Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI

-ATTENTION DEFICIT HIPERACTIVITY DISORDER-

DISUSUN OLEH:

ANNISA RAHMAWATI

FEBRI SIRLISTIA ARIANTI

HAIKAL BAYAN

NIA NURHAINI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SMK YARSI MATARAM

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Attention Deficit Hiperactivity
Disorder” ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
sahabatnya, dan seluruh umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan dan
teladan sampai akhir zaman.

Namun demikian kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam
makalah ini. Kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca,
kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami pribadi dan pembaca pada
umumnya.

Mataram , Maret 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………………………………………….

B. Rumusan permasalahan…………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ADHD………………………………………………..

B. Ciri-ciri utama ADHD…………………………………………….

C. Faktor penyebab ADHD…………………………………………

D. Perlakuan dan penanggulangan ADHD……………………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….

B. Saran……………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti juga autisme atau gangguan-gangguan menyeramkan, misalnya


lupus dan HIV/AID; gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif, atau
yang lebih dikenal dalam Bahasa Inggris ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) saat ini banyak dibicarakan, dipermasalahkan, dan diusahakan untuk
ditangani. Ini gejala yang fenomenal karena dalam pandangan awam, gangguan
ini bagi mereka lebih biasa disebut penyakit merupakan gejala baru yang seolah-
olah entah dating dari mana secara sekonyong-konyong. Jadi kalau disebut
menggegerkan, tidaklah berlebihan.

Terhadap berbagai gangguan semacam ADHD ini, demikian luasnya


pembicaraan orang. Para professional pun sering kewalahan menjawab dan
menjelaskan pertanyaan serta situasi yang sebenarnya terjadi terhadap
penderita dan orang tua penderita. Kadang bukan pertanyaan melainkan
permasalahan dan keterangan yang memancing diskusi.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa terhadap gangguan-gangguan yang


begitu cepat memasyarakat ini, terdapat peluang untuk terjadinya hiruk-pikuk
mengenai masalah ini. Tentu saja peluang untuk justru membangun pencerahan
dan penambahan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ADHD?
2. Apa saja ciri-ciri utama ADHD?
3. Apakah faktor penyebab ADHD?
4. Perlakuan dan penanggulangan ADHD?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ADHD

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau dalam Bahasa Indonesia


ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif yaitu gangguan
pemusatan pikiran dalam bentuk yang jernih dan gambling, ketidakmampuan
mengabaikan objek-objek lain agar seseorang sanggup menangani objek
tertentu secara efektif.

Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder) yang berarti
gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkah hyper-activity/hiper-aktif
penulisan istilahnya manjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD,AD-HD, ada pula
yang menulis ADD/H. Penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama.

Definisi ADHD secara umum yaitu menjelaskan kodisi anak-anak yang


memperlihatkan sintom-sintom (cirri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif,
dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar
aktivitas hidup mereka.

B. CIRI-CIRI UTAMA ADHD

A. Rentan perhatian yang kurang dengan gejala-gejala:

 Gerakan yang kacau

 Cepat lupa

 Mudah bingung
 Kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau
kegiatan bermain

B. Impulsivitas yang berlebihan dengan gejala-gejala:

 Emosi gelisah

 Mengalami kesulitan bermain dengan tenang

 Mengganggu anak lain

 Selalu bergerak

 Adanya hiperaktivitas.

C. Beberapa masalah perilaku yang muncul di sekolah:

 Aktivitas motorik yang berlebihan

 Menjawab tanpa ditanya

 Menghindari tugas

 Kurang perhatian

 Tidak menyelesaikan tugas secara tuntas

 Bingung terhadap arahan

 Disorganisasi aktivitas

 Tulisan yang jelek

 Masalah-masalah sosial

C. FAKTOR PENYEBAB ADHD


ADHD tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan laboratorium. ADHD
hanya dapat dilihat dari perilaku yang sangat kentara pada diri anak ADHD.
Karena ADHD adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa
pola perilaku yang sulit dibedakan di antara anak-anak yang kelak suatu hari
ditemukan perbedaan beserta penyebabnya.

Perasaan frustrasi dan perasaan tidak berdaya dapat menyerang secara


bertubi-tubi pada diri anak ADHD. Sebagaimana David berkata,”Aku tidak punya
teman. Oleh karena itu, aku tidak dapat bermain seperti mereka dan jika mereka
memanggilku ‘Dope Freak’ atau ‘David Dopey’ aku menangis. Aku tidak tahu
harus melakukan apa”. (D.M. Ross dan Ross, 1982)

Sebuah laporan yang ditulis pada 1987 dalam Kongres Amerika Serikat yang
disiapkan oleh Inter-Agency Committee of Learning Disabilities menerangkan,
bahwa sebab-sebab ADHD ada kaitannya dengan gangguan fungsi neurologis
khususnya gangguan di dalam biokimia otak yang mencakup aspek neurologis
dari neurotransmitter. Namun para peneliti kurang mengerti dengan jelas
mekanisme khusus mengenai bahan kimia neurotransmitter ini. Ternyata,
neurotransmitter dapat mempengaruhi perhatian, pengendalian impuls, dan
tingkat aktivitas anak.

Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi belum ada satu
pun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada.
Berbagai virus, zat-zat kimia yang berbahaya dijumpai di lingkungan sekitar, baik
di rumah maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik, faktor genetika dari
salah satu orang tua atau genetik kedua orang tua, masalah selama kehamilan
ibu, dan pada saat kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan
perkembangan otak berperan penting sebagai penyebab ADHD.

a. Faktor genetika
Beberapa bukti penelitian menyatakan, bahwa factor genetika adalah factor
pentingdalam memunculkan perilaku ADHD (Kuntsi dan Stevenson, 2000;
Tannock, 1998).

 ADHD terjadi dalam keluarga

Satu per tiga dari anggota keluarga anak ADHD memiliki gangguan (Farone,dkk.
2000; Smalley, dkk. 2000). Jadi, jika orang tua mengidap ADHD, anak-anak
memiliki resiko ADHD sebesar 60% (Biederman, dkk. 1995).

 Studi pada anak adopsi

Angka ADHD mendekati tiga kali lebih banyak terjadi pada keturunan langsung
dari pada keturunan adopsi (Sprich, Biederan, Crawford, Munday, dan France,
2000).

 Studi pada anak kembar

Pada anak kembar, jika salah satu anak, yaitu 70-80% mengidap ADHD maka
saudaranya juga mengidap ADHD (Levy dan Hay, 2001; Thapar, 2003).

 Studi gen khusus

Analisis molekul genetika menyatakan, bahwa gen-gen tertentu dapat


menyebabkan ADHD pada anak (Faraone, dkk, 1992). Utamanya adalah gen-
gen dalam system dopaminergik dan adrenergic dengan dua alasan yaitu
struktur otak pada anak ADHD penuh dengan innervasi dopamin dan terapi
medis yang meredakan simtom-simtom ADHD.

Secara umum, berdasarkan beberapa penemuan dari sisi keluarga, adopsi, anak
kembar, dan gen-gen tertentu, bahwa ADHD adalah penyakit keturunan,
meskipun mekanismenya yang lebih tepat belum diketahui (Levydan Hay, 2001)

b. Faktor neurobiologist

ADHD sangat sulit dipahami, namun begitu diduga ada factor langsung maupun
tidak langsung dari keadaan neurobiologist (Barkley, 2003; Faraone dan
Biederman, 1998). Factor tidak langsung adalah bukti yang tidak
mengikutsertakan factor langsung dari otak atau fungsinya dan berasal dari
keterkaitan antara peristiwa atau kondisi yang berhubungan dengan status
neurologis atau simtom-simtom ADHD, di antaranya adalah:

 Petistiwa pasca kelahiran, seperti komplikasi kelahiran dan penyakit.


 Keracunan lingkungan, seperti kandungan timah.
 Gangguan bahasa dan pembelajaran.
 Tanda-tanda ketidakmatangan neurologis, seperti berperilaku aneh,
lemah keseimbangan dan koordinasi, serta adanya refleks yang tidak
normal.
 Peningkatan dalam simtom-simtom ADHD diakibatkan oleh zat obat-
obatan yang dilakukan dalam terapi medis dan diketahui sangat
berpengaruh terhadap system jaringan otak sentral.
 Persamaan di antara simtom-simtom ADHD, simto-simtom yang
dihubungkan dengan kerusakan pada korteks prefrontal (Fuster, 1989;
Grattal dan Eslinger, 1991).
 Menurunnya kemampuan anak ADHD pada tes neuropsikologis yang
dikaitkan pada fungsi lobus prefrontal (Barkeley, Grodzinsky, dan DuPaul,
1992).

