Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Masohi..........maret 2018
Penyusun
Kelompok IV
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Metode Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai
usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur
60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah
mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah
disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan
dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui
kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam
menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau
menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439).
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan studi literatur yaitu data atau
informasi dari buku – buku dan internet.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice
Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana
orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59
tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang
yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas,
tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan
pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami
berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan
psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan
periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses
kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan
waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua
dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat
tersebar luas dewasa ini
5
1. . Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin
cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi
yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
C. Perkembangan lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap
usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya
lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya.
6
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia ,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan
regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan
pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada umumnya
sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah
menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut
telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu
ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu.
Pada lansia terjadi banyak perubahan dalam dirinya, hal ini bisa disebut
perkembangan atau perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya yaitu :
1. Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan
sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan
mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder,
terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan
ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat mempengaruhi
proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang
dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada
stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan
pendengaran..
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh.
Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat
sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau
melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga
terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi
oleh para lansia.
a. Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia,
b. Penuaan juga mengubah sistim saraf.
c. Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan
perjalanan usia
7
d. Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan
sistem saraf mereka.
2. Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan
mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum,
hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai
puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang
secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada
seorang lansia.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai
menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi
keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa
pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian
intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih
sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk
mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya.
Menurut Ratner et.al dalam desmita (20080 penggunaan bermacam-macam
strategi penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan dapat
mencegah kemunduran intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan
kekuatan memori pada lansia tersebut.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau
yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit,
kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut
pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat
mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan
menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih
ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya
kepikunan.
3. Perkembangan Emosional
a. Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi
dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut
usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapi (Widyastuti, 2000).
b. Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa
pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut
8
usia yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan
baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman –
teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya
sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985).
c. Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan
kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya
yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya,
memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase
pensiun (Stull & Hatch, 1984).
d. Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan
kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk
mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi.
e. gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah
“perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari
penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya.
f. tanda-tanda kemunduran dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat
yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat
pada anak-anak.
4. Perkembangan Spiritual
Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda
“semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas
atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan
fisik maupun kesehatan mental. hal ini ditunjukan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa:
a. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar
daripada orang yang religius.
b. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religius.
c. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi
atau masalah hidup lainnya.
d. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres
daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh
lebih kecil.
e. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat
terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
9
5. Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang
banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
10
E. Masalah yang dihadapi oleh lansia
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa
masalah dalam kehidupannya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
1. Masalah fisik
Permasalahan yang hadapi oleh lansia dengan masalah pekembangan fisik yang
mulai melemah, diantaranya seringnya terjadi radang persendian ketika melakukan
aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran
yang mulai berkurang berfungsu dengan baik serta daya tahan tubuh yang menurun,
sehingga sering mengalami sakit (masuk angin, flu)
2. Masalah kognitif ( Intelektual )
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan
kognitif, ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mulai melemahnya daya ingat
terhadap sesuatu hal(pikun) dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di
sekitar
3. Masalah emosional
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan
emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga
tingkat perhatian beliau menjadi sangat besar. Apabila melihat rekan kerja kurang
aktif dalam melakukan pekerjaanya, maka tingkat emosi meningkat, terbukti bahwa
beliau segera menegur rekan kerjanya tersebut agar lebih cekatan. Sering marah
apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stress
akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi
4. Perkembangan Spiritual
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan
spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum
mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan yang cukup
serius.
F. Solusi Permasalahan
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat di
tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan Kesahatan Lansia ( fisik) :
11
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang
jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya
pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang
besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi
dengan jumlah bertahap.
Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur
Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya
Istirahat, tidur yang cukup
Minum suplemen gizi yang diperlukan
Memeriksa kesehatan secara teratur
12
secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai
orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga
terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk
mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari
kelelahan.
• Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu
maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga
kondisi serta kemampuan.
• Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik dengan
keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan
rohani tetapi juga harus sehat sosial.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Unimus student semarang S1 nursing majors nursing and healt science faculty
class of 2015 female 19 yaw. Tahap-tahapperkembanganmanusia
http://yuliakusumadewi.com
15
yang memiliki anggota keluarga yang dalam masa lansia. Adapun tugas
perkembangan tersebut antara lain:
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah
dilakukan di dalam maupun di luar rumah. Mereka diharapkan untuk mencari
kegiatan sebagai pengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagaian
besar waktu kala mereka masih muda.
