah.
Menurut (Fatmah, 2010: 31) gangguan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler pada
lansia yaitu pada dinding aorta terjadi penurunan elastisitas, tidak hanya itu kaliber pada
aorta pun mengalami perkembangan.
Perubahan secara fisiologis ini dapat terjadi pada katup-katup jantung di mana inti sel
pada sel-sel katup jantung ini berkurang dari jaringan fibrosa stroma jantung,
penumpukan lipid, degenerasi kolagen, dan juga klasifikasi jaringan fibrosa jaringan
katup tersebut. Ukuran katup pun bertambah seiring penambahan usia. Irama inheren
pada jantung menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh menurunnya
denyut jantung. Denyut jantung pada lansia tetap rendah bila dibandingkan dengan
orang dewasa, walaupun pada lansia yang sering melakukan aktivitas fisik. Aritmia
berupa ekstrasistol pada lansia, ditemukan lebih dari 10% pada lansia yang
memeriksakan EKG nya secara rutin. Hal yang tidak berubah pada lansia adalah fungsi
sistolik pada jantung.
Perubahan Sistem kardiovaskuler menurut (Nugroho, 2008: 29):
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
Pada sistem respirasi terjadi perubahan jaringan ikat pada paru, kapasitas total pada paru
pun tetap, namun volume cadangan pada paru berubah kemudian perubahan yang
lainnya adalah berkurangnya udara yang mengalir ke paru. Gangguan pernapasan dan
kemampuan peregangan pada thoraks pun terganggu akibat adanya perubahan pada otot,
sendi thorak dan kartilago. Pada sistem pernapasan terjadi pendistribusian ulang kalsium
pada tulang iga yang kehilangan banyak kalsium dan sebaliknya, tulang rawan kosta
berlimpah kalsium. Hal ini menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru. Perubahan
ini pun memberi dampak buruk bagi keberlangsungan hidup lansia salah satunya yaitu
lansia akan lebih rentan terkena komplikasi pernapasan akibat istirahat total oleh karena
perubahan yang terjadi, seperti infeksi pernapasan akibat penurunan ventilasi paru.
Menurut (Nugroho, 2008) perubahan yang terjadi pada sistem respirasi:
1) Otot pernafasan mengalami penurunan akibat atrofi
2) Menurunnya aktivitas dari silia, kemampuan untuk batuk berkurang.
3) CO2 pada arteri tidak berganti, sedangkan O2 pada arteri menurun menjadi 75
mmHg.
4) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
i) Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan lansia mengalami anoreksia yang terjadi akibat perubahan
kemampuan digesti dan absorpsi pada tubuh lansia. Selain itu lansia mengalami
penurunan sekresi asam dan enzim. Perubahan yang lain adalah perubahan pada
morfologik yang terjadi pada mukosa, kelenjar dan otot pencernaan yang akan
berdampak pada terganggunya fungsi mengunyah dan menelan, serta terjadinya
perubahan nafsu makan (Fatmah, 2010: 23).
j) Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi perubahan yang terjadi pada lansia ditandai dengan mengecilnya
ovari dan uterus, terjadi atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa meski adanya penurunan secara berangsur-angsur, serta dorongan seks
masih ada hingga usia 70 tahun (Azizah, 2011: 13).
k) Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin terdapat beberapa hormon yang diproduksi dalam jumlah besar
dalam reaksi menangani stres. Akibat kemunduran produksi hormon pada lansia, lansia
pun mengalami penurunan reaksi dalam menghadapi stres (Fatmah, 2010: 28).
l) Integumen
Perubahan pada sistem integumen ditandai dengan kulit lansia yang mengalami atrofi,
kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Perubahan ini juga meliputi perubahan pada
kulit lansia yang mana kulit pada lansia akan menjadi kering akibat dari kurangnya
cairan pada kulit sehingga kulit menjadi berbecak dan tipis. Atrofi sebasea dan glandula
sudoritera merupakan penyebab dari
munculnya kulit kering. Liver spot pun menjadi tanda dari berubahnya sistem
integumen pada lansia. Liver spot ini merupakan sebuah pigmen berwarna cokelat yang
muncul pada kulit.
m) Muskuloskeletal
8) Perubahan yang terjadi pada otot lansia meliputi penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot.
9) Akibat terjadinya perubahan morfologis pada otot, lansia akan mengalami
penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot.
10) Sendi
Menurut (Nugroho, 2008: 29) pada pengaturan suhu, hipothalamus dianggap bekerja
sebagai suatu termostat. Faktor- faktor yang biasa ditemui yang menjadi faktor
kemunduran pada lansia yang biasa ditemui antara lain:
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis kurang lebih
35OC. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat dan gelisah.
