Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN MASA REMAJA


Dosen : Drs. Dwi Sarwindah Sukiatni, S., M. Psi.

Disusun Oleh :
Widya Halimah 1512200372
Ammar Hariyadi 1512200392
Loouhyl Valencia Hermandha 1512200408
Valerian Yudha Prasetya 1512200417

KELAS H
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-
hari lagi. Proses menjadi tua menggambarkan betapa proses tersebut dapat diinteferensi
sehingga dapat mencapai hasil yang sangat optimal. Secara umum orang lanjut usia dalam
meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua
akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua,
manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua,
kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439)

Lanjut usia adalah tahap akhir dari perkembangan manusia. Banyak para ahli
mengemukakan pendapat masing-masing mengenai kapan masa lanjut usia dimulai. Pada
umumnya para ahli memakai patokan usia kronologis sebagai dasarnya. Ada pendapat
yang menyatakan bahwa lanjut usia dibatasi usia 60th (Hurlock, 1991), di Indonesia usia
lanjut dimulai pada usia 55 th (Utami, 1993), WHO memberikan batasan yang lebih
berani yaitu 65 th. Masa usia lanjut ditandai dengan berbagai kemunduran fungsi tubuh
sepertiberkurangnya fungsi pengindraan dan ingatan, berhentinya menstruasi dsb.
Perubahan fisiologis iniberpengaruh secara langsung atautidak langsung pada fungsi
sosial, yang juga perubahan peran dan statusnya dimasyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari lansia?
2. Apa saja ciri-ciri dari lansia?
3. Bagaimana proses perkembangan yang terjadi pada lansia?
4. Apa saja jenis perubahan yang terjadi pada lansia?
5. Apa saja tugas perkembangan pada lansia?
6. Solusi apa yang dapat diberikan pada permasalahan yang dihadapi oleh para
lansia?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari lansia
2. Agar mengetahui ciri-ciri dari lansia
3. Untuk memahami proses perkembangan yang terjadi pada lansia
4. Memahami jenis perubahan yang terjadi pada lansia
5. Mengetahui tugas perkembangan pada lansia
6. Dapat memberikan solusi pada permasalahan yang dihadapi oleh lansia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice
Neugarten (1968) James C. Calhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang
dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan
segera dan terintegrasi. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan lanjut
usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)
60-70 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang
berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok
bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami
berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan
periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan,
serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan
ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang
sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas
dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia
bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang
berbeda-beda.

2.2 Ciri-ciri Lansia


Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,
yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran
pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya
jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat- pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise
itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada
mendengarkan pendapat orang lain
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk

2.3 Proses Perkembangan Pada Lansia


Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia diduia. Usia
tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan
masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi.
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan
dengan perubahan degenerati:e pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru,
saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka
lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan
orang dewasa lain. Penurunan ini terutama penurunan yang terjadi pada kemampuan otak.
Untuk menjelaskan penurunan ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada
umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian
telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut
telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu
ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu.

2.4 Jenis Perkembangan Yang Terjadi Pada Lansia


a) Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary
aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah.
Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor
eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat
mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang
dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta
api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain hal yang
telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya
proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat
berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi
telihat pendaek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang
sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh
para lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal
dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga
merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi
menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para
lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang
mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini
mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga
menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal.
Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih
rentan untuk mengalami cedera kulit.
Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy
pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing- masing sel memiliki lebih
sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju
otak. Setelah saraf membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga
tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat
penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan otak
yang menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis
infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun
perilaku. Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan
perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap
diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr. Perubahan
signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup
seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks
dapat berkurang atau hilang.
Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-
alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam
membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk
membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga
dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki
dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah
dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami
perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang
telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi
terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf
audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada
lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata,
sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia
60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat
bereaksi lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata
menjadi kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang
jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang.
Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam mata
juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh lansia adalah
kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi
kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf
mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan
keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai
menurunnya pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia
juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria
ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia
merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya
(J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan
dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah
bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai
menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
b) Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental
merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun,
kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini
juga berlaku pada seorang lansia.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun,
kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu.
Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-
tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di
mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk
mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner
et.al dalam desmita (20080 penggunaan bermacam- macam strategi penghafalan bagi
orang tua , tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas,
melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat
dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi
kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu
faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan
menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual
mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.
c) Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi
masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri
dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih,
tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang
tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam
melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan penyesuaian diri
yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan
depresi dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan
penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam
menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang
berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial
psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan
dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan–
kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun dikatakan
memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang sehat, memiliki
pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas
termasuk diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan
kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut
dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri
dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya,
memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull &
Hatch, 1984).
Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi
emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang
berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam
kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang
yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami
pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun
untuk memiliki pikiran yang jernih.
Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa
sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin
akan terjadi. Dorongan yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal
buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi
datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu
akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut.
Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh
orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari
penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait dengan
penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap
kurang senang terhadap diri sendiri.
Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih spesifik, kurang
bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang-orang muda. Bukan
hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-tanda
kemunduran dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah,
serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.
Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan
kehangatan dan persaan secara spontan terhadap orang lain. Mereka menjadi kikir dalam
kasih sayang. Mereka takut mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain
karena melalui pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif
yang dilontarkan jarang memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi
perasaan yang positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan
itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula perilaku
emosional mereka.
d) Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan
tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan
spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi
para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”.
Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada
orang yang religius.
2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan
yang non religius.
3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah
hidup lainnya.
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang
nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir
(kematian) daripada yang nonreligius.
e) Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan
itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia
sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.
Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik
dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
f) Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan
oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban
terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak
akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan
sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun. Orang tua usia lanjut yang
perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia
tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia
pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak- anaknya pun tidak semua dapat menerima
permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
g) Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan.
Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua,
namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka
beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan
rasa kesepian yang akan datang. Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang
menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-
emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial
menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka
tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.

