Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Tahap Perkembangan Usia Lanjut, Teori, dan Masalah-


Masalah Mengenai Usia Lanjut
Tugas Ini di ajukan Pada Mata Kuliah Gerontologi
Dosen pengampuh : Inda Purwasih, M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Muthohharoh (1710901023)
2. Nabilah Rizkiah (1710901024)
3. Yogi S. Putra Manja (1710901034)
4. Magdalena Aini (1720901050)
5. Milda Ayu Oktavia (1720901051)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas
Gerontologi “Makalah Perkembangan Usia Lanjut, Teori dan Masalah-Masalah
Mengenai Usia Lanjut”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman penulis, apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Februari 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Tahapan Perkembangan Usia Lanjut....................................................................... 6

B. Teori-Teori mengenai Usia Lanjut...........................................................................15

C. Degeneratif pada Lanjut Usia..................................................................................17

D. Masalah-Masalah yang dihadapi Usia Lanjut..........................................................22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai
dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
orang-orang yang telah lanjut usia sangat khas. Selain mengalami penurunan kondisi
fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. Memasuki masa tua, sebagian
besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga
menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, padahal seorang lanjut usia tentu mengalami perubahan besar
pada seluruh aspek kehidupannya, baik fisik, psikologis maupun sosial. Padahal, seiring
dengan perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas perkembangan
yang harus dipenuhi. Hal ini akan berdampak pada kehidupan lanjut usia. Tugas-tugas
ini dalam batas-batas tertentu bersifat khas untuk masa-masa hidup seseorang. Secara
umum tugas perkembangan lanjut usia meliputi menyesuaikan diri dengan menurunnya
kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuiakan diri dengan masa pensiun dan
berkurangnya pendapatan keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan
hidup, dan membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya serta
menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes (Honggowiyono, 2015).
Permasalahan yang dihadapi oleh para lanjut usia dapat bersumber dari dirinya
sendiri atau dari luar. Permasalahan yang bersumber dari dirinya sendiri antara lain
tampak pada lanjut usia yang kurang pasrah menerima keadaan sehingga sering timbul
kecurigaan yang berlebihan. Permasalahan yang berasal dari luar antara lain adanya
anggapan dari lingkungan bahwa lanjut usia adalah manusia yang tidak produktif dan
membebani. Menjadi tua adalah sebuah proses alamiah dan tak ada seorangpun yang
dapat menghindari. Berbagai penurunan baik fungsi maupun mental yang terjadi pada
lansia membuat banyak orang khawatir saat mulai memasuki masa usia lanjut. Mereka
tidak hanya mengkhawatirkan tentang perubahan fisik, tetapi juga memikirkan tentang
kelangsungan hidup, keluarga dan masa depan, bahkan kematian.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan perkembangan usia lanjut batasan awal, tengah dan akhir?
2. Apa saja teori-teori yang membahas mengenai usia lanjut?
3. Bagaimana proses degeneratif pada lanjut usia?
4. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh lanjut usia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana tahapan perkembangan usia lanjut batasan awal,
tengah dan akhir.
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori yang membahas mengenai usia lanjut.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses degeneratif pada usia lanjut.
4. Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh usia lanjut.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahapan Perkembangan Usia Lanjut
Orang tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Kelompok lanjut
usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan
Setiabudhi, 1999). Menurut Bernice Neugarten dan James C. Chalhoun masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang
lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa
kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini
(dalam Wijayanti, 2008). Penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat
dicegah dan merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap orang yang dikarunia umur
panjang. Lansia adalah fase terakhir dari tahap perkembangan kehidupan, seseorang
yang telah memasuki usia lanjut usia akan mengalami kemunduran dibeberapa faktor
seperti fisik, mental maupun sosial secara bertahap.
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok usia lanjut, yaitu :
1. Kelompok lansia dini
Kelompok lansia dini adalah bagian dari invidividu yang memasuki usia 55 sampai
dengan 64 tahun. Kelompok ini dinamakan dengan kelompok yang baru memasuki
lansia. Masa ini berlangsung mulai dari saat status pernikahan, pekerjaan dan sosial
individu telah menjadi tetap dan sampai ke masa menopause. Pada tahap ini, individu
akan mengalami masa peralihan dari masa dewasa akhir menuju pada masa lansia. Hal
ini akan sangat berdampak pada individu terlebih yang biasanya melakukan aktifitas-
aktifitas, seperti misalnya yang bekerja di kantoran, setelah memasuki usia ini, individu
tersebut akan melepas jabatan yang dipegangnya, hal ini dinamakan dengan pensiun.
Ada beberapa kondisi yang dihadapi individu yang telah memasuki tahap lansia dini,
diantaranya (Semium, 2006) :
a. Menurunnya kekuataan fisik
Pada saat memasuki lansia dini, kondisi fisik individu menurun. Berbagai
penyakit mulai muncul dan menyerang daya tahan tubuh. Individu mulai

