DISUSUN OLEH:
ANNISA RAHMAWATI
HAIKAL BAYAN
NIA NURHAINI
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Attention Deficit Hiperactivity
Disorder” ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
sahabatnya, dan seluruh umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan dan
teladan sampai akhir zaman.
Namun demikian kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam
makalah ini. Kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca,
kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami pribadi dan pembaca pada
umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………….
B. Rumusan permasalahan…………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ADHD………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ADHD?
2. Apa saja ciri-ciri utama ADHD?
3. Apakah faktor penyebab ADHD?
4. Perlakuan dan penanggulangan ADHD?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ADHD
Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder) yang berarti
gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkah hyper-activity/hiper-aktif
penulisan istilahnya manjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD,AD-HD, ada pula
yang menulis ADD/H. Penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama.
Cepat lupa
Mudah bingung
Kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau
kegiatan bermain
Emosi gelisah
Selalu bergerak
Adanya hiperaktivitas.
Menghindari tugas
Kurang perhatian
Disorganisasi aktivitas
Masalah-masalah sosial
Sebuah laporan yang ditulis pada 1987 dalam Kongres Amerika Serikat yang
disiapkan oleh Inter-Agency Committee of Learning Disabilities menerangkan,
bahwa sebab-sebab ADHD ada kaitannya dengan gangguan fungsi neurologis
khususnya gangguan di dalam biokimia otak yang mencakup aspek neurologis
dari neurotransmitter. Namun para peneliti kurang mengerti dengan jelas
mekanisme khusus mengenai bahan kimia neurotransmitter ini. Ternyata,
neurotransmitter dapat mempengaruhi perhatian, pengendalian impuls, dan
tingkat aktivitas anak.
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi belum ada satu
pun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada.
Berbagai virus, zat-zat kimia yang berbahaya dijumpai di lingkungan sekitar, baik
di rumah maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik, faktor genetika dari
salah satu orang tua atau genetik kedua orang tua, masalah selama kehamilan
ibu, dan pada saat kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan
perkembangan otak berperan penting sebagai penyebab ADHD.
a. Faktor genetika
Beberapa bukti penelitian menyatakan, bahwa factor genetika adalah factor
pentingdalam memunculkan perilaku ADHD (Kuntsi dan Stevenson, 2000;
Tannock, 1998).
Satu per tiga dari anggota keluarga anak ADHD memiliki gangguan (Farone,dkk.
2000; Smalley, dkk. 2000). Jadi, jika orang tua mengidap ADHD, anak-anak
memiliki resiko ADHD sebesar 60% (Biederman, dkk. 1995).
Angka ADHD mendekati tiga kali lebih banyak terjadi pada keturunan langsung
dari pada keturunan adopsi (Sprich, Biederan, Crawford, Munday, dan France,
2000).
Pada anak kembar, jika salah satu anak, yaitu 70-80% mengidap ADHD maka
saudaranya juga mengidap ADHD (Levy dan Hay, 2001; Thapar, 2003).
Secara umum, berdasarkan beberapa penemuan dari sisi keluarga, adopsi, anak
kembar, dan gen-gen tertentu, bahwa ADHD adalah penyakit keturunan,
meskipun mekanismenya yang lebih tepat belum diketahui (Levydan Hay, 2001)
b. Faktor neurobiologist
ADHD sangat sulit dipahami, namun begitu diduga ada factor langsung maupun
tidak langsung dari keadaan neurobiologist (Barkley, 2003; Faraone dan
Biederman, 1998). Factor tidak langsung adalah bukti yang tidak
mengikutsertakan factor langsung dari otak atau fungsinya dan berasal dari
keterkaitan antara peristiwa atau kondisi yang berhubungan dengan status
neurologis atau simtom-simtom ADHD, di antaranya adalah:
Perbedaan dalam tingkat aliran darah yang menuju bagian otak prefrontal dan
jalur-jalur yang menghubungkan daerah ini dengan system limbic,
memperlihatkan aliran darah yang lemah pada bagian-bagian ini (Hendren, De
Becker, dan Pandina, 2000). Adapun perbedaan yang lain yaitu ketidaknormalan
otak dan penemuan-penemuan neurofisiologis dan neurochemical.
Pemburu vs Teori petani adalah hipotesis yang diajukan oleh penulis Thom
Hartmann tentang asal-usul ADHD. Teori ini mengusulkan hiperaktif yang
mungkin merupakan perilaku adaptif pada manusia pra-modern dan bahwa
mereka dengan ADHD mempertahankan beberapa karakteristik yang lebih tua
“pemburu” yang berhubungan dengan masyarakat manusia purba pra-pertanian.
