DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingg kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di makalah ini
memaparkan beberapa hal terkait “Laporan Pendahuluan Pada Anak Dengan
Berkebutuhan Khusus Dengan Diagnosa Medis Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (Adhd)” . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak telah memberikan motivasi baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini ke depannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit ...............................................................................................3
2.1.1 Definisi ............................................................................................................3
2.1.2 Anatomi fisiologi ............................................................................................4
2.1.3 Etiologi ............................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi .......................................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi ....................................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinik .........................................................................................10
2.1.7 Komplikasi ....................................................................................................12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................12
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .................................................................................13
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................14
3.2 Saran .................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
3
4
1. Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi,
membuat keputusan yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah dipelajari, dan menyesuaikan diri dengan situasi.
2. Mekanisme Inhibitor dari Cortex
Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif dan
bertindak semaunya serta mengendalikan emosi.
3. Sistem Limbik
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan
menghasilkan emosi yang normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur
yang normal dan kemampuan untuk mengatasi stress yang normal. Gangguan
pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap keadaan-keadaan tersebut.
5
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik
yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh fungsi
norepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain, yang tidak mampu
memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan oleh fungsi
dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin berpean pada
terjadinya gejala ADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal.
Terjadinya ADHD disebabkan oleh beberapa sistem yang berbeda tetapi
memiliki hubungan yang erat. Sistem tersebut memiliki peran yang
berbeda terhadap metabolisme dopamin atau norepinefrin. Meskipun
berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda,
mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik ataupun
norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten agonis pada
reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen reseptor dopamin D4 (DRD 4)
sampai saat ini telah dianggap sebagai penyebab gangguan ini ( Landau et
al., 1997 ; Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas
disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu,
dan pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen
pengasuhan orangtua yang buruk.
Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor
lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan
oleh orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang
terjadi pada orngtua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab
ADHD. Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan
tetapi berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang
menunjukkan bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor
tersebut dengan ADHD.
7
2. Faktor Predisposisi
a. Teori Psikodonamika
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri
dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori Biologia
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan
perilaku-perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai
faktor predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau
semrawut serta penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat
merupakan faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori Dinamika Keluarga
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan
fungsi system.
2.1.4 Klasifikasi
1. Tipe ADHD Gabungan
Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau dideteksi
oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian,
ditambah paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk hiperaktivitas
impulsifitas. Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai
dengan tingkat yang signifikan disertai adanya beberapa bukti, antara
lain sebagai berikut :
a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7
tahun.
b. Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua seting yang
berbeda.
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan
dalam kemampuan akademik.
8
2. Hiperaktivitas
2.1.7 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit
ansietas
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan)
4. IQ rendah / kesulitan belajar (anak tidak duduk tenang dan belajar)
5. Resiko kecelakaan (karena impulsivitas)
6. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya (perilakunya
membuat anak-anak lainnya marah)
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau
supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan
setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) Amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan,
pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek
supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.
Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika
mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan
sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu
makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak mengurangi
efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD
menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal. Hubungi dokter
anda jika pertumbuhan si anak terlambat.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau yang
lebih dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD) dapat kita
temui dalam banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat ini ADHD
masih merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di dunia
pendidikan. Beberapa bentuk perilaku yang mungkin pernah kita lihat seperti:
seorang anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam kelas, dia selalu bergerak;
atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat memusatkan perhatian kepada
proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas; atau
seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak
ke hal lain.
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan
masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak
sejalan dengan perkembangan usia anak. Jadi disini, ADHD lebih kepada
kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja dalam
menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian
seperti asumsi selama ini. Hilangnya regulasi diri ini mengganggu fungsi otak
yang lain dalam memelihara perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan
reward segera dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang
(Barkley, 1998).
Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu: kurangnya kemampuan
memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas. Penyebab ADHD yang
tepat belum diketahui dengan jelas, sering dianggap 'disfungsi otak minimal',
karena percaya ada kerusakan ringan pada otak. Mereka menemukan bahwa
struktur yang menghubungkan kedua belahan otak dan daerah yang
mengendalikan ingatan (memori) serta emosi berukuran lebih kecil pada penderita
ADHD.
15
16
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini para pembaca dapat mengetahui
tentang penyakit ADHD pada anak dan diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA