Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER


(ADHD)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

YUTIA FERIANTI YUNUS PADU 14220170014


SITI HADIJAH SYAM 14220170015
NURHAZIZA HAMSUL 14220170016
NURHAINI 14220170017

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami
dengan judul “Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)”
Sholawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali.Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah
memberikan kami tugas dan untuk teman-teman kelompok yang telah mendukung
serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Makassar, 25 November 2019

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ADHD ........................................................................................ 3
B. Penyebab Dari ADHD ........................................................................... 3
C. Klasifikasi ADHD ................................................................................... 4
D. Tanda Dan Gejala ADHD ..................................................................... 6
E. Penanganan Anak ADHD ..................................................................... 7
F. Masalah Keperawatan yang Muncul pada Anak ADHD ................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan
perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak sehingga
menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.
Anak ADHD menunjukkan berbagai keluhan yaitu: perasaan gelisah, tidak
bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan keadaan
yang tetap seperti sedang duduk atau sedang berdiri. Beberapa gejala lain yang
sering terlihat adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan dan suka
membuat keributan. Tiga gejala pokok yang sering terlihat pada anak ADHD
adalah kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas.
Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah di seluruh dunia dilaporkan sekitar
3-7% dan di Amerika prevalensi ADHD dilaporkan sekitar 2-26%.2 Kejadian
ADHD di negara-negara lain bervariasi antara 2-20% misalnya di Ukraina
prevalensi ADHD pada anak sekolah dilaporkan sebesar 20%.3 Prevalensi
ADHD di Indonesia belum diketahui secara pasti. Penelitian yang secara
terbatas dilakukan di Jakarta dilaporkan prevalensi ADHD sebesar 4,2%,
paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah dan pada anak laki-laki.
Hiperaktivitas pada anak penderita ADHD seringkali mulai menjadi perhatian
ketika anak-anak mulai berjalan. Satu dari tiga anak digambarkan hiperaktif
oleh orangtuanya. Para guru menilai satu dari lima murid mereka hiperaktif.
Bahwa anak dinilai hiperaktif tidak selalu berarti mereka menderita ADHD.
Untuk dapat disebut menderita ADHD, anak hiperaktif perlu memiliki
karakteristik yang lebih banyak (Adeputra, dkk., 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ADHD?
2. Apa penyebab dari ADHD?
3. Apa saja klasifikasi ADHD?
4. Bagaimana tanda dan gejala ADHD?
5. Bagaimana penanganan pada anak ADHD?

1
6. Apa saja masalah keperawatan yang muncul pada anak ADHD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ADHD.
2. Untuk mengetahui penyebab dari ADHD.
3. Untuk mengetahui saja klasifikasi ADHD.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala ADHD.
5. Untuk mengetahui penanganan anak ADHD.
6. Untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada anak ADHD.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan gangguan
perilaku yang ditandai oleh rentang perhatian yang buruk dan tidak sesuai
dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsif atau keduanya
yang tidak sesuai dengan usia. ADHD adalah gangguan yang terjadi mulai
sejak masa kanak-kanak, biasanya baru terdeteksi saat usia 7 tahun, atau
ketika mulai masuk taman bermain (playgroup) dan taman kanak-kanak.
ADHD memiliki tiga ciri utama yaitu: tidak mampu memusatkan perhatian;
kesulitan mengendalikan impuls; dan hiperaktivitas (Yusfh AH, dkk., 2015).
Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan otak
yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi dan focus.
Selain itu, penderita juga mengalami kesulitan untuk bisa tetap diam, selalu
gelisah, dan terus berbicara mencibir (Zen Santosa, 2019).