6
menyadari penurunan tersebut sedikit demi sedikit. Misalnya, pada masa remaja
dan dewasa sanggup berlari beberapa kilometer saat memasuki tahap usia ini
mulai memiliki keluhan nafas dan pegal-pegal pada berbagai organ tubuh.
b. Perubahan susunan keluarga
Pada tahap ini, biasanya orang tua atau saudara-sauara kandung yang lebih
tua dari individu sudah meninggal. Sedangkan untuk anak-anak biasanya sudah
menikah dan meninggalkan rumah serta tinggal di tempat yang berbeda.
Perubahan-perubahan ini menganggu kondisi individu tersebut, individu yang
tidak memperoleh perasaan aman dalam penyesuaian diri pada waktu dewasa
akan mengalami gangguan emosional dalam menghadapi perubahan-perubahan
ini.
c. Terbatasnya kemungkinan perubahan pada masa yang akan datang
Pada masa ini pola hidup biasanya sudah tetap sehingga sedikit sekali
kesempatan untuk berubah. Individu sadar bahwa dirinya harus menerima cara
hidup tertentu itu. Jika dia tidak puas dengan nasibnya, maka biasanya dia
merasa bahwa tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Apapun harapan-harapannnya
mengenai masa depan mungkin tidak dapat menutup ketidakbahagiaan yang
dialaminya sekarang. Sikap-sikap ini akan mempengaruhi psikologisnya.
d. Menopause
Pada tahap ini, individu tidak mampu memiliki keturunan sebagai akibat
perubahan-perubahan tertentu pada kelenjar-kelenjar seks. Dorongan seksual dan
kemampuan untuk mengadakan hubungan seks yang memuaskan tetap ada,
tetapi kekuatannya sudah mulai berkurang. Perubahan ini lebih terlihat pada
wanita, karena pada saat memasuki menopause, wanita tidak lagi mengalami
menstruasi. Hal ini dapat mengakibatkan depresi berat dengan guncangan serta
kecemasan, perasaan bersalah dan tidak berharga. Tidak adanya pemahaman dari
pihak mengenai perubahan-perubahan tingkah laku orang yang mengalami
penderitaan itu mungkin akan memperberat masalahnya dan menyebabkan
retaknya hubungan keluarga yang sebelumnya terbina dengan baik.

7
2. Kelompok lansia
Kelompok lansia berusia 65 tahun ke atas. Adapun perkembangan pada tahapan
ini yaitu :
a. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan
fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan
biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran
tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi
psikologis (Santrock, 2002)
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia yaitu :
1. Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan
sel-sel tubuh.
Penurunan mitosis menyebabkan kecepatan jumlah sel yang rusak tidak
seimbang dengan jumlah sel yang baru. Keadaan ini menyebabkan tubuh
lebih banyak kehilangan sel, daripada jumlah sel yang baru sebagai
pengganti. Diperkirakan orang berusia antara umur 65 – 70 tahun akan
kehilangan 20% dari keseluruhan sel-sel saraf yang dimilikinya.
2. Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
Pada proses ini terjadi banyak kegagalan dalam pergantian sel-sel
tersebut sehingga lansia lebih lama sembuh apabila mengalami sakit.
Kehilangan sel-sel tubuh yang menyebabkan penurunan kekuatan dan
efisiensi fungsi tubuh, dan kemampuan indera perasa pada lansia. Hal ini
terkait dengan perubahan otot, yaitu terjadinya penurunan zat kolagen
yang berfungsi untuk menjaga elastisitas.
3. Penurunan Dorongan Seks.
Secara psikologis tidak ada alasan mengatakan bahwa orang yang sudah
tua tidak dapat lagi menikmati hubungan seks dengan pasangannya,
bahkan wanita mengalami pembaruan minat dan kesenangan terhadap
hubungan seks. Pada pria yang telah mengalami klimakterium akan
memerlukan waktu lama untuk mencapai ereksi dan lebih lama jarak
periode refactory, namun bukan berarti mereka terkena impoten.

