Anda di halaman 1dari 49

TUGAS MODUL OT PADA GERIATRI

”Leisure Activity in Elderly”

Semester VI

KELOMPOK 9

1. Atika Yuni Rahmawati P27228017 233


2. Galuh Tika Pratiwi P27228017 245
3. Muhammad Ilham Ginanjar P27228017 257
4. Salwa Anfasa Ikfi P27228017 269

PROGRAM STUDI DIV OKUPASI TERAPI

JURUSAN OKUPASI TERAPI

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN 2020
LEISURE ACTIVITY IN ELDERLY :

PENDAHULUAN

Populasi lansia telah meningkat baik di negara-negara maju maupun


berkembang dengan usia kematian (death age) yang dapat diperpanjang yang
disebabkan karena adanya perbaikan pada pendekatan terapi kontemporer
(contemporary therapy approaches) serta juga tingkat sosial ekonomi dan budaya
yang semakin tinggi.

Bagi masyarakat, bertumbuh tua bukanlah sepenuhnya hal yang dianggap


menyenangkan. Kebanyakan masyarakat, memandang penuaan sebagai kenyataan
suram dan dikaitkan dengan menurunnya segala aspek baik fisik, sosial, maupun
ekonomi (Kohut, S. dkk, 1983).

Pada bab ini, kami akan membahas tentang Leisure Pada Elderly. Adapun
pembahasan yang terkait diantaranya definisi lansia, definisi leisure, definisi
leisure pada lansia, aktivitas leisure yang dilakukan pada lansia, faktor – faktor
yang mempengaruhi lansia pada aktivitas leisure, jurnal – jurnal pendukung
tentang leisure pada elderly, contoh soal beserta dengan penyelesaiannya. Setelah
mempelajari bab ini secara umum Anda diharapkan mampu memahami tentang
aktivitas leisure yang biasa dilakukan oleh para lansia.

Bab ini terdiri atas 6 (enam) sub bab :


1. Definisi Lansia,
2. Definisi Leisure,
3. Definisi Leisure pada Lansia,
4. Aktivitas Leisure yang dilakukan pada Lansia,
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Lansia pada Aktivitas Leisure, dan
6. Jurnal Pendukung Leisure pada Elderly

Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda dapat:


1. Menjelaskan dan memahami definisi dari lansia
2. Menjelaskan dan memahami definisi dari leisure
3. Menjelaskan dan memahami definisi leisure pada lansia
4. Menjelaskan dan memahami bentuk aktivitas–aktivitas leisure yang dapat
dilakukan para lansia
5. Menjelaskan dan memahami faktor–faktor yang mempengaruhi lansia pada
aktivitas leisure
6. Mengetahui jurnal pendukung leisure pada elderly

Pembahasan ini diharapkan dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca


untuk mengetahui secara tuntas mengenai leisure pada lansia. Umumnya pada
lansia akan mengalami kejenuhan dengan aktivias yang monoton. Pembelajaran
ini dapat dijadikan acuan sehingga dapat diaplikasikan pada keluarga dengan
lansia maupun lansia di lingkungan Anda. Leisure pada lansia akan menjadikan
lansia aktif terlibat, memberi rasa senang dan pengalaman baru. Sebelumnya
jangan lupa baca semua uraian materi ini secara berulang, aplikasikan contoh
yang ada ke dalam situasi lain, kerjakan latihan dengan sungguh-sungguh, dan
baca rangkuman sebelum mengerjakan tes formatif!
Jika Anda melakukan aktivitas belajar secara rutin dan dengan tekad yang
kuat, Anda pasti berhasil dan berangsur-angsur akan menjadi mahasiswa yang
mampu mandiri dalam belajar. Semoga ilmunya berkah yaa

Selamat Belajar, Sukses Selalu !


KEGIATAN BELAJAR 1

LANSIA

Dalam kegiatan belajar 1 ini, akan menjelaskan mengenai Definisi lansia.


Kegiatan belajar 1 ini terdiri dari uraian materi, rangkuman, serta tes formatif
yang akan membantu dalam memahami teori secara mendalam.

URAIAN MATERI

A. Pengertian Lansia

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang


yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaan.

Lansia dimulai setelah pension, yaitu biasanya antara usia 65 tahun


dan 75 tahun (Potter , 2005). Sedangkan menurut Undang-Undang No 4
tahun 1965 pasal 1 dalam Nugroho (2000,) merumuskan bahwa “Seseorang
dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari oranglain. Menurut Undang-Undang RI No 13 tahun 1998 adalah
seseorang yang berusia 60 tahun keatas, baik secara fisik masih
berkemampuan maupun karena permasalahannya tidak lagi mampu berperan
secara kontributif dalam pembangunan.

Pengertian lanjut usia dalam dunia psikologi yang diperkenalkan


dengan istilah lain seperti Old Age dan Elderly. Lanjut usia adalah istilah
yang dipergunakan untuk menunjuk pada orang-orang yang sudah menjadi
tua. Dalam ilmu psikologi perkembangan masa tua atau lanjut usia
merupakan suatu harapan terakhir dari rentang kehidupan manusia secara
teoritis dimulai ketika seseorang memasuki usia 60 tahun sampai dengan
meninggal (Santrock, 2002).

Menurut World Health Organisation (WHO) lansia dibagi


menjadi :

1. Usia pertengahan (Middle Age) yaitu kelompok usia 49-59 tahun


2. Usia lanjut (Elderly) yaitu kelompok usia 60-70 tahun
3. Usia tua (old) yaitu kelompok usia 71-90 tahun
4. Usia sangat tua (Very Old) yaitu kelompok usia diatas 90 tahun
Lansia dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lansia
aktif dan kelompok lansia pasif. Kelompok lansia aktif ini digolongkan
dengan beberapa indikator, yaitu lansia yang masih mengikuti kegiatan atau
organisasi tertentu diluar kegiatan sehari-harinya dirumah. Sedangkan lansia
pasif dikategorikan berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh lansia yaitu
kegiatan yang hanya dilakukan dirumah saja. Selain itu, dalam kategori ini
lansia juga tidak sedang mengikuti organisasi manapun (Novella, 2015).
Problematika yang dihadapi orang-orang yang telah lansia sangat
khas. Mereka mengalami penurunan kondisi fisik dan juga masalah
psikologis. Pada usia lanjut, seseorang tidak hanya harus menjaga kesehatan
fisik tetapi juga menjaga agar kondisi mentalnya dapat menghadapi
perubahan - perubahan yang mereka alami (Nugraheni, 2005). Penuaan yang
berhasil adalah proses optimalisasi peluang untuk menjaga kesehatan yang
baik (fisik, sosial dan mental), suatu proses yang memungkinkan warga lanjut
usia untuk secara aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial, tanpa
didiskriminasi karena usia mereka, dan dengan demikian memungkinkan
mereka untuk menikmati yang kualitas yang baik dan kehidupan mandiri.
B. Ciri-ciri Masa Lansia
Menurut Hurlock (2002:380) terdapat beberapa ciri orang lanjut usia, yaitu : 
1) Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran
itu akan lama terjadi.
2) Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat
dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia
dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang
lain.
3) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
Didasarkan pada cirri-ciri masa tua diatas maka bisa disimpulkan
Mengenai ciri-ciri lansia adalah usia lanjut mengenai periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis, serta ia memliki kelompok minoritas yang kurang diterima pada
masyarakat yang akan cenderung memandang buruk.
C. Karakteristik Lansia

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.


Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Menurut Darmojo (2004:53) terdapat berbagai
karakteristik lansia. Beberapa di antaranya adalah: 

1) Gangguan Daya Ingat


2) Fungsi sebagai seseorang yang dituakan
3) Kelekatan dengan objek-objek yang dikenal
4) Perasaan tentang siklus kehidupan
5) Kontrol Terhadap Takdir
6) Orientasi ke Dalam Diri
7) Perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai Lansia, kerjakanlah latihan


berikut!
1. Jelaskan pengertian lansia menurut WHO !

RANGKUMAN

World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah


memasuki usia 60 tahun keatas. Sedangkan menurut Undang-Undang RI No 13
tahun 1998 adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas, baik secara fisik masih
berkemampuan maupun karena permasalahannya tidak lagi mampu berperan
secara kontributif dalam pembangunan. Menurut Hurlock (2002:380) terdapat
beberapa ciri orang lanjut usia, yaitu : Usia lanjut merupakan periode
kemunduran, Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, Menua
membutuhkan perubahan peran, Penyesuaian yang buruk pada lansia. Menurut
Darmojo (2004:53) terdapat berbagai karakteristik lansia. Beberapa di antaranya
Gangguan Daya Ingat, Fungsi sebagai seseorang yang dituakan, Kelekatan dengan
objek-objek yang dikenal, Perasaan tentang siklus kehidupan, Kontrol Terhadap
Takdir, Orientasi ke Dalam Diri, Perasaan tentang penyempurnaan atau
pemenuhan kehidupan.

TES FORMATIF TES FORMATIF 1

Pilih satu jawaban yang paling tepat!