B. Etiologi ADHD
Penyebab pasti ADHD masih belum ditetapkan, tetapi pada umumnya gen
dipercaya memiliki kelainan yang besar kaerna kelainan DNA sering muncul
pada orang-orang yang menderita ADHD. Selain itu, penelitian telah
menunjukkan bahwa ada hubungan antara anak-anak penderita ADHD dengan
ibu yang menengga minuman beralkohol atau menghirup asap rokok (Zen
Sentosa, 2019).
Menurut Adeputra, dkk., (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor
Risiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Anak di
Denpasar menyatakan bahwa penyebab pasti dari ADHD sampai saat ini
belum ditemukan. Faktor risiko yang diduga meningkatkan kejadian ADHD
adalah genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila orang tua
mengalami ADHD, sebagian anak mereka dijumpai mengalami gangguan
tersebut. Faktor risiko lain adalah berbagai zat yang dikonsumsi oleh ibu saat
hamil yaitu tembakau dan alkohol. Riwayat BBLR juga diduga dapat
meningkatkan risiko kejadian ADHD pada anak, meskipun belum diketahui

3
apakah gejala ADHD akan ada sampai anak menjadi dewasa. Faktor riwayat
lahir prematur juga diduga meningkatkan kejadian ADHD dan hal ini
diperkuat beberapa penelitian lain yang melaporkan bahwa 30% anak yang
lahir pada usia kehamilan 36 minggu mengalami ADHD pada usia sekolah.
Bayi prematur juga lebih rentan terhadap masalah perkembangan termasuk
ADHD. Faktor risiko lain yang juga diduga dapat meningkatkan kejadian
ADHD tetapi belum banyak dilakukan penelitian adalah riwayat persalinan
dengan ekstrasi forceps. Faktor riwayat kejang demam juga diduga
meningkatkan kejadian ADHD selain faktor riwayat trauma kepala pada anak.
Hasil penelitian lain yang cukup menarik adalah adanya dugaan bahwa
konsumsi makanan manis dapat meningkatkan kejadian ADHD.
AH Yusuf., dkk., (2015) dalam bukunya menyebutkan penyebab ADHD
antara lain sebagai berikut:
1. Faktor genetik.
2. Faktor biokimia (dopamin, norefineprin, serotonin).
3. Kerusakan otak.
4. Faktor prenatal (ibu merokok saat hamil, keracunan, alkohol).
5. Perinatal (fetal distres, asfiksia).
6. Postnatal (kejang, CNS abnormalitas).
7. Zat makanan (pengawet).
8. Faktor lingkungan dan psikososial (stres, gangguan jiwa pada ibu saat
mengandung, kemiskinan, besar di penjara).

C. Klasifikasi ADHD
Banyak diantara anak-anak yang masa kecilnya menunjukkan gejala
ADHD namun terjadi perkembangan normal saat menjelang remaja, yang
artinya disini terjadi adanya keterlambatan kematangan perkembangan pada
anak tersebut.namun sebagian lagi pada anak-anak yang lain, berbagai gejala
yang ada akan menetap hingga ia dewasa. Karena itu untuk menentukan
bentuk bimbingan dan prognosanya, ada beberapa tipe/pengelompokan yang
biasa digunakan oleh kelompok neurologi dan psikiater anak di Belanda,
seperti dibawah ini (Julia Maria van Tiel, 2015):