2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
o) Perubahan Mental
Menurut (Aspiani, 2014: 43) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perubahan
mental pada lansia yaitu kesehatan, tingkat pendidikan, lingkungan, keturunan, dan
perubahan fisik terutama panca indera
p) Perubahan Psikososial menurut (Aspiani, 2014: 42):
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah
menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara
sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah dan Ma’rifatul, L.,
2011).
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada
lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan
interpersonal (Azizah dan Lilik M, 2011).
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
a. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
a) Hereditas atau ketuaan genetik
b) Nutrisi atau makanan
c) Status kesehatan
d) Pengalaman hidup
e) Lingkungan
f) Stres
B. PERUBAHAN PSIKOSOSIAL
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga
berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin
rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa
lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial,
yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang
lain.Seorang lansia ansia agar dapat menjaga kondisi fisik yang sehat, perlu
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun
sosial, dengan cara mengurangi kegiatan yang bersifat melelahkan secara fisik.
Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya
makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti: Gangguan jantung, gangguan metabolism
(diabetes millitus, vaginitis), baru selesai operasi: prostatektomi), kekurangan gizi,
karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan
obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
2. Teori Tumbuh-Kembang
1) Tumbuh Kembang
a. Definisi Tumbuh Kembang
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlahnya dan besarnya sel di bagian seluruh
bagian tubuh secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar.
b. Prinsip pertumbuhan dan perkembangan
Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa prinsip dalam
prosesnya. Prinsip tersebut dapat menentukan ciri atau pola pertumbuhan dam
perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada
aspek kematangan susunan saraf pada manusia, dimana semakin
sempurna atau kompleks kematangan saraf maka semakin sempurna pada
proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses
konsepsi sampai dengan dewasa.
2. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap indibidu adalah sama,
yaitu mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian
tersebut tidak memiliki kecepatan yang sama antara individu yang satu
dengan yang lain.
3. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang
dapat terjadi mulai dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau juga
mulai dari kemampuan yang sederhana hingga mengcapai kemampuan
yang lebih kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari tahap
pertumbuhan dan perkembangan.
c. Pola pertumbuhan dan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi
selama proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang dapat
mengalami percepatan maupun perlambatan yang saling berhubungan antara
satu organ dengan oran yang lain. Dalam peristiwa tersebut akan mengalami
perubahan pola pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya sebagai berikut:
1. Pola pertumbuhan fisik yang terarah
Pola ini memiliki dua prinsip atau hokum perkembangan, yaitu
prinsip cephalocaudal dan prinsip proxymodistal.
a) Cephalocaudal atau head to tail direction (dari arah kepala
kemudian ke kaki). Pola pertumbuhan dan perkembangan ini
dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala
yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk
menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan
dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan, tangan, dan kaki.
Hal tersebut merupakan pola searah dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
b) Proxymodistal atau near for direction. Pola ini dimulai dengan
menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
pusat/sumbu tengah kemudian menggerakkan anggota gerak yang
lebih jauh atau kearah bagian tepi, seperti menggerakkan bahu
terlebih dahuu kemudian baru jari-jari. Hal tersebut juga dapat
dilihat pada perkembangan berbagai organ yang ada ditengah,
seperti jantung, paru, pencernaan dan yang lain akan lebih dahulu
mencapai kematangan.
2. Pola perkembangan dari umum ke khusus
Pola ini dikenal dengan nama pola mass to specific atau to complex.
Pola pertumbuhan dan perkembangan ini dapat dimulai dengan
menggerakkan darah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru
kemudia daerah yang lebih kompleks (khusus), seperti melamaikan
tangan kemudian baru memainkan jarinya atau menggerakkan lengan
atas, bawah telapak tangan sebelum menggerakkan jari tangan atau
menggerakkan badan atau tubuhnya sebelum kedua tungkainya untuk
menyangga, melangkah, dan atau mampu berjalan.
A. Kesimpulan
Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia.Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu,tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.Menjadi tua
merupakan suatu proses kehidupan alamiah yang berarti seseorang telah menjalani
tiga tahap kehidupan yaitu anak,dewasa,dan tua (Nugroho,2006).
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang berumur tua
dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007).
Menurut (Fatmah, 2010) lansia merupakan proses alamiah yang terjadi secara
berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua seseorang akan
mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan
fungsi dan kemampuan seluruh tubuh. Istilah manusia usia lanjut belum ada yang
mematenkan sebab setiap orang memiliki penyebutannya masing-masing seperti
manusia lanjut usia (manula), manusia usia lanjut (lansia), usia lanjut (usila), serta
ada yang menyebut golongan lanjut umur (glamur) (Maryam, 2008: 32).
DAFTAR PUSTAKA