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan) keluarga
Pada usia ini, lansia sudah memasuki masa pensiun dan tidak bekerja lagi,
sehingga pemasukan yang ada hanya berasal dari dana pensiun maupun dari
pemberian anak-anak mereka.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
Sebagaian besar orang lansia perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri
dengan peristiwa kematian suami atau istri. Kejadian seperti ini lebih menjadi
masalah dengan peristiwa kematian suami atau istri. Dimana kematian suami
berarti berkurangnya pendapatan dan timbul bahaya karena hidup sendiri dan
melakukan perubahan dalam aturan hidup.
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sesuai
Pada lansia, mereka membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia
mereka, untuk menghindari kesepian akibat ditinggalkan anak yang tumbuh besar
dan masa pensiun. Walaupun begitu, tidak disarankan untuk menitipkan mereka
ke panti jompo. Ini adalah saatnya bagi orang-orang disekitarnya untuk merawat
dan mengurangi rasa kesepiannya. Membangun hubungan emosional dan sosial
dengan mereka akan mengurangi rasa kesepian yang kadang mereka rasakan.
16
Masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita,
harapan positif.
1. Kehidupan baik : merasa puas / integritas.
2. Masa lalu negatif : keputusasaan.
3. Memaknai yang terjadi, merevisi dan memperluas pemahaman. Pada tahap ini,
memiliki tiga makna biologis, emosional dan terpencil.
Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-
masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat
berbeda dengan rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua,
maka bagi Erikson, ini adalah masa yang sama pentingnya dengan fase-fase
sebelumnya. Bahkan, masa ini merupakan masa yang paling penting karena ini
adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini.
Tugas kita saat ini adalah mengembangkan "ego integrity", Integritas Diri, suatu
rasa harga diri untuk tidak takut mati karena telah melalui hidup.
Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair atau rasa putus asa. Orang-
orang yang putus asa pada masa usia lanjut ini ditandai dengan :
1. meluapnya rasa jijik pada diri mereka sendiri,
2. jijik terhadap kegagalan mereka,
3. jijik dengan cara mereka menyia-nyiakan hidup.
4. Orang-orang ini seringkali penuh amarah pada mereka yang juga gagal,
menganggap itu hasil kebodohan Orang-orang itu sendiri.
5. Namun juga marah dan iri pada yang berhasil.
Intinya, sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan
negatif. Kenapa putus asa? karena masa-masa ini memang penuh dengan hal-hal
yang membuat kita bisa sengsara secara emosional. Fisik yang makin melemah
membuat banyak orang lanjut usia makin tergantung pada orang lain. Celakanya
ketergantungan ini dibarengi oleh berkurangnya kemampuan cari uang dan
menurunnya manfaat bagi orang lain.
Wanita mengalami hal khusus dengan datangnya menopause dan banyak
yang melihat datangnya menopause ini sebagai masa pintu gerbang menuju
masa tua yang dipenuhi oleh penyakit-penyakit seperti kanker
payudara, kanker rahim, dan osteoporosis. Lelaki yang hidup dari kepedulian
dan kepekaan orang sekeliling sebagai pencari uang kini hilang kemampuan cari
uangnya padahal keinginan diperdulikan semakin besar. Kemudian, teman dan
saudara mulai menghilang, ada yang meninggal, ada yang pindah diboyong
keluarganya ke tempat lain dan ada yang levelnya sudah ganti (jadi jauh lebih
kaya atau jauh lebih miskin) sehingga menjadi sulit berhubungan lagi.
Paling berat adalah memory dan regret. Sangat jarang ada orang tua yang
tidak menyesali masa lalunya, masa di mana mereka seharusnya melakukan hal
yang seharusnya. Rata-rata mereka berharap melakukan hal-hal yang kini
akhirnya berdampak buruk seperti:
1. bersekolah lebih giat,
2. tidak berteman dengan si A,
3. lebih sayang pada anak atau menantunya, dll.
Yang unik dari kenangan ini adalah bahwa mereka tidak punya kesempatan
untuk memperbaiki sehingga ada penyesalan tapi tidak ada pengobatan. Mereka
yang berhasil mengembangkan Ego Integrity, masih memiliki penyesalan tetapi
mereka telah berdamai dengan masa lalu, menerima bahwa ada hal yang bisa
mereka lakukan dengan lebih baik, dan ada hal yang mereka telah lakukan sebaik
mungkin, dilihat dari konteks saat itu. Dan mereka ini siap apabila harus
17
meninggal. Kalau mereka yang "Despair" atau putus asa ini memiliki rasa
"Disdain" atau jijik pada hidup, maka mereka yang putus asa ini menginginkan
keluarganya berhasil supaya tidak seperti dia. Tetapi caranya agak cenderung
memaksa, memarahi dan menyesali sehingga membuat orang-orang di dekatnya
kebingungan melayaninya karena melakukan kesalahan terus.