4
1. Tipe 1:ADHD yang diikuti dengan berbagai gejala masalah kematangan
(keterlambatan perkembangan psikomotor, keterlambatan perkembangan
bahasa, bicara, dan sebagainya), dengan tingkat gejala yang ringan. Tipe
ini merupakan tipe yang menguntungkan atau tipe yang paling baik.
Masalah yang paling utama yang tapmak adanya masalah (gangguan)
perhatian, sedang hiperaktivitas/impulsivitasnya tidak terlalu tampak dan
setidaknya dalam bentuk ringan. Normalis perkembangan akan terjadi di
saat awal masa remaja. Masalah kekurangan perhatian( attention deficit)
akan membaik sangat cepat, sebab masalah itu hanya disebabkan karena
perkembangan kematangan yang terlambat.
2. Tipe 2: ADHD dimana gangguan yang paling menonjol adalah
hiperaktivitas ipmulsvitas. Bentuk ini murni disebut ADHD. Gejalanya
lebih parah daripada tipe 1, dan tidak ada komordibitas yang mnyertainya.
Sering kali bentuk ini juga ditemui di dalam keluarganya.
3. Tipe 3: dengan gejala-gejal parah, yaitu gangguan perhatian juga
hiperaktivitas dengan kormobiditas pada bentuk gangguan fungsi kognitif
(misalnya gangguan fungsi pencernaan, gengguan memori, dan gangguan
pandang ruang, disekolah masalah yang menonjol adalah kesulitan dalam
pelajran berhitung). Gangguan lain yang sering menyertaninya adalah
gangguan tidur (sleeping disorder) yang bentuknya justru sering tertidur
dan tidur terus sulit dibangungkan. Selain diikuti ganggu stemming dan
rasa takut.
4. Tipe 4: ADHD dengan conduct disorder (gangguan perilaku yang sangat
parah dalam bentuk agresivitas, perilaku bermasalah dan antisosial) yang
juga diikuti dengan bentuk perilaku oposan (opsional deviat disorder).
Gejala utamnay dalam bentuk impulstivitas dan hiperexicitibilitas yang
tinggi. Etiologinya jelas, adanya trauma otak, terutama karena maslah
kesulitan yang parah saat dilahirkan. Prognosanya kurang baik, terutama
saat dewasnya anak-anak ini sering mengalami ketergantungan pada obat-
obatan. Memburuknya faktor kognitif dikarenakan terganggunya fungsi
pencernaan, dan ini menjadi ciri utamanya.

5
Tipe ADD/ADHD menurut DSM IV, dibagi menjadi tipe (Julia Maria van
Tiel, 2015):
1. Tipe 1: yairu tipe hyperactive/impulsive;
2. Tipe 2: yaitu tipe inattentive;
3. Tipe 3: yaitu tipe kombinasi
DSM IV ini daoat digunakan untuk mencapai tujuan akhir dalam rangka
menegakkan diagnose final. Karena itu sangat diperlukan untuk melihat dan
menentukan seberapa besar keparahan berbagai gejala yang disandang seorang
anak, hal ini juga menentukan seberap besar prognosanya (Julia Maria van
Tiel, 2015).

D. Tanda dan Gejala ADHD


1. Perhatian Kurang (Inattention)
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian secara mendetail.
b. Sering mengalami kesulitan dalam memberikan perhatian pada tugas
atau aktivitas bermain.
c. Sering tampak tidak memperhatikan jika berbicara secara langsung.
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas.
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas.
f. Sering menolak dan tidak menyukai dalam tugas yang memerlukan
usaha mengendalian mental.
g. Sering kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk aktivitas.
h. Sering mudah dikacaukan dengan stimulus lain.
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.
(AH Yusuf., dkk., 2015)
2. Hiperaktif (Hyperactive)
a. Sering gelisah dan duduk tidak tenang.
b. Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas.
c. Sering lari-lari atau memanjat pada keadaan yang tidak semestinya.
d. Sering mengalami kesulitan dalam aktivitas bermain atau melakukan
aktivitas dengan tenang.
e. Sering bertindak seolah-olah sedang mengemudikan motor.

6
f. Sering berbicara secara berlebihan (AH Yusuf dkk., 2015)
3. Impulsif (Impulsive)
a. Sering berkata tanpa berpikir dalam menjawab sebelum pertanyaan
selesai.
b. Sering mengalami kesulitan dalam menunggu giliran.
c. Sering menyela atau mengganggu orang lain (AH Yusuf, dkk., 2015)