1. Pengertian lansia menurut Undang-Undang RI No 13 tahun adalah ....
A. Seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia
setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari
B. Seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas
C. Seseorang yang berusia 60 tahun ke atas, baik secara fisik masih
berkemampuan maupun karena permasalahannya tidak lagi mampu
berperan secara kontributif dalam pembangunan
D. Orang-orang yang sudah menjadi tua
E. Orang yang sudah tidak produktif
2. Kelompok lansia aktif digolongkan dengan indikator ...
A. Mengikuti kegiatan atau organisasi tertentu di luar kegiatan sehari-
harinya dirumah
B. Mengikuti kegiatan yang hanya dilakukan di rumah saja
C. Tidak sedang mengikuti organisasi manapun
D. Mengikuti kegiatan yang hanya dilakukan di rumah tetangga
E. Mengikuti kegiatan atau organisasi tertentu dengan durasi 5 menit
KEGIATAN BELAJAR 2

LEISURE

URAIAN MATERI

A. Pengertian

Kata leisure sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu licere yang berarti
diizinkan (To be Permited) atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure
adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free
Time), George Torkildsen (Januarius Anggoa, 2011).

Konsep kenyamanan mendapat banyak perhatian dari Aristoteles (2001a,


b), yang tinggal di negara-kota Athena selama abad ke-5 SM. Dia mendefinisikan
waktu luang sebagai kebebasan dari kewajiban dan waktu luang yang diposisikan
secara terpusat dalam kerangka kehidupan yang dijalani dengan baik. Bagi
Aristoteles (2001a), tujuan hidup dari kehidupan yang baik adalah pencapaian
eudamonia, sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai kebahagiaan,
kesejahteraan (Deci & Ryan, 2008; Waterman, 1993), atau berkembang (Dunn &
Brody, 2008). Dalam kerangka kerjanya, waktu luang sangat penting bagi
eudamonia, “Dan kebahagiaan yang dianggap bergantung pada waktu luang,
karena kita sibuk sehingga kita memiliki waktu luang ”(Aristoteles, 2001a, 1177b,
4-6). Kenyamanan “memberikan kesenangan dan kebahagiaan dan kenikmatan
hidup, yang dialami, bukan oleh orang yang sibuk, tetapi oleh mereka yang
bersantai” (Aristoteles, 2001b, 1338a, 1-3).

Berdasarkan teori dari George Torkildsen dalam bukunya yang berjudul


(Januarius Anggoa, 2011) definisi berkaitan dengan leisure antara lain :

a. Waktu luang sebagai waktu (leisure as time)


Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala
kebutuhan yang mudah telah dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang
dimiliki untuk melakukan segala hal sesuai dengan keinginan yang bersifat
positif. Pernyataan ini didukung oleh Brightbill yang beranggapan bahwa
waktu luang erat kaitannya dengan kategori discretionary time, yaitu waktu
yang digunakan menurut pemilihan dan penilaian kita sendiri.
b. Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)
Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan
menghibur pernyataan ini didasarkan pada pengakuan dari pihak The
International Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa:
“waktu luang berisikan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan
mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri
sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya
secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat”.
c. Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang positif (leisure as an end
in itself or a state of being)
Pieper beranggapan bahwa: “Waktu luang harus dimengerti sebagai hal
yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan hal-
hal keagamaan, hal ini bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang dari
luar. Hal ini juga bukan merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir
pekan, atau liburan panjang.

d. Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas (leisure as an all
embracing)
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan
pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan menemukan
kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, dan kebebasan dari hal-
hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain, waktu luang merupakan
ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam mencari kebahagiaan,
berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru, dan kebudayaan
baru.
e. Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure as a way of living)
Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The
Evolution Of Leisure: “Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari
tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan
lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang tak
terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan sebuah
dasar keyakinan”.

LATIHAN

1. Jelaskan definisi Leisure menurut Aristoteles 2001 !

RANGKUMAN

Kata leisure sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu licere yang berarti
diizinkan (To be Permited) atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure
adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free
Time), George Torkildsen (Januarius Anggoa, 2011). Bagi Aristoteles (2001a),
tujuan hidup dari kehidupan yang baik adalah pencapaian eudamonia, sering
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai kebahagiaan, kesejahteraan (Deci
& Ryan, 2008; Waterman, 1993), atau berkembang (Dunn & Brody, 2008).

Berdasarkan teori dari George Torkildsen dalam bukunya yang berjudul


(Januarius Anggoa, 2011) definisi berkaitan dengan leisure antara lain Waktu
luang sebagai waktu (leisure as time), Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as
activity), Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang positif (leisure as an
end in itself or a state of being), Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti
luas (leisure as an all embracing), Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup
(leisure as a way of living,

TES FORMATIF 2
1. Kata lain dari leisure adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang
artinya …
A. diizinkan (To be Permited)
B. menjadi bebas (To be Free)
C. waktu luang (Free Time)
D. cara untuk hidup (way of living)
E. aktivitas (activity)
2. Berdasarkan teori George definisi berkaitan dengan leisure antara lain,
kecuali …
A. Waktu luang sebagai waktu (leisure as time).
B. Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity).
C. Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang positif (leisure as
an end in itself or a state of being).
D. Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas (leisure as an all
embracing).
E. Waktu luang sebagai dimensi waktu (leisure as time dimention)
KEGIATAN BELAJAR 3

DEFINISI LEISURE PADA LANSIA

URAIAN MATERI

A. Leisure pada Lansia

Usia lanjut merupakan periode penutup dari serangkaian proses


perkembangan manusia. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun
sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat
fisik dan psikologis yang semakin menurun (Santrock, 2012; Hurlock, 2002).
Pada usia lanjut akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).

Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh para lansia


ini, subjective well- being atau kebahagiaan menjadi penting bagi para
lansia. Dengan adanya perasaan bahagia maka dapat membantu lansia
dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dialami oleh lansia
tersebut. Medley (dalam Hurlock, 2002) menyatakan, secara umum, lansia
yang bahagia lebih sadar dan siap untuk terikat dengan kegiatan baru
dibanding lansia yang merasa tidak bahagia.

Pada masa usia lanjut, waktu luang dapat menjadi kesempatan baru
bagi pengembangan diri bila mengalami kesepian dan penurunan karier
pekerjaan. Waktu luang dapat membantu manusia lanjut usia
menyesuaikan diri kembali untuk perhatian baru pada aktivitas yang tidak
dilakukan sebelumnya. Waktu luang bagi lanjut usia diisi dengan kegiatan
yang meliputi kreativitas, kesenangan pribadi, mengembangkan bakat dan
martabat sosial. Penyesuaian diri yang tinggi dikaitkan dengan kegiatan
yang tergolong mandiri, kreatif, menyenangkan, bersifat pertemanan atau
pelayanan pada orang lain. Kegiatan sosial ataupun kegiatan fisik ini
punya banyak efek positif pada kepuasan dan kesehatan.

Keseimbangan antara aktivitas kehidupan sehari-hari dengan


aktivitas yang bersifat rekreasi, tidak hanya dinyatakan oleh suatu satuan
waktu, akan tetapi lebih berdasarkan pada keteraturan dalam pencapaian
aktivitas. Dengan kata lain bahwa keseimbangan tersebut ditentukan dari
jumlah aktivitas-aktivitas tersebut. Karakteristik sosial dan budaya akan
berpengaruh besar dalam pemanfaatan waktu luang, sehingga secara
mutlak atau relatif, sulit ditentukan berapa lama jumlah rata-rata waktu
yang digunakan untuk aktivitas yang bersifat rekreasi (Hasselkus, 1998).
Faktor yang dapat berpengaruh antara lain: pola hidup, kondisi fisik,
kondisi kognitif, kondisi emosional, kondisi lingkungan (fisik dan
sosial/budaya), kondisi ekonomi, tipe kepribadian, pekerjaan, usia, jenis
kelamin, keluarga, waktu, tingkat pendidikan, kesempatan dan pilihan
(Ravertz 1996). Elemen penting dalam aktivitas leisure adalah dapat
menyenangkan kondisi pikiran (Ravetz, 1996), aktivitas- aktivitas yang
mereka pilih dalam mengisi waktu luang, tidak lain adalah untuk mencari
kesenangan (Trombly, 2008), sehingga perasaan akan berperan dalam
menentukan aktivitas yang menyenangkan.

Dengan menurunnya tuntutan dan kewajiban dari pekerjaan dan


keluarga, orang dewasa yang lebih tua menghabiskan banyak waktu
terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi. Rata-rata, para lansia
menghabiskan sekitar sepertiga dari jam mereka untuk menonton televisi,
membaca, dan melakukan kegiatan rekreasi lainnya. Di antara kegiatan-
kegiatan ini, menonton TV membutuhkan lebih banyak waktu daripada
membaca dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial (Hogas, Wilms, &
Baltes, 1998). Mereka juga menikmati kegiatan sosial dan membaca,
antara lain, sambil menonton TV adalah salah satu kegiatan yang paling
tidak menarik (Siegenthaler & Vaughan, 1998).