Perbedaan dalam tingkat aliran darah yang menuju bagian otak prefrontal dan
jalur-jalur yang menghubungkan daerah ini dengan system limbic,
memperlihatkan aliran darah yang lemah pada bagian-bagian ini (Hendren, De
Becker, dan Pandina, 2000). Adapun perbedaan yang lain yaitu ketidaknormalan
otak dan penemuan-penemuan neurofisiologis dan neurochemical.

c. Diet, alergi, dan zat timah

Terlalu banyak kontroversi mengenai kemungkinan bahwa reaksi karena alergi


dan diet adalah penyebab ADHD. Penghubungan ini tidak banyak diterima oleh
banyak kalangan (McGee, Stanton, dan Sears, 1993). Sebuah pandangan yang
popular pada tahun 70 dan 80-an, bahwa zat tambahan pada makanan
menyebabkan anak hiperaktif dan inatentif. Namun penelitian tidak mendukung
aturan zat tambahan makanan sebagai penyebab utama ADHD (Onners, 1980;
Kavale dan Fornass, 1983). Diet dapat membantu sekelompok kecil anak ADHD.
Sebagian besar dari mereka berusia sangat muda dan sebagian dari mereka
elergi terhadap makanan tertentu (Arnold, 1999).

Pemburu vs Teori petani adalah hipotesis yang diajukan oleh penulis Thom
Hartmann tentang asal-usul ADHD. Teori ini mengusulkan hiperaktif yang
mungkin merupakan perilaku adaptif pada manusia pra-modern dan bahwa
mereka dengan ADHD mempertahankan beberapa karakteristik yang lebih tua
“pemburu” yang berhubungan dengan masyarakat manusia purba pra-pertanian.
Menurut teori ini, individu dengan ADHD mungkin lebih mahir mencari dan
mencari dan kurang mahir tinggal menempatkan dan mengelola tugas-tugas
kompleks dari waktu ke waktu. Bukti lebih lanjut menunjukkan hiperaktif mungkin
evolusi bermanfaat adalah mengajukan pada tahun 2006 dalam sebuah studi
yang menemukan mungkin membawa manfaat spesifik untuk bentuk tertentu dari
masyarakat kuno. Dalam masyarakat, orang dengan ADHD yang diduga telah
lebih mahir dalam tugas yang melibatkan risiko atau persaingan

Twin studi sampai saat ini telah menyarankan bahwa sekitar 9% sampai 20%
dari varians dalam perilaku hiperaktif-impulsif-leha atau gejala ADHD dapat
dikaitkan dengan nonshared lingkungan (nongenetic) faktor. Lingkungan faktor
terlibat termasuk alkohol dan paparan asap tembakau selama kehamilan dan
paparan lingkungan untuk memimpin dalam kehidupan yang sangat awal.
Hubungan merokok dengan ADHD bisa disebabkan oleh nikotin menyebabkan
hipoksia (kekurangan oksigen) untuk janin dalam rahim. Bisa juga bahwa wanita
dengan ADHD lebih mungkin untuk merokok dan oleh karena itu, karena
komponen genetik yang kuat ADHD, lebih cenderung memiliki anak-anak dengan
ADHD. Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran-termasuk. prematur lahir
mungkin juga memainkan peran. ADHD pasien telah diamati memiliki lebih tinggi
daripada tingkat rata-rata cedera kepala. Namun, bukti saat ini tidak
menunjukkan bahwa cedera kepala adalah penyebab ADHD pada pasien yang
diamati. Infeksi selama kehamilan, saat lahir, dan pada anak usia dini terkait
dengan peningkatan risiko mengembangkan ADHD. Ini termasuk berbagai virus
(campak, varicella, rubella, Enterovirus) dan infeksi bakteri streptokokus.
Sebuah studi 2007 menghubungkan klorpirifos insektisida organofosfat, yang
digunakan pada beberapa buah-buahan dan sayuran, dengan keterlambatan
dalam belajar tarif, dikurangi koordinasi fisik, dan masalah perilaku pada anak,
terutama ADHD.

Sebuah studi 2010 menemukan bahwa paparan pestisida sangat terkait dengan
peningkatan risiko ADHD pada anak-anak. Peneliti menganalisis tingkat residu
organofosfat di urin lebih dari 1.100 anak usia 8 sampai 15 tahun, dan
menemukan bahwa mereka dengan tingkat tertinggi dialkyl fosfat, yang
merupakan hasil pecahan dari pestisida organofosfat, juga memiliki insiden
tertinggi ADHD . Secara keseluruhan, mereka menemukan kenaikan 35% pada
kemungkinan mengembangkan ADHD dengan setiap kenaikan 10-kali lipat
konsentrasi urin residu pestisida. Efeknya terlihat bahkan pada akhir rendah
paparan: anak-anak yang punya tingkat, terdeteksi di atas rata-rata dari metabolit
pestisida dalam air seni mereka dua kali lebih mungkin seperti yang dilakukan
dengan tingkat tidak terdeteksi untuk merekam gejala ADHD.