· Pandangan kosong
· Kurang/hilangnya perhatian diri, orang lain/lingkungannya.
· Inisiatif menurun
· Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
· Aktifitas menurun
· Kurang minat nafsu makan
· Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih atau cepat capek
disepanjang waktu, mungkin susah tidaur disiang hari.
b) Bunuh diri
Faktor resiko terjadinya bunuh diri pada usia lanjut :
· Umur/usia yang terlalu tua (75 – 85 tahun)
18
· Social ekonomi yang rendah
· Laki-laki
· Hidup sendiri
· Sakit fisik
· Nyeri kronis
· Kematian pasangan
· Kehilangan yang lain
· Penyalahgunaan zat
· Riwayat keluarga dengan bunuh diri
· Ketakutan
· Isolasi social
· Gangguan tidur kronis
· Depresi
c) Schizophrenia
d) Paranoid
Sering terjadi pada perempuan yang tidak diketahui sebabnya. Terjadi
gangguan keseimbangan penglihatan dan pendengaran isolasi, tidak percaya,
merasa tidak berdaya ketergantungan perawatan diri.
· Ketidakseimbangan interaksi social
· Kecemasan
Adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas
dan hebat. Ini terjadi reaksi terhadap suatu yang dialami oleh seseorang.
Kemungkinan data yang diperoleh pada pengkajian :
· Bicara cepat
· Meremas-remas tangannya
· Berulang-ulang bertanya
· Tidak mampu berkonsentrasi atau tidak mengerti penjelasan-penjelasan
· Tidak mampu menyimpan informasi-informasi yang diberikan
· Gelisah
· Keluhan-keluhan badan
· Kedinginan dan telapak tangan lembab
e) Retardasi mental
f) Alzeimer
Contoh Kasus
Usianya sudah 81 tahun lebih, tetapi secara umum kondisi fisiknya masih
baik. Badannya masih tampak bugar untuk ukuran seusianya. Walaupun, bila
berjalan harus dituntun agar lebih seimbang secara umum fisiknya menunjukkan
bahwa kakek ini masih cukup segar di usianya yang memasuki kepala delapan.
Pemeriksaan fisik pun menyatakan demikian, jantung dan parunya masih dalam
batas normal. Walaupun sudah lebih dari 20 tahun ini menggunakan
antihipertensi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi fungsi jantung dan
pembuluh darahnya saat ini. Sayangnya tidak demikian dengan kondisi mental
emosionalnya. Selain mengalami penurunan suasana perasaan dan kurangnya
gairah hidup, pasien juga mengalami gangguan daya ingat yang nyata terlihat.
Penurunan daya ingat sebenarnya sudah berlangsung lama, sekitar 5
tahun belakangan ini, namun semakin diperparah sejak pasien ditinggalkan oleh
istrinya tercinta. Kondisi depresi memperparah gangguan kognitif yang
dideritanya. Sudah sejak dua tahun belakangan ini, pasien menjadi salah satu
pasien lansia yang saya rawat. Pengobatan dengan obat antidepresan dan
antidemensia diberikan kepada pasien karena kondisi sakitnya saat ini.
19
Anak pasien yang tinggal dengan pasien mengatakan pasien dibawa ke
psikiater awalnya karena kondisi depresi yang nyata pasca kehilangan istri yang
meninggal, namun belakangan gangguan kognitifnya pun semakin menjadi-jadi
dan dirasakan perlu penanganan segera. Saat ini, kondisi gejala depresi sudah
jauh membaik dan penurunan kognitif yang nyata sudah tidak tampak lagi.
· Depresi Pada Lansia
Kecenderungan mengalami depresi meningkat sejalan bertambahnya usia.
Kaum lansia merupakan salah satu kelompok orang yang rentan mengalami
depresi sepanjang hidupnya. Sekitar 1-5% populasi lansia mengalami gangguan
depresi. Angka ini bertambah besar sampai 13.5% pada lansia yang mengalami
gangguan medis dan harus mendapatkan perawatan di rawat inap. Kondisi
depresi pada pasien lansia banyak dihubungkan dengan kebugaran fisiknya.