B. Manfaat Leisure pada Lansia


Berbagai penelitian telah mengkonfirmasi bahwa kegiatan rekreasi,
serta dalam kehidupan sehari-hari, bermanfaat bagi para lansia dalam
memberikan pengalaman hidup sehari-hari. Misalnya, bersosialisasi bersama
keluarga dan teman dan berpartisipasi dalam kegiatan (Duay & Bryan, 2006;
Larson, Mannell, & Zuzanek, 1986; Litwin, 2000). Selain itu, manfaat leisure
bagi lansia diantaranya :
1. Kegiatan rekreasi sangat bagus untuk interaksi sosial.
Interaksi sosial sangat penting karena mencegah perasaan terisolasi.
Keterasingan sosial sangat umum di kalangan manula. Persentase orang
dewasa Amerika yang mengatakan bahwa mereka kesepian telah berlipat
ganda dari 20 persen menjadi 40 persen sejak 1980-an. Isolasi juga
bertanggung jawab atas hasil kesehatan negatif dan penurunan mental.
Lansia yang terisolasi juga lebih mungkin membutuhkan perawatan jangka
panjang seiring bertambahnya usia.
2. Dengan terlibat dalam kegiatan leisure, manula memiliki kesempatan
untuk aktif. Penelitian yang tak terhitung jumlahnya menunjukkan bahwa
aktivitas fisik sangat baik untuk lansia seiring bertambahnya usia.
3. Kegiatan sosial juga merangsang otak.
Mereka mendapatkan kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru dan
bertemu orang baru.
.
LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan salah satu manfaat Leisure pada Lansia


RANGKUMAN

Pada masa usia lanjut, waktu luang dapat menjadi kesempatan baru bagi
pengembangan diri bila mengalami kesepian dan penurunan karier pekerjaan.
Waktu luang dapat membantu manusia lanjut usia menyesuaikan diri kembali
untuk perhatian baru pada aktivitas yang tidak dilakukan sebelumnya. Waktu
luang bagi lanjut usia diisi dengan kegiatan yang meliputi kreativitas, kesenangan
pribadi, mengembangkan bakat dan martabat sosial. Medley (dalam Hurlock,
2002) menyatakan, secara umum, lansia yang bahagia lebih sadar dan siap untuk
terikat dengan kegiatan baru dibanding lansia yang merasa tidak bahagia. Selain
itu, manfaat leisure bagi lansia diantaranya : Kegiatan leisure sangat bagus untuk
interaksi sosial, memiliki kesempatan untuk aktif, Kegiatan sosial juga
merangsang otak.

TES FORMATIF 3

1. Penyesuaian diri yang tinggi dikaitkan dengan kegiatan yang tergolong, kecuali

a. Menyenangkan
b. Bijaksana
c. Bersifat pertemanan
d. Kreatif
e. Mandiri

2. Salah satu manfaat leisure bagi lansia adalah

a. Menyenangkan
b. Melepaskan penat
c. Bersifat pertemanan
d. Bagus untuk interaksi sosial dan merangsang otak
e. Memandirikan
KEGIATAN BELAJAR 4

AKTIVITAS LEISURE PADA LANSIA

Aktivitas pemanfaatan waktu luang atau sering juga disebut dengan


leisure sangat penting bagi kehidupan para lansia. Aktivitas ini akan dapat
mengurangi, bahkan menghilangkan timbulnya kondisi ketidakmampuan, dan
menciptakan kehidupan yang nyaman. Jenis leisure yang dilakukan para lansia,
diantaranya:

1. Duduk santai
Menurut (Ninik, 2009) para lansia biasanya menghabiskan minimal
15 menit hingga berjam-jam untuk sekedar duduk santai. Mereka ada
yang cuma duduk saja, tanpa suatu aktivitas yang jelas, dan ada yang
duduk santai sambil menikmati media elektronik (televisi dan radio),
yang kesemuanya itu tergantung perasaan dan fasilitas yang ada pada
mereka.
a. Sekedar duduk
Bagi lansia yang pasif, biasanya hanya duduk saja, tidak ada
tujuan yang jelas, hanya untuk menghabiskan waktu. Namun
bagi lansia yang masih aktif, aktivitas duduk dilakukan untuk
mendapatkan sesuatu, misalnya untuk menghilangkan rasa
capek setelah bekerja.
b. Duduk menikmati media elektronik (televisi & radio) Aktivitas
duduk santai ada yang dilakukan sambil mendengarkan radio,
menonton televisi (TV), dengan tiduran atau hanya duduk saja.
2. Berbincang-berbincang /ngobrol
Aktivitas ngobrol mereka lakukan di lingkungan rumah, tempat
tetangga dan kadang-kadang di lingkungan kerja mereka (sawah).
Orang yang diajak untuk berbicara antara lain adalah anggota keluarga
(istri, anak, cucu dan sanak saudara), tetangga, teman dari desa lain
dan kadang-kadang orang asing yang baru kenal. Hal yang mereka
bicarakan bermacam-macam. Ada yang membahas tentang pekerjaan,
hobi, dan ada pula yang membicarakan kondisi lingkungan mereka.
Aktivitas ini mereka lakukan karena untuk menjaga keharmonisan
hubungan antar mereka, untuk bertukar informasi dan untuk
mendapatkan ketenangan hati, mengilangkan rasa kesepian (Ninik,
2009).
3. Gerak badan
Sebagian kecil lansia melakukan aktivitas gerak badan. Aktivitas
ini biasa dilakukan saat ada kegiatan di posyandu lansia. Aktivitas ini
dilakukan untuk mendapatkan kesegaran, menjaga kondisi fisik
mereka yang semakin tua agar tidak mudah sakit-sakitan. Aktivitas ini
juga untuk mendapatkan hiburan berupa pemandangan suasana alam.
(Ninik, 2009)
4. Kegiatan kemasyarakatan
Kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian, PKK maupun
posyandu adalah salah satu acara yang mereka gunakan untuk hiburan,
ajang tukar informasi dan merekatkan tali persaudaraan di antara
mereka. Mereka mendapatkan rasa senang saat berkumpul bersama
dengan teman maupun tetangga. (Ninik, 2009)
5. Beraktivitas ringan
Aktivitas ini adalah bentuk aktivitas yang pada intinya seseorang
tidak mau untuk hanya berdiam diri saja, dalam artian ingin selalu
beraktivitas, apapun yang penting tubuhnya bergerak dan kalau bisa
menghasilkan sesuatu. Misalnya membersihkan kebun, mencari kayu,
menanam pohon dan sebagainya. (Ninik, 2009)
6. Relaxation activity (kegiatan raekreasi)
Menurtu soetarlinah sukadji (triatmoko, 2007), kegiatan relaksasi
diantaranya kegiatan relaksasi aktif misalnya membetulkan alat rumah
tangga atau berbenah rumah. Kegiatan tersebut sifatnya produktif
cenderung meningkatkan ketramppilan dan harga diri. Selain itu bisa
melakukan relaksasi pasif dengan cara menonton tv, mendengarkan
music dan membaca tulisan
7. Entertaintment activity( kegiatan hiburan)
Fine, Mortiner,& Robert (Broderick & Blewitt, 2013),
menyebutkan bahwa kegiatannya hiburan atau rekreasi dapat dapat
mempromosikan penguasaan ketrampilan, seperti olahraga, partisipasi,
hobi dan kesenian atau mungkin leboh murni rekreasi seperti melamun
atau duduk dengan teman.
8. Aktivitas religious
Aktivitas religious menjadi tema yang juga mempengaruhi
kebahagiaan lansia. Agama atau religius menurut Diener (2009)
meliputi segala bentuk hubungan individu dengan Tuhannya. Lebih
jauh Diener menjelaskan, penyerahan diri terhadap ajaran agama
dalam bentuk pengabdian terhadap Tuhan merupakan jalan untuk
mencapai kebahagiaan (Kesebir & Diener, 2009). Ini memperlihatkan
bahwa nilai-nilai kebajikan merupakan sumber dari kebahagiaan
sebagaimana yang dijelaskan dalam kebahagiaan eudaimonia

Elemen penting dalam aktivitas leisure adalah dapat menyenangkan


kondisi pikiran (Ravetz, 1996), aktivitas-aktivitas yang mereka pilih dalam
mengisi waktu luang, tidak lain adalah untuk mencari kesenangan (Trombly,
2008), sehingga perasaan akan berperan dalam menentukan aktivitas yang
menyenangkan.

Kategori leisure Kegiatan


1. Organisasi komunitas Kegiatan gereja
2. Aktivitas budaya Mendengarkan musik
Menari
Pergi ke konser
3. Travel Perjalanan menggunakan mobil dan
mengikuti travel
4. Rumah Menonton televisi, Bercocok tanam
Melakukan hobi dirumah
5. Olahraga Berenang
Golf
Tennis
6. Keluarga Menghabiskan waktu Bersama
keluarga
7. Outdoor Memancing, berburu, kemah
8. Kegiatan social Makan di luar, bertelephone,
berbincang dengan tetangga rumah

LATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan beraktivitas ringan ?