E. Penanganan anak ADHD


Tindakan keperawatan disesuaikan dengan masalah keperawatan yang
timbul. Secara umum, terapi yang diberikan adalah farmakoterapi, psikoterapi,
terapi perilaku, dan bimbingan belajar. Fokus pemberian terapi diutamakan
untuk memperbaiki fungsi keluarga, fungsi sosial, dan mengurangi agresivitas
(AH Yusuf., dkk., 2015).
Menurut Rezky Amalia (2018), penggunaan obat ADHD dalam jangka
waktu panjang maka nantinya akan berdampak pada anak-anak, sehingga
alternatif lainnya untuk menangani anak ADHD dengan menggunakan
pendekatan konseling yaitu pendekatan behavior kognitif perilaku dan
kognitif perilaku dan Adlerian Play Therapy. Adlerian Play Therapy
pendekatan baik akan mencakup kombinasi dari komponen yang diperlukan
untuk lebih efektif mengobati ADHD dan berbagai keterampilan kognitif
menambah kemampuan, dunia luar menemukan unsur-unsur dan stimulus dari
lingkungannya, belajar peran dan memahami peran orang lain,
mengidentifikasi budaya, bahasa, nilai-nilai anak ADHD.

F. Masalah Keperawatan yang Muncul Pada Anak ADHD


1. Isolasi sosial b/d minat tidak sesuai dengan perkembangan, perilaku sosial
yang tidak sesuai norma d/d ingin sendiri, kondisi difabel, perasaan beda
dengan orang lain, penyakit, tindakan berulang.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang
disfungsi/umpan balik negatif.
3. Risiko cedera d/d hiperaktivitas dan perilaku impulsif.

7
4. Risiko keterlambatan perkembangan d/d masalah kesehatan mmental,
cedera otak, gangguan genetik, gagguan perilaku, asuhan prenatal tidak
adekuat.
5. Ketidakefektifan koping b/d kurang percaya diri dalam kemampuan
mengatasi masalah, kurang dukungan sosial d/d perubahan konsentrasi,
perubahan pola komunikasi, perilaku destruktif terhadap orang land an diri
sendiri, ketidakmampuan menghadapi situasi.
6. Ansietas b/d hubungan interperseonal d/d gerakan ekstra, gelisah,
penurunan kemampuan memecahkan masalah, gangguan perhatian.
7. Defisien pengetahuan b/d kurang informasi d/d perilaku yang tidak tepat
(NANDA, 2018-2020).

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan gangguan
perilaku yang ditandai oleh rentang perhatian yang buruk dan tidak sesuai
dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsif atau keduanya
yang tidak sesuai dengan usia Attention deficit/hyperactivity disorder
(ADHD) adalah gangguan otak yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berkonsentrasi dan focus. Beberapa penyebab ADHD di antaranya
adalah faktor predisposisi yaitu faktor biologi: genetik, perinatal dan prenatal,
serta racun lingkungan; faktor psikologi dan sosial dan faktor presipitasi yaitu:
peristiwa pasca kelahiran, gangguan bahasa dan pembelajaran, dan
sebagainya. Tindakan keperawatan disesuaikan dengan masalah keperawatan
yang timbul. Secara umum, terapi yang diberikan adalah farmakoterapi,
psikoterapi, terapi perilaku, dan bimbingan belajar. Fokus pemberian terapi
diutamakan untuk memperbaiki fungsi keluarga, fungsi sosial, dan
mengurangi agresivitas.

9
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, I Made Sudarma, I Made Sutarga, Gede Ngurah Indraguna Pinatih.
2015. Faktor Risiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
pada Anak di Denpasar. Jurnal Public Health and Preventive Medicine
Archive 3(1): 44-47. Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
AH, Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nurhayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Amalia, Rizky. 2018. Intervensi terhadap Anak Usia Dini yang Mengalami
Gangguan ADHD Melalui Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian
Play Therapy. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 2(1): 32-33. Pendidikan
Guru PAUD Universitas Pahlawan Tuanku Tambuasai.
Nanda International. 2018. NANDA-I Diagnosisi Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC.
Sentosa, Zen. 2019. Menagnani ADHD Pada Anak. Yogyakarta: CV Alaf Media.
Tiel, Julia Maria Van. 2015. Anakku Terlambat Bicara: Anak Berbakat Dengan
Disinkronitas Perkembangan: Memahami Dan Mengasuhnya
Membedakannya Dengan Autism, ADHD, Dan Permasalahan Belajar.
Jakarta: Prenada.

10

Anda mungkin juga menyukai