8
Terpeliharanya ekspresi seksual tergantung pada kesehatan fisik dan
mental lansia tersebut.
Menurut Hurlock terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia
dewasa akhir, diantanya adalah :
1. Daerah kepala
 Hidung menjulur lemas
 Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigiMata kelihatan pudar
 Dagu berlipat dua atau tiga
 Kulit berkerut dan kering
 Rambut menipis dan menjadi putih
2. Daerah Tubuh
 Bahu membungkuk dan tampak mengecil
 Perut membesar dan tampak membuncit
 Pinggul tampak menggendor dan tampak lebih besar
 Garis pinggang melebar
 Payudara pada wanita akan mengendor
3. Daerah persendian
 Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat
 Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol
 Tangan menjadi kurus kering
 Kaki membesar karena otot-otot mengendor
 Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur (Hurlock, 2002)
b. Perkembangan kognitif
1. Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler (desmita) kemunduran kemampuan
mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum,
hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai
puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang
secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada
seorang lansia.

9
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang
mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi
keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa
pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian
intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan
lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi
untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran
memorinya. Menurut Ratner et.al(desmita)penggunaan bermacam-
macam strategi penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan
dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melinkan dapat
menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut (Desmita, 2010)
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan
sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor,
seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual
lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor
untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah
dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun
melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi
terjadinya kepikunan.
c.   Perkembangan psikososial
Akibat perubahan Fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan
sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan
lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-
angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai
keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal
ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal
yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan
berkurangnya komitmen.
Menurut Erikson dalam bukunya Desmita perkembangan psikososial
masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman,
generatif, dan integritas.

10
d. Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan
orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang
tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi.
Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan
utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.
e. Perkembangan Generatif
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang
dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang
mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan
cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam
pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda memandang
kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa
untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali
kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting
untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.
f. Perkembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang
terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang
dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-
produk dan ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri
dengan bebrbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan
dari integritas adalah keputusan tertentu dalam menghadapi perubahan-
perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan
historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian (Desmita,
2010).
Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, dimana
orang-orang yang tengah berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua
atau orang usia lanjut. Usia ini banyak menimbulkan masalah baru dalam
kehidupan seseorang. Meskipun masih banyak waktu luang yang dapat
dinikmati, namun karena penurunan fisik atau penyakit yang melemahkan
telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak menrasa berdaya.

11
Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri
dari keterlibatan sosial:
 ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin
lepas dari peran dan aktifitas selama ini,
 penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia
terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan,
 orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh
darinya,
 pada saat kematian semakin mendekat, orang ingin seperti ingin
membuang semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.
3. Kelompok lansia resiko tinggi 
Kelompok ini berusia lebih dari umur 70 tahun keatas. Pada lansia resiko tinggi
akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat ber tahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia
akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). 
Ada beberapa permasalahan yang terjadi pada kelompok ini, diantaranya :
Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik
a. Sistem Saraf
Penuaan sistem saraf pusat memengaruhi banyak sekali aktivitas kompleks.
Sekalipun bobot otak berkurang selama masa dewasa, penelitian pencitraan otak
dan otopsi terhadap mayat mengungkapkan bahwa kemunduran itu menjadi lebih
besar sejak usia enam puluhan dan mencapai 5 hingga 10 persen di usia 80 tahun,
karena kematian neuron dan pembesaran ventrikel (rongga) dalam otak.(Alex.2003)
Kehilangan neuron terjadi di seluruh bagian korteks otak, dengan penyusutan
lebih besar pada cuping depan dan korpus kolosum. Otak kecil juga mengalami
kehilangan neuron. Akan tetapi, otak mengimbanginya dengan membentuk sinapsis
baru dan dalam beberapa hal, mengahsilkan neuron baru. Sistem saraf otonom
kurang berfungsi baik di usia lanjut dan lebih banyak melepaskan hormon stres.