RANGKUMAN

Aktifitas leisure pada lansia sangat penting bagi kehidupan para lansia
untuk menciptakan jehidupan yang nyaman. Contoh aktifitasnya adalah duduk
santai, lansia sangat senang jika diajak berbincang bincang, berolahraga,
mengikuti kegiatan bermasyarakat, serta mengikuti aktifitas religious.

Elemen penting dalam aktivitas leisure adalah dapat menyenangkan


kondisi pikiran (Ravetz, 1996), aktivitas-aktivitas yang mereka pilih dalam
mengisi waktu luang, tidak lain adalah untuk mencari kesenangan (Trombly,
2008), sehingga perasaan akan berperan dalam menentukan aktivitas yang
menyenangkan

TES FORMATIF 4

1. Salah satu aktivitas yang termasuk aktivitas ringan adalah …


A. Duduk santai sambil menikmati media elektronik
B. Membicarakan pekerjaan dan hobi
C. Membersihkan kebun
D. Beribadah
E. Berkumpul dalam suatu perkumpulan
2. Menurut Deiner, aktivitas religious memiliki manfaat untuk …
A. Mencapai kebahagiaan
B. Menghasilkan sesuatu
C. Merekatkan persaudaraan
D. Mendapatkan kesegaran
E. Menjaga keharmonisan
KEGIATAN BELAJAR 5

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LEISURE PADA LANSIA

Menurut Bovy dan Lawason (1997) ada faktor yang mempengaruhi


terjadinya leisure, yaitu :

1.      Faktor Sosial Ekonomi

2.      Faktor Jenis Kelamin, Usia dan Kelurga

3.      Faktor Ketersediaan Waktu Luang

4.      Faktor Jenis Pekerjaan

5.      Faktor Pranata, yaitu faktor berhubungan dengan pencapaian, besar

dana yang dimiliki, perubahan sikap terhadap rekreasi.

Ada tiga hal yang dapat membentuk keputusan seseorang untuk


berpartisipasi dalam aktivitas leisure tertentu. Tiga hal tersebut adalah (Torkildsen.
1992. p. 90) :

1. Faktor Personal, Individual dan Keluarga (yang selanjutnya akan disebut


sebagai faktor personal)
2. Faktor Lingkungan Sosial
3. Faktor Kesempatan
1. Faktor Personal
Banyak hal dalam diri individu yang dapat dikategorikan sebagai faktor
personal, misalnya hobby, keahlian yang dimiliki, kebutuhan, kepribadian,
tujuan hidup seseorang dan lain-lain. Hal tersebut akan berbeda-beda pada
setiap orang sehingga menjadikan keputusan untuk berpartisipasi masing-
masing orang pada aktivitas leisure juga akan berbeda. Hal tersebut kemudian
juga dijelaskan oleh Torkildsen (1992, p. 91), dalam bukunya Leisure and
Recreation Management dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang sangat mungkin menyebabkan terjadinya
perbedaan pula pada pemilihan aktivitas leisure. Bagi wanita, ada dua hal
yang mungkin dapat menyebabkan munculnya perbedaan, yang pertama:
bagi kebanyakan wanita dari generasi terdahulu, bentuk-bentuk rekreasi
yang sifatnya fisik tidaklah termasuk dalam didikan yang mereka peroleh
(Torkildsen,1992, p92). Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
kebudayaan, seperti tari ballet, opera, teater, dan lain sebagainya
kebanyakan dikuti oleh wanita (Torkildsetı. 1992 p.92). Hal ini
dikemukakan oleh Mann (1969) dalam bukunya The Provincial Audience
for Drama, Ballet, and Opera. Hal yang lain adalah komitmen terhadap
keluarga. Kebanyakan wanita mempunyai tanggung jawab besar pada anak
dan keluarga, yang kemudian seolah menghalangi partisipasinya terhadap
aktivitas-aktivitas leisure diluar rumah.
b. Usia dan Tahapan dalam Daur Hidup
Usia seseorang akan membentuk keputusan pemilihan jenis
aktivitas leisure. Selain itu, waktu yang dimiliki seseorang juga sangat
mempengaruhi keterlibatan seseorang terhadap suatu aktivitas leisure.
Ketika seseorang memiliki waktu luang yang semakin banyak, maka besar
kemungkinan tingkat keterlibatannya dalam kegiatan leisure akan semakin
tinggi. Dalam hal ini yang akan banyak memiliki ketersediaan waktu yang
dapat digunakan untuk melakukan kegiatan leisure adalah mereka yang
sudah termasuk dalam golongarn usia tua (lansia), mereka yang sudah
pensiun dari pekerjaannya, dan tidak lagi memiliki tanggung jawab
terlampau tinggi terhadap kondisi perekonomian keluarga.
c. Tingkat Pendidikan
Bentuk dan jenjang pendidikan yang ditempuh seseorang, akan
berpengaruh pada pekerjaan, kelas dan tingkat pendapatan. Bentuk dan
jenjang pendidikan yang ditempuh seseorang juga menjadi salah satu
faktor yang menentukan aktivitas leisure yang dipilih seseorang. Dalam
sebuah survey yang dilakukan oleh Mann (1969), ditemukan bahwa 57%
dari seluruh penonton drama, 42% dari penonton opera, dan 33% dari
penonton ballet adalah mereka yang berada atau sudah menyelesaikan
tingkat pendidikan universitas (Torkildsen, 1992, p.93)
2. Faktor Lingkungan Sosial
Menurut Torkildsen, G (1992, p.91), yang termasuk dalam faktor
lingkungan sosial ada beberapa macam, yakni:
a. Kelas Sosial
Di dalam hubungannya dengan aktivitas leisure kelas sosial dapat
diartikan sebagai pengelompokkan masyarakat ke dalam kategori-kategori
berdasarkan pekerja karena hubungan antara kelas sosial dengan
pendapatan, pendidikan dan mobilitas sangat erat maka ditentukan bahwa
pekerjaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas
leisure yang dipilih oleh seseorang. Dengan kata lain, pekerjaan bukan
merupakan karakteristik yang berdiri sendiri, namun sangat berkaitan erat
dengan faktor lainnya (Torkildsen. 1992. p. 96). Menurut Kotler (1996, p.
147) kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan
teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan tingkah
laku yang serupa.
b. Iklim Sosial
Jika dalam kelas sosial pengelompokan terjadi atas dasar satu
kategori saja misalnya tingkat pendapatan, maka pada iklim sosial cakupan
pengelompokannya lebih luas, tidak lagi dilihat hanya berdasarkan
kategori. Variabel-variabel yang mendasari lebih kompleks berkaitan
dengan usia, pendapatan, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Semua
variabel tersebut ikut mempengaruhi seseorang untuk melakukan bentuk
aktivitas leisure tertentu Torkildsen. 1992. p.97). Selain itu trend menjadi
salah satu variabel yang membentuk iklim sosial yang kemudian juga ikut
menentukan keputusan pemilihan seseorang terhadap suatu aktivitas
leisure tertentu.
c. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan tentu saja menjadi salah satu hal yang sangat
mungkin membentuk aktivitas leisure seseorang. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh General Household Surveys (1983 dan 1986) banyak
kegiatan-kegiatan leisure yang terbentuk dari pendapatan seseorang.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendapatan yang tinggi, dimana
tingkat dispossable income-nya (sisa pendapatan yang dimiliki setelah
dikurangi dengan pengeluaran untuk kebutuhan hidup) juga tinggi maka
range (jenis) kegiatan leisure yang dapat diikutinya juga akan semakin
banyak. Seperti diketalui dewasa ini semakin jarang ditemui aktivitas yang
patisipasinya tidak membutuhkan biaya.
3. Faktor Kesempatan
Selain faktor personal dan lingkungan sosial, ada pula faktor kesempatan.
Kesempatan berpengaruh besar bagi bentuk aktivitas leisure yang mungkin
dipilih dan diikuti oleh seseorang. Dalam studinya, Griffiths memberikan
kesimpulan mengenai faktor atau kunci yang menbentuk partisipasi terhadap
leisure adalah kemampuan akses dalam berbagai bentuknya. Griffiths
membagi kemampuan akses kedalam empat bagian besar, yakni sesuai dengan
kutipan (Torkildsen, 1992, p.97) diantaranya :
a. Persepsi terhadap Aktivitas Leisure
Menurut Torkildsen (1992, p. 98), dalam bukunya Leisure and
Recreation Management persepsi adalah sesuatu yang pernah dialami,
sebagaimana hal tersebut pernah tampak, terdengar dan terasa. Menurut
Kotler (1999, p 185) persepsi adalah suatu proses dimana individu
memilih, mengorganisasi dan mengartikan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran tentang kehidupan. Perbedaan persepsi yang
dimiliki seseorang dapat dipengaruhi berdasarkan seseorang miliki dapat
menimbulkan perbedaan pengalaman perbedaan pada bentuk aktivitas
leisure yang menjadi pilihan.
b. Kemudahan dalam Melakukan Aktivitas Leisure
Suatu sarana penyedia aktivitas leisure harus didukung oleh hal-hal
yang dapat menarik orang-orang untuk berpartisipasi di dalamnya.
Misalnya kemudahan akses transportasi. Ketersediaan angkutan umum
untuk menuju tempat leisure dan sebaliknya. Lokasinya, apakah terletak di
daerah rawan macet, rawan banjir dan lain sebagainya.
Ketika suatu sarana penyedia aktivitas leisure memiliki
keterbatasan dalam segi kemudahan akses, maka orang cenderung akan
berpikir ulang untuk mau berpartisipasi di dalamnya. Seperti yang
dikemukakan oleh Torkildsen (1992, p. 99) bepergian ke sebuah tempat
rekreasi pada saat jam-jam sibuk dengan angkutan umum dan harus
menghadapi antrian panjang dapat menjadi sesuatu yang sangat
menyebalkan.
c. Pengenalan terhadap Aktivitas Leisure.
Ketika seseorang tidak mengetahui bahiwa ‘sesuatu’ itu ada, maka
tidak mungkin ia akan pergi untuk mengujunginya maupun berpartisipasi
pada kegiatan yang ditawarkan di dalamnya (Torkildsen. 1992. p.101).
Pengenalan adalah salah satu faktor penentu partisipasi seseorang terhadap
aktivitas leisure tertentu yang seringkali diabaikan dan terlupakan.
Kebanyakan orang cenderung akan mengunjungi tempat leisure
yang mereka lewati dalam rute mereka menuju kantor atau toko, dibanding
tempat leisure yang berada di sekitar lingkungan rumah mereka, hal itu
didasari oleh sebab mereka lebih sadar dan tahu akan tempat-tempat
tersebut karena sering dilewatinya setiap hari..
d. Pengelolaan Suatu Aktivitas Leisure
Kemampuan untuk mengatur suatu sarana penyedia aktivitas
leisure juga akan membawa dampak bagi tingkat partisipasi seseorang.
Misalnya saja: penentuan harga, fasilitas yang dimiliki, hal-hal yang
bersifat administrasi. cara pemesanan, dan lain sebagainya (Torkildsen.
1992. P. 101). Kondisi tempat yang nyaman, pekerja yang ramah, proses
administrasi dan registrasi yang sederhana dan tidak berbelit-belit, apalagi
jika disertai dengan rendahnya biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat
berpartisipasi di dalamnya tentu saja akan menarik banyak pengunjung
untuk berpartisipasi dalam aktivitas leisure yang disediakan.

