Anda di halaman 1dari 15

PSIKOSOSIAL LANJUT USIA

PENGANTAR
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah
kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan
Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu
yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain
(Depkes.RI, 1992).
PENGERTIAN LANSIA …..
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendi, 2009).
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
BATASAN UMUR LANSIA
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang mencakup batasan
umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut :
usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut
usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase inventus)
ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65
tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70
tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young
old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
KLASIFIKASI LANSIA
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia
berdasarkan Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang
terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia
antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70
tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.
Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa,
lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
TIPE LANSIA
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam Maryam
dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan


diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe
militan dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat
kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa
(benci pada diri sendiri).
PSIKOLOGI LANSIA
Pada dasarnya psikologi lansia termasuk dalam cabang ilmu psikologi
perkembangan. Psikologi perkembangan menurut Hurlock (1980) adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia sesuai dengan hakikat perkembangan
yang berlangsung sejak konsepsi sampai menutup usia. Hal yang sama juga di
ungkapkan oleh Papalia (2008) Psikologi perkembangan merupakan cabang
ilmu psikologi yang mempelajari tentang tahapan-tahapan kehidupan manusia
mulai dari masa remaja sampai dengan akhir dari kehidupan manusia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi lansia pada dasarnya adalah ilmu
yang mempelajari permasalahan-permasalahan psikologis,tingkah laku dan
kebiasaan yang terjadi ketika seseorang mencapai tahapan usia yang
memasuki kategori lanjut usia seperti yang telah dijelaskan pada definisi lansia
diatas.
ASPEK PERKEMBANGAN LANSIA
1. Aspek Intelektual 
Penurunan kemampuan intelektual pada lansia adalah sesuatu yang tidak bisa
terhindarkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit, kecemasan
ataupun depresi. Namun, kemampuan intelektual dapat dipertahankan dengan cara
menciptakan lingkungan yang dapat melatih dan merangsang kemampuan intelektual
mereka. Cara tersebut juga bisa mengantisipasi terjadinya kepikunan pada mereka.

2. Aspek Emosional
Adanya perasaan tidak enak yang harus dihadapi oleh para lanjut usia seperti merasa
tersisih, merasa tak dibutuhkan lagi, penyakit yang tak kunjung sembuh ataupun
kematian pasangan akan menimbulkan rasa tidak percaya diri, depresi, ketakutan
sehingga lanjut usia sulit menyelesaikan suatu masalah dan melakukan penyesuaian
diri.
3. Apek Spiritual
Beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang yang telah mencapai
tahap usia lanjut akan lebih dekat dengan agama. Hal ini menunjukan bahwa
adanya tingginya level seperti dalam hal kepuasan dalam hidup, harga diri
dan optimisme. Kebutuhan spiritual berpengaruh besar terhadap ketenangan
batin para lansia begitu juga dalam hal kesehatan fisik maupun mental.

4. Aspek Kepribadian
Perkembangan kepribadian bersifat dinamis, yang artinya selama individu
tersebut masih mampu bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta
menerima pengalaman baru atau hal-hal positif maka kepribadiannya
semakin matang dan mantap. Bagi lansia yang sehat, kepribadiannya tetap
berfungsi dengan baik tergantung dari tingkat depresi yang dialami pada fase
kehidupan sebelumnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Psikologi Lansia
1. Penurunan Kondisi Fisik
Semakin tua seseorang maka semakin jelas pula perubahan fisik yang terlihat,
misalnya energi yang berkurang, kulit semakin keriput, gigi yang yang mulai rontok
ataupun tulang yang semakin rapuh. Penurunan kualitas fisik secara drastis akan
terjadi ketika sesorang memasuki masa lansia. Hal ini dapat berpengaruh terhadap
kondisi psikologik maupun sosial dan menyebabkan kebiasaan ketergantungan pada
orang lain.

2. Penurunan Fungsi Seksualitas


Penurunan fungsi sexualitas berhubungan dengan gangguan fisik seperti gangguan
jantung, gangguan metabolisme, seperti diabetes, militus, vaginitis, kekurangan gizi
yang dikarenakan permasalahan pencernaan yang menyebabkan menurunnya nafsu
makan.
3. Perubahan Aspek Psikososial.
Pemicu perubahan aspek psikososial pada lansia adalah menurunya fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif yang merupakan proses belajar, pemahaman ataupun
perhatian sehingga menyebabkan reaksi dan prilaku lansia melambat. Sedangkan
psikomotorik adalah dorongan kehendak meliputi, gerakan, tindakan, dan koordinasi yang
berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Dengan berubahnya kedua aspek tersebut akan
berdampak pada perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan kepribadian lansia.

4. Perubahan Peran Sosial di Masyarakat.


Dengan semakin lanjut usia, biasanya lansia akan melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya dikarenakan segala keterbatasan yang ia miliki. Keadaan ini berdampak pada
menurunnya interaksi sosial para lansia, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal
tersebut mengakibatkan hilangnya peran ditengah masyarakat dikarenakan kualitas fisik
yang menurun sehingga para lansia merasa tidak dibutuhkan lagi karena energi nya sudah
melemah.
Permasalahan Psikologi Lansia
a. Kesepian, kehilangan pasangan hidup atau berada jauh dengan anak-anak
yang telah mempunyai kesibukannya masing-masing kadang membuat
para lansia merasa kesepian.
b. Duka cita, duka cita akibat kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang
dapat menimbulkan depresi yang sangat mendalam pada lansia sehingga
memicu gangguan fisik dan kesehatannya.
c. Depresi, beragam permasalahan hidup seperti kemiskinan, penyakit yang
tak kunjung membaik, kematian pasangan, keturunan yang tidak bisa
merawatnya dapat menyebabkan depresi.
d. Kecemasan yang berlebihan, gangguan kecemasan biasanya terjadi karena
depresi, efek samping obat ataupun penghentian konnsumsi suatu obat.
e. Parafenia, merupakan suatu bentuk scizofenia yang berbentuk pada
rasa curiga yang berlebihan. Hal ini terjadi pada lansia yang
terisolasi atau menarik diri dari kehidupan sosial.
f. Sindroma diganose, keadaan dimana seorang lansia menunjukan
tingkah atau prilaku yang mengganggu seperti bermain-main
dengan urin atau menumpuk barang-barangnya dengan tidak
teratur.
Cara Menyikapi Perubahan Psikologi Lansia
• Keluarga harus menyediakan waktu untuk mengajak lansia berbicara dari hati ke
hati sehingga lansia tersebut tidak merasa kesepian dan mengungkapkan segala
keluh kesahnya.
• Memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman serta motivasi.
• Memahami apa yang mereka rasakan dan mencari penyebab permasalahannya.
• Keluarga harus dapat memberi penjelasan agar lansia tersebut menerima
perubahan dirinya dengan lapang dada dan dengan senang hati memasuki
tinkatan kehidupan yang baru.
• Berusaha meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan membuat dirinya
bermanfaat bagi orang lain.
• Apabila lansia menghadapi masalah gangguan mental yang cukup menggangu
diharapkan segera dikonsultasikan kepada ahli.

Anda mungkin juga menyukai