Zat timah dalam tingkat rendah yang ditemukan pada debu, minyak, dan cat di
daerah-daerah yang terdapat gasoline dan cat bertimah yang sekali pakai
langsung dibuang dapat dikaitkan dengan simtom-simtom ADHD diruang kelas
(Fergusson, Horwood, dan Lynskey, 1993). Namun sebagian besar anak ADHD
adalah lemah (Kahn, Kelly, dan Walker, 1995). Kesimpulannya meskipun diet,
elergi, dan zat timah telah mendapat perhatian sebagai penyebab ADHD, tetapi
jika disebutkan sebagai penyebab utama ADHD belumlah terbukti.

D. PERLAKUAN DAN PENANGGULANGAN ADHD

a. Perlakuan pokok

 Terapi medis: Mengendalikan simtom-simtom ADHD

 Pelatihan manajemen orang tua: mengendalikan perilaku anak yang


merusak di rumah, mengurangi konflik antara anak dan orang tua, serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
 Intervensi pendidikan: mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademis, serta mengajarkan perilaku pro-
sosial dan regulasi diri

b. Perlakuan intensif

 Program-program bulanan: melakukan penyesuaian di rumah dan


keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengomindasikan perlakuan
tambahan dan pokok dalam program yang intensif

c.Perlakuan tambahan

 Konseling keluarga: coping terhadap stress keluarga dan individu yang


berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan
suami istri

 Kelompok pendukung: menghubungkan orang tua dengan orang tua anak


ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai
permasalahan umum dan member dukungan moral

 Konseling individu: memberi dukungan di mana anak dapat membahas


permasalahan  dan curahan hati pribadinya

d. Dari orang tua

Jika orang tua mencurigai adanya gangguan ADHD pada anak-anaknya, hal
yang harus dilakukan orang tua adalah sebagai berikut.

Berkonsultasi dengan ahli jwa (psikiater), psikolog, ahli syaraf anak, atau dokter
spesialis anak-anak guna meminta saran terbaik.

 Bersabar ketika anak mengalami ADHD, dan diperlukan waktu yang


cukup lama untuk memperoleh kemajuan bagi anak.

 Bersikap jeli, kreatif, dan tanggap.


 Yakinlah bahwa anak masih memiliki kelebihan.

 Berikan dukungan pada kekuatan anak, kemampuannya, serta


bangkitkan perasaan dalam diri anak bahwa dia berharga bagi keluarga
dan lingkungan sekitar.

 Ingatlah, bahwa dalam beberapa kasus, rasa gagal, frustrasi, rendah hati,
dan tekanan kejiwaan yang biasa dialami anak dapat menimbulkan
masalah yang lebih besar dibandingkan kelainan atau gangguan itu
sendiri.

 Dapatkan informasi lebih akurat yang berkaitan dengan gangguan ini dari
perpustakaan, internet, atau sumber-sumber lainnya.

 Bicara atau tukar pikiran dengan keluarga lain yang memiliki anak ADHD.

 Berjumpa dan bergabung dengan organisasi atau perkumpulan yang


anggotanya terdiri dari keluarga yang mempunyai masalah yang sama.

e. Dari sekolah

 Tempatkan siswa di dekat guru, masukkan mereka sabagai bagian dari


kelas biasa.

 Tempatkan siswa di depan dengan membelakangi kelas agar siswa-siswa


lainnya tidak tampak.

 Kelilingi siswa ADHD dengan model peran yang baik.

 Hindari rangsangan yang mengalihkan perhatian.

 Anak ADHD tidak menghadapi perubahan dengan baik. Jadi, hindari


peralihan, perubahan jadwal, relokasi fisik (meja atau kursi yang dipindah
sembarangan), atau gangguan teman.

 Pastikan bahwa siswa ADHD memahami apa yang mereka lakukan


sebelum mereka memulai tugas
 Membantu anak ADHD agar merasa nyaman dengan meminta bantuan

 Anak ADHD membutuhkan lebih banyak bantuan untuk waktu yang lebih
lamadibandingkan anak rata-rata. Setelah itu, secara bertahap kurangi
bantuan.

 Buatkan buku catatan tugas sehari-hari

 Memberikan tugas satu per satu

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan ADHD dapat disebabkan oleh factor genetika, neurobiologist, dan 


diet, alergi, serta zat timah. Anak yang terkena gangguan ADHD memerlukan
dukungan dan perlakuan secara intensif dari keluarga dan lingkungannya.

B. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab dan cara penanggulangan


untuk menekan angka penderita ADHD dan agar anak yang terkena gangguan
ADHD dapat diperlakukan dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Makalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) – Berbagi Catatan


(1).mhtml

https://www.academia.edu/31915993/Makalah_ADHD_Autism

Anda mungkin juga menyukai