LATIHAN
1. Menurut Bovy dan Lawason (1997) ada lima faktor yang mempengaruhi
leisure pada lansia, sebutkan !

RANGKUMAN
Ada tiga hal yang dapat membentuk keputusan seseorang untuk
berpartisipasi dalam aktivitas leisure tertentu. Tiga hal tersebut adalah (Torkildsen.
1992. p. 90) yaitu faktor personal merupakan banyak hal dalam diri individu yang
dapat dikategorikan sebagai faktor personal, misalnya hobby, keahlian yang
dimiliki, kebutuhan, kepribadian, tujuan hidup seseorang dan lain-lain diantaranya
: Jenis Kelamin, Usia dan Tahapan dalam Daur Hidup, dan Tingkat Pendidikan.
Faktor lingkungan sosial yaitu Menurut Torkildsen, G (1992, p.91), yang
termasuk dalam faktor lingkungan sosial ada beberapa macam, yakni: Kelas
Sosial, Iklim Sosial, dan Tingkat Pendapatan. Faktor kesempatan yaitu alam
studinya, Griffiths memberikan kesimpulan mengenai faktor atau kunci yang
menbentuk partisipasi terhadap leisure adalah kemampuan akses dalam berbagai
bentuknya. Griffiths membagi kemampuan akses kedalam empat bagian besar,
yakni sesuai dengan kutipan (Torkildsen, 1992, p.97) diantaranya : Persepsi
terhadap Aktivitas Leisure, Kemudahan dalam Melakukan Aktivitas Leisure,
Pengenalan terhadap Aktivitas Leisure, Pengelolaan Suatu Aktivitas Leisure.

TES FORMATIF 5

1. Faktor personal yang mempengaruhi lansia dalam melakukan leisure, kecuali


A. Tingkat Pendapatan
B. Jenis Kelamin
C. Tingkat Pendidikan
D. Usia
E. Tahapan dalam Daur Hidup
2. Selain faktor personal dan lingkungan sosial, ada faktor kesempatan yaitu ...
A. Jenis Kelamin
B. Kemudahan dalam Melakukan Aktivitas Leisure
C. Tingkat Pendapatan
D. Tingkat Pendidikan
TES FORMATIF EVALUASI
E. Usia dan Tahapan dalam Daur Hidup
A. Essay
1. Sebutkan tiga karakteristik yang muncul pada lansia
2. Apa yang dimaksud waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)
3. Menurut Medley (dalam Hurlock, 2002) ciri lansia yang bahagia adalah
4. Sebutkan kegiatan kemasyarakatan yang dapat lansia lakukan
5. Sebutkan tiga hal yang dapat membentuk keputusan seseorang untuk
berpartisipasi dalam aktivitas leisure tertentu
B. Pilihan Ganda
1. Yang bukan klasifikasi lansia menurut World Health Organisation yaitu ....
A. Middle Age
B. Very Old
C. Elderly
D. Very Elderly
E. Old
2. WHO (2009) menyatakan masa lanjut usia menjadi empat golongan, yaitu
usia pertengahan (middle age) …. tahun
A. 60-74
B. 75-90
C. 100-125
D. >125
E. 45-59
3. Maksud dari “kenyamanan” menurut Aristoteles 2001 adalah ....

A. Memberi kebahagiaan, penderitaan, kenikmatan hidup


B. Memberikan kesenangan, kebahagiaan ,dan kenikmatan hidup
C. Rasa gelisah, tertekan
D. Khawatir dan risih
E. Kebahagiaan, tertekan, dan kesenangan
4. Definisi leisure sebagai waktu (leisure as time) dimaksudkan sebagai …
A. Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala
kebutuhan yang mudah telah dilakukan
B. Waktu luang berisikan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan
mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri
sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya
C. Waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang
digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati
D. Kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar
kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak
sesuai rasa kasih yang tak terelakkan
E. Hal yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan, hal ini bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang
datang dari luar
5. Manfaat leisure bagi lansia diantaranya ..
A. Memberi kebahagiaan, penderitaan, kenikmatan hidup
B. Kegiatan rekreasi sangat bagus untuk interaksi sosial
C. Rasa gelisah, tertekan
D. Khawatir dan risih
E. Kebahagiaan, tertekan, dan kesenangan

6. Keseimbangan antara aktivitas kehidupan sehari-hari dengan aktivitas yang


bersifat
rekreasi, dinyatakan oleh …
A. Suatu satuan waktu
B. Keabstrakan pencapaian aktivitas
C. Keteraturan dalam pencapaian aktivitas
D. Kesulitan aktivitas
E. Individu sebagai partisipan
7. Elemen penting dalam aktivitas leisure adalah..
A. Memberi keuntungan
B. Dapat menyenangkan kondisi pikiran
C. Semangat
D. Menjadi percaya diri
E. Kebahagiaan, tertekan, dan kesenangan

8. Yang bukan jenis leisure yang dilakukan para lansia, diantaranya .


A. Duduk ringan
B. Gerak badan
C. Aktivitas religious
D. Berbincang-bincang
E. Menyendiri

9. Faktor kesempatan yang mempengaruhi leisure pada lansia, kecuali .. .


A. Persepsi terhadap Aktivitas Leisure
B. Kemudahan dalam Melakukan Aktivitas Leisure
C. Tingkat pendapatan
D. Pengenalan terhadap Aktivitas Leisure
E. Pengelolaan Suatu Aktivitas Leisure

10. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor personal yaitu ...


A. Keahlian yang dimiliki
B. Tingkat Pendapatan
C. Kapasitas fisik
D. Persepsi terhadap Aktivitas Leisure
E. Tingkat penghasilan
KUNCI JAWABAN

A. Essay

1. Gangguan Daya Ingat, Fungsi sebagai seseorang yang dituakan, Kelekatan


dengan objek-objek yang dikenal, Perasaan tentang siklus kehidupa,
Kontrol Terhadap Takdir, Orientasi ke Dalam Diri, Perasaan tentang
penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan,
2. Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan
menghibur.
3. Medley (dalam Hurlock, 2002) menyatakan, secara umum, lansia yang
bahagia lebih sadar dan siap untuk terikat dengan kegiatan baru dibanding
lansia yang merasa tidak bahagia.
4. Kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian, PKK maupun posyandu
adalah salah satu acara yang mereka gunakan untuk hiburan, ajang tukar
informasi dan merekatkan tali persaudaraan di antara mereka.
5. Faktor Personal, Individual dan Keluarga (yang selanjutnya akan disebut
sebagai faktor personal), Faktor Lingkungan Sosial, Faktor Kesempatan

B. Pilihan Ganda

1. D. Very Elderly
2. E. 45-59 tahun
3. B. Memberikan kesenangan, kebahagiaan ,dan kenikmatan hidup
4. A. Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala kebutuhan
yang mudah telah dilakukan
5. B. Kegiatan rekreasi sangat bagus untuk interaksi sosial
6. C. Keteraturan dalam pencapaian aktivitas
7. B. Dapat menyenangkan kondisi pikiran
8. E. Menyendiri
9. C. Tingkat pendapatan
10. A. Keahlian yang dimiliki

Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif evaluasi yang terdapat
dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi
kegiatan belajar ini.