12
b. Sistem sensoris
 Penglihatan
Di masa dewasa akhir penglihatan semakin menurun . kornea (selaput bening
mata  menjadi lebih tembus cahaya, yang mengaburkan gambar dan menambah
kepekaan pada silau. Lensa terus menguning sehingga memicu gangguan lebih
lanjut dalam perbedaan warna. Jumlah individu yang menderita katarak –daerah
kabur pada lensa sehingga membuat penglihatan menjadi kaburdan bila tidak di
operasi akan menyebabkan kebutaan-meningkat sepuluh kali lipat dari masa
dewasa pertengahan hingga masa dewasa akhir., menyerang 25% orang di usia
70-an dan 50% diusia 80an.
 Pendengaran
Berkurangnya suplai darah dan kemampuan sel alami pada telinga bagian
dalam dan korteks pendengaran, bersama dengan mengerasnya membran (seperti
gendang telinga) menyebabkan menurunnya kemampuan mendengar di masa
dewasa akhir. 40% lansia menderita kehilangan pendengaran, sering  kali
disebabakan oleh press-bycusis, penurunan dalam kemampuan suara yang
bernada tinggi yang berkaitan dengan usia. press-bycusis membuat sulit untuk
mendengar apa yng dikatakan orang lain, terutama apabila ada suara lain dari
radio atau televisi atau beberapa orang berbicara bersamaan. Penyebab lain dari
kehilangan pendengaran adalah keterpaparan parah dari suara tinggi, rokok,
sejarah infeksi telinga tengah, dan keterpaparan parah terhadap bahan kimia
tertentu dalam jangka yang lama. (Alex.2003)
 Rasa dan Bau
Menurunnya kepekaan terhadap empat rasa utama, manis, asin, asam, dan
pahit terlihat jelas pada banyak orang dewasa yang melewati usia 60 tahun.
Menurunnya kepekaan rasa ini mungkin disebabkan oleh faktor penuaan, selain
itu juga bisa disebabkan kebiasaan merokok, gigi palsu, obat-obatan.Kehilangan
indra ini dapat merupakan bagian normal dari penuaan., tetapi dapat juga
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit dan obat-obatan, oleh pembedahan ,
atau keterpaparan terhadap materi beracun. 

13
 Sentuhan
Setelah usia 70 tahun, hampir semua lansia mengalami penerunan persepsi
sentuhan pada tangan, khususnya ujung jari, yang diyakini karena hilangnya
reseptor sentuhan dalam daerah-daerah tertentu kulit dan melambatnya sirkulasi
darah pada kaki dan tangan.
c. Sistem kardiovastuler dan pernafasan
Jantung kurang kuat dalam memompa, laju denyut jantung maksimum
meningkat, aliran darah keseluruh sistem peredaran darah melambat. Hal ini berarti
bahwa tidak cukup oksigen dialirkan pada jaringan tubuh selama aktifitas fisik
tinggi. Perubahan dalam sistem pernafasan menambah dampak berkurangnya
pengoksigenan. Oleh karena itu jaringan paru-paru secara perlahan kehilangan
elastisitasnya, kapasitas vital berkurang hingga separuh antara usia 25 dan 80 tahun.
(Alex.2003)
d. Sitem Imun
Sistem imun mengalami mal fungsi dengan beralih menyerang jaringan tubuh
normal dalam sebuah respon autoimun. Sistem imun yang kurang baik bisa
meningkatkan resiko orang lensia terserang berbagai penyakit. Orang dewasa usia
tua memiliki tingkat imun kekebalan yang berbeda-beda. (Diana.2008)
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia
atau usia akhir,yaitu:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor  psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin
cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi
yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi. (Laura.2012)
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu
seperti: lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan
pendapat orang lain.