Orang lansia yang mengalami kondisi medis umum terkait dengan penyakit
degeneratif (hipertensi,kencing manis,rematik) lebih rentan mengalami depresi
dibandingkan yang tidak. Selain itu sindrom “sarang burung kosong” atau Empty
Nest Syndrome (seringkali ditulis dengan pendekatan bahasa dan bunyi kata
menjadi Emptiness Syndrome atau sindrom kesepian) akibat kehilangan anak
atau keluarga yang biasanya mendampingi. Ini biasanya terjadi pada lansia yang
ditinggalkan anaknya menikah atau pisah dari rumahnya selama ini. Gangguan
depresi pada lansia bisa terjadi dengan berbagai gejala, paling banyak dilaporkan
adalah adanya gejala-gejala fisik. Insomnia atau sulit tidur, nyeri otot dan sendi,
gangguan cemas dan kurang nafsu makan adalah gejala-gejala depresi yang
sering timbul pada lansia. Gejala-gejala fisik ini akan menjadi sulit dibedakan
dengan gejala fisik pada kondisi medis umum karena sering kali mirip dan
merupakan bagian yang saling mempengaruhi. Untuk itulah, dokter yang merawat
pasien lansia harus memahami betul konsep biopsikososial dan psikosomatik
medis ketika menangani pasien lansia karena gejala-gejala gangguan kejiwaan
tersering pada lansia seperti depresi bisa bermanifestasi dalam bentuk keluhan
fisik.
· Pikun Itu Penyakit
Gangguan kognitif seperti menurunnya daya ingat pada lansia sering dianggap
hal yang biasa. Padahal penurunan kognitif termasuk daya ingat ini adalah suatu
gangguan jiwa yang paling sering dialami, tetapi tidak dideteksi dan ditangani
secara baik pada pasien-pasien lansia. Walaupun dianggap biasa, sebenarnya
tidak semua lansia akan mengalami penurunan kognitif apalagi yang sampai
dikategorikan mengalami demensia atau penyakit pikun. Kebanyakan masih
berkisar di awal kemunduran yang disebut mild cognitive impairment (MCI) atau
gangguan kognitif ringan. Penyakit pikun atau demensia sendiri jika terjadi
penurunan yang sangat parah dari fungsi kognitif, bukan hanya fungsi mengingat
tetapi fungsi daya pikir yang lain seperti kesuliltan dalam memutuskan sesuatu,
melakukan sesuatu dalam urutan, atau adanya gangguan emosional dan perilaku
terkait penyakit demensia.
Kebanyakan pasien lansia yang mempunyai penyakit pikun datang ke psikiater
karena mengalami gejala-gejala gangguan perilaku dan emosional. Mereka bisa
mengalami halusinasi dan gangguan daya pikir, curiga kepada sekitar atau takut
kalau ada orang-orang yang ingin berbuat jahat kepada dirinya. Sering kali
mereka mengatakan ada orang-orang atau teman-temannya yang sudah
meninggal dan datang mengunjungi pasien. Pada pemeriksaan status mental di
klinik biasanya mereka sering kali mengulang-ngulang cerita atau bahkan diam
20
sama sekali. Pasien yang mengalami kepikunan yang parah hidupnya sudah
sangat tergantung dengan orang lain dan cenderung menjadi “bayi dewasa”.
· Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia
Sesuai dengan tema hari kesehatan jiwa sedunia 7 April untuk Indonesia tema
yang diambil adalah “Menuju Tua Sehat, Mandiri dan Produktif” maka banyak hal-
hal yang bisa kita persiapkan dari sekarang. Ada beberapa di antara kita yang 20-
40 tahun ke depan akan masuk ke dalam kategori lansia dan persiapan ke arah
sana sudah perlu disiapkan dari sekarang. Selain menjaga kesehatan fisik dan
mental, kesiapan ekonomi dan produktivitas juga saat ini mungkin sudah perlu
dipikirkan. Kita berharap kita bukan menjadi orang-orang lansia pensiun yang jadi
tergantung dengan anak-anak kita nanti walaupun secara budaya hal itu biasa
terjadi di Indonesia. Semoga kita semua dapat mempersiapkan diri dari sekarang.
Kesimpulan
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Setelah seseorang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi patologis (tidak sehat) berganda, misalnya: tenaga berkurang,
energi menurun, kulit keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara
umum kondisi fisik yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan
secara berlipat ganda. Hal ini menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologis, maupun sosial, sehingga dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam hal ini, agar dapat tetap menjaga
kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologis maupun sosial, sehingga mau tidak mau, perlu untuk
mengurangi kegiatan yang bersifat mem-forsir fisiknya. Seorang lansia perlu
mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat, dan olah
raga yang seimbang.
Ada dua tahapan siklus hidup menurut Erickson, yaitu Integrity vs Despair
(Integritas dan Kekecewaan). Kemudian, terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan mental :
· Perubahan fisik khususnya organ perasa.
· Kesehatan umum
· Tingkat pendidikan
· Hereditas
· Lingkungan
Menurut wahyudi nugroho, dalam keperawatan gerontology, gangguan
mental pada lansia, antara lain agresi, kemarahan, kecemasan, kekacauan
mental, penolakan, ketergantungan, depresi, manipulasi, mengalami rasa sakit,
kehilangan rasa sedih, dan kecewa.
21