Tingkat penugasan =

Jumlah Jawaban yang Benar X 100%

Jumlah Soal

Arti tingkat pengusaan :


90 - 100 % = baik sekali
80 – 8 9% = baik
70 – 79 % = cukup
<70% = Kurang
Apabila mencapai tingkat penugasan 80% atau lebih, Bagus! Jika masih dibawah
80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan dan pelajari lagi yaaa, terutama
bagian yang belum dikuasai.
KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 1:
1. C
2. A
KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 2:
1. C
2. E
KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 3:
1. B
2. D
KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 4:
1. C
2. A
KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 5:
1. A
2. B

Influences on Leisure and Life Satisfaction of Elderly People (Salwa)

1. Judul Penelitian
Influences on Leisure and Life Satisfaction of Elderly People
2. Nama Peneliti
Janelle Griffin, BOccThy & Kryss McKenna, PhD
3. Latar Belakang
a. Tempat penelitian
Australia
b. Waktu
Tahun 2009
c. Responden
104 warga lanjut usia
d. Tujuan penelitian
Untuk menentukan pengaruh jumlah dan jenis leisure yang dilakukan
pada lansia terhadap kepuasan hidup lansia tersebut.
4. Metodologi Penelitian
Peserta diminta dengan beberapa kriteria (1) berusia 65 tahun atau
lebih; (2) pensiun dari pekerjaan; (3) yang tinggal di perumahan
independen (yaitu, tidak di hostel, rumah jompo); (4) kognitif baik dan
mampu secara fisik dan berbicara (5) memiliki kemampuan untuk
membaca, memahami dan menyelesaikan kuesioner secara mandiri.
Dilakukan selama tiga bulan berturut-turut, responden terdiri dari 104
orang lanjut usia (75 perempuan) dengan usia rata-rata 74 tahun (kisaran
65-98 tahun) direkrut dari organisasi senior yang resmi sukarela dan pusat
perbelanjaan umum, dan dengan rujukan progresif dari peserta lain.
Persetujuan tertulis Informed Consern diperoleh yang sudah diperoleh
sebelumnya.
Kepuasan hidup diukur menggunakan The Satisfaction with Life
Scale (SWLS) (Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985) yang menilai
kepuasan hidup secara global. Contoh dari lima pertanyaan pada skala ini
termasuk, '' Saya puas dengan kehidupan, saya'' dan ''Jika aku bisa
menjalani kehidupan saya, saya tidak akan mengubah hampir yang ada.''
Respon didasarkan pada 7 poin dari skala Likert, dengan penjumlahan dari
tanggapan menghasilkan skor total. Skala ini memiliki tingkat konsistensi
yang tinggi (koefisien alpha = 0,87) dan Realibilitas temporal (dua bulan
tes-tes ulang koefisien korelasi = 0,82). Skor pada skala ini dilaporkan
berkorelasi cukup baik untuk hingga tinggi untuk pengukuran lain dari
subjektivitas kesejahteraan dan dapat memperkirakan dengan baik
spesifikasi karakteristik seseorang (Diener et al., 1985).
5. Hasil Penelitian
Data dianalisis menggunakan The Statistical Packages for the
Social Sciences (SPSS / PC). Data terdiri dari perilaku dalam pemanfaatan
waktuluang dan kepuasan hidup dianalisis secara deskriptif. Sarana dan
standar deviasi yang digunakan untuk menggambarkan tendensi sentral
dan kemampuan variabel berdasarkan jumlah dan berbagai rekreasi. Untuk
variabel kepuasan leisure dan kepuasan hidup, median dan rentang
interkuartil adalah tics statis- deskriptif lebih tepat untuk digunakan. Untuk
menguji hipotesis, analisis regresi berganda standar dilakukan antara
variabel dependen dan independen. Specifi- Cally, untuk menentukan
pengaruh pada variabel dependen dari jumlah partisipasi rekreasi, berbagai
partisipasi rekreasi dan kepuasan rekreasi, variabel independen berikut
mengadakan regresi: usia, jenis kelamin, latar belakang pekerjaan, status
kesehatan dan mengemudi mobil. Untuk menentukan pengaruh pada
kepuasan hidup sebagai variabel dependen, mengikuti ables variabel-
independen yang dimasukkan dalam persamaan regresi: jumlah partisipasi
leisure, berbagai partisipasi leisure dan kepuasan leisure. Sebuah skor
median dari 22 pada skala kepuasan leisure mengungkapkan bahwa
sebagian besar peserta baik sangat puas atau puas dengan item pada skala
kepuasan leisure. Pemeriksaan kisaran interkuartil (antara 25 dan persentil
ke-75) menunjukkan perbedaan hanya 5,75, menyoroti bahwa skor
kepuasan luang untuk ipants partic- dalam penelitian ini cenderung
mengelompok di sekitar median. Untuk kepuasan hidup, skor median dari
30 mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta setidaknya setuju,
beberapa sangat, dengan item bertanya pada LSS tersebut. Berbagai baris
IQR lagi ditunjukkan clustering.
Berjumlah Partisipasi Leisure: Persamaan regresi untuk variabel
independen (umur, jenis kelamin, latar belakang pekerjaan, status
kesehatan dan mengemudi mobil) pada jumlah partisipasi luang itu tidak
bisa signifi-, jumlah partisipasi luang itu tidak bisa signifi-, jumlah
partisipasi luang itu tidak bisa signifi-, jumlah partisipasi luang itu tidak
bisa signifi-, jumlah partisipasi luang itu tidak bisa signifi-, jumlah
partisipasi luang itu tidak bisa signifi-, R = . 52, F ( 5, 95) = 7.09, p
disesuaikan dari varians diperkirakan oleh variabel independen. Tiga
variabel independen, yaitu usia (6%), status kesehatan (4%) dan
mengendarai mobil (5%), bersama-sama membuat kontribusi yang unik
dari 15% ke- prediksi bangsal dari hasil ini, dengan lebih 12% menjadi
shared kontribusi dari semua variabel independen.
Kenyamanan Kepuasan: Hasil persamaan regresi berganda dari
variabel independen (umur, jenis kelamin, latar belakang pekerjaan, status
kesehatan dan mengemudi mobil) pada kepuasan luang tidak tidak bisa
signifi-. Kepuasan hidup: Regresi berganda dari ables variabel-
independen (jumlah partisipasi rekreasi, berbagai partisipasi rekreasi, dan
kepuasan rekreasi) pada kepuasan hidup tidak signifikan.
6. Kesimpulan
Selain mendorong partisipasi lansia, okupasi terapis harus fokus
untuk memfasilitasi kepuasan orang tua melanjutkan tentang kegiatan
leisure tersebut, terutama bagi mereka yang usianya lebih tua, memiliki
masalah dalam kesehatan dan tidak memiliki sarana transportasi yang
memadai. Dengan memperhatikan sifat unik dan pengalaman individual
masing-masing orang, okupasi terapis juga dapat mempromosikan
kepuasan lansia berkelanjutan dengan olahraga dan berkontribusi terhadap
perasaan kepuasan hidup pada orang yang sudah lanjut usia.

Time use for self care, productivity, and leisure among elderly Canadians

(Atika)

1. Judul penelitian
Time use for self care, productivity, and leisure among elderly Canadians

2. Nama Peneliti
Allison L. McKinnon

3. Latar Belakang
a. Tempat Penelitian
Canada
b. Waktu Penelitian
November 1986
c. Responden
1.398 orang yang berumur di atas 65 tahun, terdiri dari pria dan wanita
d. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penggunaan waktu oleh lansia untuk perawaratan diri,
produktivitas dan aktivitas leisure

4. Metodologi Penelitian
Random digit dialing adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan
untuk memilih sampel. Sampel inti terdiri sekitar 12.500 rumah tangga di
sepuluh daerah dan tanggapan diperoleh dari 9.946 rumah tangga, mewakili
tingkat respons 79,6%. Pengambilan sampel regional konsisten dengan
distribusi populasi di sepuluh daerah di Kanada, sehingga 19,7% responden
berusia 65 tahun keatas berasal dari wilayah Atlantik, 18,9% berasal dari
Quebec, 22,7% tinggal di Ontario, 26% tinggal di Praires, dan 12,8% adalah
penduduk British Columbia.

Pengumpulan survei dilakukan dengan cara wawancara melalui telepon


dan meminta responden untuk menceritakan kegiatannya selama 24 jam, mulai
dari pukul 04.00 saat memulai aktivitas. Tahap pertama responden
menceritakan kegiatan yang telah ia bulai dan ia akhiri (rumah, kantor, pusat
transportasi dll) dan dengan siapa responden saat itu (sendirian, berpasangan
dll). Kemudian responden menceritakan kegiatan perawatan diri ( berpakaian
dll).

5. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian tersebut diperoleh bahwa persentase aktivitas yang
banyak dilakukan responden adalah perawatan diri yaitu mencapai 100% lansia
menceritakan hal tersebut. Menariknya 92,5% responden melaporkan waktu
untuk kegiatan dalam kategori media dan komunikasi. Setidaknya 85% dari
semua lansia yang disurvei mengatakan bahwa mereka Lebih sering menonton
televisi pada hari tertentu. Untuk pekerjaan berada dikegiatan ketiga yang
paling sering dilaporkan lansia yang telah mengikuti survei (82%).
6. Kesimpulan Penelitian
Sementara pola yang terkait dengan usia kinerja dalam pekerjaan memang
ada (Zuzanek & Box, 1988), variasi yang luas dalam penggunaan waktu juga
jelas di antara yang heterogen populasi lansia di Kanada. Sebagai individu,
lansia punya prioritas untuk menggunakan waktu mereka yang menyimpang
dari rata-rata statistik untuk usia mereka. Prioritas semacam itu harus diakui
dalam berpusat pada praktik terapi okupasi, dan preferensi seorang klien untuk
penggunaan waktu harus menjadi dasar untuk mengambil keputusan tentang
apa yang menjadi keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Jika “tujuan
utama terapis adalah untuk membangun sebuah keseimbangan yang tepat
antara waktu yang dihabiskan oleh klien dalam kegiatan perawatan diri,
produktivitas, dan waktu luang" (CAOT, 1991, hlm. 13).

Leisure Participation and Enjoyment Among the Elderly:


Individual Characteristics and Sociability
(Galuh Tika)
1. Judul Penelitian
Leisure Participation and Enjoyment Among the Elderly:
Individual Characteristics and Sociability
2. Nama Penelitian
Su-Yen Chen
3. Latar Belakang
a. Tempat Penelitian
Taiwan
b. Waktu
2008
c. Responden
499 responden lansia
d. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui bagaimana orang yang lebih tua ( lansia) dapat
mengalami kualitas hidup yang lebih baik dan peningkatan
kesejahteraan psikologis
4. Metodologi Penelitian
Data untuk penelitian ini diambil dari Survei Perubahan Sosial
Taiwan (TSCS) 2007. Diluncurkan pada tahun 1984, TSCS telah
mengikuti prosedur yang ketat dalam desain pengambilan sampel, survei
lapangan, pembersihan data, dan pengarsipan data. Seri survei tahunan ini
mengadopsi pengambilan sampel secara nasional, tiga tahap, berstrata
proporsional dengan ukuran (PPS) dengan data pendaftaran rumah tangga.
Survei lapangan bergantung pada pewawancara terlatih yang melakukan
kunjungan rumah untuk wawancara tatap muka. Dengan lebih dari 85.000
wawancara sukses tatap muka selama 23 tahun terakhir, TSCS telah
menjadi seri survei terbesar dari semua survei sosial umum di dunia
(Smith, Kim, Koch, & Park, 2005). Sebagai anggota Program Survei
Sosial Internasional (ISSP), TSCS 2007 menggabungkan semua item
pertanyaan pada modul 2007 tentang Waktu Luang dan Olahraga. Modul
internasional ini mengukur variabel latar belakang, frekuensi terlibat
dalam 13 kegiatan rekreasi, dan tingkat kenikmatan rekreasi dari empat
kegiatan utama: membaca buku, menonton TV = DVD = video,
bersosialisasi dengan teman, dan terlibat dalam kegiatan fisik, antara lain.
Grup perancang internasional memilih menonton TV = DVD = video
untuk mengukur kenikmatan waktu luang karena kegiatan tersebut telah
menghabiskan sebagian besar waktu luang orang; namun, itu tampaknya
tidak berkontribusi banyak pada kebahagiaan. Terlibat dalam kegiatan fisik
dipilih karena merupakan salah satu yang paling banyak dilakukan
kegiatan waktu luang yang sangat dihargai, meskipun jarang dilakukan;
dan begitu pula membaca buku (Haller, Hadler, & Hollinger, 2003). Selain
modul inti ISSP dan variabel latar belakang lainnya, TSCS 2007
menambahkan bagian tambahan untuk mengukur kemampuan
bersosialisasi.
5. Hasil Penelitian
Partisipasi dan Kesenangan Orang Dewasa yang Lebih Tua. Di
antara 499 responden lansia, 81,9% menonton TV = DVD = video setiap
hari, dan 48,5% melaporkan terlibat dalam aktivitas fisik setiap hari;
sebaliknya, masing-masing hanya 6,5% dan 7,0% melaporkan
bersosialisasi dengan teman dan membaca buku setiap hari. Di antara
empat kegiatan rekreasi, orang dewasa Taiwan yang lebih tua menonton
TV = DVD = video (M¼4.70, SD¼0.801) dan terlibat dalam kegiatan fisik
(M¼3.52, SD¼1.711) jauh lebih sering daripada bersosialisasi dengan
teman-teman (M¼2.37, SD¼1.145) dan membaca buku (M¼1.75,
SD¼1.253). Apa yang dilakukan lansia di waktu luang mereka tidak selalu
sesuai dengan apa yang mereka nikmati. Misalnya, sekitar 26% orang
dewasa Taiwan yang berusia di atas 60 tahun melaporkan bahwa mereka
mengalami banyak kesenangan bersosialisasi dengan teman-teman, sekitar
20,2% dari melakukan aktivitas fisik, dan hanya 12,8% dan 12,2%
melaporkan tingkat kenikmatan yang sama dari menonton TV = DVD =
video dan membaca buku, masing-masing.
Latar Belakang dan Variasi dalam Partisipasi Kenyamanan
Seberapa sering individu berpartisipasi dalam empat kegiatan
waktu luang berkorelasi erat dengan karakteristik demografis, sosial
ekonomi, dan individu lainnya. Sebagai contoh, analisis korelasi Pearson
menunjukkan bahwa manula yang lebih tua membaca buku dan menonton
TV = DVD = video lebih jarang (Tabel 2). Laki-laki membaca buku,
menonton TV =DVD = video, dan bersosialisasi dengan teman lebih
sering, sementara lansia yang lebih berpendidikan menghabiskan lebih
banyak waktu membaca buku, menonton TV = DVD = video, dan terlibat
dalam aktivitas fisik. Orang-orang yang menganggap kesehatan mereka
dalam kondisi yang lebih baik berpartisipasi dalam semua empat macam
kegiatan lebih sering. Akhirnya, mereka yang tinggal di daerah perkotaan
menghabiskan lebih banyak waktu membaca buku dan terlibat dalam
kegiatan fisik kegiatan, sementara rekan-rekan pedesaan mereka lebih
banyak bersosialisasi dengan teman sering.
Latar Belakang dan Variasi dalam Kenikmatan Santai
Kenikmatan dalam kegiatan rekreasi menyerupai partisipasi dalam
liburan dalam hal apa jenis faktor latar belakang membantu menjelaskan
variasi di antara orang tua. Misalnya, analisis korelasi Pearson
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar
kemungkinan lansia menikmati membaca buku dan terlibat dalam kegiatan
fisik Mereka yang melaporkan kesehatan yang lebih baik juga menikmati
keempatnya kegiatan waktu luang lebih dari mereka yang menganggap diri
mereka dalam kondisi lebih buruk. Apalagi mereka yang tinggal di daerah
pedesaan menikmati bersosialisasi dengan teman lebih dari rekan-rekan
perkotaan mereka.

6. Kesimpulan
Berdasarkan data dari sampel orang dewasa yang representatif
secara nasional di Taiwan, penelitian ini menyajikan temuan menarik
tentang partisipasi orang dewasa yang lebih tua dan kesenangan di waktu
luang. Kasus-kasus kegiatan rekreasi termasuk membaca buku, menonton
TV = DVD = video, bersosialisasi dengan teman-teman, dan terlibat dalam
kegiatan fisik. Sementara beberapa temuan dari penelitian ini konsisten
dengan literatur Barat yang ada dan studi tentang orang-orang Cina,
temuan lainnya membutuhkan eksplorasi lebih lanjut :
1) Temuan penelitian ini mengkonfirmasi temuan dari literatur
sebelumnya tentang pola umum orang dewasa yang lebih
tua tentang seberapa sering mereka berpartisipasi dalam
empat jenis kegiatan rekreasi dan tentang seberapa banyak
mereka menikmatinya. Secara umum, ada kesamaan lintas
budaya mengenai kegiatan rekreasi orang dewasa yang
lebih tua.
2) Usia dan kesehatan keduanya merupakan prediktor yang
signifikan untuk partisipasi di waktu senggang dan
kesenangan di waktu senggang. Hasilnya umumnya
konsisten dengan literatur yang ada tentang partisipasi
waktu luang, sambil memberikan informasi baru tentang
kesenangan orang dewasa yang lebih tua untuk
penyelidikan di masa depan.
3) Gender memainkan peran yang sangat terbatas dalam
memprediksi partisipasi dan kesenangan rekreasi orang
dewasa yang lebih tua. Penelitian di masa depan mungkin
perlu memeriksa kembali atau mengkonfirmasi kembali
tidak adanya kesenjangan gender dalam kegiatan rekreasi di
kalangan lansia.
4) Pendidikan tampaknya berfungsi sebagai prediktor yang
sangat kuat dari partisipasi orang dewasa yang lebih tua dan
kesenangan membaca buku, dan itu adalah prediktor
moderat untuk partisipasi waktu luang dan kenikmatan
kegiatan fisik, seperti yang disarankan oleh studi
sebelumnya.
5) Penduduk kota cenderung membaca buku lebih sering
daripada penduduk pedesaan, sementara penduduk desa
lebih sering bersosialisasi dengan teman dan lebih
menikmatinya daripada rekan kota mereka. Temuan pada
kesenjangan desa-kota dalam bersosialisasi dengan teman-
teman menggemakan hasil penelitian yang dilakukan pada
orang dewasa yang lebih tua di Cina daratan. Akan menarik
untuk mengeksplorasi apakah kesenjangan seperti itu juga
ada di antara orang dewasa yang lebih tua di masyarakat
lain.
Preparation to care for confused older patients in general hospitals: a

study of UK health professionals (Ilham)