14
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.(Laura.2012)
B. Teori-teori Usia Lanjut
Menurut Lafrancois (1984) ada dua teori yang menerangkan hubungan antara umur
manusia dengan kegiatannya yaitu Teori Pengunduran Diri dan Teori Aktivitas, Robert
Atchley mengemukakan tentang Teori Kontinuitas sedangkan Erick Erickson
mengemukakan tentang Teori Psikososial
1. Teori Pengunduran Diri (Disengagement)
Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini
berpendapat bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur
oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia. Usia
lanjut berhasil ditandai dengan saling menarik diri antara usia lanjut dan masyarakat.
Sesuai dengan pandangan ini, usia lanjut mengundurkan diri dari perannya karena tidak
dapat memenuhi tuntutan masyarakat lagi. Demikian juga masyarakat memperoleh
keuntungan dari pengunduran diri orang tua.sehingga orang muda dengan energi baru
akan mengisi peran yang ditinggalkan oleh orang-orang tua. Terjadi suatu proses saling
tarik menarik diri atau pelepasan diri, baik individu dari masyarakat maupun dari
masyarakat dari individu. Individu mengundurkan diri karena kesadarannya akan
berkurangnya kemampuan fisik dan mental yang dialami, yang membawanya
berangsur-angsur kepada kondisi tergantung baik fisik maupun mental. Sebaliknya
masyarakat mengundurkan diri karena ia memerlukan orang yang lebih muda yang
mandiri untuk menggantikan orang yang lebih tua. (Suardiman, 2011).
2. Teori Aktivitas (Activity Theory)
Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, teori ini dikemukakan oleh
Neugarten dan teman-teman yang menyatakan bahwa agar usia lanjut behasil maka usia

15
lanjut harus tetap seaktif mungkin, bahwa semakin tua seseorang akan semakin
memelihara hubungan sosial, baik fisik maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang
tua sangat tergantung pada kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan,
bekerja dan sebagainy. Orang tua akan memperoleh kepuasan bila ia masih terlibat atau
dilibatkan dalam berbagai kegiatan. (Suardiman, 2011).
3. Teori Kontinuitas (Continuity Theory)
Teori ini dikemukakan oleh pakar gerontologi yaitu Robert Atchley (1989), yang
menekankan bahwa orang memerlukan tetap memelihara hubungan antara masa lalu
dan masa kini. Dalam hal ini aktivitas penting bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk
representasi yang berkesinabungan dari satu gaya hidup. Untuk orang tua yang selalu
aktif akan sangat penting untuk kesinabungan aktifitas yang lebih tinggi. Banyak
pensiunan sangat bahagia melakukan pekerjaan atau aktivitas untuk mengisi waktu
luang yang sama dengan apa yang telah dinikmati di masa lalu (Suardiman, 2011).
4. Teori Psikososial Erick Erikson
Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair (Integritas dan Kekecewaan)

Periode Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan)
Karakteristik : Masa untuk melihat kembali apa yang telah orang usia lajut lakukan
dalam kehidupannya, harapan positif.
Kehidupan baik -> merasa puas / integritas.
Masa lalu negatif -> keputusasaan
Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa
aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan
rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson, ini adalah
masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa ini mungkin
masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap
untuk meninggalkan dunia ini. Tugas usia lanjut saat ini adalah mengembangkan "ego
integrity", Integritas Diri, suatu rasa harga diri untuk tidak takut mati.
Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair atau rasa putus asa. Orang-orang
yang putus asa pada masa usia lanjut ini ditandai dengan meluapnya rasa benci pada diri
mereka sendiri, terhadap kegagalan mereka, cara mereka menyia-nyiakan hidup. 
Intinya, sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan
negatif. Sebab masa-masa ini memang penuh dengan hal-hal yang membuat sengsara

16
secara emosional. Fisik yang makin melemah membuat banyak orang lanjut usia makin
tergantung pada orang lain. Wanita mengalami hal khusus dengan datangnya
menopause, dan banyak yg melihat datangnya menoupause ini sebagai masa pintu
gerbang menuju masa tua yang dipenuhi oleh penyakit-penyakit seperti kanker
payudara, kanker rahim dan osteoporosis. Lelaki yang hidup dari respect
orang sekeliling sebagai pencari uang kini hilang kemampuan itu, padahal keinginan
dihargai semakin besar dan menggebu-gebu.
Mereka yang berhasil mengembangkan Ego Integrity, masih memiliki penyesalan
tetapi mereka telah berdamai dengan masa lalu, menerima bahwa ada hal yang bisa
mereka lakukan dengan lebih baik, dan ada hal yang mereka telah lakukan sebaik
mungkin, dilihat dari konteks saat itu. Mereka siap apabila harus meninggal. Kalau
mereka yang "Despair" atau putus asa ini memiliki rasa "Disdain" atau jijik pada hidup,
maka mereka yang putus asa menginginkan keluarganya berhasil agar tidak seperti
dirinya. Tetapi caranya cenderung memaksa, memarahi dan menyesali sehingga
membuat orang-orang di dekatnya merasa kebingungan untuk melayani karena selalu
dianggap salah. (Crain, 2007)
C. Degeneratif Pada Lansia
Kognitif
Kecerdasan dan Kemampuan Memproses Kecepatan memproses
informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa
bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan
kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Meskipun
kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi
individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini
tidak secara jelas menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita
dalam beberapa segi substansial.
Misalnya, pada suatu eksperimen yang mempelajari waktu reaksi dan
keterampilan mengetik dari juru ketik pada semua usia (salthouse, 1984).
Juru ketik tua biasanya memiliki reaksi-reaksi yang lambat, namun mereka
sebenarnya mengetik sama cepatnya dengan juru ketika yang masih muda.
Barangkali para juru ketik tua itu lebih cepat mengetik pada saat mereka
masih muda dan pelan-pelan mulai melambat, tetapi hasilnya pada kondisi