2.5 Tugas-tugas perkembangan pada lansia


Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau meyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya.
Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-
hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di
sekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan
pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok
tanam dan lain-lain.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
 Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
 Mempersiapkan diri untuk pensiun
 Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
 Mempersiapkan kehidupan baru
 Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai f.
Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
 Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik
 Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi karena pensiun dan
berkurangnya penghasilan
 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
 Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan mencari
kelompok seusia
 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel
 Merasa puas terhadap lingkungan hidup yang mungkin diatur orang lain
Tahap-tahap yang terjadi pada lansia :
1. Ego Differentiation : Pada umumnya masa ini individu telah memasuki masa
pension, maka tugas yang penting pada masa ini adalah individu mampu membuat
penilaian dan mendefinisikan kembali harga
2. Body Trancendence : Pada masa lansia, banyak sekali terjadi penurunan fisik
sehingga rentan terhadap penyakit, oleh karena itu lansia harus menemukan system
nilai baru dibalik penurunan fisik dengan meningkatkan hubungan social, misalnya
dengan keluarga.
3. Ego Trancendence : Suatu kenyataan krusial pada masa lansia adalah kematian
yang segera menjemput. Individu yang dapat menerima kenyataan ini tidak hanya
bersikap pasif , tetapi diharapkan tetap aktif melibatkan diri dalam hal-hal yang
bermanfaat bagi kehidupan setelah kematian, misal hidup dengan bermurah hati,
tidak mementingkan diri sendiri, tekun beribadah, beramal, dll.

2.6 Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan yang dihadapi oleh para lansia
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat di
tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
a) Berkanaan dengan Kesahatan Lansia ( fisik) :
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami
berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya
tergantung dari penyakit yang diderita. Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat
diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat
dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang
dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur. Olah
raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya. Istirahat, tidur yang cukup.
Minum suplemen gizi yang diperlukan. Memeriksa kesehatan secara teratur.
b) Berkanaan dengan Emosi :
Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan
wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu
berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara
alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain.
Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita
yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan.
Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka
dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta
kemampuan. Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baikdengan
keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani
tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan
teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong
seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin
lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai analis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kajian teori dengan
hasil obserfasi, tidaklah selalu sama secara keseluruhan tetapi terdapat hal yang
berbeda, terutama dalam hal yang berkaitan dengan perkembangan emosional
lansia. Dalam hal ini perbebedaan antara teori dengan praktik lebih terfokus pada
faktor lingkunagn yang sangat berperan dalam pembentukan emosional lansia.
Apabila lingkungan tersebut mendorong seorang lansia lebih tenang dalam
meghadapi masa tuanya, dalam artian lingkungan tersebut sangat relijius maka hal
yang di rasakan oleh orang yang usia lanjut, lebih tenang dan lebih bersiap dalam
mempersiapkan hari tuanya.
Tetapi apabila dalam lingkungan lansia tersebut kurang bersifat relijius, misalnya
anggota keluarga, ataupun tetangga yang kurang agamis, maka persiapan lansia ini
dalam menghadapi masa tuanya sangat gelisah karena, dalam hal ini objek merasa
kurang diperhatikan dan orang-orang yang dianggap bisa mendukungnya ini,
malah bersifat kurang responsive, sehingga perasaan gelisah ini sangat nampak.
DAFTAR PUSTAKA

 Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.


 Desmita, Psikologi Perkembangan. Cet.II; Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006.
 F.J. Monks & A.M.P. Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Cet.XV; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004
 Memahami Kepribadian Lansia, diakses pada tanggal 02 Januari 2010 dari
http://singgihpanduwicaksono.blogspot.com/
 Depresi pada Lansia, diakses pada tanggal 30 Desember 2009 dari
http://lansiafood.net

Anda mungkin juga menyukai