Menurut teori ini, individu dengan ADHD mungkin lebih mahir mencari dan
mencari dan kurang mahir tinggal menempatkan dan mengelola tugas-tugas
kompleks dari waktu ke waktu. Bukti lebih lanjut menunjukkan hiperaktif mungkin
evolusi bermanfaat adalah mengajukan pada tahun 2006 dalam sebuah studi
yang menemukan mungkin membawa manfaat spesifik untuk bentuk tertentu dari
masyarakat kuno. Dalam masyarakat, orang dengan ADHD yang diduga telah
lebih mahir dalam tugas yang melibatkan risiko atau persaingan
Twin studi sampai saat ini telah menyarankan bahwa sekitar 9% sampai 20%
dari varians dalam perilaku hiperaktif-impulsif-leha atau gejala ADHD dapat
dikaitkan dengan nonshared lingkungan (nongenetic) faktor. Lingkungan faktor
terlibat termasuk alkohol dan paparan asap tembakau selama kehamilan dan
paparan lingkungan untuk memimpin dalam kehidupan yang sangat awal.
Hubungan merokok dengan ADHD bisa disebabkan oleh nikotin menyebabkan
hipoksia (kekurangan oksigen) untuk janin dalam rahim. Bisa juga bahwa wanita
dengan ADHD lebih mungkin untuk merokok dan oleh karena itu, karena
komponen genetik yang kuat ADHD, lebih cenderung memiliki anak-anak dengan
ADHD. Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran-termasuk. prematur lahir
mungkin juga memainkan peran. ADHD pasien telah diamati memiliki lebih tinggi
daripada tingkat rata-rata cedera kepala. Namun, bukti saat ini tidak
menunjukkan bahwa cedera kepala adalah penyebab ADHD pada pasien yang
diamati. Infeksi selama kehamilan, saat lahir, dan pada anak usia dini terkait
dengan peningkatan risiko mengembangkan ADHD. Ini termasuk berbagai virus
(campak, varicella, rubella, Enterovirus) dan infeksi bakteri streptokokus.
Sebuah studi 2007 menghubungkan klorpirifos insektisida organofosfat, yang
digunakan pada beberapa buah-buahan dan sayuran, dengan keterlambatan
dalam belajar tarif, dikurangi koordinasi fisik, dan masalah perilaku pada anak,
terutama ADHD.
Sebuah studi 2010 menemukan bahwa paparan pestisida sangat terkait dengan
peningkatan risiko ADHD pada anak-anak. Peneliti menganalisis tingkat residu
organofosfat di urin lebih dari 1.100 anak usia 8 sampai 15 tahun, dan
menemukan bahwa mereka dengan tingkat tertinggi dialkyl fosfat, yang
merupakan hasil pecahan dari pestisida organofosfat, juga memiliki insiden
tertinggi ADHD . Secara keseluruhan, mereka menemukan kenaikan 35% pada
kemungkinan mengembangkan ADHD dengan setiap kenaikan 10-kali lipat
konsentrasi urin residu pestisida. Efeknya terlihat bahkan pada akhir rendah
paparan: anak-anak yang punya tingkat, terdeteksi di atas rata-rata dari metabolit
pestisida dalam air seni mereka dua kali lebih mungkin seperti yang dilakukan
dengan tingkat tidak terdeteksi untuk merekam gejala ADHD.
Zat timah dalam tingkat rendah yang ditemukan pada debu, minyak, dan cat di
daerah-daerah yang terdapat gasoline dan cat bertimah yang sekali pakai
langsung dibuang dapat dikaitkan dengan simtom-simtom ADHD diruang kelas
(Fergusson, Horwood, dan Lynskey, 1993). Namun sebagian besar anak ADHD
adalah lemah (Kahn, Kelly, dan Walker, 1995). Kesimpulannya meskipun diet,
elergi, dan zat timah telah mendapat perhatian sebagai penyebab ADHD, tetapi
jika disebutkan sebagai penyebab utama ADHD belumlah terbukti.
a. Perlakuan pokok
b. Perlakuan intensif
c.Perlakuan tambahan
Jika orang tua mencurigai adanya gangguan ADHD pada anak-anaknya, hal
yang harus dilakukan orang tua adalah sebagai berikut.
Berkonsultasi dengan ahli jwa (psikiater), psikolog, ahli syaraf anak, atau dokter
spesialis anak-anak guna meminta saran terbaik.
Ingatlah, bahwa dalam beberapa kasus, rasa gagal, frustrasi, rendah hati,
dan tekanan kejiwaan yang biasa dialami anak dapat menimbulkan
masalah yang lebih besar dibandingkan kelainan atau gangguan itu
sendiri.
Dapatkan informasi lebih akurat yang berkaitan dengan gangguan ini dari
perpustakaan, internet, atau sumber-sumber lainnya.
Bicara atau tukar pikiran dengan keluarga lain yang memiliki anak ADHD.
e. Dari sekolah
Anak ADHD membutuhkan lebih banyak bantuan untuk waktu yang lebih
lamadibandingkan anak rata-rata. Setelah itu, secara bertahap kurangi
bantuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31915993/Makalah_ADHD_Autism