17
lain menunjukkan bahwa ada hal lain yang telah terlibat. Ketika jumlah
karakter yang dapat dilihat selanjutnya oleh para juru ketik itu terbatas,
kecepatan mengetik pada juru ketik tua menurun secara substansial; para
juru ketik muda kurang begitu terpengaruh dengan keterbatasan ini. Para
juru ketika tua telah belajar untuk melihat jauh ke depan, sehingga
memberi kesempatan pada mereka untuk mengetik sama cepatnya dengan
rekan-rekannya.
Pekerjaan
Pada tahun 1980-an, persentase laki-laki berusia di atas 65 tahun yang
tetap bekerja purna waktu lebih kecil dibanding pada awal abad 20.
Penurunan yang terjadi dari tahun 1900 sampai tahun 1980-an sebesar 70%
(Douvan, 1983). Satu perubahan penting dari pola pekerjaan orang-orang
dewasa lanjut adalah meningkatnya perkejaan-pekerjaan paruh waktu. Mis:
dari tiga juta lebih orang dewasa berusia di atas 65 tahun yang pekerja
pada tahun 1986, lebih dari separuhnya merupakan pekerja-pekerja paruh
waktu.
Pengaturan Tempat Tinggal
Satu stereotipe dari para lansia adalah bahwa mereka tinggal di dalam
institusi-institusi-rumah sakit, rumah sakit jiwa, panti jompo (nursing
home), dan sebagainya.Semakin tua seseorang, semakin besar hambatan
mereka untuk tinggal sendirian. Mayoritas orang dewasa lanjut yang
tinggal sendirian adalah janda, tinggal sendirian sebagai orang dewasa
lanjut tidaklah berarti kesepian. Karena para lansia yang dapat menopang
dirinya sendiri ketika hidup sendiri seringkali memiliki kesehatan yang
baik dan sedikt ketidakmampuan, dan mereka selalu memiliki hubungan
sosial dengan sanak keluarga, teman-teman, dan para tetangga.
Perkembangan Psikis
1. Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran
kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme
sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah
mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan

18
seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku
pada seorang lansia. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya
merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai
faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan
intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu
faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah
dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih
ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya
kepikunan.
2. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para
lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan
lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak
kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional,
keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin
sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang
masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin
sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan
penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia
lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik,
maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari
lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme
psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan
dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
3. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan
agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga

19
diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan
memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah
bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga
religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :
a. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar
daripada orang yang religius.
b. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religius.
c. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi
atau masalah hidup lainnya.
d. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres
daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional
jauh lebih kecil.
e. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat
terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
Perkembangan Kepribadian
Carl Jung Mengatakan bahwa pada usia lanjut, pikiran tenggelam
jauh di dalam ketidaksadaran (Santrock, 2002: 250).
Berdasarkan pendapat Jung ini, mungkin saja hal ini yang membuat orang
yang sudah tua mudah lupa, karena sulit untuk memanggilnya kembali ke
alam sadar.Hal ini mungkin saja disebabkan oleh sedikitnya kontak dengan
realitas, sehingga pikirannya terpendam dalam ketidaksadaran.
Erikson Integritas Vesus Keputusasaan Percaya bahwa masa dewasa
akhir dicirikan oleh tahap terakhir dari delapan tahap siklus
kehidupan.Tahun-tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa untuk
melihat kembali apa yang telah dilakukan selama hudupnya. Jika
kehidupan sebelumnya dapat dijalani dengan baik maka akan merasakan
kepuasan/integritas pada masa tuanya, dan sebaliknya.
Bahaya Psikis Lansia