1. Judul Penelitian

Preparation to care for confused older patients in general hospitals: a

study of UK health professionals

2. Nama Peneliti

Amanda Griffiths, Alec Knight, Rowan Harwood John R.F. Gladman

3. Latar Belakang

a. Tempat penelitian

Rumah sakit di Inggris

b. Waktu

Tahun 2013

c. Responden

Dua pertiga pasien di rumah sakit umum yang berusia lebih dari 70

tahun dan menderita demensia atau delirium atau keduanya.


d. Tujuan penelitian

Untuk mengeksplorasi persepsi dokter, perawat dan profesional

kesehatan terkait tentang persiapan mereka untuk merawat pasien yang

lebih tua yang bingung di bangsal rumah sakit umum.

2. Metodologi Penelitian

Sebuah studi wawancara dilakukan dengan menggunakan

konsensual Penelitian Kualitatif (CQR) pendekatan yang terdiri dari: (i)

semi-terstruktur pengumpulan data menggunakan pertanyaan terbuka; (ii)

banyak pendapat di seluruh analisis data; (iii) pendapat yang tiba pada

konsensus tentang makna data; (iv) seorang auditor untuk memeriksa

pekerjaan para pendapat; dan (v) analisis yang mengelompokkan data ke

dalam kategori, memberikan ringkasan masing-masing kategori dan

meneliti perbedaan respons antara kelompok-kelompok peserta yang

berbeda.

Panduan wawancara semi-terstruktur dikembangkan (lihat Data

tambahan dalam Usia dan Penuaan online, Lampiran 1). Partisipasi

bersifat sukarela, informed consent diperoleh dan transkrip dianonimkan.

Dua orang mengundurkan diri setelahmendapat uang. Pengganti dengan

karakteristik serupa direkrut. Wawancara individu berlangsung 20-70

menit (rata-rata 39 menit), direkam dan ditranskripsi. Pewawancara (AG

dan AK) adalah psikolog kerja akademik tanpa peran klinis atau

manajerial.

3. Hasil Penelitian
Dengan mengambil sampel sejumlah kelompok profesional, hasil

kami memberikan gambaran yang kredibel tentang masalah yang dihadapi

staf yang merawat pasien yang lebih tua yang bingung di rumah sakit.

Faktor intrapersonal (pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk pekerjaan itu) dan faktor interpersonal (interaksi dengan pasien dan

rekan) yang diidentifikasi dan yang dipengaruhi kompetensi mereka

dirasakan. Kurangnya pengetahuan termasuk ketidakpastian tentang

masalah kesehatan kognitif dan mental. Kurangnya keterampilan termasuk

komunikasi dan berurusan dengan agresif atau perilaku mengganggu.

Faktor-faktor interpersonal termasuk penilaian dan penanganan agresi,

anggapan penggunaan MDT pertemuan yang kurang, dan kurangnya

dukungan dan akses ke saran spesialis.

Penelitian ini memiliki dua kekuatan utama. Pertama, ini

memberikan perspektif multi-profesional tentang persiapan tenaga kerja

untuk merawat pasien yang lebih tua yang bingung di rumah sakit umum.

Kedua, wawancara dilakukan oleh peneliti independen; tanggapan

cenderung lebih jujur daripada jika dilakukan oleh karyawan rumah sakit.

Dua batasan dapat membatasi generalisasi dari temuan kami. Temuan

Pertama, kami hanya mempelajari peserta di satu rumah sakit; pekerjaan

kami membutuhkan replikasi. Kedua, penelitian ini dilakukan di rumah

sakit tanpa layanan psikiatri penghubung, dan temuan mungkin tidak

mewakili rumah sakit dengan kejahatan tersebut. Lebih lanjut, kami tidak
mengeksplorasi perspektif pasien dan perawat tentang pendidikan dan

pelatihan staf . 

Temuan kami mendukung kebutuhan untuk akses yang lebih baik

untuk dukungan dengan spesialisasi (misalnya penghubung psikiatri,

geriatricians, dll) dan potensi mereka untuk pendidikan dan pelatihan staf.

Namun, efeknya pada hasil staf dan pasien tetap harus dipahami. Mereka

juga mendukung temuan sebelumnya bahwa dokter melaporkan

pengetahuan delirium yang buruk, dan mahasiswa kedokteran tidak cukup

siap untuk merawat pasien dengan demensia. Hasil kami mendukung

laporan Komisi Pendidikan Profesional Kesehatan untuk Abad 21, yang

mencatat ketidakcocokan kompetensi untuk kebutuhan dan kebutuhan

untuk memprioritaskan penyediaan kesehatan mental dalam layanan

kesehatan di seluruh dunia. Studi kami menunjukkan bahwa profesional

medis, keperawatan, dan sekutu kesehatan mengalami masalah yang sama.

Laporan WHO 'Dementia: prioritas kesehatan masyarakat' menyoroti

pentingnya pekerjaan multidisiplin dalam perawatan pasien yang lebih tua.

Hasil kami mendukung ini; MDTs secara luas dipandang sebagai manfaat

bagi staf dan pasien. 

Temuan ini penting bagi para pembuat kebijakan dan manajer

rumah sakit, menekankan kebutuhan untuk memprioritaskan pelatihan dan

kesadaran masalah kesehatan kognitif dan mental di antara pasien yang

lebih tua, merangkul keahlian dari layanan spesialis. Temuan kami juga

berguna bagi para pendidik. Perawatan orang tua dengan delirium dan
demensia harus dimasukkan dalam etika pelatihan, sarjana generik dan

spesialis kesehatan.

4. Kesimpulan

Temuan kami menunjukkan bahwa revisi pelatihan lintas profesi

kesehatan di Inggris diperlukan, dan bahwa peningkatan dukungan

spesialis harus diberikan, sehingga tenaga kerja siap untuk merawat pasien

yang lebih tua dengan masalah kognitif.

DAFTAR PUSTAKA
Affandi, M. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk lanjut usia
memilih untuk bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics, 3(2).

Ang-chih fu.2008. Leisure participation and enjoyment among the elderly:


individual characteristics and sociability

Aristotle. (2001a). Nicomachean ethics (W. D. Ross, Trans.). In R. McKeon (Ed.),


The basic works of Aristotle (pp. 928-1112). New York, NY: The Modern
Library.

Aristotle. (2001b). Politics (B. Jowett, Trans.). In R. McKeon (Ed.), The basic

works of Aristotle (pp. 1113-1316). New York, NY: The Modern Library.

Griffin, J., & McKenna, K. (1999). Influences on leisure and life satisfaction of
elderly people. Physical & Occupational Therapy in Geriatrics, 15(4), 1-16.

Husnah, W. (2018). Aktivitas mengisi waktu luang untuk lansia di tiongkok: studi
kasus hong kong. Jurnal Kajian Wilayah, 9(2), 124-137.

Losier, G. F., Bourque, P. E., & Vallerand, R. J. (1993). A motivational model of


leisure participation in the elderly. The Journal of psychology, 127(2), 153-170.

McKinnon, A. L. (1992). Time use for self care, productivity, and leisure among
elderly Canadians. Canadian Journal of Occupational Therapy, 59(2), 102-
110.

Nurhidayah, N. (2016). Pemanfaatan Waktu Luang (Leisure) Dalam Aktivitas


Kehidupan Sehari-hari Lansia Di Posyandu Kedung Gobyak Desa Sobokerto
Kecamatan Ngemplak Boyolali. Jurnal Keterapian Fisik, 1(2).

Stanis, S. A. W., Schneider, I. E., & Anderson, D. H. (2009). State Park Visitors'
Leisure Time Physical Activity, Constraints, and Negotiation
Strategies. Journal of Park & Recreation Administration, 27(3).

Su-Yen Chen.2008. Leisure Participation and Enjoyment Among the Elderly:

Individual Characteristics and Sociability.


Yang-chih fu. (2008). Leisure participation and enjoyment among the elderly:
individual characteristics and sociability.

Anda mungkin juga menyukai