20
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan
berbagai masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial
ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami
kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang memerlukan
bantuan orang lain.
Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat
pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang,
kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini
dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).
a. Bahaya Psikis Pada Lansia
Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupannya,
contoh: misalnya mereka harus memutuskan mendiami rumah
yang tidak terlalu besar lagi, karena anakanak sudah menikah
semua dan mempunyai keluarga sendiri.
b. Dapat pula muncul pemikiran pada orang usia lanjut bahwa
proses mental mereka sudah mulai dan sedang menurun. Misalnya
mereka mengeluh sangat pelupa, kesulitan dalam menerima hal
baru. Dan mereka juga merasa tidak tahan dengan tekanan,
perasaan seperti ini membentuk mental mereka seolah tertidur,
dengan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk
mengerjakan hal tertentu, mereka menarik diri dari semua bentuk
kegiatan.
c. Gangguan psikologis yang dipandang paling berbahaya adalah
sikap mereka yang ingin tidak terlibat secara sosial. Sikap ini
akan membuat mereka mudah curiga terhadap orang lain, atau
menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri dengan
munculnya rasa tidak berguna dan rasa murung, rendah diri,
bahkan juga mungkin akan menjadi sangat apatis.

21
C. Masalah yang Dihadapi Usia Lanjut
Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh usia lanjut dapat dikelompokkan ke
dalam; 1) masalah ekonomi, 2) masalah sosial budaya, 3) masalah kesehatan, 4)
masalah psikologis.
1. Masalah Ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan menurunya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun
atau berhentinya pekerjaan utama, hal ini berakibat pada menurunya pendapatan yang
kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang,
pangan, papan, kesehatan, rekresi dan kebutuhan sosial. Pada sebagian uusia lanjut,
karena kondisinya yang tidak memungkinkan, berarti masa tua tidak produktif lagi dan
berkurang atau bahkan tidak ada penghasilan. Pada hal lain, usia lanjut dihadapkan
kepada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan akan makanan
yang bergizi dan seimbang, pemerikasaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang
menderita penyakit ketuaan, kebutuhan sosial dan rekresi.
Penghasilan usia lanjut umumnya berasal dari: pensiun, tabungan, bantuan dari anak
atau anggota keluarga lainnya. Bagi usia lanjut yang penghasilannya mencukupi, tidak
menjadi masalah karena Idealnya masa usia lanjut adalah masa yang tidak direpotkan
oleh urusan mencari uang, tetapi masa menikmati atas jerih payah bekerja pada waktu
muda, sehingga hidup tenang, sejahtera dan bahagia. Namun, Bagi yang tidak memiliki
penghasilan yang mencukupi akan menghadapi masalah,penghasilan usia lanjut
umumnya pada status ekonomi kurang, miskin bahkan terlantar. Itulah sebabnya banyak
usia lanjut yang masih bekerja mencari nafkah untuk bisa memenuhi kebutuhannya.
Hurlock menyatakan apabila pendapatan orang usia lanjut secara drastis berkurang
maka minat untuk mencari uang tidak lagi beorientasi pada apa yang ingin mereka beli
dan untuk membayar simbol status yang bisa dilakukan pada kehidupan masih muda,
tetapi untuk sekedar menjaga mereka agar tetap mandiri, yang mereka fikirkan yaitu
bagaimana mereka tinggal, dimana dan bagaimana mereka tidak tergantung pada
saudara atau bantuan orang lain.
Secara ekonomis, penduduk usia lanjut dapat diklasifikasikan kepada tingkat
ketergantungan atau kemandirian mereka. Dalam kaitan ini penduduk usia lanjut
dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu

22
1) Kelompok lanjut usia yang sudah uzur, pikun yaitu mereka yang sudah tidak
mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
2) Kelompok lanjut usia yang produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi
kebutuhan mereka sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
3) Kelompok lanjut usia yang miskin, yaitu termasuk mereka yang secara relatif
tidak memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan atau pendapatan yang
tidak dapat menunjang kelangsungan hidupnya. (Suardiman, 2011)
2. Masalah Sosial
Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan
anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya
hubungan kerja karena pensiun. Disamping itu kecenderungan meluasnya keluarga inti
daripada keluarga luas juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut. Disamping itu
perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tantanan masyarakat
individualistik, berpengaruh bagi para usia lanjut yang kurang mendapat perhatian,
sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar. Kurangnya kontak
sosial ini menimbulkan perasaan kesepian, murung, hal ini tidak sejalan dengan hakikat
manusia sebagai makhluk sosial yang dalam hidupnya membutuhkan kehadiran orang
lain.
Untuk menghadapi kenyataan ini perlu dibentuk kelompo-kelompok usia lanjut
yang memiliki kegiatan mempertemukan para anggotanya agar kontak sosial
berlangsung. Kontak sosial ini sangat berguna bagi usia lanjut agar memiliki
kesempatan untuk saling bertukar informasi dan sebagainya. Kontak sosial akan
mendatangkan kesenangan yang tidak bisa dipernuhi jika hanya sendirian. Upaya
menghimpun kelompok lanjut usia dalam wadah kegiata, memungkinkan mereka
berbagi rasa dan menikmati hidup (Suardiman, 2011).
3. Masalah Kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya usia harapan hidup manusia Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk
usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya permasalahan kesehatan, seperti masalah
kesehatan indera pendengaran dan penglihatan.
Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat
pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama

23
penyakit degenaraif, hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan
membebani perekonomian baik pada usia lanjut maupun pemerintah karena masing-
masing penyakit memerlukan dukungan biaya atau dana.
Masa tua akan ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai
penyakit. Kerentanan terhadap penyakit ini disebabkan oleh menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh. Diperlukan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan
degeneratif demi meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut agar
tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaannya. Yang diharapkan bagi para lanjut usia adalah bagaimana
agar masa tua yang dijalani dengan kondisi sehat, bukan dijalani dengan sakit-sakitan
(Suardiman, 2011).
4. Masalah Psikologis
Masalah yang dihadapi usia lanjut pada umumnya meliputi: kesepian, terasing dari
lingkungan, ketidakberdayaan, perasan tidak berguna, kurang percaya diri,
ketergantungan, keterlantaran terutama bagiusia lanjut yang miskin, post power
syndrome dan sebagainya. Kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial
biasanya berkaitan dengan hilangnya jabatan atau kedudukan, dapat menimbulkan
konflik atau keguncangan. Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya
fungsi-fungsi fisik dan psikis sebagai akibat proses penuaan. Aspek psikologi
merupakan faktor penting dalan kehidupan usia lanjut, bahkan lebih menonjol dari
aspek lain.
Kebutuhan psikologi merupakan kebutuhan akan rasa aman, meliputi kebutuhan
keselamatan, keamanan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut,
kecemasan, kekalutan dan sebagainya. Kebutuhan rasa memiliki dan dimiliki,
Kebutuhan rasa kasih sayang dan Kebutuhan aktualisasi diri. Seringkali menurunnya
penghasilan atau tidak adanya pekerjaan menimbulkan ketakutan. Oleh karena itu,
adanya aktivitas pekerjaan merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan rasa
aman karena dengan bekerja mereka mampu memenihi kebutuhan fisik yang
membutuhkan pangan, sandang dan papan (Suardiman, 2011).

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut
akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Ada beberapa teori mengenai usia
lanjut yang berkorelasi dengan kondisi individu yang telah memasuki usia ini. Pada
periode ini kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri ataupun mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya akan perlahan-lahan menurun sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Hal ini berdampak
pada kondisi fsik dan mental dari individu itu sendiri. Karena perubahan-perubahan
yang terjadi mengakibatkan terjadinya masalah-masalah yang timbul mulai dari
ekonomi, sosial, kesehatan maupun psikologis.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alex sobur. 2003.  Psikologi Umum; dalam lintasan sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Crain, William.2007. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Diane E. Papalia et al. 2008. Human development; psikologi perkembangan. Jakarta:


Kencana
Elizabeth B. Harlock. 2002. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Honggowiyono, Puger. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Untuk
Guru dan Calon Guru. Malang: Penerbit Gunung Samudera.
Laura E. Berk. 2012. Live span development; dari masa dewasa awal sampai
menjelang ajal. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.

Semiun Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadja Mada
University Press.
Wijayanti. 2008. HUBUNGAN KONDISI FISIK RTT LANSIA TERHADAP KONDISI
SOSIAL LANSIA. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman. Volume 7
No. 1.

26

Anda mungkin juga menyukai